• Tidak ada hasil yang ditemukan

The cause of persistence Is Sand Miners Society DAS Batang Tarusan Nagari Nanggalo Koto Subdistrict XI Tarusan Pesisir Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "The cause of persistence Is Sand Miners Society DAS Batang Tarusan Nagari Nanggalo Koto Subdistrict XI Tarusan Pesisir Selatan "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

The cause of persistence Is Sand Miners Society DAS Batang Tarusan Nagari Nanggalo Koto Subdistrict XI Tarusan Pesisir Selatan

Ayu Ningsih*Erna Juita**Afrital Rezeki**

Email:[email protected]

Students of Geography Education Departement of STKIP PGRI West Sumatera*

Lecturer of Department of Geography Education Departement STKIP PGRI West Sumatra**

ABSTRACT

This study aimed to obtain data, information and an overview of the causes of the persistence of sosialite sand miners in DAS Batang Tausan Nagari Nanggalo District of Koto XI Tarusan Pesisir Selatan seen from: (1) education, (2) income, (3) the physical environment, (4 ) social environment.

This type of research is descriptive. The population in this study is the whole sand mining community in Nagari Nanggalo totaling 65 respondents. Samples were taken using total sampling technique that is 65 respondents sand miners, data collecting used primary data and secondary data, while data analysis technique used by descriptive statistics, using a percentage formula.

The results showed that 1) education sand miners in Nagari Nanggalo as follows: sand miners complete primary school education, in addition to not have a formal education, on average they also have informal education. 2) basic income / month obtained Rp 1,000,000 - Rp 2,000,000 / month, fulfilling the needs of income as sufficient sand miners, while spending on basic needs generally Rp 1,000,000 - Rp 1,500,000 / month. 3) The physical environment in the form of a short distance from home DAS sand miners were generally within 0 km - 1 km, proximity house sand miners into the cause of the persistence of sand miners. 4) Social environment that affects the sand miners they still work, namely because of the economic impact and jobs are cramped, other than that in general, people who are around a lot of work sand in DAS Batang Tarusan Nagari Nanggalo

Key W

ord: Education, Income, Physical Environment, Social environment

PENDAHULUAN

Menurut Asdak (2004:235) tantangan terbesar bagi pengelolaan sumber daya alam adalah menciptakan untuk selanjutnya mempertahankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan berkelanjutan pemanfaatan dengan keberadaan sumber daya alam. Dengan demikian adalah juga merupakan keterlanjutan keberadaan dan layanan lingkungan bagi kehidupan manusia.

Keberadaan lingkungan pada hakikatnya mesti dijaga dari kerusakan yang parah. Suatu kehidupan lingkungan akan sangat tergantung pada ekosistimnya. Oleh karena itu masyarakat secara terus menerus harus didorong untuk mencintai, memilihara, dan bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan. Sebab untuk menjaga semuanya itu tidak ada lagi yang bisa dimintai pertanggungjawaban kecuali manusia sebagai pemakai/pengguna itu sendiri. Kerusakan

suatu lingkungan akan berakibat pada manusia itu sendiri. Tumanggor, dkk (2010:186).

Salah satu Sumber Daya Alam yang perlu mendapatkan perhatian adalah Daerah Aliran Sungai (DAS). Daerah Aliran Sungai adalah satu kesatuan ekologi yang dibatasi oleh punggung-punggung pegunungan dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil menuju sungai utama. Mengingat semakin besarnya kerusakan dan kemerosotan daerah-daerah aliran sungai yang disebabkan oleh perkembangan jumlah penduduk seiring dengan peningkatan kebutuhan hidup, seperti bahan pangan, air, pasir, batu, kayu yang menyebabkan tekenan atas lahan melebihi daya dukungnya, sedangkan lahan yang tersedia tidak bertambah, melihat kondisi tersebut maka diperlukan pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Oktavia (2003).

(3)

Daerah aliran sungai merupakan suatu ekosistem yang memiliki unsur-unsur utama dalam vegetasi, tanah dan air sungai sebagai objek yang perlu didayagunakan agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Manusia sebagai objeknya haruslah mengarahkan daya upaya dalam mendayagunakan dan melestarikan sumber daya alam. DAS juga sebagai ekosistem masyarakat, kehidupan manusia tidak dapat melepaskan diri dari keadaan alam lingkungan sekitarnya. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi kehidupan manusia.

Lingkungan mempunyai peran penting bagi manusia, dengan lingkungan fisik manusia dapat menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan materinya. Hilma (2003).

Pengelolaan DAS akan bertumpu pada aktivitas-aktivitas yang berdimensi biofisik seperti pengendaliaan erosi penghutanan lahan –lahan kritis, berdimensi kelembagaan seperti intesistas dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan bidang ekonomi. Dimensi sosial dalam pengelolaan DAS lebih diarahkan pada pemahaman kondisi sosial- budaya setempat dan menggunakan kondisi tersebut sebagai pertimbangan untuk merencanakan strategi aktivitas pengelolaan DAS yang berdaya guna tinggi serta efektif.

Asdak (2004:537).

Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam saat ini lebih ditekan pada hasil alam seperti pertambangan batu bara, pertambagan pasir, minyak mentah, emas, mangan, dan sebagainya. Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa industri pertambagan juga menyedot lapangan kerja bagi Kabupaten dan Kota yang merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah dan dapat mengangkat perekonomian masyarakat. Akan tetapi pemanfaatan sumber daya alam juga rawan terhadap pengrusakan lingkungan. Banyak kegiatan pertambagan yang mengundang sorotan masyarakat sekitarnya karena pengrusakan lingkungan.

Apalagi pertambangan tanpa izin yang selain merusak lingkungan, juga dapat mengancam jiwa penambang karena keterbatasan pengetahuan dan juga tidak adanya pengawasan dari dinas instasi terkait. Oktavia (2003).

Koto XI Tarusan adalah Kecamatan yang terletak di Kabupaten Pesisir Selatan, yang terdiri dari beberapa kenagarian diantaranya Kenagarian Duku, Batu Hampa, Nanggalo, Ampang Pulai, dan Kapuh.

Sementara itu penambangan pasir dalam penelitian ini terdapat di Kenagarian Nanggalo. Berdasarkan observasi awal penambangan yang dilakukan masyarakat terletak di sepanjang DAS Batang Tarusan yang dapat berdampak positif dan negatif terhadap lingkungan dan masyarakat setempat.

Jika di lihat dari dampak positifnya dapat memperluas lapangan pekerjaan, dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat penambang pasir, sedangkan dilihat dari dampak negatifnya berdampak terhadap kondisi fisik sungai yang sudah berubah akibat penambangan pasir yang dilakukan masyarakat disepanjang aliran sungai Batang Tarusan Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan, perubahan kondisi fisiknya antara lain : terjadi pelebaran sungai, terjadinya erosi disekitar tebing sungai yang menjadi kebun masyarakat dan sungai menjadi dalam akibat penambangan pasir disepanjang

Sungai Batang Tarusan.

Pelestarian sungai tergantung kepada masyarakat yang masih bertahan sebagai penambang pasir di Sungai Batang Tarusan tersebut. Meskipun penambangan pasir yang mereka lakukan tidak memperoleh izin namun pekerjaan sebagai penambang pasir sudah menjadi rutinitas pekerjaan mereka, karena penambangan pasir yang mereka lakukan merupakan aset terbesar bagi mereka. Akan tetapi prilaku masyarakat penambang pasir di Sungai Batang Tarusan tidak memperdulikan kelestarian sungai, sehingga berdampak buruk terhadap pelestarian sungai, yang mana penambangan itu dilakukan dengan cara penambangan ditebing-tebing sungai sehingga terjadinya erosi pada tebing sungai, terjadinya longsor sehingga membuat tebing sungai menjadi rusak akibat masyarakat penambang pasir yang tidak memperdulikan dampak dari penambangan pasir yang dilakukannya.

Disuatu sisi kita mengharapkan lingkungan dapat terpelihara, dalam hal ini daerah Aliran Sungai yang relatif lestari terhindar dari bahaya erosi dan tanah longsor.

Namun kenyataan yang ada di lapangan terlihat masyarakat semakin tidak peduli

(4)

dangan kelestarian DAS Batang Tarusan dengan mengali pasir, sehingga sungai yang dulu masih alami sekarang sudah mengalami kerusakan. Keadaan sungai semakin memprihatikan jika dibiarkan terus menerus bisa berdampak kepada masyarakat seperti rumah penduduk, sawah, jalan, dan perkebunan masyarakat yang berada disekitar tepi sungai. Kondisi sungai pada saat ini tidak tetap, ada pola aliran sungai yang terlihat pada berkas genangan sungai, terjadinya erosi pada tebing sungai akibat dari penambangan pasir yang dilakukan oleh masyarakat disekitar sungai Batang Tarusan. Masalah ini sangat perlu diteliti karena apabila dibiarkan terus menerus akan berdampak terhadap lingkungan, yang berakibat fatal.

Berkaitan dengan masalah yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui penyebab kenapa masyarakat masih melakukan penambangan pasir dilihat dari sosial ekonomi masyarakat yang pertama, mulai dari pendidikan, yang mana pendidikan merupakan suatu proses pengembangan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya.. Kedua, pendapatan yaitu gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluarga yang merupakan jumlah keseluruhan pendapatan atau kekayaan keluarga. Ketiga lingkungan fisik dan keempat lingkungan sosial penambang pasir disekitar Sungai Batang Tarusan, lingkungan itu sendiri dapat diartikan sebagai salah satu mempengaruhi pembentukan dan perkembangan prilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosiopsikologis. Untuk itu peneliti mengangkat sebuah judul “Penyebab Bertahannya Masyarakat Penambang Pasir di DAS Batang Tarusan Nagari Nanggalo Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan”.

METODOLOGI PENELITIAN

Berdasarkan judul penelnelitian dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk melihat kenyataan yang terjadi dilapangan dan menerangkannya.

Sampel responden penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik total sampling yaitu 65 KK penambang pasir di Nagari Nanggalo Kecamatan Koto XI Tarusan.

Teknik total sampling adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti jika subjeknya kurang dari 100 lebih baik di ambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan variabel pendidikan di atas dapat diperoleh hasil penelitian, bahwa pendidikan terakhir penambang pasir di DAS Batang Tarusan adalah tamat SD dengan memiliki pendidikan yang rendah tersebut menjadi penyebab bertahannya masyarakat penambang pasir untuk tetap bekerja sebagai penambang pasir karena bekerja sebagai penambang pasir tidak mengutamakan pendidikan. Selain tidak memiliki pendidikan yang tinggi mereka juga tidak memliki pendidikan informal atau keahlian lain yang bisa mereka manfaatkan untuk memperoleh kesempatan bekerja ditempat lain. Sedangkan biaya pendidikan anak sangat tinggi yang harus mereka penuhi karena biaya pendidikan anak tersebut rata-rata biaya sendiri. Hal tersebut menjadi penyebab bertahannya mereka bekerja sebagai penambang pasir di DAS Batang Tarusan Nagari Nanggalo.

Berdasarkan variabel pendapatan penambang pasir maka diperoleh hasil penelitian bahwa pendapatan penambang pasir dari 65 responden pendapatan pokok/bulan yang mereka peroleh yaitu Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000/bulan, pendapatan yang mereka peroleh tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Sedangkan rata-rata mereka tidak memilki pekerjaan sampingan sehingga tidak memperoleh pendapatan selain pendapatan bekerja sebagai penambang pasir.

Hal tersebut menjadi penyebab mereka bertahan bekerja sebagai penambang pasir.

Berdasarkan variabel lingkungan fisik didapat hasil penelitian bahwa penyebab bertahannya masyarakat penambang pasir di DAS Batang Tarusan Nagari Nanggalo disebabkan karena adanya kedekatan jarak rumah penambang pasir ke DAS batang Tarusan yang berjarak 0 km – 1 km, dan perubahan fisik DAS yang terjadi akibat penambang pasir yang mereka lakukan tidak

(5)

mempengaruhi mereka untuk tetab bertahan bekerja sebagai penamang pasir.

Berdasarkan variabel lingkungan sosial penambang pasir di DAS Batang Tarusan Nagari Nanggalo maka di dapatkan kesimpulan bahwa penyebab mereka bertahan bekerja sebagai penambang pasir karena adanya tuntutan ekonomi yang harus mereka penuhi, dan karena pengaruh keluarga juga, pekerjaan sebagai penambang pasir telah mereka tekuni rata-rata selama 3 tahun, sehingga mempengaruhi mereka untuk tetap bertahan, sedangkan pekerjaan sebagai penambang pasir tidak setiap hari. Selain hal itu lapangan pekerjaan untuk mereka beralih pekerjaan tidak ada yang sesuai dengan pendidikan mereka.

DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh gambaran

Pertama, Pendidikan penambang pasir di Nagari Nanggalo sebagai berikut: pendidikan terakhir penambang pasir rata-rata adalah tamat SD, selain tidak memiliki pendidikan yang tinggi, rata-rata masyarakat penambang pasir juga tidak memilki skil, karena pekerjaan sebagai penambang pasir tidak mengutamakan pendidikan dan skil sehingga menjadi penyebab mereka untuk tetap bertahan bekerja sebagai penambang pasir, jadi dalam penelitian ini pendidikan menjadi salah satu penyebab bertahannya masyarakat penambang pasir di DAS Batang Tarusan.

Penelitian ini sejalan dengan pendapat Hamdani (2011:13) bahwa pendidikan merupakan urutan pertama sebagai alat yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup manusia. Substansi pendidikan sudah dibutuhkan manusia. Pada masa peradaban Yunani, pendidikan dikonsepsikan sebagai proses penyiapan kehidupan manusia yang memiliki tiga tipe sebagai masyarakat yang mewujudkan negara ideal, yaitu (1) manusia sebagai pemikir dan mengatur negara, (2) manusia sebagai kesatria dan pengaman negara, (3) manusia sebagai pengusaha dan penjamin kemakmuran serta kesejahteraan negara dengan segenap warganya.

Kedua, Pendapatan penambang pasir di Nagari Nanggalo sebagai berikut:

pendapatan/bulan rata-rata Rp 1.000.0000 –

Rp 2.000.000/bulan, pemenuhan kebutuhan dari pendapatan sebagai penambang pasir cukup untuk bagi keluarga mereka, maka pendapatan menjadi penyebab untuk mereka tetap bertahan bekerja sebagai penambang pasir. Karena bagi mereka pendapatan bekerja di tempat lain belum tentu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Penelitian ini sejalan dengan pendapat Sheraden (2006:23) pendapatan adalah gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluarga yang merupakan jumlah keseluruhan pendapatan atau kekayaan keluarga termasuk semua barang dan hewan peliharaan dipakai dan membagi pendapatan menjadi tiga kelompok yaitu pendapatan tinggi, sedang dan rendah, dinyatakan bahwa pendapatan seseorang diartikan sebagai jumlah uang atau barang yang diterima sebagai hasil kerja yang dilakukan.

Ketiga, Lingkungan fisik penambangan pasir di Nagari Nanggalo dipengaruhi karena adanya kedekatan rumah penambang pasir ke DAS yang berjarak antara 0 km – 1 km, karena adanya kedekatan jarak rumah penambang pasir ke DAS Batang Tarusan menjadi penyebab bertahannya masyarakat penambang pasir untuk tetap bekerja sebagai penambang pasir. . jadi lingkungan fisik juga menjadi penyebab bertahannya masyarakat bekerja sebagai penambang pasir.

Penelitian ini sesuai dengan pendapat Tumanggor dkk (2010:185) lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia dimana terbentuk dari benda mati, seperti gunung, kendaraan, udara, air, sungai rumah dan lain-lainya yang dapat mempengaruhi keberlangsungan kehidupan manusia.

Empat, Lingkungan sosial penambang pasir di Nagari Nanggalo sebagai berikut:

adanya tuntuan ekonomi yang harus mereka penuhi dan pengaruh dari dorongan keluarga sehingga menjadi penyebab untuk tetap bekerja sebagai penambang pasir selain itu mereka mereka bekerja rata-rata sudah 3 tahun, sehingga mempengaruhi mereka untuk tetap bertahan bertahan bekerja sebagai penambang pasir di DAS Batang Tarusan Nagari Nanggalo.

Penelitian ini sesuai dengan pendapat Menurut Tumanggor dkk, (2010:194) lingkungan sosial memiliki peranan bagi individu yaitu :Alat untuk kepentingan dan

(6)

keberlangsungan hidup individu dan menjadi alat pergaulan sosial individu. Tantangan bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukannya. Dan sesuatu yang diikuti individu yaitu lingkungan yang beranekaragam senantiasa memberikan rangsangan kepada individu untuk berpatisipasi dan mengikutinya serta berupaya untuk meniru dan mengindentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi. 2008. Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arjana, 1 Gunti Bagus. 2013. Geografi Lingkungan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Asdak, chay. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.

Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.

Dona, Septi. 2011. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Kakao di Kenagarian Simpang Suarian Kecamatan Guguak Kabupaten 50 Kota. Padang FIS UNP.

Hamdani. 2011. Dasar-dasar Kependidikan.

Bandung: CV Pustaka Setia.

Hilma, Septidelem. 2003. Penambang batu kapur di kenagarian Guguak Kecamatan 2 X Kayutaman. Padang FIS UNP.

Julianar. 2012. Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup Di Kelurahan Koto Panjang Ikua Koto Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Padang STKIP PGRI.

Noor. 2007. Standar Akutansi Keungan.

Medan: FE Universitas Sumatera Utara.

Mayasari. 2013. Faktor yang mempengaruhi Kebisaan Masyarakat Dalam Memanfaatkan Batang Air Salisikan

Di Kenagarian Sungai Buluh Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman” Padang STKIP PGRI

Oktavia. 2003. Pengalian Pasir dan Batu di Batang Kuranji Kota Padang.UNP Rahmi, Fitria. (2012). Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Prilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan DAS Batang Ampu Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat. Padang STKIP PGRI.

Salim. 2015. Hukum Pertambangan Indoesia.

Jakarta: Hak Cipta

Sembel. Danje T. Toksilogi Lingkungan Yogyakarta: CV. Andi Offeset.

Sherraden, Michael. 2006. Aset Untuk Orang Miskin. Jakarta: Raja Grafindo

Soermarto, Otto. 2004. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:

Djambatan

Syani, Abdul. 2013. Sosiolog Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Undang-Undang. Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air

Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003.

Tentang Sistem Pendidikan Undang-Undang. Nomor 32 Tahun 2009.

Pengelolaan Lingkungan.

Undang-Undang Dasar. 1945. Penambang Pasir : pasal 33 ayat 3

Tumanggor, Rusminin. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Penadamedia Grop.

Referensi

Dokumen terkait