• Tidak ada hasil yang ditemukan

pertimbangan hakim pengadilan agama magetan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pertimbangan hakim pengadilan agama magetan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Hakim pengadilan agama sebagai pihak yang berwenang dalam memutus suatu perkara hendaknya melakukan ijtihad yang seadil-adilnya dalam memutus persoalan mengabulkan perkawinan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pemeriksaan hakim Pengadilan Agama Magetan dalam pemberian dispensasi nikah dalam perspektif Maslahah Murlah.

Rumusan Masalah

Magetan sesuai dengan hukum yang ada dan mengandung maslahah sesuai dengan ketentuan sesuai hukum Islam.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis pertimbangan risiko hakim dalam pemberian dispensasi nikah ditinjau dari permasalahan murlah.

Manfaat Penelitian

Telaah Pustaka

Makna Pernikahan Ditinjau dari Pelaku Nikah dengan Dispensasi Nikah” (Studi Kasus di Desa Nambak Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo). 12 Zainatu Mashunah, “Makna Perspektif Pelaku Nikah dengan Dispensasi Nikah” (Studi Kasus di Nambak Desa, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo).

Metode Penelitian

Sehubungan dengan penelitian tersebut, peneliti melakukan wawancara langsung dengan informan yaitu hakim Pengadilan Agama Magetan. Dalam analisis ini, data dikumpulkan melalui wawancara dan berbagai dokumentasi berdasarkan penelitian di pengadilan agama.

Sistematika Pembahasan

Poin kedua membahas tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi pertimbangan hakim Pengadilan Agama Magetan dalam memberikan dispensasi nikah ditinjau dari masalah murlahah. Bab ini menjadi inti penelitian karena pada bab ini akan menganalisis faktor-faktor yang melatarbelakangi pertimbangan hakim Pengadilan Agama Magetan dalam pemberian dispensasi nikah dalam perspektif maslahah murlah.

KONSEP MASLAHAH MURSALAH

Konsep Maslahah Murslah

Menurut Abu Zahrah dalam kitab Ushul Fiqh, maslahah berarti murlah yang mutlak (umum), menurut istilah ulama’ ushul adalah maslahtan, yang menurut syar’i tidak ada hukum yang dibuat untuk mewujudkannya, tidak ada dalil syar’ yang menyatakan apakah itu dianggap atau tidak. 3) Jalaluddin Abd ar-Rahman. Dilihat dari ada atau tidaknya manfaat serta hubungannya dengan nash, menurut syariat terbagi menjadi 6. Artinya akal menganggap baik dan sesuai syariat, namun ternyata , bahwa Syariah menempatkan hukum yang berbeda dari apa yang disyaratkan oleh layanan.

Manfaat-manfaat tersebut juga mencakup manfaat-manfaat yang keberadaannya tidak didukung oleh syariah dan yang tidak dibatalkan atau ditolak secara rinci oleh syariah. Kemaslahatan ini diperlukan karena keadaan karena hal-hal yang akan terjadi setelah berakhirnya wahyu dan syara’ no.

Pengertian Nikah

Apabila syarat-syaratnya terpenuhi, maka perkawinan itu sah dan menimbulkan segala hak dan kewajiban sebagai suami istri. Sedangkan UU Perkawinan sama sekali tidak berbicara tentang rukun-rukun perkawinan... UU Perkawinan hanya berbicara tentang ketentuan-ketentuan perkawinan. 21 UU Perkawinan menyatakan bahwa agar suatu perkawinan sah harus mengikuti ketentuan agama dan kemudian melalui 'Pencatat perkawinan dicatat. Imam Malik menyatakan dalam kitabnya Abdur Rahman Ghazali bahwa ada lima macam rukun pernikahan yaitu.

Menurut ulama Hanafiyah, rukun nikah hanyalah ijab dan kabul (akad) yang dilakukan oleh wali dan pengantin lelaki. Hukum nikah dilihat menurut orang yang mengikatnya dan tujuan melangsungkan perkahwinan, maka nikah itu boleh tertakluk kepada hukum wajib, hukum sunnah, haram, makruh atau mubah.

Dispensasi Nikah

PERTIMBANGAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MAGETAN

Profil Pengadilan Agama Kabupaten Magetan

Dengan masuknya Peradilan Agama dalam konstitusi, maka tidak dapat diragukan lagi keberadaan Peradilan Agama di Negara Republik Indonesia sebagai salah satu alat kekuasaan kehakiman. Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) undang-undang dasar, UU No. 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman dimana dalam pasal 13 ayat (1) undang-undang tersebut disebutkan tentang organisasi, tata usaha, dan keuangan Mahkamah Agung. dan kekuasaan kehakiman berada di bawah kekuasaan Mahkamah Agung dan sejak itu peradilan agama berada di bawah puncak kewenangan Mahkamah Agung.Perubahan besar juga terjadi di lingkungan peradilan agama, yaitu dengan disahkannya undang-undang no. Tahun 2006 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, yang menegaskan kembali bahwa pembinaan teknis, organisasi, administratif, dan keuangan Peradilan Agama dilaksanakan oleh Mahkamah Agung, namun yang tidak kalah pentingnya adalah penambahan tugas. . dan kewenangan Pengadilan Agama yaitu kemampuan mengadili perkara Zakat, Infak dan Ah. Kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan Agama dilaksanakan oleh Peradilan Agama dan Peradilan Tinggi Agama yang berpuncak pada Mahkamah Agung sebagai peradilan tertinggi negara.

Pada periode sekarang, pimpinan tertinggi Pengadilan Agama Magetan dipimpin oleh Ibu Hj, Yurita Heldayanti S.KMA/004/SK/II/1992 tanggal 24 Februari 1992 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Panitera Pengadilan Agama Magetan. Pengadilan Agama dan Mahkamah Agung.

Faktor yang melatarbelakangi Pertimbangan Hukum Hakim di

Pasca perubahan tersebut dan juga di masa mewabahnya virus Covid-19, permohonan perceraian di Pengadilan Agama Magetan meningkat dibandingkan tahun lalu. Ada beberapa faktor yang mendorong seseorang untuk mendapatkan dispensasi nikah karena orang tersebut merasa siap lahir dan batin untuk menikah. Dari keterangan di atas, ada beberapa faktor untuk mengajukan permohonan pengecualian perkawinan di Pengadilan Agama Magetan, yaitu.

Sugeng, M.H Hakim Pengadilan Agama Magetan- menyatakan bahwa alasan yang menyebabkan meluasnya dispensasi nikah adalah faktor ekonomi keluarga, kekhawatiran orang tua, pendidikan rendah dan kehamilan di luar nikah, seperti pada pernyataan berikut. Sugeng, Hakim Pengadilan Agama M.H Magetan, penulis menyimpulkan, ada beberapa penyebab banyaknya permohonan perceraian di Pengadilan Agama Magetan khususnya.

Pertimbangan resiko dari hakim dalam mengabulkan dispensasi nikah

Kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga menentukan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat dan negara. Sebaliknya, kerusakan dan kekacauan pada keluarga akan menimbulkan kerusakan dan kekacauan pada masyarakat. Hakim Pengadilan Agama Magetan menyatakan akan ada risiko jika dispensasi nikah tidak dikabulkan dengan pernyataan berikut ini. Dr. Hakim Pengadilan Agama M.H Magetan Sugeng menyatakan akan ada konsekuensi berisiko jika dispensasi nikah tidak dikabulkan, dengan menyebutkan sebagai berikut.

“Kalau tidak menikah akan membuat resah masyarakat, kekhawatirannya ada perempuan yang hamil tanpa laki-laki sedangkan laki-laki (laki-laki yang hamil) harus bertanggung jawab, dampaknya sangat besar sehingga agar masyarakat tidak terjadi kekacauan dan kerusuhan.” 10. Analisis faktor yang melatarbelakangi pertimbangan hukum hakim Pengadilan Agama Magetan dalam memberikan dispensasi dikah.

Analisis faktor yang melatarbelakangi pertimbangan hukum hakim

Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk menganalisis dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan dispensasi perkawinan pada perkara putusan Pengadilan Agama Magetan Tahun 2020. Sugeng, M.H selaku hakim Pengadilan Agama Magetan dapat menyimpulkan bahwa pertimbangan hakim dalam menerima permohonan pengecualian perkawinan termasuk. Undang-undang Republik Indonesia nomor 16 tahun 2019 tentang perubahan atas undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 7 ayat 1 menyebutkan bahwa perkawinan diperbolehkan hanya apabila suami istri telah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 7 ayat 1. Analisis pertimbangan risiko hakim dalam pemberian dispensasi nikah di Pengadilan Agama Magetan diulas oleh Maslahah Murlah.

Analisis pertimbangan resiko hakim dalam mengabulkan dispensasi

Keputusan Majelis Hakim menerima permohonan para pemohon perkawinan dengan anaknya yang telah dikandung calon isterinya, dalam hal ini Undang-Undang Perkawinan atau Kompilasi Hukum Islam tidak terdapat pasal yang melarang perkawinan orang yang sedang hamil. seorang perempuan dengan laki-laki yang mengandungnya, maka hakim mendasarkan putusannya pada ketentuan Pasal 53 Ikhtisar Hukum Islam yang menyatakan: Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa seorang laki-laki atau perempuan yang baik hati dilarang menikah dengan perempuan atau laki-laki yang berzina dan sebaliknya, dalam istilah fiqih perkawinan disebutkan sebagai penghalang perkawinan (mewȃni' al-nikȃḥ). . Ada sebagian fukahȃ yang membolehkan/tidak melarang laki-laki baik-baik menikahi perempuan yang berzina dengan mengambil dalil dari surat Nisa ayat 24, yaitu setelah ayat yang menyebutkan perempuan haram, dengan pernyataan wa uhillalakum mȃ warȃ a ẓȃlikum. (dan diperbolehkan bagi selain (wanita-wanita tersebut).

Penjelasan lain ayat di atas menunjukkan kebolehan seorang wanita hamil untuk menikah dengan laki-laki yang mengandungnya karena laki-laki yang mengandungnya adalah laki-laki yang berhak menjadi suaminya. Seperti penghinaan, celaan, dijadikan bahan gosip dan dikucilkan dari masyarakat karena telah melakukan perbuatan yang diharamkan agama, anak pemohon dikatakan sebagai laki-laki yang tidak bertanggung jawab karena menghamili anak orang lain, sedangkan calon istrinya telah melahirkan. kepada anak di luar nikah, bahkan calon istrinya bisa saja dicap sebagai pelacur oleh masyarakat setempat.

Kesimpulan

Berdasarkan bukti-bukti di pengadilan bahwa anak pemohon telah bekerja dan mempunyai penghasilan, hakim berpendapat bahwa anak pemohon cakap dan tidak akan menelantarkan keluarganya tanpa orang tua calon pengantin untuk dikenakan pajak. Oleh karena itu, dispensasi nikah ini menguntungkan calon pengantin yang sudah matang secara finansial namun belum mencapai batas usia yang ditentukan. Sedangkan untuk dispensasi nikah yang faktor mendasarnya didasarkan pada kekhawatiran orang tua, maka metode yang digunakan disebut Maslahah Hajjiyah, yaitu sesuatu yang dibutuhkan seseorang untuk memudahkan kehidupan dan menghilangkan kesulitan, karena bila itu hanya menyangkut para orang tua, memastikan anak mereka segera dikawinkan memastikan tidak terjadi apa-apa. - Hal yang diharapkan disini adalah peran orang tua sangat diperlukan untuk mengasuh dan membimbing anak agar dapat menikah sesuai aturan hukum, juga dengan mempertimbangkan akibat kesehatan, sosial dan ekonomi.

Menganalisis faktor-faktor yang melatarbelakangi pertimbangan hakim dalam mengabulkan dispensasi nikah ditinjau dari sudut maslahah murlah maka dapat disimpulkan bahwa hakim Pengadilan Agama Magetan dalam mengabulkan perkara dispensasi nikah dengan dilatarbelakangi kehamilan di luar nikah juga mempunyai keprihatinan orang tua. tentang konsep maslahah murlah yang merupakan daruriyyah bagi calon pengantin yaitu dalam hal kelestarian jiwa dan keturunan. Analisis dampak risiko pertimbangan hakim dalam pemberian dispensasi nikah dilakukan dengan memperhatikan maslahah dharuriyyah, yaitu manfaat yang berkaitan dengan dunia dan akhirat, termasuk pemeliharaan agama (al-Din).

Saran

Bidang pemahaman keagamaan dengan mengembangkan pemahaman keagamaan yang seimbang antara tawakal, usaha, fungsional dan berorientasi pada etika berperilaku positif, berprestasi dan meningkatkan kualitas hidup sehingga masyarakat dapat berpikir dua kali untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan yang akhirnya masuk agama. Pengadilan untuk meminta Dispensasi Pernikahan. Masyarakat memilih berperan besar dalam mendidik generasi muda, membimbing mereka ke jalan yang benar sesuai dengan aturan yang ada untuk menciptakan suasana tertib, aman dan damai guna mencapai tujuan hidup ini, yaitu keamanan. di dunia dan akhirat. Soedharyo Soimin, Hukum Personal dan Keluarga: Perspektif Hukum Perdata Barat, Hukum Islam dan Hukum Adat.

Hendri Hermawan a, Mashudi, Al-Maslahah Al-Mursaya in Determining Islamic Law, Scientific Journal of Islamic Economics.

Referensi

Dokumen terkait