• Tidak ada hasil yang ditemukan

PESERTA DIDIK

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PESERTA DIDIK"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

IMPLEMENTASI JOYFUL LEARNING

DENGAN APLIKASI SEKOLAH RAMAH ANAK DI KOTA DEPOK

Tim Penyusun

Ketua Peneliti (Dr. Hj. Ihsana El Khuluqo, M.Pd / NIDN. 0309015703) Anggota Peneliti (Ivan Zuadkia / NIM. 1709027028)

Nomor Surat Kontrak Penelitian : Nilai Kontrak : Rp. 11.000.000

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA 2020

(2)

2

HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN

Judul Penelitian : Implementasi Joyful Learning dengan Aplikasi Sekolah Ramah Anak di Kota Depok

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 710/Ilmu Pendidikan Bidang Unggulan PT : Inovasi Pendidikan

Topik Unggulan : Sekolah Ramah Anak

Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Dr. Hj. Ihsana El Khuluqo, M.Pd

b. NIDN : 0309015703

c. Jabatan Fungsional : Ketua Program Studi

d. Program Studi : Magister Administrasi Pendidikan

e. Nomor HP : 081284577339

f. Alamat surel (e-mail) : Ihsana_khuluqo@uhamka.ac.id Anggota Peneliti (1)

a. Nama Lengkap : Ivan Zuadkia

b. NIM : 1709027028

c.

d. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Anggota Peneliti (2)

a. Nama Lengkap : Marni

b. NIM : 1709087008

c. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Lama Penelitian Keseluruhan : Tahun

Biaya Penelitian : Rp. 11.000.000,- - Dana internal PT : Rp. ,-

- Dana institusi lain : -

Mengetahui,

Direktur Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ade Hikmat, M.Pd NIDN. 0019066301

Jakarta, 29 Maret 2020 Ketua Peneliti

Dr. Hj. Ihsana El Khuluqo, M.Pd NIDN. 0309015703

Menyetujui, Ketua LP/LPPM

Prof. Dr. Suswandari, M.Pd NIDN. 0020116601

(3)

3

SURAT KONTRAK PENELITIAN

(4)

4

(5)

5 RINGKASAN

Penting nya penelitian implementasi Joifull Learning dengan aplikasi Sekolah Ramah Anak (SRA) yang belum pernah diteliti sebelumnya yaitu sebagai alat untuk memudahkan penerapan dalam implementasi SRA. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) merupakan satu dari beberapa kementerian/lembaga yang memiliki program berbasis sekolah

Penelitian ini belum pernah dilakukan karena Peraturan Pemerintah terkait sekolah ramah anak terhitung masih baru serta sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah belum menyeluruh. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti variable tersebut.

Terminologi “Ramah” dalam SRA dapat dimaknai sebagai keramahan sosial dan fisik.

Keramahan sosial terwujud dalam interaksi antara pendidik dan peserta didik sepanjang proses pembelajaran. Adapun keramahan fisik diwujudkan dalam bentuk sarana dan prasarana penunjang. Proses pembelajaran dan sarana prasarana yang ramah anak merupakan bagian dari enam komponen SRA yang termasuk dalam Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Tujuan penelitian ini membantu Pemerintah lebih efektif dalam sosialisasi ke dunia pendidikan. SRA sebagai wujud pemenuhan hak anak sekaligus perlindungan terhadap mereka di lingkup pendidikan, memandang anak sebagai salah satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian. Dalam SRA, terdapat tiga pilar penyokong yaitu sekolah, orang tua, dan anak. Sinergi antara ketiga pilar ini sangat berpengaruh pada keberhasilan SRA. Tiga pilar tersebut menjadi subyek dalam slogan SRA, yaitu anak senang, guru tenang, orang tua bahagia.

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah lapangan (field research) peneliti menggunakan jenis penelitian campuran/kombinasi (mixed methodology). Mixed method menghasilkan fakta yang lebih komprehensif dalam meneliti masalah penelitian, karena peneliti ini memiliki kebebasan untuk menggunakan semua alat pengumpul data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Sedangkan kuantitatif atau kualitatif hanya terbatas pada jenis alat pengumpul data tertentu saja. Metode Penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian Mix Metodh oleh Sugiono 2014. Penelitian Mix Metodh dapat menggambarkan hasil penelitian dengan akurat mengacu pada data akurat yang mengacu pada data yang diberikan sekolah melalui Aplikasi Sekolah Ramah Anak.

(6)

6 DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... 2

SURAT KONTRAK PENELITIAN ... 3

RINGKASAN ... 5

DAFTAR ISI ... 6

BAB 1. PENDAHULUAN ... 7

A. Latar Belakang Masalah ... 7

B. Urgensi Penelitian ... 8

C. Perumusan Masalah ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. State of the Art ... 11

B. Deskripsi Konseptual Fokus Sekolah Ramah Anak ... 11

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 15

A. Tempat dan Waktu Evaluasi... 15

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

BAB 6 LUARAN YANG DICAPAI ... 21

BAB 7 RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI ... 22

DAFTAR PUSTAKA ... 23

(7)

7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) merupakan satu dari beberapa kementerian/lembaga yang memiliki program berbasis sekolah. Kemen PPPA mendorong seluruh satuan pendidikan, baik sekolah maupun madrasah, negeri atau swasta, umum atau khusus pada setiap jenjang untuk menjadi Sekolah Ramah Anak (SRA). SRA merupakan bentuk penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan terhadap hak anak dalam ranah pendidikan. SRA berupaya mewujudkan sekolah maupun madrasah yang ramah bagi peserta didik.

Terminologi “Ramah” dalam SRA dapat dimaknai sebagai keramahan sosial dan fisik. Keramahan sosial terwujud dalam interaksi antara pendidik dan peserta didik sepanjang proses pembelajaran. Adapun keramahan fisik diwujudkan dalam bentuk sarana dan prasarana penunjang. Proses pembelajaran dan sarana prasarana yang ramah anak merupakan bagian dari enam komponen SRA yang termaktub dalam Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Permen PPPA) No. 8 Tahun 2014 tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak.

Sarana dan prasarana dapat menjadi daya ungkit dalam menyukseskan pencapaian tujuan pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana prasarana mempengaruhi secara kuat terhadap motivasi belajar dan prestasi belajar peserta didik. Kebersihan, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan peserta didik menjadi pertimbangan utama dalam penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana di SRA.

Selayaknya sebuah program, implementasi SRA perlu dievaluasi. Kemen PPPA sebagai penggagas program SRA sudah melakukan mekanisme tersebut. Kemen PPPA mendorong seluruh SRA melalui Dinas PPPA Daerah untuk melakukan evaluasi mandiri dengan mengisi kuesioner secara daring. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi mandiri digunakan sebagai data mentah dalam rangkaian proses pemberian penghargaan SRA tingkat nasional yang berlangsung setiap tahun.

Keberadaan SRA cukup mendapatkan perhatian dari masyarakat, terbukti dengan adanya penelitian terkait SRA. Berdasarkan penelusuran penulis, ditemukan beberapa penelitian yang mengangkat SRA sebagai judul penelitian, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Utari yang menyimpulkan bahwa salah satu faktor penghambat pelaksanaan SRA ialah sumber daya finansial. Selain sumber daya finansial, sumber daya

(8)

8

manusia menjadi faktor penghambat lainnya yakni kurangnya pemahaman guru terhadap pelaksanaan SRA secara keseluruhan.

Penelitian-penelitian tersebut memotret implementasi SRA secara spesifik di sebuah sekolah. Namun bukan berarti tidak ada penelitian yang memiliki lingkup lebih luas.

Kristanto, Khasanah, dan Karmila melakukan penelitian terhadap SRA untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini se-Kecamatan Semarang Selatan. Dalam penelitian terungkap bahwa sebagian besar satuan PAUD di Kecamatan Semarang Selatan telah menerapkan program SRA ditinjau dari sikap terhadap murid, metode pembelajaran, penataan kelas dan lingkungan yang sehat Sebagai tindak lanjut dari penelitian tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian evaluatif tentang program SRA ditinjau dari proses pembelajaran dan sarana prasarana pada sekolah dasar di kota Depok.

B. Urgensi Penelitian

Sekolah Ramah Anak adalah sebuah program yang mendorong sekolah maupun madrasah untuk melakukan berbagai tindakan dalam menciptakan kondisi, situasi, dan lingkungan yang positif, kondusif dan ramah secara sosial serta fisik. Keramahan sosial diwujudkan dalam interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik sepanjang proses pembelajaran dengan menerapkan joyful learning, pembelajaran penuh kasih sayang, non- diskriminasi, dan penerapan disiplintanpa kekerasan serta merendahkan harkat dan martabat peserta didik. Adapun keramahan fisik diwujudkan dalam bentuk sarana dan prasarana yang memenuhi unsur kebersihan, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan peserta didik.

Penelitian ini belum pernah dilakukan karena Peraturan Pemerintah terkait sekolah ramah anak terhitung masih baru serta sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah belum menyeluruh. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti variable tersebut.

(9)

9 C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, fokus evaluasi serta ruang lingkup di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah implementasi Program SRA meliputi perencanaan dan pelaksanaan ditinjau dari proses pembelajaran dan sarana prasarana pada sekolah dasar di Kelurahan Tugu Kota Depok?

2. Bagaimanakah gambaran faktor pendukung meliputi sekolah, masyarakat maupun pemerintah daerah dalam pelaksanaan SRA ditinjau dari proses pembelajaran dan sarana prasarana pada sekolah dasar di Kelurahan Tugu Kota Depok?

3. Bagaimanakah gambaran faktor penghambat meliputi sekolah, masyarakat maupun pemerintah daerah dalam pelaksanaan SRA ditinjau dari proses pembelajaran dan sarana prasarana pada sekolah dasar di Kelurahan Tugu Kota Depok?

(10)

10 Tabel 1.1 Rencana Target Capaian Tahunan

No Jenis Luaran TS1) TS+1 TS+2…

1 Publikasi ilmiah2) Internasional tidak ada draft

submitted

tidak ada

Nasional Terakreditasi draft submitted

tidak ada draft submitted

2 Pemakalah dalam temu ilmiah3) Internasional tidak ada tidak ada tidak ada

Nasional terdaftar terdaftar terdaftar

3 Inivited speaker dalam temu ilmiah4)

Internasional tidak ada tidak ada tidak ada

Nasional tidak ada tidak ada tidak ada

4 Visiting Lecturer5) Internasional tidak ada tidak ada tidak ada

5 Hak Kekayaan Intelektual (HKI)6)

Paten tidak ada tidak ada tidak ada

Paten sederhana tidak ada tidak ada tidak ada

Hak Cipta tidak ada tidak ada tidak ada

Merek dagang tidak ada tidak ada tidak ada Rahasia dagang tidak ada tidak ada tidak ada Desain Produk Industri tidak ada tidak ada tidak ada Indikasi Geografis tidak ada tidak ada tidak ada Perlindungan Varietas Tanaman tidak ada tidak ada tidak ada Perlindungan Topografi Sirkuit

Terpadu

tidak ada tidak ada tidak ada

6 Teknologi Tepat Guna7) tidak ada tidak ada tidak ada

7 Model/Purwarupa/Desain/Karya seni/ Rekayasa Sosial8) tidak ada tidak ada draft

8 Buku Ajar (ISBN)9) tidak ada tidak ada tidak ada

9 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)10) 5 5 5

1) TS = Tahun sekarang (tahun pertama penelitian)

2) Isi dengan tidak ada, draf, submitted, reviewed, accepted, atau published

3) Isi dengan tidak ada, draf, terdaftar, atau sudah dilaksanakan

4) Isi dengan tidak ada, draf, terdaftar, atau sudah dilaksanakan

5) Isi dengan tidak ada, draf, terdaftar, atau sudah dilaksanakan

6) Isi dengan tidak ada, draf, terdaftar, atau granted

7) Isi dengan tidak ada, draf, produk, atau penerapan

8) Isi dengan tidak ada, draf, produk, atau penerapan

9) Isi dengan tidak ada, draf, proses editing, atau sudah terbit

10)Isi dengan skala 1-9 dengan mengacu pada Bab 2 Tabel 2.7

(11)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. State of the Art

Penerapan Child Friendly School memiliki dampak positif terhadap lingkungan belajar dan kinerja akademik peserta didik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anwar, Malik, dan Khizar menyimpulkan bahwa lingkungan belajar dan performa akademik peserta didik di Sekolah Ramah Anak lebih baik dibandingkan dengan peserta didik di sekolah konvensional

Terdapat berbagai faktor yang menjadi daya ungkit maupun penghambat dalam pelaksanaan SRA. Adapun faktor pendukung pelaksanaan SRA berupa sikap positif dan dukungan dari berbagai pihak serta adanya komitmen pihak sekolah. Sementara faktor penghambat berupa sumber daya finansial yang belum cukup, sarana dan prasaran yang belum ramah untuk anak berkebutuhan khusus, serta faktor lingkungan yang membahayakan kesehatan anak dan warga sekolah

Tantangan lain yang dihadapi dalam implementasi SRA ialah konsep Sekolah Ramah Anak membingungkan dan harus digunakan secara hati-hati. Selain itu, terdapat perbedaan pendapat antara peserta didik dan pendidik tentang sekolah yang bersahabat dengan anak.

Selain guru, kepala sekolah sebagai pembuat kebijakan juga memiliki peran dalam pelaksanaan SRA. Untuk itu, kepala sekolah perlu melakukan langkah-langkah guna terpenuhinya enam komponen SRA. Upaya-upaya kepala sekolah dalam mewujudkan SRA yaitu: (1) melaksanakan Kebijakan SRA, (2) melakukan pengawasan terhadap kurikulum, (3) mengadakan pelatihan guru, (4) pemenuhan sarana dan prasarana yang ramah anak, (5) memberikan ruang partisipasi siswa, dan (6) melibatkan orang tua dan masyarakat

B. Deskripsi Konseptual Fokus Sekolah Ramah Anak 1. Pengertian Sekolah Ramah Anak

Konsep Sekolah Ramah Anak yang diterapkan Indonesia pada hakikatnya merupakan modifikasi dari program Child Friendly School (CFS) yang digagas oleh UNICEF. Menurut UNICEF, sekolah yang ramah anak mencerminkan lingkungan yang berkualitas ditandai dengan adanya peran sekolah dan partisipasi masyarakat dalam memenuhi kepentingan seluruh anak, mencakup kesehatan, gizi, dan

(12)

12

kesejahteraannya secara keseluruhan. Untuk mewujudkan sekolah yang ramah anak, sekolah harus bersinergi dengan masyarakat. Hal ini penting guna memastikan anak tetap terlindungi ketika menuju, di, dan sepulang sekolah.

Lingkungan sekolah yang ramah bagi peserta didik dijabarkan secara terperinci oleh Kemen PPPA. Dalam pasal 1 Peraturan Menteri PPPA Nomor 8 Tahun 2014 tentang Kebijakan SRA, SRA didefinisikan sebagai:

Satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di pendidikan.

Secara garis besar, definisi tersebut memuat tiga hal utama. Pertama, ruang lingkup satuan pendidikan yang termasuk SRA. Kedua, penjabaran tentang karakteristik sekolah yang ramah anak. Ketiga, penekanan terhadap pentingnya mekanisme pengaduan di sekolah.

Poin Pertama, SRA tidak membedakan satuan pendidikan berdasarkan kekhususan. Sekolah umum maupun sekolah yang menyelenggarakan pendidikan khusus merupakan sasaran SRA. Sekolah Luar Biasa (SLB) atau untuk Propinsi Banten, SLB digantikan dengan istilah SKH (Sekolah Khusus) memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi SRA. Hal ini merupakan suatu bentuk pemenuhan atas prinsip SRA, yaitu non-diskriminasi sekaligus prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas.

Di SRA, tidak boleh ada diskriminasi terhadap peserta didik. Dalam pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 39 tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa:

“Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya.”

SRA memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh peserta didik dalam mengaktuliasaikan diri sesuai minat dan bakat. Sejauh tidak bertentangan dengan noram-norma yang dianut.

(13)

13

Selanjutnya, poin penting dalam definisi SRA ialah terdapat mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di sekolah. SRA mendorong sekolah berinovasi dengan membuat mekanisme pengaduan ketika terjadi masalah yang menimpa peserta didik. Hal yang mendasar namun kerap dilupakan ialah hendaknya mekanisme pengaduan disosialisasikan ke seluruh peserta didik. Informasi terkait mekanisme pengaduan dapat membantu peserta didik dalam menentukan kemana harus mengadu, siapa saja yang dapat membantu, apa yang harus dilakukan, dan berbagai upaya lainnya.

Sekolah Ramah Anak adalah sebuah program yang mendorong sekolah maupun madrasah untuk melakukan berbagai tindakan dalam menciptakan kondisi, situasi, dan lingkungan yang positif, kondusif dan ramah secara sosial serta fisik.

Keramahan sosial diwujudkan dalam interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik sepanjang proses pembelajaran dengan menerapkan joyful learning, pembelajaran penuh kasih sayang, non-diskriminasi, dan penerapan disiplin tanpa kekerasan serta merendahkan harkat dan martabat peserta didik. Adapun keramahan fisik diwujudkan dalam bentuk sarana dan prasarana yang memenuhi unsur kebersihan, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan peserta didik.

2. Tujuan Sekolah Ramah Anak

SRA sebagai wujud pemenuhan hak anak sekaligus perlindungan terhadap mereka di lingkup pendidikan memandang anak sebagai salah satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian. Oleh karena itu, di dalam SRA, terdapat tiga pilar penyokong yaitu sekolah, orang tua, dan anak. Sinergi antara ketiga pilar ini sangat berpengaruh pada keberhasilan SRA. Tiga pilar tersebut menjadi subyek dalam slogan SRA, yakni anak senang, guru tenang, orang tua bahagia.

Pesan yang terkandung dalam slogan SRA juga merupakan tujuan yang hendak dicapai. Diharapkan manfaat SRA tidak hanya dirasakan oleh anak, namun juga dapat dinikmati oleh guru sebagai representasi dari sekolah dan orang tua sebagai representasi dari masyarakat. Melalui SRA diharapkan dapat terwujud lingkungan sekolah yang membuat anak senang bersekolah, kerasan berada di sekolah, dan bila saat liburan tiba, anak merasa rindu dengan teman-teman dan guru- guru serta berharap segera masuk sekolah kembali. Selain itu guru merasa tenang dalam mengajar, tidak perlu takut dengan bayang-bayang ancaman hukuman karena sudah menerapkan tehnik displin yang sesuai. Orang tua juga merasakan manfaat

(14)

14

dari SRA, kebahagiaan muncul ketika melihat anak-anak rajin ke sekolah dan guru- guru di sekolah sangat mendukung anak-anak mereka.

3. Prinsip-prinsip Sekolah Ramah Anak

Di Indonesia, Pelaksanaan SRA berpegang teguh pada 5 hal. Prinsip-prinsip SRA ini merupakan penyempurnaan dari prinsip-prinsip KHA karena sejatinya SRA merupakan salah satu bentuk pemenuhan hak sekaligus perlindungan terhadap anak dalam ranah pendidikan. Dalam KHA, terdapat empat prinsip yang harus dipegang teguh, yaitu: (1) kepentingan terbaik anak, (2) non-diskirminasi, (3) hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan, dan (4) partisipasi anak. Dikarenakan sekolah mengelola dana bantuan dari pemerintah, maka SRA menyisipkan satu prinsip tambahan, yakni pengelolaan yang baik guna menunjang akuntabilitas sekolah.

(15)

15 BAB III

METODE PENELITIAN

Sebagaimana telah dinyatakan sebelumnya bahwa salah satu fokus penelitian ialah untuk mendapatkan gambaran impelementasi Program SRA. Deskripsi pelaksanaan SRA disajikan dalam bentuk naratif yang menuntut kemampuan peneliti dalam merangkai kata sehingga dapat dipahami dengan baik oleh pembaca. Oleh karena itu, peneliti menerapkan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini. Penelitian kualitatif menurut Moleong adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

Adapun metode yang digunakan ialah metode evaluasi dengan pertimbangan bahwa penelitian ini dilakukan untuk menggali informasi dari berbagai pihak terkait dan memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang pelaksanaan program Sekolah Ramah Anak khususnya proses pembelajaran dan sarana prasarana yang ramah anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Royse dalam Rusdiana yang menyatakan bahwa tujuan utama evaluasi program dengan pendekatan kualitatif adalah mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang suatu program di semua aspeknya

(16)

16 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

DDDidalam proses penelitian ini lebih berorientasi untuk memudahkan dan mendeteksi apakah sekolah dasar negeri yang dijadikan obyek penelitian dan sampel memenuhi standar yang telah di canangkan pemerintah . Dalam pasal 1 Peraturan Menteri PPPA Nomor 8 Tahun 2014 tentang Kebijakan SRA, SRA didefinisikan sebagai: Satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di pendidikan.

Secara garis besar, definisi tersebut memuat tiga hal utama. Pertama, ruang lingkup satuan pendidikan yang termasuk SRA. Kedua, penjabaran tentang karakteristik sekolah yang ramah anak. Ketiga, penekanan terhadap pentingnya mekanisme pengaduan di sekolah.

Lokasi penelitian di wilayah desa kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok yang terdapat beberapa sekolah SDN yaitu : terdapat 9 Sekolah Dasar Negeri dengan rincian sebagai berikut :

1. SD Negeri Tugu 1 2. SD Negeri Tugu 3 3. SD Negeri Tugu 4 4. SD Negeri Tugu 6 5. SD Negeri Tugu 7 6. SD Negeri Tugu 8 7. SD Negeri Tugu 9 8. SD Negeri Tugu 10 9. SD Negeri Tugu 11

(17)

17 Data sekolah dipaparkan dalam diagram berikut

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

Tugu 1 Tugu 3 Tugu 4 Tugu 6 Tugu 7 Tugu 8 Tugu 9 Tugu 10 Tugu 11

Perempuan 463 207 213 208 219 189 236 194 174

Laki-Laki 445 226 234 217 218 224 229 220 184

PESERTA DIDIK

Perempuan Laki-Laki

25

11 10 11 11

9 9

8

10

4

2 2 2 3 4

1

3 3

TUGU 1 TUGU 3 TUGU 4 TUGU 6 TUGU 7 TUGU 8 TUGU 9 TUGU 10 TUGU 11

Guru

Perempuan Laki-Laki

(18)

18 Fokus penelitian pada pelaksanaan :

a. Proses pembelajaran yang ramah anak dengan aspek sebagai berikut pelaksanaan proses pembelajaran yang tidak bias gender, non diskriminatif, memberikan gambaran yang adil, akurat, informatif mengenai masyarakat dan memperhatikan hak anak, dilakukan dengan cara yang menyenangkan, penuh kasih sayang dan bebas dari perlakuan diskriminasi terhadap peserta didik di dalam dan di luar kelas, Melaksanakan proses pembelajaran inklusif dan nondiskriminatif, Melaksanakan proses pembelajaran yang mengembangkan keragaman karakter dan potensi peserta didik dan dapat mengembangkan minat, bakat, dan inovasi serta kreativitas peserta didik melalui kegiatan esktrakurikuler secara individu maupun kelompok, Peserta didik terlibat dalam kegiatan bermain, berolahraga dan beristirahat , ) Memotivasi Peserta didik untuk turut serta dalam kehidupan budaya dan seni , Menerapkan kebiasaan peduli dan berbudaya lingkungan dalam pembelajaran , ) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyelenggarakan, mengikuti, mengapresiasi kegiatan seni budaya yang dapat membangkitkan wawasan dan rasa kebangsaan pada peserta didik.

89%

11%

AKREDITASI SEKOLAH

Akreditas A Akreditasi B

(19)

19

b. Penilaian hasil belajar mengacu pada hak anak : Penilaian pembelajaran

dilaksanakan berbasis proses dan mengedepankan penilaian otentik, Menerapkan penilaian pembelajaran tanpa membandingkan satu peserta didik dengan peserta didik yang lain, Minimal memiliki model Kelas Ramah Anak, . Bahan Ajar yang aman dan bebas dari unsur pornografi, kekerasan dan radikalisme serta SARA, Menciptakan kedekatan antara pendidik, tenaga kependidikan dengan anak

(20)

20 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Implementasi Program SRA meliputi perencanaan dan pelaksanaan ditinjau dari proses pembelajaran dan sarana prasarana pada sekolah dasar di Kelurahan Tugu Kota Depok. Faktor pendukung meliputi sekolah, masyarakat maupun pemerintah daerah dalam pelaksanaan SRA ditinjau dari proses pembelajaran dan sarana prasarana pada sekolah dasar di Kelurahan Tugu Kota Depok berupa harapan di support oleh pemerintah walikota Depok dalam melaksanakan sosialisasi program pemerintah di lingkungan Sekolah Dasar Negeri. Faktor penghambat meliputi sekolah, masyarakat maupun pemerintah daerah dalam pelaksanaan SRA ditinjau dari proses pembelajaran dan sarana prasarana pada sekolah dasar di Kelurahan Tugu Kota Depok yaitu berupa kurangnya pemahaman para guru dalam penggunaan aplikasi SRA serta jaringan internet sekolah yang lambat.

(21)

21 BAB 6

LUARAN YANG DICAPAI A. LUARAN WAJIB

IMPLEMENTASI JOYFUL LEARNING

DENGAN APLIKASI SEKOLAH RAMAH ANAK DI KOTA DEPOK Ihsana El Khuluqo1, Ivan Zuadkia2,

Lecturer of Educational Administration, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Ihsana_khuluqo@uhamka.ac.id,

Ivan.zy@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana penerapan Sekolah Ramah anak di Desa Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok melalui penggunaan Aplikasi Sekolah Ramah Anak. Aplikasi Sekolah Ramah Anak dibuat sebagai alat penelitian mengacu pada aturan pemerintah mengenai adanya penerapan Sekolah Ramah Anak. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian Mix Method. Penelitian Mix Method dapat menggambarkan hasil penelitian dengan akurat mengacu pada data akurat yang diberikan sekolah melalui Aplikasi Sekolah Ramah Anak. Penelitian ini diikuti oleh 9 Sekolah Dasar Negeri sebagai subyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Sekolah Dasar Negeri di Desa Tugu telah memenuhi persyaratan menjadi Sekolah Ramah Anak. Dalam penerapannya Sekolah Ramah Anak perlu diimplementasikan karena mendukung keamanan dan kenyamanan dalam proses kegiatan belajar dan mengajar Implementasi Aplikasi SRA meliputi perencanaan dan pelaksanaan ditinjau dari proses pembelajaran dan sarana prasarana pada

(22)

22

sekolah dasar di Kelurahan Tugu Kota Depok. Faktor pendukung meliputi sekolah, masyarakat maupun pemerintah daerah dalam pelaksanaan SRA ditinjau dari proses pembelajaran dan sarana prasarana pada Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Tugu Kota Depok. Faktor penghambat meliputi sekolah, masyarakat maupun pemerintah daerah dalam pelaksanaan SRA ditinjau dari proses pembelajaran dan sarana prasarana pada Sekolah Dasar Negeri di Kelurahan Tugu Kota Depok

Keywords: Sekolah Ramah Anak, Aplikasi SRA

INTRODUCTION

Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) merupakan satu dari beberapa kementerian/lembaga yang memiliki program berbasis sekolah.

Kemen PPPA mendorong seluruh satuan pendidikan, baik sekolah maupun madrasah, negeri atau swasta, umum atau khusus pada setiap jenjang untuk menjadi Sekolah Ramah Anak (SRA). SRA merupakan bentuk penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan terhadap hak anak dalam ranah pendidikan. SRA berupaya mewujudkan sekolah maupun madrasah yang ramah bagi peserta didik.

Terminologi “Ramah” dalam SRA dapat dimaknai sebagai keramahan sosial dan fisik.

Keramahan sosial terwujud dalam interaksi antara pendidik dan peserta didik sepanjang proses pembelajaran. Adapun keramahan fisik diwujudkan dalam bentuk sarana dan prasarana penunjang.

Proses pembelajaran dan sarana prasarana yang ramah anak merupakan bagian dari enam komponen SRA yang termaktub dalam Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Permen PPPA) No. 8 Tahun 2014 tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak.

Sarana dan prasarana dapat menjadi daya ungkit dalam menyukseskan pencapaian tujuan pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sarana prasarana mempengaruhi secara kuat terhadap motivasi belajar dan prestasi belajar peserta didik. Kebersihan, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan peserta didik menjadi pertimbangan utama dalam penyediaan dan pengelolaan sarana prasarana di SRA.

Selayaknya sebuah program, implementasi SRA perlu dievaluasi. Kementerian PPPA sebagai penggagas program SRA sudah melakukan mekanisme tersebut. Kementerian PPPA mendorong seluruh SRA melalui Dinas PPPA Daerah untuk melakukan evaluasi mandiri dengan mengisi kuesioner secara daring. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi mandiri digunakan sebagai data mentah dalam rangkaian proses pemberian penghargaan SRA tingkat nasional yang berlangsung setiap tahun.

Keberadaan SRA cukup mendapatkan perhatian dari masyarakat, terbukti dengan adanya penelitian terkait SRA. Berdasarkan penelusuran penulis, ditemukan beberapa penelitian yang mengangkat SRA sebagai judul penelitian, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Utari yang menyimpulkan bahwa salah satu faktor penghambat pelaksanaan SRA ialah sumber daya finansial.

Selain sumber daya finansial, sumber daya manusia menjadi faktor penghambat lainnya yakni kurangnya pemahaman guru terhadap pelaksanaan SRA secara keseluruhan.

Penelitian-penelitian tersebut memotret implementasi SRA secara spesifik di sebuah sekolah. Namun bukan berarti tidak ada penelitian yang memiliki lingkup lebih luas. Kristanto, Khasanah, dan Karmila melakukan penelitian terhadap SRA untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini se-Kecamatan Semarang Selatan. Dalam penelitian terungkap bahwa sebagian besar satuan PAUD di Kecamatan Semarang Selatan telah menerapkan program SRA ditinjau dari sikap terhadap murid, metode pembelajaran,

(23)

23

penataan kelas dan lingkungan yang sehat Sebagai tindak lanjut dari penelitian tersebut, penulis terdorong untuk melakukan penelitian evaluatif tentang program SRA ditinjau dari proses pembelajaran dan sarana prasarana pada sekolah dasar di kota Depok.

LITERATURE REVIEW C. State of the Art

Penerapan Child Friendly School memiliki dampak positif terhadap lingkungan belajar dan kinerja akademik peserta didik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anwar, Malik, dan Khizar menyimpulkan bahwa lingkungan belajar dan performa akademik peserta didik di Sekolah Ramah Anak lebih baik dibandingkan dengan peserta didik di sekolah konvensional

(Bisson & Luckner, 1996) We contend that fun can have a positive effect on the learning process. By inviting intrinsic motivation, suspending one's social reality, reducing stress, and creating a state of relaxed alertness, fun can be seen as a powerful tool to enhance a motivating and safe learning environment.

(Chan et al., 2019) ….a high level of fun through the use of PRSs strengthens the relationship between interactivity and students’ learning performance. Instructors should encourage students to enjoy studying and give them the opportunity to have fun through the use of PRSs for teaching and learning.

(Moss et al., 2018) Joyful academic subjects might also emerge as they step into the flow of force relations. Affirmative possibilities are available in parti- cular settings, and one can act to travel with the currents of potentia.In these instances of grasping the affirmative, potestas is always present. But rather than be drawn into limiting, institutionalizing force rela- tions, the emergent subject aligns herself with other possibilities. Recognizing the availability of, and then embracing circuits of posi- tivity, may generate more opportunities for joy.

Terdapat berbagai faktor yang menjadi daya ungkit maupun penghambat dalam pelaksanaan SRA. Adapun faktor pendukung pelaksanaan SRA berupa sikap positif dan dukungan dari berbagai pihak serta adanya komitmen pihak sekolah. Sementara faktor penghambat berupa sumber daya finansial yang belum cukup, sarana dan prasaran yang belum ramah untuk anak berkebutuhan khusus, serta faktor lingkungan yang membahayakan kesehatan anak dan warga sekolah

(Chu et al., 2017) We found key behaviors that are indicative of positive affect and of negative affect, and key episodes that provide learning opportunities and those that distract students from learning during Making activities in the classroom

Tantangan lain yang dihadapi dalam implementasi SRA ialah konsep Sekolah Ramah Anak membingungkan dan harus digunakan secara hati-hati. Selain itu, terdapat perbedaan pendapat antara peserta didik dan pendidik tentang sekolah yang bersahabat dengan anak.

Selain guru, kepala sekolah sebagai pembuat kebijakan juga memiliki peran dalam pelaksanaan SRA. Untuk itu, kepala sekolah perlu melakukan langkah-langkah guna terpenuhinya enam komponen SRA. Upaya-upaya kepala sekolah dalam mewujudkan SRA yaitu: (1) melaksanakan Kebijakan SRA, (2) melakukan pengawasan terhadap kurikulum, (3) mengadakan pelatihan guru, (4) pemenuhan sarana dan prasarana yang ramah anak, (5) memberikan ruang partisipasi siswa, dan (6) melibatkan orang tua dan masyarakat

(24)

24 D. Deskripsi Konseptual Fokus Sekolah Ramah Anak

4. Pengertian Sekolah Ramah Anak

Konsep Sekolah Ramah Anak yang diterapkan Indonesia pada hakikatnya merupakan modifikasi dari program Child Friendly School (CFS) yang digagas oleh UNICEF. Menurut UNICEF, sekolah yang ramah anak mencerminkan lingkungan yang berkualitas ditandai dengan adanya peran sekolah dan partisipasi masyarakat dalam memenuhi kepentingan seluruh anak, mencakup kesehatan, gizi, dan kesejahteraannya secara keseluruhan. Untuk mewujudkan sekolah yang ramah anak, sekolah harus bersinergi dengan masyarakat. Hal ini penting guna memastikan anak tetap terlindungi ketika menuju, di, dan sepulang sekolah.

Lingkungan sekolah yang ramah bagi peserta didik dijabarkan secara terperinci oleh Kemen PPPA. Dalam pasal 1 Peraturan Menteri PPPA Nomor 8 Tahun 2014 tentang Kebijakan SRA, SRA didefinisikan sebagai:

Satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di pendidikan.

Secara garis besar, definisi tersebut memuat tiga hal utama. Pertama, ruang lingkup satuan pendidikan yang termasuk SRA. Kedua, penjabaran tentang karakteristik sekolah yang ramah anak. Ketiga, penekanan terhadap pentingnya mekanisme pengaduan di sekolah.

Poin Pertama, SRA tidak membedakan satuan pendidikan berdasarkan kekhususan.

Sekolah umum maupun sekolah yang menyelenggarakan pendidikan khusus merupakan sasaran SRA. Sekolah Luar Biasa (SLB) atau untuk Propinsi Banten, SLB digantikan dengan istilah SKH (Sekolah Khusus) memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi SRA. Hal ini merupakan suatu bentuk pemenuhan atas prinsip SRA, yaitu non-diskriminasi sekaligus prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas.

Di SRA, tidak boleh ada diskriminasi terhadap peserta didik. Dalam pasal 1 butir 3 Undang- Undang Nomor 39 tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia disebutkan bahwa:

“Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya.”

SRA memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh peserta didik dalam mengaktuliasaikan diri sesuai minat dan bakat. Sejauh tidak bertentangan dengan noram-norma yang dianut.

Selanjutnya, poin penting dalam definisi SRA ialah terdapat mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di sekolah. SRA mendorong sekolah berinovasi dengan membuat mekanisme pengaduan ketika terjadi masalah yang menimpa peserta didik. Hal yang mendasar namun kerap dilupakan ialah hendaknya mekanisme pengaduan disosialisasikan ke seluruh peserta didik. Informasi terkait mekanisme pengaduan dapat membantu peserta didik dalam menentukan kemana harus mengadu, siapa saja yang dapat membantu, apa yang harus dilakukan, dan berbagai upaya lainnya.

(25)

25

(Wei et al., 2011) joyful learning had positive influences on learning motivations from the observation and interviews

(Prouty, 2000) Paramount to a child playing a game is the element of fun. Fun and humor stimulate creativity as the brain moves from a cognitive, rule-bound state to a more fluid, relaxed state where the whole body is engaged in problem solving

(p. 299, Light, 2002) The joy that many students seemed to experience, expressed as having fun, seemed to be tied into the way in which understanding their immediate physical and social context allowed them to make informed decisions.

(Tugade & Fredrickson, 2004) Positive emotions enhance optimistic thinking, which leads to more creative problem-solving capacities. Research also demonstrates that positive emotions have the ability “to undo” the effects of stress and encourage both emotional and physical resilience

Sekolah Ramah Anak adalah sebuah program yang mendorong sekolah maupun madrasah untuk melakukan berbagai tindakan dalam menciptakan kondisi, situasi, dan lingkungan yang positif, kondusif dan ramah secara sosial serta fisik. Keramahan sosial diwujudkan dalam interaksi edukatif antara pendidik dan peserta didik sepanjang proses pembelajaran dengan menerapkan joyful learning, pembelajaran penuh kasih sayang, non-diskriminasi, dan penerapan disiplin tanpa kekerasan serta merendahkan harkat dan martabat peserta didik. Adapun keramahan fisik diwujudkan dalam bentuk sarana dan prasarana yang memenuhi unsur kebersihan, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan peserta didik.

(Balakrishnan et al., 2015) Enjoyment in learning is an important factor for students to excel, and studies have shown that enthusiasm to learn, be it through intrinsic or extrinsic motivation will ensure the students are more focused

5. Tujuan Sekolah Ramah Anak

SRA sebagai wujud pemenuhan hak anak sekaligus perlindungan terhadap mereka di lingkup pendidikan memandang anak sebagai salah satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian. Oleh karena itu, di dalam SRA, terdapat tiga pilar penyokong yaitu sekolah, orang tua, dan anak. Sinergi antara ketiga pilar ini sangat berpengaruh pada keberhasilan SRA. Tiga pilar tersebut menjadi subyek dalam slogan SRA, yakni anak senang, guru tenang, orang tua bahagia.

Pesan yang terkandung dalam slogan SRA juga merupakan tujuan yang hendak dicapai.

Diharapkan manfaat SRA tidak hanya dirasakan oleh anak, namun juga dapat dinikmati oleh guru sebagai representasi dari sekolah dan orang tua sebagai representasi dari masyarakat. Melalui SRA diharapkan dapat terwujud lingkungan sekolah yang membuat anak senang bersekolah, kerasan berada di sekolah, dan bila saat liburan tiba, anak merasa rindu dengan teman-teman dan guru-guru serta berharap segera masuk sekolah kembali. Selain itu guru merasa tenang dalam mengajar, tidak perlu takut dengan bayang-bayang ancaman hukuman karena sudah menerapkan tehnik displin yang sesuai. Orang tua juga merasakan manfaat dari SRA, kebahagiaan muncul ketika melihat anak-anak rajin ke sekolah dan guru-guru di sekolah sangat mendukung anak-anak mereka.

6. Prinsip-prinsip Sekolah Ramah Anak

Di Indonesia, Pelaksanaan SRA berpegang teguh pada 5 hal. Prinsip-prinsip SRA ini merupakan penyempurnaan dari prinsip-prinsip KHA karena sejatinya SRA merupakan salah satu bentuk pemenuhan hak sekaligus perlindungan terhadap anak dalam ranah pendidikan. Dalam KHA, terdapat empat prinsip yang harus dipegang teguh, yaitu: (1)

(26)

26

kepentingan terbaik anak, (2) non-diskirminasi, (3) hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan, dan (4) partisipasi anak. Dikarenakan sekolah mengelola dana bantuan dari pemerintah, maka SRA menyisipkan satu prinsip tambahan, yakni pengelolaan yang baik guna menunjang akuntabilitas sekolah.

(Zardetto-Smith et al., 2002) Analysis of the children’s responses regarding fun, inter- est, and learning revealed that children had a positive experience secondary to engaging in the learning activi- ties. Overall, children perceived the learning activities as fun and interesting and believed that they learned some- thing after visiting these booths

METODOLOGY

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah lapangan (field research) peneliti menggunakan jenis penelitian campuran/kombinasi (mixed methodology). Mixed method menghasilkan fakta yang lebih komprehensif dalam meneliti masalah penelitian, karena peneliti ini memiliki kebebasan untuk menggunakan semua alat pengumpul data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Sedangkan kuantitatif atau kualitatif hanya terbatas pada jenis alat pengumpul data tertentu saja.

Metode Penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian Mix Method. Penelitian Mix Metodh dapat menggambarkan hasil penelitian dengan akurat mengacu pada data akurat yang mengacu pada data yang diberikan sekolah melalui Aplikasi Sekolah Ramah Anak.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian menggunakan Aplikasi Seolah Ramah Anak menunjukan bahwa satu dari 9 Sekolah Dasar Negeri di Desa Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok belum termasuk dalam kategori Sekolah Ramah Anak karena masih kurangnya informasi sosialisasi yang didapatkan terkait Kriteria Sekolah Ramah Anak. Sementara 8 Sekolah Dasar Negeri di Desa Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok sudah dapat dikatagorikan dalam Sekolah Ramah Anak dilihat dari Indikator-Indikator yang telat tergambarkan di dalam Aplikasi Sekolah Ramah Anak.

(27)

27

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

Tugu 1 Tugu 3 Tugu 4 Tugu 6 Tugu 7 Tugu 8 Tugu 9 Tugu 10 Tugu 11

Perempuan 463 207 213 208 219 189 236 194 174

Laki-Laki 445 226 234 217 218 224 229 220 184

PESERTA DIDIK

Perempuan Laki-Laki

25

11 10 11 11

9 9

8

10

4

2 2 2 3 4

1

3 3

TUGU 1 TUGU 3 TUGU 4 TUGU 6 TUGU 7 TUGU 8 TUGU 9 TUGU 10 TUGU 11

Guru

Perempuan Laki-Laki

(28)

28 CONCLUSION

Implementasi Aplikasi SRA meliputi perencanaan dan pelaksanaan ditinjau dari proses pembelajaran dan sarana prasarana pada sekolah dasar di Kelurahan Tugu Kota Depok. Faktor pendukung meliputi sekolah, masyarakat maupun pemerintah daerah dalam pelaksanaan SRA ditinjau dari proses pembelajaran dan sarana prasarana pada sekolah dasar di Kelurahan Tugu Kota Depok. Faktor penghambat meliputi sekolah, masyarakat maupun pemerintah daerah dalam pelaksanaan SRA ditinjau dari proses pembelajaran dan sarana prasarana pada sekolah dasar di Kelurahan Tugu Kota Depok

REFERENSI

Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah. 2019. Pedoman Akreditasi Sekolah/Madrasah 2019. Jakarta: Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah.

Barbara M. Newman and Philip R. Newman. 2012. Development Through Life A Psychosocial Approach. USA: Wadsworth Cengage Learning.

Balakrishnan, V., Liew, T. K., & Pourgholaminejad, S. (2015). Fun learning with Edooware - A social media enabled tool. Computers and Education, 80, 39–47.

https://doi.org/10.1016/j.compedu.2014.08.008

Bisson, C., & Luckner, J. (1996). Fun in Learning: The Pedagogical Role of Fun in Adventure Education.

Journal of Experiential Education, 19(2), 108–112.

https://doi.org/10.1177/105382599601900208

Chan, S. C. H., Wan, J. C. L., & Ko, S. (2019). Interactivity, active collaborative learning, and learning performance: The moderating role of perceived fun by using personal response systems.

International Journal of Management Education, 17(1), 94–102.

89%

11%

AKREDITASI SEKOLAH

Akreditas A Akreditasi B

(29)

29 https://doi.org/10.1016/j.ijme.2018.12.004

Chu, S. L., Angello, G., Saenz, M., & Quek, F. (2017). Fun in Making: Understanding the experience of fun and learning through curriculum-based Making in the elementary school classroom.

Entertainment Computing, 18, 31–40. https://doi.org/10.1016/j.entcom.2016.08.007 Moss, P., Kern, L., Hawkins, R., & Al-Hindi, K. F. (2018). Grasping the affirmative: Power and the

process of becoming joyful academic subjects. Emotion, Space and Society, 28(December 2017), 53–59. https://doi.org/10.1016/j.emospa.2018.06.008

Tugade, M. M., & Fredrickson, B. L. (2004). Resilient Individuals Use Positive Emotions to Bounce Back From Negative Emotional Experiences. Journal of Personality and Social Psychology, 86(2), 320–333. https://doi.org/10.1037/0022-3514.86.2.320

Wei, C. W., Hung, I. C., Lee, L., & Chen, N. S. (2011). A joyful classroom learning system with robot learning companion for children to learn mathematics multiplication. Turkish Online Journal of Educational Technology, 10(2), 11–23.

Zardetto-Smith, A. M., Mu, K., Phelps, C. L., Houtz, L. E., & Royeen, C. B. (2002). Brains rule! Fun = learning = neuroscience literacy. Neuroscientist, 8(5), 396–404.

https://doi.org/10.1177/107385802236965

Diane E. Papalia dan Ruth Duskin Feldman. 2015. Menyelami Perkembangan Manusia Edisi 12 Buku I. Jakarta: Salemba Humanika.

Donald R. Cruickshank, Deborah Bainer Jenkins, dan Kim K. Metcalf. 2014. Perilaku Mengajar Buku I. Jakarta: Salemba Humanika.

Eko Putro Widoyoko. 2012. Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Farida Yusuf Tayibnafis. 2018. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

John W. Santrock. 2012. Perkembangan Masa Hidup Jilid I. Jakarta: Erlangga.

John W. Santrock. 2007. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Indonesia Educational Statistics 2016/2017 in Brief. Jakarta: Kemdikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2017. Seri Pendidikan Orang Tua: Disiplin Positif. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Indonesia Educational Statistics 2015/2016 in Brief. Jakarta: Kemdikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Indonesia Educational Statistics 2016/2017 in Brief. Jakarta: Kemdikbud.

Lexy J. Moleong. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mami Hajaroh, dkk. 2017. Analis Kebijakan Sekolah Ramah Anak di Kawasan Pesisir Wisata.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Rusydi Ananda dan Tien Rafida. 2017. Pengantar Evaluasi Program Pendidikan. Medan:

Perdana Publishing.

(30)

30

Rusdiana, 2017. Manajemen Evaluasi Program Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.

S. Nasution. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2014. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoretis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wirawan. 2016. Evaluasi Teori, Model, Metodologi, Standar, Aplikasi dan Profesi. Jakarta:

Rajawali Pres.

W. Lawrence Neuman. 2013. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Edisi 7. Jakarta: PT. Indeks.

Jurnal

Ahmad Syafi’i. 2017. Upaya Kepala Sekolah Dalam Mewujudkan Sekolah Ramah Anak Di Sdit Nur Hidayah Surakarta

Hellya Agustina. Dukungan Perilaku Positif oleh Guru untuk Mengurangi Perilaku Mengabaikan Tugas pada Siswa SMA Negeri 3 Banjarmasin. Studia Insania 1(1) April 2013.

Ihwan Mahmudi. 2011. CIPP: Suatu Model Evaluasi Program Pendidikan. Jurnal At-Ta’dib 6(1), Juni 2011.

Kristanto, Ismatul Khasanah, dan Mila Karmila. 2011. Identifikasi Model Sekolah Ramah Anak (SRA) Jenjang Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Se-Kecamatan Semarang Selatan. Jurnal Pendidikan PAUDIA 1(1).

Mare Leino. 2011. The Child Friendly School: An Idea Versus Reality. Problems of Education in the 21st Century. Volume 29.

Muhammad Nadheem Anwar, Mushtaq Ahmad Malik, dan Asma Khizar. 2016. A Success Story of Child Friendly School Program: The Comparative Analysis. Gomal University Journal of Research, Special Issue IV, December.

Pengaruh Model Pembelajaran Kuantum Berbasis Joyful Learning terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Gugus Untung Surapati Denpasar Timur. Mimbar PGSD Undiksha, 2013.

Ratnasari Diah Utami, Mulat Kurnianingsih Dwi Saputri, dan Farida Nur Kartikasari. 2017.

Implementasi Penerapan Sekolah Ramah Anak Pada Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Dasar. The 5TH Urecol Proceeding. 18 Februari.

Saniatu Nisail Jannah dan Usep Tatang Sontani. 2018. Sarana dan Prasarana Pembelajaran Sebagai Faktor Determinan Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran 3 (1) Januari 2018.

Solehan. 2018. Konsepsi Panca Dharma Ki Hadjar Dewantara Ditinjau dari Sutu Pandang Pendiidkan Islam. Ta’dib XV (01), Juni 2010.

Ranti Eka Utari. 2016. Implementasi Program Sekolah Ramah Anak Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tempuran Kabupaten Magelang.

Peraturan Perundang-undangan

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2017 Tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah

(31)

31

Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/Mts), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)

Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 8 Tahun 2014 tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak.

Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 12 Tahun 2015 tentang Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan: pasal 1.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah:

pasal 2.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Indonesia. Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 550.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3789.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 153,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5332.

B. LUARAN TAMBAHAN

(32)

32 C.

(33)

33

(34)

34 BAB 7

RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI

Tindak lanjut dari penelitian ini yaitu mengembangkan indikator-indikator Sekolah Ramah Anak sebanyak 6 Indikator serta memperluas wilayah penelitian dengan tujuan mempermudah masyarakat menggunakan aplikasi ini dengan standar yang diberikan oleh pemerintah. Serta mempermudah proses sosialisasi

(35)

35

DAFTAR PUSTAKA

Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah. 2019. Pedoman Akreditasi Sekolah/Madrasah 2019. Jakarta: Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah.

Barbara M. Newman and Philip R. Newman. 2012. Development Through Life A Psychosocial Approach. USA: Wadsworth Cengage Learning.

Diane E. Papalia dan Ruth Duskin Feldman. 2015. Menyelami Perkembangan Manusia Edisi 12 Buku I. Jakarta: Salemba Humanika.

Donald R. Cruickshank, Deborah Bainer Jenkins, dan Kim K. Metcalf. 2014. Perilaku Mengajar Buku I. Jakarta: Salemba Humanika.

Eko Putro Widoyoko. 2012. Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Farida Yusuf Tayibnafis. 2018. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

John W. Santrock. 2012. Perkembangan Masa Hidup Jilid I. Jakarta: Erlangga.

John W. Santrock. 2007. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Indonesia Educational Statistics 2016/2017 in Brief. Jakarta: Kemdikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2017. Seri Pendidikan Orang Tua: Disiplin Positif. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Indonesia Educational Statistics 2015/2016 in Brief. Jakarta: Kemdikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Indonesia Educational Statistics 2016/2017 in Brief. Jakarta: Kemdikbud.

Lexy J. Moleong. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mami Hajaroh, dkk. 2017. Analis Kebijakan Sekolah Ramah Anak di Kawasan Pesisir Wisata.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Rusydi Ananda dan Tien Rafida. 2017. Pengantar Evaluasi Program Pendidikan. Medan:

Perdana Publishing.

Rusdiana, 2017. Manajemen Evaluasi Program Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.

S. Nasution. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2014. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoretis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wirawan. 2016. Evaluasi Teori, Model, Metodologi, Standar, Aplikasi dan Profesi. Jakarta:

Rajawali Pres.

W. Lawrence Neuman. 2013. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Edisi 7. Jakarta: PT. Indeks.

(36)

36 Jurnal

Ahmad Syafi’i. 2017. Upaya Kepala Sekolah Dalam Mewujudkan Sekolah Ramah Anak Di Sdit Nur Hidayah Surakarta

Hellya Agustina. Dukungan Perilaku Positif oleh Guru untuk Mengurangi Perilaku Mengabaikan Tugas pada Siswa SMA Negeri 3 Banjarmasin. Studia Insania 1(1) April 2013.

Ihwan Mahmudi. 2011. CIPP: Suatu Model Evaluasi Program Pendidikan. Jurnal At-Ta’dib 6(1), Juni 2011.

Kristanto, Ismatul Khasanah, dan Mila Karmila. 2011. Identifikasi Model Sekolah Ramah Anak (SRA) Jenjang Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Se-Kecamatan Semarang Selatan. Jurnal Pendidikan PAUDIA 1(1).

Mare Leino. 2011. The Child Friendly School: An Idea Versus Reality. Problems of Education in the 21st Century. Volume 29.

Muhammad Nadheem Anwar, Mushtaq Ahmad Malik, dan Asma Khizar. 2016. A Success Story of Child Friendly School Program: The Comparative Analysis. Gomal University Journal of Research, Special Issue IV, December.

Pengaruh Model Pembelajaran Kuantum Berbasis Joyful Learning terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Gugus Untung Surapati Denpasar Timur. Mimbar PGSD Undiksha, 2013.

Ratnasari Diah Utami, Mulat Kurnianingsih Dwi Saputri, dan Farida Nur Kartikasari. 2017.

Implementasi Penerapan Sekolah Ramah Anak Pada Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Dasar. The 5TH Urecol Proceeding. 18 Februari.

Saniatu Nisail Jannah dan Usep Tatang Sontani. 2018. Sarana dan Prasarana Pembelajaran Sebagai Faktor Determinan Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran 3 (1) Januari 2018.

Solehan. 2018. Konsepsi Panca Dharma Ki Hadjar Dewantara Ditinjau dari Sutu Pandang Pendiidkan Islam. Ta’dib XV (01), Juni 2010.

Ranti Eka Utari. 2016. Implementasi Program Sekolah Ramah Anak Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tempuran Kabupaten Magelang.

Peraturan Perundang-undangan

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2017 Tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/Mts), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA)

Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 8 Tahun 2014 tentang Kebijakan Sekolah Ramah Anak.

Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 12 Tahun 2015 tentang Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan: pasal 1.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah:

pasal 2.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1.

(37)

37

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Indonesia. Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 550.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3789.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5332.

Referensi

Dokumen terkait

According to USDA s Economic Research Service, the number of food-insecure people in 70 developing countries includ- ing South Africa is projected to increase further between 2008 and