• Tidak ada hasil yang ditemukan

PESAN MONOGAMI DALAM AL-QUR’AN (TELAAH Q.S. AN-NISA’ AYAT 3 PERSPEKTIF FAQIHUDDIN ABDUL KODIR) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PESAN MONOGAMI DALAM AL-QUR’AN (TELAAH Q.S. AN-NISA’ AYAT 3 PERSPEKTIF FAQIHUDDIN ABDUL KODIR) SKRIPSI"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Meskipun wacana monogami dalam ayat tersebut sudah digaungkan sejak awal abad modern, namun pemahaman yang melekat di masyarakat terkait ayat tersebut masih tentang kebolehan poligami. Bukan hanya itu saja, terkadang ayat tersebut juga dijadikan guyonan yang dilontarkan kaum laki-laki kepada perempuan untuk memancing emosi perempuan. Bahkan banyak dari kalangan laki-laki di zaman sekarang yang mempraktekkan poligami tanpa memperhatikan syarat- syarat didalamnya.

Kuatnya pemahaman poligami dalam ayat tersebut menjadikan monogami seakan tenggelam, bahkan terdapat pemahaman bahwa asas pernikahan dalam Islam adalah poligami. An-Nisa‟ : 3, penulis akan menemukan pemahaman yang tidak timpang dan dapat mengungkap kemaslahatan bagi laki-laki maupun perempuan. Dimana sebelumnya ayat tersebut seakan hanya berpihak pada laki-laki dan tidak memikirkan aspek psikologis perempuan.

Fokus Penelitian

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Definisi Istilah

Sistematika Penulisan

Telaah merupakan sinonim dari kata penyelidikan, kajian, penelitian dan pemeriksaan.11 Telaah dalam hal ini adalah suatu penelitian atau kajian tentang suatu teks atau karya tulis. IV adalah pemaparan data yang diperoleh di lapangan dan juga untuk menarik kesimpulan dalam rangka menjawab masalah yang telah dirumuskan. Fungsi bab ini adalah sebagai rangkuman dari semua pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sekaligus penyampaian saran-saran bagi pihak terkait.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Penelitian Terdahulu

Hal yang membedakan dengan penelitian penulis adalah penelitian tersebut fokus pada konsep iddah laki-laki. Penelitian oleh Inayah Rohmaniyah memiliki kesamaan dengan penelitian penulis pada aspek ayat yang diteliti (Q.S. An-nisa‟ ayat 3) dengan memfokuskan pada pesan monogaminya. Perbedaannya dengan penelitian yang akan datang adalah tokoh yang diteliti, penelitian sebelumnya meneliti Asghar Ali Engineer sebagai objek kajian, sedangkan penelitian yang akan datang memfokuskan pada tokoh Faqihuddin Abdul Kodir.14.

Penelitian oleh Slamet Firdaus memiliki kesamaan dengan penelitian penulis pada aspek ayat yang diteliti (Q.S. An-nisa‟ ayat 3). Penelitian yang dilakukan oleh Agus Mahfudin dan Galuh Retno Setyo Wardani dengan judul “Asas Monogami dalam Surah an-nisa‟ ayat 3 (Studi Pemikiran M. Quraish Shihab)”. Quraish Shihab, sedangkan penelitian yang akan datang memfokuskan pada pesan monogami perspektif tokoh Faqihuddin Abdul Kodir.16.

Kajian Teori

Menurut riwayat Abu Daud dari Aisyah R.A, Perkawinan pada masa jahiliyah ada empat macam,: pertama adalah perkawinan secara spontan, perkawinan ini dapat dilaksanakan setelah laki-laki mengajukan lamaran kepada wali perempuan dan menyerahkan mas kawin ketika itu pula. Hal demikian dilakukan untuk memperoleh keturunan yang baik dan pintar seperti laki-laki yang ditunjuk suaminya. Ketiga perkawinan ar-rahthun (perkawinan poliandri) yakni hubungan beberapa orang laki-laki yang kurang dari sepuluh dengan satu perempuan.

Dimana setelah perempuan hamil dan melahirkan, ia menunjuk satu diantara laki-laki yang telah mengumpulinya untuk menjadi ayah dari anak yang dilahirkan. Kemudian perkawinan al-syigar, yaitu seorang laki-laki mengawinkan anak atau saudara perempuannya tanpa mahar akan tetapi dengan syarat laki-laki itu memberikan anak atau saudara perempuannya.19. Islam hanya membenarkan perkawinan yang terjadi antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang tidak terhalang menikah secara syar‟i (bukan mahram).

Pertama, prinsip kebebasan dalam memilih jodoh bagi laki-laki dan perempuan sepanjang tidak melanggar ketentuan syari‟ah. Jika sebelum Islam laki-laki bisa sesuka hati gonta-ganti istri dan bisa memiliki istri dengan tanpa batasan, maka setelah islam datang kebiasaan tersebut dihapus dengan cara membatasi jumlah istri yang boleh dinikahi dalam waktu yang sama, yakni hanya empat istri. Islam memperketat syarat poligami sedemikian rupa sehingga kaum laki-laki tidak boleh lagi semena-mena terhadap istri mereka seperti sedia kala.

An-Nisa‟: 3 memang dibolehkan, namun kebolehan tersebut bukan berarti suatu hal yang istimewa bagi laki-laki yang dapat dilakukan sekehendaknya. Kemudian adanya peraturan hukum perkawinan dibawah nanungan negara juga sebagai upaya untuk memberikan hak kesetaraan terhadap perempuan serta untuk memperkecil adanya subordinasi dan diskriminasi terhadap kaum perempuan, sehingga baik laki-laki maupun perempuan dapat. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Maulana Umar Ahmad Utsmani, seorang intelektual Islam Pakistan menyatakan bahwa selama masa normal, Allah hanya menciptakan satu perempuan untuk satu laki-laki.

Yakni, ketika sejumlah perempuan menjadi yatim karena adanya peperangan yang berkali-kali, sehingga sejumlah besar kaum laki-laki terbunuh dan mengakibatkan banyaknya anak yatim dan janda, serta banyak dari mereka yang memiliki harta kekayaan yang berharga. Dalam konteks inilah, al-Quran membolehkan laki-laki hingga empat istri, untuk melindungi orang-orang yang lemah (anak yatim dan janda) serta hartanya.37. Sehingga kesimpulannya, dalam madzhab Hanbali syarat untuk tidak dimadu boleh dijadikan sebagai syarat perkawinan yang diajukan pihak perempuan kepada laki-laki.41.

METODE PENELITIAN

  • Pendekatan dan jenis penelitian
  • Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Analisis Data

Mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penafsiran ayat tersebut, terutama penafsiran Faqihuddin Abdul Kodir sebagai tokoh yang akan dikaji dalam penelitian ini. Dalam memaparkan penafsiran, peneliti memaparkan penafsiran ayat, dilengkapi dengan asbabunnuzul dan pendapat Faqihuddin Abdul Kodir dan para ulama lain, serta hadist-hadist yang berkaitan dengan tema kajian. 50 Nur Khaliq Ridlwan, https://bangkitmedia.com/faqihuddin-abdul-kodir-tokoh-muda- nu-penggerak-majlis-mubadalah-yang-mendunia/ diakses tgl 3 januari 2022.

51 Nur Khaliq Ridlwan, https://bangkitmedia.com/faqihuddin-abdul-kodir-tokoh-muda- nu-penggerak-majlis-mubadalah-yang-mendunia/. 52 Nur Khaliq Ridlwan, https://bangkitmedia.com/faqihuddin-abdul-kodir-tokoh-muda- nu-penggerak-majlis-mubadalah-yang-mendunia/. 53 Nur Khaliq Ridlwan, https://bangkitmedia.com/faqihuddin-abdul-kodir-tokoh-muda- nu-penggerak-majlis-mubadalah-yang-mendunia/.

55 Ridlwan, https://bangkitmedia.com/faqihuddin-abdul-kodir-tokoh-muda-nu-penggerak- majlis-mubadalah-yang-mendunia/. 57 Ridlwan, https://bangkitmedia.com/faqihuddin-abdul-kodir-tokoh-muda-nu-penggerak- majlis-mubadalah-yang-mendunia/ diakses tgl 3 januari 2022. 99 Faqihuddin Abdul Kodir, “Sunnah Monogami mengaji alquran dan hadits”, 194. .. baqarah : 195), dan saran nabi Muhammad untuk tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain (Muwaththa‟ Malik).

Konsep Iddah Laki-laki Perspektif Mubadalah Faqihuddin Abdul Kodir”, Skripsi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2011. Nur Khaliq Ridlwan, https://bangkitmedia.com/faqihuddin-abdul-kodir-tokoh- muda-nu-penggerak-majlis-mubadalah-yang-mendunia/ diakses tgl 3 januari 2022.

PEMBAHASAN

Biografi Faqihuddin Abdul Kodir

Selain itu, ayahnya juga berprofesi sebagai pegawai honorer KUA yang kemudian diangkat sebagai PNS pada tahun 1965.50. Di siang hari, ia belajar di MI Wathoniyah Gintunglor, Susukan, Cirebon sebagai pendidikan sekolah agama. Setelah lulus dari MI Wathoniyah (1983), Faqihuddin menginginkan untuk nyantri di pesantren salaf tanpa menempuh pendidikan formal.

Selama di Damaskus, ia belajar pada ulama-ulama‟ yang masyhur seperti Syekh Ramadhan al-Buthi, Syekh Wahbah dan Muhammad Zuhaili, serta aktif mengikuti dzikir dan pengajian Khalifah Naqsyabandiyah, Syekh Ahmad Kaftaro. Ia juga berguru pada ulama‟ muda, al-Hafidz Muhammad al-Habasyi, penulis kitab al-mar‟ah bayn asy-syraiah wa al-hayat yang sekaligus menjadi dosen di Abu Nur.57. Studies (ICRS) UGM Yogyakarta, dan lulus pada tahun 2015 dengan disertasi yang membahas tentang interpretasi Abu Syuqqah terhadap teks-teks hadits untuk penguatan hak-hak perempuan dalam Islam.59.

Selama di Damaskus, ia dipercaya sebagai Sekretaris Pengurus Cabang Istimewa- Nahdlatul Ulama, dimana ia merupakan PCI NU pertama di dunia yang berdiri, kemudian ikut serta Muktamar NU pada tahun 1999 yang bertempat di Kediri.60. Selain itu, ia juga bergabung di Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKK NU) Pusat, dan dipercaya sebagai Sekretaris Nasional Alimat (Gerakan Nasional untuk Keadilan Keluarga dalam Perspektif Islam).61. Diantaranya; mengajar di IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada jenjang sarjana dan pascasarjana, ISIF Cirebon, dan mengajar di Pondok Pesantren Kebon Jambu al-Islami Babakan Ciwaringin, dimana, di pesantren tersebut, ia juga dipercaya sebagai wakil direktur Ma‟had Aly, takhashshush fiqh ushul fiqh, dengan konsentrasi pada perspektif keadilan relasi laki-laki dan perempuan.62.

Kiprahnya dalam tulis menulis telah dilakukan sejak tahun 2000 dengan menulis rubrik “Dirasah Hadits” di swara Rahima. Bukan hanya itu saja, pada tahun 2016 ia dipercaya menjadi anggota tim kontributor konsep dan buku, instruktur dan fasilitator “Bimbingan Perkawinan” yang digagas Kementrian Agama Republik Indonesia. Adanya tim ini bertujuan untuk memberikan penguatan kemampuan terhadap calon pengantin dalam mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah dengan bertumpu pada relasi kesalingan dam kerja sama.63.

Pada tahun 2016, di bulan puasa, ia membuat blog untuk mewadahi tulisan-tulisan ringan tentang hak-hak perempuan dalam Islam dengan alamat www.mubadalah.com dan mubaadalahnews.com.

Metode Penafsiran

An-Nisa‟ ayat 3 adalah tentang keadilan, yang mungkin didapatkan oleh kedua belah pihak, yakni laki-laki dan perempuan. Sebagaimana diketahui bahwa surah an-Nisa‟ ayat 3 ini merupakan ayat Madaniyah yang turun setelah perang uhud. Oleh karena itu, untuk merespon kejadian di masa itu Allah menurunkan surah an-Nisa‟ ayat 3 ini.75.

Secara kontekstual, Faqihuddin menyatakan bahwa poligami dalam ayat an-Nisa‟ hanya diperkenankan pada kondisi sosial tertentu. Dalam pandangan Faqihuddin, ungkapan Sayyidah Aisyah diatas menyiratkan makna tentang keterkaitan antara pemeliharaan anak yatim dengan kebolehan poligami dalam ayat tersebut. Oleh karena itu ayat tersebut memperingatkan untuk tidak berpoligami jika khawatir tidak mampu berbuat adil.88.

Penempatan ayat “poligami yang sulit adil” (QS.. an-Nisa‟: 129) menunjukkan bahwa poligami merupakan salah satu problem krusial dalam sebuah relasi suami-istri. Asas Monogami dalam Surah an-nisa‟ ayat 3 (Studi Pemikiran M. Quraish Shihab)” Jurnal Hukum Keluarga Islam 3, no.

Penafsiran Faqihuddin Abdul Kodir terhadap QS. An-Nisa‟ ayat 3 51

PENUTUP

KESIMPULAN

Dua bentuk perkawinan yang pertama adalah bentuk perkawinan yang rentan terjadi tindakan semena-mena dan tidak adil, sehingga penyebutan dua bentuk perkawinan dalam ayat tersebut merupakan kritik al-Quran dan peringatan terhadap orang-orang yang menjalaninya. Karena kebolehan perkawinan poligami dikitari berbagai syarat dan kritik, maka kritik inilah yang menjadi kunci untuk memilih perkawinan monogami. Diantara faktor yang mempengaruhi penafsiran Faqihuddin adalah kondisi sosial yang melingkupinya, yang dapat dilihat dari latar belakang keilmuan atau pendidikan dan kehidupan sehari-sehari.

Latar belakang kondisi sosial beliau yang feminis ini mempengaruhi pemikiran beliau dalam hal membaca teks-teks keagamaan yang bersifat misoginis, salah satunya masalah poligami dalam al-Quran. Sebab, pesan ayat tersebut adalah keadilan, dimana perkawinan yang selaras dengan pesan keadilan adalah perkawinan monogami.

SARAN

Pandangan Muhammad Quraish Shihab dan Buya Hamka tentang Konsep Ekoteologi dalam al-Qur‟an (Studi Komparatif Tafsir al- Misbah dan Tafsir al-Azhar), Skripsi, IAIN Jember, 2021. Handariyatul Masruroh, “Zina dan Sanksinya dalam Perspektif Muhammad Quraish Shihab (Sebuah Kajian Teks terhadap Tafsir al-Misbah)”, Skripsi : IAIN Jember, 2020. Asas Monogami Perkawinan pada Izin Poligami di Pengadilan Agama Jakarta Selatan Perspektif Gender dan Hukum Progresif”, Skripsi, UIN Jakarta, 2020.

Monogami dan Poligami dalam Islam (Perspektif Sejarah-Sosial Hukum Islam)”, (Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Syam, Masiyam dan M Faisal Haitomi, “Poligami dalam surah al-nisa‟ (4): 3 (Aplikasi pendekatan kontekstual abdullah saeed)”.

Referensi

Dokumen terkait