• Tidak ada hasil yang ditemukan

perubahan pilihan masyarakat dalam pemilu legislatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "perubahan pilihan masyarakat dalam pemilu legislatif"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN PILIHAN MASYARAKAT DALAM PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009 DAN 2014 DI KECAMATAN PULAU PUNJUNG

KABUPATEN DHARMASRAYA

ARTIKEL

RESTI PRIMA DESPITA NIM. 09070072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)
(3)

PUBLIC OPTION CHANGES IN LEGISLATIVE ELECTIONS 2009 AND 2014 IN PULAU PUNJUNG DISTRICT DHARMASRAYA REGION

Oleh :

Resti Prima Despita1 Firdaus2 Inoki Ulma Tiara3

1 The Sosiology education student of STKIP PGRI Sumatera west.

2,3 The Sosiology staff of sosiology education of STKIP PGRI Sumatera west

ABSTRACT

The phenomenon of changing people's choice of the contesting parties not only nationally, but spread to many regions. One of them occurred in the province of West Sumatra, including in Dharmasraya, when the change in the winner-election in 2009 and 2014. The purpose of this study was to describe the factors that influence changes in the people's choice in the legislative elections in 2009 and 2014 and the pattern of change in the people's choice legislative elections 2009 and 2014 in the District of Pulau Punjung Dharmasraya. Theory used is the rational choice theory by Coleman, that his approach operates on the basic methodology of individualism and using rational choice theory as the basis to explain the phenomenon of micro level macro level. The approach used in this study is a qualitative approach and descriptive. Informants were taken by purposive sampling: 1) Participant- election in 2009 and 2014 in the District of Pulau Punjung, 2) Election as much as 2 and 3) Voters who participate have a different choice to the political parties in the 2009 elections and in 2014. Data were collected through observation, interviews and documentation. Data analysis was performed using data reduction, data presentation and draw conclusions. These results indicate that: 1) the primordial factors determine the choice of the candidate community that is fraternal relations and ethnicity. Factors candidates proposed by the party determines the change in people's choice of the party. The similarity of views within the family or the work determine the people's choice in the legislative elections in 2009 and 2014. 2) The pattern of changes in people's choice in the legislative elections in 2009 and 2014 in the district of Pulau Punjung is a non-linear change is a major change in 2009 and the winner of the election year 2014.

Key Words: changes, election, legislative,

(4)

Perubahan Pilihan Masyarakat dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009 dan 2014 di Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya

ABSTRAK

Fenomena berubahnya pilihan masyarakat terhadap partai peserta pemilu tidak hanya terjadi secara nasional, tetapi menjalar ke berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Dharmasraya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pilihan masyarakat dan Pola perubahan pilihan masyarakat pada Pemilu Legislatif tahun 2009 dan 2014 di Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Teori yang digunakan yaitu teori pilihan rasional oleh Coleman, bahwa pendekatannya beroperasi dari dasar metodelogi individualisme dan dengan menggunakan teori pilihan rasional sebagai landasan tingkat mikro untuk menjelaskan fenomena tingkat makro. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Informan penelitian diambil secara purposive sampling, yaitu: 1) Peserta Pemilu tahun 2009 dan tahun 2014 di Kecamatan Pulau Punjung sebanyak 2 orang, 2) Penyelenggara Pemilu sebanyak 2 orang dan 3) Pemilih yang ikut memiliki pilihan berbeda terhadap partai politik pada pemilu tahun 2009 dan tahun 2014 sebanyak 21 orang. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan teknik reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Faktor primordial menentukan pilihan masyarakat terhadap caleg yaitu hubungan persaudaraan serta kesamaan suku. Faktor caleg yang diajukan oleh partai menentukan adanya perubahan pilihan masyarakat terhadap partai.

Kesamaan pandangan dalam keluarga atau pekerjaan menentukan pilihan masyarakat dalam pemilihan umum legislatif tahun 2009 dan tahun 2014. 2) Pola perubahan pilihan masyarakat pada pemilu legislatif tahun 2009 dan tahun 2014 di Kecamatan Pulau Punjung adalah perubahan non linier yaitu perubahan besar pemenang pemilu tahun 2009 dan tahun 2014. Dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi perubahan pilihan masyarakat pada Pemilu Legislatif tahun 2009 dan 2014 dan Pola perubahan pilihan masyarakat pada Pemilu Legislatif tahun 2009 dan 2014 di Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya adalah faktor primordial serta pola perubahan yang terjadi adalah linier.

Kata Kunci: perubahan, pemilihan umum, legislatif

(5)

PENDAHULUAN

Ada tiga nilai ideal yang mendukung demokrasi sebagai satu gagasan kehidupan yaitu kemerdekaan (freedom), persamaan (ekuality), dan keadilan (justice). Dalam kenyataan hidup, ide tersebut direalisasikan melalui perwujudan simbol-simbol dan hakekat dari nilai-nilai dasar demokrasi sungguh-sungguh mewakili atau diangkat dari kenyataan hidup yang sepadan dengan nilai-nilai itu sendiri (Sanit, 1985: 83).

Kemerdekaan (freedom) merupakan kemerdekaan berpikir di antara sesama warga negara yang akan menyalurkan aspirasi politiknya melalui salah satu saluran yang utama, yaitu partai politik. Persamaan (ekuality) merupakansuatu mata rantai antara hak dan kewajiban yang harus berfungsi menurut kedudukannya masing-masing. Kesamaan di hadapan hukum berarti setiap warga negara harus diperlakukan adil oleh aparat penegak hukum dan pemerintah. Ditinjau dari hukum tata negara, maka setiap instansi pemerintah, terutama aparat penegak hukum, terikat secara konstitusional dengan nilai keadilan yang harus diwujudkan dalam praktik Keadilan (justice) menjamin bahwa setiap tindakan, prosedur, dan keputusan terkait dengan proses pemilu sesuai dengan kerangka hukum; melindungi atau memulihkan hak pilih; dan memungkinkan warga yang meyakini bahwa hak pilih mereka telah dilanggar untuk mengajukan pengaduan, mengikuti persidangan, dan mendapatkan putusan (IDEA, 2010:38).

Suatu pemerintahan itu dapat disebut demokratis apabila pemerintahan tersebut dapat memberikan kesempatan konstitusional yang teratur bagi persaingan damai untuk memperoleh kekuasaan politik untuk berbagai kelompok yang berbeda, tanpa menyisihkan bagian penting dari penduduk manapun dengan kekerasan. Rezim- rezim demokratis dibedakan oleh kekerasan, legalitas, dan legitimasi berbagai organisasi dan himpunan yang relatif bebas dalam hubungannya dengan pemerintah dan dengan dirinya satu sama lain. Salah satu hal penting untuk memenuhi prasyarat tersebut di atas yaitu dengan melaksanakan pemilihan umum, karena tidak ada demokrasi tanpa diikuti pemilihan umum yang merupakan wujud yang paling nyata dari demokrasi (Ranjabar, 1998: 71).

Umumnya yang berperan dalam pemilu dan menjadi peserta pemilu adalah partai-partai politik. Partai politik adalah sebuah kelompok otonom warga Negara yang mempunyai tujuan ikut dalam pencalonan dan bersama di pemilihan umum dengan harapan untuk mendapatkan kontrol atas kekuasaan pemerintah melalui

penguasaan jabatan publik dan organisasi pemerintah. Sebagaimana diketahui partai politik, banyak partai politik yang sah berdiri karena alasan yang tidak ada hubungannya dengan pemenangan pemilu. Namun para ilmuwan politik sepakat mengklasifikasikan sebagian besar partai ketiga bersama dengan banyak partai lain sebagai partai yang sah (Katz dan Crotty, 2014:3-4).

Perolehan suara partai politik pada pemilihan umum dipengaruhi oleh perilaku pemilih. Ada pemilih yang secara konsisten memilih partai politiktertentu pada setiap pemilu dan ada pula pemilih yang tidak konsisten, sehingga dia memilih partai yang berbeda setiap pemilu. Sikap dan perilaku pemilih tipe pertama tidak mudah dipengaruhi oleh berbagai isu yang muncul menjelang pelaksanaan pemilu, sebaliknya pemilih tipe kedua rentan terhadap pengaruh isu-isu yangberkembangmenjelangpelaksanaan pemilu.

Bila dalam pelaksanaan pemilu banyak terdapat pemilih tipe kedua, maka perolehan suara partai akan mengalami perbedaan yang tinggi.

Pemilihan umum dalam beberapa hal menghasilkan perubahan, termasuk perubahan pilihan politik masyarakat. Adanya perubahan sikap masyarakat dalam menentukan pilihan politik pada Pemilu legislatif 2014 merupakan fenomena yang menarik, karena perubahan pilihan tersebut nyata dan terjadi hampir pada setiap pelaksanaan pemilu. Hal ini merupakan cerminan dari budaya politik masyarakat.

Kantaprawira dalam Gatara dan Said (2007:138) mengatakan bahwa budaya politik tidak lain pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem politik.

Adanya perubahan perilaku memilih yang relatif cepat dalam pelaksanaan Pemilu menggambarkan perilaku pemilih terhadap peserta pemilu tersebut. Partai politik sebagai peserta pemilu mempunyai peran dalam perubahan pilihan masyarakat. Perubahan pilihan masyarakat diakibatkan oleh adanya perubahan suasana dan kondisi politik yang sangat berbeda antara Pemilu 2009 dan Pemilu 2014.Pada Pemilu 2009, partai penguasa di Indonesia adalah partai Demokrat, karena partai Demokrat memenangkan Pemilu secara Nasional. Arus perubahan yang terjadi dalam rentang 2009-2014 telah membawa perubahan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, termasuk kepercayaan masyarakat terhadap partai Demokrat. Pada pelaksanaan pemilu tahun 2014 secara nasional dimenangkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang

(6)

merupakan partai yang berada di luar pemerintahan (Pradipta, 2014: 30).

Fenomena berubahnya pilihan masyarakat terhadap partai peserta pemilu tidak hanya terjadi secara nasional, tetapi fenomena tersebut menjalar ke berbagai daerah. Provinsi Sumatera Barat yang memiliki masyarakat yang cenderung homogen juga mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan perubahan nasional.

Pada pelaksanaan pemilu tahun 2009, Partai Demokrat memenangkan pemilu di Sumatera Barat, tetapi dalam pelaksanaan pemilu tahun 2014 dimenangkan oleh partai Golkar. Hal ini juga terjadi di Kabupaten Dharmasraya, dimana terjadi perubahan pemenang Pemilu tahun 2009 dan tahun 2014.

Hasil observasi penulis di lapangan, kabupaten Dharmasraya dibagi menjadi 3 daerah pemilihan (dapil), seperti tabel berikut ini:

Tabel 1.1

Daerah Pemilihan dan Jumlah Pemilih Pemilu 2014 Kabupaten Dharmasraya No Daerah Pemilihan Jumlah Pemilih

1 Dharmasraya 1 a. Kecamatan

Pulau Punjung b. Kecamatan

Sitiung c. Kecamatan

Sembilan Koto d. Kecamatan

Timpeh

27.664 orang 18.087 orang 5.643 orang 10.260 orang Jumlah 61.654 orang 2 Dharmasraya 2

a. Kecamatan Koto Baru b. Kecamatan

Koto Salak c. Kecamatan

Tiumang d. Kecamatan

Padang Laweh

20.586 orang 12.171 orang 8.573 orang 4.262 orang Jumlah 45.592 orang 3 Dharmasraya 3

a. Kecamatan Sungai Rumbai b. Kecamatan

Asam Jujuhan c. Kecamatan

Koto Besar

13.07 orang 7.513 orang 17.841 orang Jumlah 38.425 orang Jumlah Total 145.671orang Sumber: KPU Dharmasraya, 2014

Kecamatan Pulau Punjung termasuk dalam daerah pemilihan Dharmasraya 1 dan merupakan daerah yang memiliki pemilih terbanyak yaitu 27.664 orang sehingga hasil pemilihan umum di

Kecamatan Pulau Punjung berpengaruh signifikan terhadap hasil pemilihan umum di dapil 1 Kabupaten Dharmasraya. Hasil pemilihan umum Daerah Pemilihan 1 Kabupaten Dharmasraya, khususnya Kecamatan Pulau Punjung tahun 2009 dan 2014 seperti tabel berikut:

Tabel 1.2

Rekapitulasi Perolehan Suara di Kecamatan Pulau Punjung (Daerah Pemilihan 1 Kabupaten Dharmasraya) DPRD Kabupaten

Pemilihan Umum Tahun 2009 dan Tahun 2014

No Partai Peserta Pemilu

Perolehan Suara 2009 2014

1 Golongan Karya 3055 1996

2 Partai Amanat Nasional 3043 2580 3 Partai Persatuan Pembangunan 1901 2.675 4 Partai Bintang Reformasi 1806 - 5 Partai Hati Nurani Rakyat 1769 2413 6 Partai Gerakan Indonesia Raya 1684 565 7 Partai Keadilan Sejahtera 946 1091 8 Partai Demokrasi Pembaharuan 824 - 9 Parta Demokrasi Indonesia

Perjuangan

790 1350

10 Partai Demokrat 767 4160

11 Partai Kebangkitan Bangsa 700 472 12 Partai Nasional Demokrat - 3321 Sumber: KPU Dharmasraya, 2014

Data di atas menunjukkan bahwa pemenang pemilu tahun 2009 di Kecamatan Pulau Punjung Dapil 1 Kabupaten Dharmasraya adalah Partai Golkar dengan 3.055 suara, diikuti oleh Partai Amanat Nasional dengan 3.043 suara dan Partai Bintang Reformasi dengan 1.806 suara, sedangkan pada tahun 2014 pemenang pemilu partai adalah Partai Demokrat dengan 4.160 suara, Partai Nasional Demokrat dengan 3.321 suara dan Partai Persatuan Pembangunan dengan 2.675 suara. Hal ini menunjukkan terjadi perubahan dalam pilihan masyarakat pada pemilihan umum 2009 dan 2014.

Partai pemenang pemilu tahun 2009 yaitu Partai Golkar mengalami penurunan suara yang signifikan di Kecamatan Pulau Punjung, sementara Partai Demokrat mengalami peningkatan suara yang sangat besar. Hal lainyang menjadi fenomena di Kecamatan Pulau Punjung adalah Partai Nasional Demokrat sebagai partai pendatang baru mampu mengalahkan partai-partai yang telah terlebih dahulu mengikuti Pemilu.

Berdasarkan pernyataan di atas penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dan

(7)

membahas lebih lanjut tentang perubahan pilihan masyarakat dalam Pemilu tahun 2014 ke dalam tulisanberbentuk skripsi dengan judul

“Perubahan Pilihan Masyarakat dalam Pemilu Legislatif tahun 2009 dan 2014 di Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya”.

Rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perubahan pilihan masyarakat pada Pemilu Legislatif tahun 2009 dan 2014 di Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya dan 2) Bagaimanakah pola perubahan pilihan masyarakat pada Pemilu Legislatif tahun 2009 dan 2014 di Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pilihan masyarakat pada Pemilu Legislatif tahun 2009 dan 2014 di Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya dan 2) pola perubahan pilihan masyarakat pada Pemilu Legislatif tahun 2009 dan 2014 di Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena metode kualitatif mempelajari data di lapangan secara alamiah dan mengutamakan teknik observasi dan wawancara serta dokumen. Tipe penelitian adalah deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara mendetail terhadap perubahan pilihan masyarakat dalam Pemilu Legislatif tahun 2009- 2014 di Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya.

Informan penelitian ini yaitu ditetapkan 25 orang yang terdiri dari peserta pemilu tahun 2009 dan taun 2014, penyelenggara yaitu ketua dan anggota KPU Kabupaten Dharmasraya dan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan masyarakat yang memiliki hak suara pada tahun 2009 dan tahun 2014 serta ikut memilih pada pemilu tahun 2009 dan tahun 2014 dan memiliki pilihan yang berbeda terhadap partai politik peserta pemilu. sebanyak 21 orang. Analisis Data dilakukan dengan reduksi data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan.

HASIL PENELITIAN

Pemilu legislatif 2009 dan 2014 menghasilkan perubahan yang signifikan bagi peta politik Kecamatan Pulau Punjung.

Perubahan yang tampak nyata pada Pemilu legislatif 2009 dan 2014 adalah jumlah pilihan mayoritas masyarakat terhadap partai politik tertentu. Dari data dokumentasi Panitia Pemilihan Kecamatan diketahui bahwa pilihan

mayoritas masyarakat Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya pada Pemilu 2009 adalah Golkar, sedangkan pada Pemilu legislatif 2009 dan 2014 pilihan mayoritas masyarakat bergeser ke Partai Demokrat.

Faktor primordial menentukan pilihan masyarakat terhadap caleg. Adanya hubungan persaudaraan serta kesamaan suku membuat masyarakat tidak ragu untuk menjatuhkan pilihan pada caleg. Primordialisme suku, primordialisme agama dan primordialisme kedaerahan Ikatan primordialisme keagamaan dan etnis menjadi salah satu alasan penting dari masyarakat dalam menyikapi terhadap elektabilitas pasangan calon.

Faktor tersebut yaitu kenal dengan caleg yang bersangkutan atau ada anggota keluarga yang kenal dengan caleg tersebut. Ikatan emosional tersebut menjadi pertimbangan penting bagi masyarakat untuk menentukan pilihannya. Latar belakang keluarga sangat berpengaruh bagi masyarakat dalam menentukan pilihan dalam pemilu legislatif. Hal ini tidak terlepas dari tingginya keterkaitan emosi masyarakat dengan keluarga serta sebagai suatu identitas bagi masyarakat tersebut. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa sebagian masyarakat Kecamatan Pulau Punjung merupakan masyarakat asli sehingga mereka terikat dengan faktor ikatan keluarga satu dengan yang lain.

Faktor caleg yang diajukan oleh partai menentukan adanya perubahan pilihan masyarakat terhadap partai. Masyarakat kurang mempertimbangkan partai, tetapi lebih mempertimbangkan calon yang diajukan oleh partai tersebut. Hal ini terlihat dari bervariasinya hasil pemilihan umum berdasarkan partai politik pada pemilu tahun 2009 dan tahun 2014.

Faktor kesamaan pandangan dalam keluarga atau dalam pekerjaan berpengaruh terhadap pilihan masyarakat dalam pemilihan umum legislatif taun 2009 dan tahun 2014.

Berbedanya partai pemenang pemilu di Kecamatan Pulau Punjung menjadi tanda bahwa masyarakat umumnya memiliki pandangan yang sama dalam keluarga sehingga mereka condong memilih satu partai, walaupun pilihan itu berbeda pada setiap pemilu.

Faktor tokoh masyarakat atau pemimpin merupakan faktor utama masyarakat dalam menentukan pilihan dalam pemilihan umum legislatif tahun 2009 dan tahun 2014.

Keberadaan tokoh masyarakat dijadikan sebagai penarik suara oleh partai politik dan tingkat keberhasilan mengajukan tokoh tersebut termasuk tinggi untuk kecamatan Pulau

(8)

Punjung. Hal ini berarti masyarakat Kecamatan Pulau Punjung masih bersifat tradisional dan primordial.

Secara umum pada Pemilu legislatif 2009 dan 2014 masyarakat Kecamatan Pulau Punjung mengubah pilihan politiknya. Dengan berbagai alasan yang berbeda diantara individu yang satu dengan individu yang lainnya, pemilih berusaha memantapkan pilihannya pada partai politik tertentu, dengan harapan partai pilihannya itu dapat melakukan pembaharuan terhadap segala sendi kehidupan agar dapat mengobati kekecewaan terhadap partai lama yang dipilih pada Pemilu 2009 yang ternyata belum sesuai dengan keinginan atau harapan pemilih.

Pola perubahan pilihan masyarakat pada pemilu legislatif tahun 2009 dan tahun 2014 di Kecamatan Pulau Punjung adalah perubahan non linier. Hal ini terlihat dari hasil pemilihan umum partai politik peserta pemilihan umum legislatif tahun 2009 tahun 2014 di Kecamatan Pulau Punjung. Hasil pemilu legislatif menunjukkan terjadinya perubahan besar pemenang pemilu tahun 2009 dan tahun 2014.

Teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud. Artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan itu. Aktor pun dipandang mempunyai pilihan (atau nilai, keperluan). Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor.

PENUTUP Kesimpulan

Faktor primordial menentukan pilihan masyarakat terhadap caleg. Adanya hubungan persaudaraan serta kesamaan suku membuat masyarakat tidak ragu untuk menjatuhkan pilihan pada caleg. Faktor caleg yang diajukan oleh partai menentukan adanya perubahan pilihan masyarakat terhadap partai. Masyarakat kurang mempertimbangkan partai, tetapi lebih mempertimbangkan calon yang diajukan oleh partai tersebut. Hal ini terlihat dari bervariasnya hasil pemilihan umum berdasarkan partai politik pada pemilu tahun 2009 dan tahun 2014.

Faktor kesamaan pandangan dalam keluarga atau dalam pekerjaan berpengaruh terhadap pilihan masyarakat dalam pemilihan umum legislatif tahun 2009 dan tahun 2014.

Berbedanya partai pemenang pemilu di Kecamatan Pulau Punjung menjadi tanda bahwa

masyarakat umumnya memiliki pandangan yang sama dalam keluarga sehingga mereka condong memilih satu partai, walaupun pilihan itu berbeda pada setiap pemilu.

Faktor tokoh masyarakat atau pemimpin merupakan faktor utama masyarakat dalam menentukan pilihan dalam pemilihan umum legislatif tahun 2009 dan tahun 2014.

Keberadaan tokoh masyarakat dijadikan sebagai penarik suara oleh partai politik dan tingkat keberhasilan mengajukan tokoh tersebut termasuk tinggi untuk kecamatan Pulau Punjung. Hal ini berarti masyarakat Kecamatan Pulau Punjung masih bersifat tradisional dan primordial

Pola perubahan pilihan masyarakat pada pemilu legislatif tahun 2009 dan tahun 2014 di Kecamatan Pulau Punjung adalah perubahan non linier yaitu perubahan besar pemenang pemilu tahun 2009 dan tahun 2014.

Saran

1. Masyarakat pemilih di Kecamatan Pulau Punjung dalam menentukan pilihannya ketika Pemilu sebaiknya didasarkan pada pilihan hati nuraninya.

2. Tokoh masyarakat sebaiknya berperan dalam pemilihan umum legislatif supaya masyarakat memiliki pedoman dalam menentukan pilihan terhadap partai dalam pemilu.

3. Partai politik peserta Pemilu diharapkan dapat mencermati faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan pilihan politik masyarakat agar dapat memenangkan pemilihan umum tahun 2019

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Asdi Mahasatya Abu Nashr Muhammad Al-Iman. 2014.

Membongkar Dosa-dosa Pemilu. Jakarta:

Prisma Media

Bungin, Burhan.2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Goodman J. Douglas Ritzer George. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

International IDEA, Melanjutkan Dialog Menuju Reformasi Konstitusi di Indonesia.

International IDEA, Jakarta, 2001

(9)

Kantaprawira, Rusadi.1988. Sistem Politik Indonesia. Bandung Sinar Baru Offset.

Katz S. Richard dan Crotty Willaim. 2014.

Partai Politik. Bandung: Nusa Media Miles Mathew dan Michael A. Huberman. 1992.

Analisis Data Kualitatif. Jakarta:

Universitas Indonesia Pers

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim. 1988.

Pengantar HTN Indonesia. Jakarta: CV.

Sinar Bakti, Pusat Study HTN Fakultas Hukum UI

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ranjabar, Jacobus. 1998. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rusli Karim M. 1991. Perjalanan Partai Politik di Indonesia: Sebuah Potret Pasang Surut.

Jakarta: CV. Rajawali

Sanit,Arbi. 1985. Perwakilan Politik Indonesia.

Yogyakarta: CV. Rajawali

Surbakti, Ramlan. 1992. Menahami Ilmu Politik.

Jakarta. PT Gramedia Widiasarna Indonesia

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Syani, Abdul. 1995. Sosiologi dan Perubahan

Masyarakat. Jakarta: Pustaka Jaya

Yusuf, Muri. 2005. Metodologi Penelitian.

Padang. Padang: UNP Pers

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyatakan, partisipasi pemilih pada Pemilu Legislatif 2014 mencapai 75 persen, dan sisanya tak menggunakan hak

Total Bakteri Asam Laktat pada minuman probiotik jambu biji Hasil analisis BAL total minuman jus jambu biji fermentasi laktat probiotik dengan penambahan Lb paracasei ssp paracasei Ml3