• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Guru Fisika SMP Kota Banda Aceh terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Tematis Kartika Sari, Nadia Surahmi Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Email: sari0935@gmail.com

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Persepsi Guru Fisika SMP Kota Banda Aceh terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Tematis Kartika Sari, Nadia Surahmi Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Email: sari0935@gmail.com"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

304

Persepsi Guru Fisika SMP Kota Banda Aceh terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Tematis

Kartika Sari, Nadia Surahmi

Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Email: sari0935@gmail.com

ABSTRAK

Pelaksanaan kurikulum untuk mata pelajaran IPA (sains) SMP saat ini bersifat terpadu yang dikenal dengan pembelajaran tematis. Guru yang tersedia saat ini belum ada guru khusus yang mengajar IPA, melainkan guru dalam mata pelajaran Fisika dan Biologi. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru fisika terhadap pelaksanaan pembelajaran tematis di SMP Negeri Se Kota Banda Aceh. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru fisika SMP Negeri kota Banda Aceh yang terdiri dari 19 sekolah dan berjumlah 64 orang. Sampel diambil dari masing masing sekolah sebanyak 2 orang berjumlah 36 orang.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan persepsi guru fisika terhadap pelaksanaan pembelajaran tematis di SMP Negeri se Kota Banda Aceh sebahagian besar belum mengetahui tentang pembelajaran tematis.

Kata Kunci : Tematis, Fisika, Biologi

PENDAHULUAN

Penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa pengaruh yang sangat besar dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Akibat dari pengaruh itu, menurut Hamalik (1982:2), “Pendidikan semakin lama semakin mengalami kemajuan.” Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah- sekolah telah menunjukkan perkembangan pesat. Pembaharuan dan perubahan bukan saja terjadi dalam bidang kurikulum, metode pembelajaran, media dan penilaian pendidikan, akan tetapi juga mencakup pembaharuan dan perubahan dalam bidang administrasi, organisasi dan personal. Bahkan secara keseluruhan perubahan itu merupakan pembaharuan dalam sistem pengajaran yang terkait dengan keseluruhan komponen yang ada demi efektifitas pengajaran pada suatu lembaga pendidikan.

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan ketiga dimensi pendidikan adalah menata, mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi guru. Upaya-upaya tersebut saling terkait antara satu dengan lainnya. Sebagus apapun kurikulum dirancang, tidak akan berarti banyak dalam usaha peningkatan mutu pendidikan, jika tidak didukung oleh tenaga guru yang profesional dalam bidangnya masing-masing.

Kenyatannya mutu pendidikan di Indonesia umumnya dan Aceh khususnya masih jauh dari apa yang diharapkan, terutama mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains. Hal ini terjadi karena berbagai masalah dan bervariasi tergantung tempat atau daerahnya. Salah satu penyebabnya adalah terletak pada dimensi proses pendidikan, yaitu kegiatan pembelajaran di kelas. Selama ini banyak pengakuan masyarakat dan hasil-hasil penelitian yang dilakukan terhadap guru oleh Sudjana (1988:3) adalah, “1) penguasaan

(2)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora eISSN 2657- 0998

305 guru terhadap materi dan metode pembelajaran yang masih berada di bawah standar 2) Banyak guru yang belum menghargai profesinya, apalagi berusaha mengembangkan profesinya itu. Perasaan rendah diri karena menjadi guru, penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan kepentingan pribadinya, sehingga wibawa guru semakin merosot.”

Pada saat ini pelaksanaan kurikulum untuk mata pelajaran IPA (sains) SMP bersifat terpadu yang dikenal dengan pembelajaran tematis. Untuk melaksanakan pembelajaran tematis tersebut membutuhkan kemampuan guru yang professional dalam bidang IPA terpadu. Sedangkan guru IPA yang ada di SMP adalah masing-masing mata pelajaran fisika dan biologi, belum terpadu. Dengan kata lain untuk melaksanakan pembelajaran tematis IPA di SMP guru harus bekerja sama dan bekerja keras sesama guru IPA. Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995:615). Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA dengan berbagai bidang kajian (Carin 1997;236). Lintas bidang kajian dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu seperti makhluk hidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, geologi, dan astronomi.

Hasil pengamatan penulis di beberapa sekolah di SMP Negeri kota Banda Aceh, pembelajaran tematis untuk IPA belum terlaksana dengan baik. Para guru baru melaksanakan pembelajaran IPA seperti biasanya, dimana guru fisika mengajar fisika, guru biologi menjagar biologi, sedangkan kimia diajarkan oleh guru fisika pada umumnya karena belum ada guru khusus.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui persepsi guru IPA SMP terhadap pembelajaran tematis.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif (Survai). Dalam penelitian survai ini bertujuan mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakan melalui angket tentang persepsi guru fisika terhadap pelaksanaan pembelajaran tematis di SMP negeri sekota Banda Aceh supaya nantinya menggambarkan berbagai aspek dari populasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru fisika SMP Negeri kota Banda Aceh yang terdiri dari 19 sekolah dan berjumlah 64 orang. Sampel diambil dari masing masing sekolah sebanyak 2 orang berjumlah 36 orang. Pengambilan sampel digunakan teknik random purposif sampling.

Data dikumpulkan dengan menggunakan angket. Angket yang digunakana adalah angket tertutup dan beberapa angket terbuka. Jumlah angket sebanyak 15 buah. Data diolah dengan persentase.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan, ternyata persepsi guru fisika terhadap pelaksanaan pembelajaran tematis di SMP Negeri Se Kota Banda Aceh ditinjau dari aspek yang diamati sebagai berikut.

(3)

306

Pengetahuan tentang pembelajaran tematis

Pengetahuan tentang pembelajaran tematis oleh guru fisika SMP Negeri se kota Banda Aceh ditunjukkan dengan angket nomor 1, 2, dan 3. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah (55,6%) guru fisika SMP negeri se kota Banda Aceh sudah pernah mendengar, membaca atau mengetahui tentang pembelajaran tematis.

Sedangkan lebih dari setengah (44,4%) belum pernah mendengar, membaca atau mengetahui tentang pembelajaran tematis. Hal ini menunjukkan bahwa di SMP Negeri se kota Banda Aceh belum semua guru mengetahui adanya pembelajaran tematis untuk mata pelajaran IPA khususnya.

Pembelajaran tematis IPA SMP sudah mulai di sosialisasikan oleh Pusat Pengembangan Kurikulum (Puskur) pada bulan Januari 2008 untuk SMP di seluruh Indonesia. Pada saat itu sudah dilatih guru-guru IPA SMP untuk diimplementasikan di sekolah masing-masing. Pada masing-masing sekolah sudah diberikan kurikulum tentang pembelajaran IPA terpadu (tematis). Kenyataan di lapangan masih ada guru fisika yang belum pernah mendengar tentang pembelajaran tematis tersebut. Hal ini menunjukkan belum meratanya sosialisasi tentang pembelajaran tematis di lingkungan guru fisika sendiri.

Gambaran bahwa guru fisika SMP Negeri se kota Banda Aceh yang pernah mendengar, membaca atau mengetahui tentang pembelajaran tematis sebahagian besar (72,2%) diketahui melalui pelatihan. Sebahagian kecil (27,8%) mengetahui melalui media elektronik dan cetak.

Bagi guru fisika yang belum mengetahui tentang pembelajaran tematis tersebut guru sebahagian besar (62,5%) akan berusaha dengan mengikuti pelatihan jika diberikan kesempatan oleh sekolah. Hanya sebahagian kecil (37,5%) yang berusaha bertanya pada guru lain yang sudah mengetahui tentang pembelajaran tematis.

Berdasarkan analisis tersebut dapat dikatakan bahwa pengetahuan guru fisika SMP Negeri se kota Banda Aceh tentang pembelajaran tematis lebih dari setengah guru belum mendengar dan mengetahui tentang pembelajaran tematis tersebut. Untuk pelaksanaan atau penerapannya akan mengalami kendala karena guru belum siap secara pengetahuan.

Persiapan pelaksanaan pembelajaran tematis

Pengetahuan tentang pembelajaran tematis oleh guru fisika SMP Negeri se kota Banda Aceh ditunjukkan dengan angket nomor 5, 9, dan 10. Jawaban responden menunjukkan bahwa hal yang perlu dipersiapkan oleh sekolah agar pembelajaran tematis dapat dilakukan, sebahagian besar (63,9%) guru fisika menyatakan membutuhkan kerjasama yang baik antar guru IPA yang ada di sekolah, dan sebahagian kecil (22,2%) menyediakan fasilitas agar pembelajaran berlangsung dengan baik, dan sangat sedikit sekali (13,9%) guru fisika yang meminta guru IPA untuk menyiapkan semua perangkat pembelajaran tematis.

Hasil analisis data tersebut dapat dijelaskan bahwa hal yang sangat diperlukan dalam persiapan pelaksanaan pembelajaran tematis IPA SMP adalah membutuhkan kerjasama yang baik antar guru IPA yang ada di sekolah, agar pelaksanaan pembelajaran tematis brerjalan dengan baik dan lancar. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Harianti (2008:11), ”Keterpaduan bidang kajian dapat mendorong guru untuk mengembangkan

(4)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora eISSN 2657- 0998

307 kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi.”

Langkah-langkah yang perlu dilakukan guru fisika dalam pembelajaran tematis IPA adalah pada umumnya (90%) memberikan tanggapan melakukan kerjasama dengan tim dalam mempersiapkan perangkat dan media yang diperlukan dan mempelajari terlebih dari tema yang diajarkan. Sedangkan sangat sedikit sekali (10%) yang memberikan jawaban memberikan mempelajari terlebih dari tema yang diajarkan.

Sebagaimana diketahui bahwa pembelajaran tematis membutuhkan kerjasama dan shering pengetahuan danb pengalaman sesama guru IPA SMP. Kerja sama ini dapat dilaksanakan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Menurut Harianti (2008:26), ”Karena pembelajaran tematis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (a) team teaching, dan (b) guru tunggal.” Pengalaman dan pemahaman siswa lebih kaya daripada dilakukan oleh satu orang guru karena dalam satu tim dapat mengungkapkan berbagai konsep dan pengalaman, dan siswa akan lebih cepat memahami karena diskusi akan berjalan dengan guru dari berbagai disiplin ilmu.

Langkah yang perlu ditempuh jika kepala sekolah meminta melaksanakan pembelajaran tematis di sekolah, sementara guru belum memahami tentang pembelajaran tematis tersebut langkah yang dilakukan adalah sebagian besar (69,2%) melaksanakan dengan baik melalui usaha mempelajari terlebih dahulu apa yang diperlukan untuk proses belajar di kelas, sangat sedikit sekali (15,4%) melaksanakan saja sesuai dengan apa yang mengetahui tentang pembelajaran tematis dan tidak mau melaksanakan, karena saja belum tahu tentang pembelajaran tematis.

Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat dijelaskan secara umum bahwa persipan yang dilakukan guru fisika IPA SMP Negeri se kota Banda Aceh adalah kerja sama dan shering sesama guru IPA (biologi, fisika, kimia) dalam mempersiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, media yang diperlukan serta pengetahuan yang mereka miliki.

Pelaksanaan Pembelajaran tematis

Pengetahuan tentang pembelajaran tematis oleh guru fisika SMP Negeri se kota Banda Aceh ditunjukkan dengan angket nomor 4, 7, 8, 13 dan 14. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran tematis dapat dilaksanakan di sekolah sebahagian besar (69,5%) memberikan jawaban ya, sebahagian kecil (22,2%) menjawab terserah kepala sekolah saja, dan sangat sedikit sekali (8,3%) yang menjawab tidak mungkin dilaksanakan.

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa di sekolah mana, saat ini sudah dilaksanakan pembelajaran tematis IPA. Hasil analisi data memberikan gambaran bahwa sebahagian besar (72,2%) SMP Negeri se kota Banda Aceh belum melaksanakan pembelajaran tematis IPA, hanya sekecil (27,8%) yang sudah melaksanakannya.

Pernah tidaknya guru fisika dalam pelaksanaan pembelajaran tematis yang dilakukan oleh guru fisika SMP Negeri se kota Banda Aceh, sebahagian besar (72,2%)

(5)

308

tidak pernah mengajar secara tematis dan sebahagian kecil (27,8%) sudah pernah mengajar secara tematis mata prelajaran IPA SMP.

Pendapat responden jika pembelajaran tematis diterapkan di SMP Negeri se kota Banda Aceh, sebahagian besar (72,2%) responden menjawab bahwa membawa perubahan baru bagi dunia pendidikan khususnya di sekolah kami dan sebahagian kecil (11,1%) menjawab bahwa membuat kerja guru tambah dan sebahagian kecil (16,7%) menjawab sekolah lebih mandiri dan inovatif.

Jawaban guru fisika, jika Dinas Pendidikan meminta sekolah untuk menerapkan pembelajaran tematis, maka yang akan dilakukan oleh guru fisika bervariasi. Terdapat enam pendapat yang diberikan oleh responden yaitu: (1) mempersiapkan segara sesuatu yang diperlukan (Silabus dan RPP); (2) menyiapkan bahan ajar untuk di kelas; (3) berusaha mempelajari tentang pembelajaran tematis untuk dapat mengajar dengan baik;

(4) mengikuti pelatihan jika diberikan kesempatan; (5) bertanya kepada guru di sekolah lain; dan (6) membuat pertemuan MGMP fisika di sekolah.

Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat dijelaskan secara umum bahwa pelaksanaan pembelajaran tematis di IPA SMP Negeri se kota Banda Aceh adalah belum semua SMP Negeri sekota Banda Aceh melaksanakan pembelajaran tematis IPA, sebahagian besar guru berkeinginan untuk melaksanakannya, ada sebahagian kecil guru fisika yang sudah melaksanakan pembelajaran tematis IPA. Jika Dinas pendidikan meminta melaksanakan pembelajaran tematis, pada prinsipnya guru meminta terlebih dahulu mensosialisasikan tentang tematis untuk semua sekolah, sehingga semua guru fisika khususnya memahaminya dan mampu melaksanakan dengan baik di kelas. Harianti (2008: 22) menjelaskan tentang pelaksanaan pembelajaran tematis yang baik adalah:

Menyajikan materi/bahan ajar terpadu harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik, penyajian harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungan konsep di bidang kajian yang satu dengan konsep di bidang kajian lainnya.

Guru harus berupaya untuk menyajikan bahan ajar dengan strategi mengajar yang bervariasi, yang mendorong peserta didik pada upaya penemuan pengetahuan baru, melalui pembelajaran yang bersifat klasikal, kelompok, dan perorangan.

Sarana dan pra sarana untuk pelaksanaan pembelajaran tematis

Sarana dan Prasarana untuk pelaksanaan pembelajaran tematis oleh guru fisika SMP Negeri se kota Banda Aceh ditunjukkan dengan angket nomor 11 dan 12. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di SMP Negeri Kota Banda Aceh menurut pendapat guru agar pelaksanaan pembelajaran tematis berjalan baik, yaitu sebagian besar (66,7%) guru fisika mengatakan bahwa mendukung untuk dilaksanakan pembelajaran tematis, sebahagian kecil (38,3%) mengatakan sangat mendukung dan tidak mendukung. Harianti (2008:30) menyatakan: Dalam pembelajaran IPA terpadu diperlukan berbagai sarana dan prasarana pembelajaran yang pada dasarnya relatif sama dengan pembelajaran yang lainnya, hanya saja ia memiliki kekhasan tersendiri dalam beberapa hal. media tersebut harus memiliki kegunaan yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang studi yang terkait dan tentu saja terpadu. Karena digunakan untuk pembelajaran konsep yang direkatkan oleh tema, maka penggunaan sarana pembelajaran dapat lebih efisien jika dibandingkan dengan pemisahan bidang kajian.

(6)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora eISSN 2657- 0998

309 Pendapat guru terhadap sarana dan prasarana yang terdapat di SMP Negeri Kota Banda Aceh mendukung untuk pembelajaran tematis yaitu sebahagian besar (68%) responden menjawab laboratorium serta peralatannya yang memadai.

Secara umum dapat dijelaskan bahwa sarana dan prasarana yang tersedia di namun guru harus mampu memilih dan memanfaatkan media yang memiliki kegunaan secara terpada untuk tema yang diajarkan.

Keuntungan dan kelemahan pelaksanaan pembelajaran tematis

Keuntungan dan kelemahan pembelajaran tematis oleh guru fisika SMP Negeri se kota Banda Aceh ditunjukkan dengan angket nomor 6 dan 15. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden (55,6%) menyatakan kendala yang dialami di sekolah adalah latar belakang guru yang berbeda-beda sulit untuk beradaptasi ke dalam pengintegrasian bidang kajian IPA, karena mereka memiliki latar belakang fisika tidak memiliki kemampuan yang optimal pada kimia dan biologi, begitu juga sebaliknya.

Lebih dari setngah responden (44,4%) yang menyatakan guru IPA belum memahami dengan baik tentang pembelajaran tematis dan pembelajaran tematis juga menimbulkan konsekuensi terhadap berkutangnya beban jam. Menurut Harianti (2008:13) menyatakan:

1) Guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu dalam IPA akan sulit terwujud.

2) Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.

3) Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.

Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu dibahas bersama antara guru bidang kajian terkait dengan sikap terbuka. Kesemuanya ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran IPA.

Tanggapan responden terhadap kelemahan dan keuntungan dari pembelajaran tematis menurut guru SMP Negeri se Kota Banda Aceh. Terdapat tujuh hal yang secara umum disimpulkan oleh peneliti. Keuntungan yang dikemukan oleh responden tersebut juga sesuai dengan pendapat Harianti (2008:12) sebagai berikut:

1) Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu.

2) Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antarkonsep

(7)

310

3) Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik

4) Memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA

5) Membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, dan memudahkan memahami hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya.

6) Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan persepsi guru fisika terhadap pelaksanaan pembelajaran tematis di SMP Negeri se Kota Banda Aceh sebahagian besar belum mengetahui tentang pembelajaran tematis. Ada beberapa temuan yang perlu diperhatikan, yaitu : (1) Lebih dari setengah guru fisika belum pernah mendengar, membaca atau mengetahui tentang pembelajaran tematis IPA SMP. (2) Sebahagian besar guru fisika akan berusaha memahami pembelajaran tematis dengan mengikuti pelatihan jika diberikan kesempatan oleh sekolah. (3) Persipan yang dilakukan sekolah agar pembelajaran tematis IPA SMP dapat dilakukan, sebahagian besar guru fisika menyatakan membutuhkan kerjasama yang baik antar guru IPA. (4) Belum semua SMP Negeri se Kota Banda Aceh melaksanakan pembelajaran tematis IPA SMP, sebahagian besar guru berkeinginan untuk melaksanakannya. (5) Sarana dan prasarana mendukung pelaksanaan pembelajaran tematis IPA SMP. (6) Terdapat kelemahan dan keuntungan dalam pelaksanaan pembelajaran tematis IPA SMP.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, (2004). Model Pembelajaran IPA Terpadu IPA SMP/MTs/SMPLB. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (2007). Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Pertama. FKIP Unsyiah, Banda Aceh.

Hamalik, Oemar, (1982) Matode Mengajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung:

Tarsito.

Harianti, Diah, (2008). Model Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta : Dinas Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional.

Rakhmat, Jalaluddin (2004). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(8)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora eISSN 2657- 0998

311 Sudjana, Nana, (1988). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Sudjana, (2005). Metode Statistika Edisi Ke 7, Bandung: Tarsito.

Tirta Raharja, Umar, (1995). Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta

Undang-Undang RI tentang Guru dan Dosen serta Profesional Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2006, (2006). Jakarta : CV. Tamita Utama.

Widayatun, Tri Rusmi, (1999). Ilmu Perilaku, Jakarta: CV. Sagung Seto.

(Depdikbud, 1996:3).

Referensi

Dokumen terkait

Hasil obeservasi dalam penelitian ini di SMA 2 Negeri Banda Aceh terdapat beberapa informasi bahwasannya sumber daya manusia dalam perpustakaan digital masih belum