KLALITAS SUSU KUDA SUN,IBA\\A PADA PENYIMPANAN SUHU RUANG
HER| TABILITAS CACINC Heter&is gallinarum ASAL ASIA DAN EROPA PADA AYANI LOKAL
PERBIDAAN HIRITABILITAS INFEKSI Heterakis gnllinarrrn PADA AYA]I LOKAI- DA\ RAS LOHN{AN
STUDI HISTOPATOLOGI PENYAKIT Malignant
c
errhal fever PADA SAPI BALI DII(AITKAN DtrNCAN POPULASI DOMBA (STUDI RET'ROSPtrKTIF)PROFIL }T]N[RAL KALIUM (K) DAN KOBALT (CO) PADA SAPI BALI YANG DIPELIHARA DI I-AHAN PERKEBI]NAN
PROFIL TTINERAL NIAGNESIUM DAN TtrI,IBAGA SERU}T DARAH SAPI BALI
}.{\G
DIPILIHARA DI LAHAN .Tf GAI,aIT*I\FEKSI CACING NEMATODA PADA USUS HALUS BABI DI LEMBAH BALI[\'I DAN PEGL \ U:\IGAN ARFAK PAPUA
PRE\ALENSI INFEKSI ENTAMOEBA,SPP PADA TERNAK BABI DI PIGUNUNCAN' .{RF.{K DAN LEN,IBAH I}AI,IE\'I PROVINSI PAPUA
POTE\SI
BABI
SEBAGAI SU\'IBER PENULARANPIN}AKIT
ZOONOSISE,\'T,I,lTOEBA SPP
BIOAKTMTAS EKSTRAK DAUN TAPAKD
Ak\
(Catharan rus roseus) TERHADAP KADAR KREATININ DAN IGDAR UREUM DARAH TIKUS PUTIH (Rattus ,torvegicns)PRE\.{LENSI INFtrKSI PROTOZOA SALURAN PEN.CERNAAN PADA KUCING
LOli{L
(/cel,i cat s) Dl DENPASARPR[\.{LE\SI INFEKSI CACINC ANCYLOSTOMA SPP PADA KUCING LOKAL (Felis catus) Dl KOTA DE:\,IPASAR
PI\CARLH KO\SLMSI URIN SAPI BALI TERHADAP KADAR BLOOD UREA
\ITROCE\. KRE{I'I\IN SERTA GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS EFEKTIFITAS EKSTRAK DA UN SIRIH
II'[R,{H
(Piper uocatum) TERHADAPP[.\I\CKAT.A.\ BER{T BADAN TIKUS PUTIH (Ruttus novergicus) JAI{TAN KONDISI DIABETES YANG DI INDUKSI ALOKSAN
t
\bl. 6 No, 2 Agustus 2014 ISSN:2085-2495
BULETIN VETERINER UDAYANA
PENANGGUNG JAWAB
DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA KETUA
Ni Ketut Suwiti SEKRETARIS
I Wayan Sudira ANGGOTA lwan Harjono U.
I Nengah Kerta Besung IGBN Trilaksana Sri Kayati Widyastuti
Putu Suastika Kadek Karang Agustina
AA Oka Dharmayuda Made Kardena Tjok. Sari Nindia
PENYUNTING
A.A.Ayu Mirah Adi, l.A. Pasti Apsari, LB. Komang Ardana, I Nengah Wandia
N. Adi Suratma, Nyoman Suarsana, N. Suartha, Wayan Suardana, lwan Haryono U.
TATA USAHA
I Wayan Kayun Wardana Made Pramodya Hapsari Dewi
SEKRETARIAT
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA JALAN PB SUDIRMAN DENPASAR TELP. 0361-223791
email : [email protected]
Web : http//:www.ojs.unud.ac.id/index. php/buletinvet
Buletin Veteriner Udayana diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Hewan Univers Udayana sebagai media informasi dan pengembangan ilmu kedokteran hewan Diterbitkan dua kali setahun setiap bulan Pebruari dan Agustus
:
\o.
2 Agustus 2014 ISSN : 2085-2495DAFTAR ISI
'.
-.
:as Susu Kuda Sumbawa pada Penyimpanan Suhu Ruang' :: OLIALITY OF SUMBAIT.A HORSE MILKAT ROOM TEMPERAT(lRE STOLAGE)
'
,:'.
\avtalia Sinlae. I Ketut Sr-rada, I PutuSampurna
93-97. '
.,rbrlitas Cacing Heternkis gctllinarum Asal Asia dan Eropa pada Ayam Lokal:::R]TABILITY OF HETERAKIS GAI,I,INARUM ORIGINAT'ED FROM ASIAN AND .?()PE 9 IN LOCAL CH]CKEN" )
". r'rman Sunita. ta. Nyoman Ny Adi Suratma. I Made Damriyasa 99- 1 04
l .:'c:daan Ileritabilitas Inf-eksi I1e terakis gallinartmr pada Ayam Lokal dan Ras Lohman
. :ll
iv{ineral Kaliurn (K) Dan Kobalt (Co) pada Sapi Bali yang Dipelihara Di Lahan::.ibunan
:''r)FILE
OF
THE MINERIL POTASSIUM (K) AND COBAL'|(Co)IN
THE BALI :,TLE ARE KEPT ON THE PLANTATION)' .-:- Satla Dwipartha. I Nyoman Suarsana. Ni Ketut
Suwiti...
119-1.23)F]I,E MINERAL
OF
MAGNESIUM AI'{D (:OPPERI\-
THE BLOOD SERLll
(),tr.,. I..|TTLE ARE FARMED ]N DRY LAND)
:, 'rrang Dian Sri SLrjani.l WayanPiraksa,Ni Ketut
Su*iti....
125-128-, .: Cacing Nematoda Pada Usus Halus Babi di Lembah Baliem dan Pegunungan Arfak ::I'ODE ITIORM INFECTION IN SIYINE SXULL INTESTINE IN BALIEM VALLE}'
I R FAK ],IOUNTA INS PA PUA\
::,u.r Wijaya Guna, Nyoman Adi Suratma. I Made Damri! asa
...
129-134.
-::si
Infeksi Enlanoeba Spp pada Ternak Babi di Pegunungan Arlak dan Lembah .-
Provinsi Papua-:I-I'-\'(]E OF ENTAMOEBA SPP INFECTIO}|S IN PIG,g ]N ARFAK MOUNTAIN'S
: ], I E,\I I/A LLEY PAP UA P ROI/ IIiC E )
'
.:::
KLlsuma Prasanjaya, Nyoman Adi Suratma, I Made Damriyasa... l3 5- 140 3:b i Sebagai Sumber Penularan Pen.vakit Zoonosis Entamoeha spp. I )L .1T PIG SOURCE OF IR4,\'IS,MLS.S1ON ZOONOT'IC DISEASES Enramoeha
141-145
Vol. o No.
I
Agustus 2014Bioaktir"itas Ekstrak Daun Tapakdara (Cathu.anthu,s ro.rezr.! terhadap Kadar Kreatinin dan Kadar L]reurn Darah Tikus Putih (Ruuus norve2iicus)
(THE BIOACTIUT']'
Ot"
THE TAPAKDARA LEAF EXTTI(.T (C;ITHAL4NTHUS ROSEUS) ON CREAT'|N|N AND tjLOOD (.REAOIj
RATS (R 177-US NORIEGI(.Ug)Ni Luh Gede Merr-v Cintya Laksrni. I Ketut Anom Dada. I Made Damrivasa... .
...
147_...Prevalensi Inleksi Protozoa Saluran Pencernaan pada Kucing Lokal (l:elis cctttr.sl Di
Dc n pa srr'
THE PREVALEN(:E OF PROTOZOA I^"TESTINAL Ii,'|ECTION IN LOCAL CAT (Fetis cutus) AT DENPASA R
Putu Titin Evi Sucitral ar.ri. Ida Bagus Macle Oka. Made
Du,inata..
1 53_ 1 .Prevalensi Inleksi cacing Antylostontu ,Spp Pacla Kucing Lokal (f'elis c.cttus) Di Kota Denpasar
(THE PREI.'ILENC'E
oF Arcl'LOSTOta
spp INFECTION IN LOC.:AL (]AT I'-etisccnu,s) AT DENPA,\AR)
Pulu Anna Oktar.iana. Made Drvinata. Ida Bagus Made
Oka...
161- j Pengaruh Konsumsi L.lrin Sapi Bali rerhadap Kadar Blood urca Nitrogen, Krcatinin Ser.taGambaran Histopatologi Ginjal f ikus
(lllE
EI"FE(:TOF
B.4LI CATTLE u"RINE COi{StiXipTION TO BLOOD UREA NITROGEN, ('REATINE LEL'|:I,\AliD
IIISTOPATOLOGI(:AL OBSERTATION oNRAT'S K]DNEY)
Desi Elrini Sarah Alur.rat. I Made Kardena, I Nyoman
Suarsana...
169_lEfcktilltas Ekstrak Daur.r Sirih Merah (Piper crocrtrtnn) Terhadap peningkalan Berat Badan Tikns Putih (Rrrtus novergitLts) Jantan Kondisi Diabetes yang Di Indr-rksi Aloksan
(EFFE(:TIYITI' OF EXTLACT RED BETEL LEA!' (piper croccttum) If ITH LI/EI(;HT 1r\(-?El,St OF MALE L|HIT'E MICE (Rtrrrus not,ergicusl IN (:ONDLTION DIABETES
LTHIC H I\IDUC E ALLO,U N )
A. A. Gdc Oka Dharmal,udha" X,{ade Suma Anthara, I Made Agus Wiranata. Lr.rh Made
Sudimartini ... 175-
'ru-"
tr"].
Buletin Veteriner Udayana Vol. 6 No. 2
ISSN : 2085-2495 Agustus 2014
169
Pengaruh Konsumsi Urin Sapi Bali Terhadap Kadar Blood Urea Nitrogen, Kreatinin Serta Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus
(THE EFFECT OF BALI CATTLE URINE CONSUMPTION TO BLOOD UREA NITROGEN, CREATINE LEVELS AND HISTOPATOLOGICAL OBSERVATION ON RAT’S
KIDNEY)
Desi Elrini Sarah Alunat1, I Made Kardena2, I Nyoman Suarsana1,
1)Laboratorium Biokimia Veteriner,2)Laboratorium Patologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.
JL.P.B Sudirman Denpasar Bali tlp. 0361-223791 Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek konsumsi urin sapi bali terhadap kadar blood urea nitrogen (BUN), kreatinin serta gambaran histopatologi ginjal tikus. Hewan pecobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor tikus putih jantan. Hewan percobaan dibagi dalam 4 kelompok perlakuan, kelompok perlakuan K1 sebagai kontrol negatif diberi aquades. Kelompok perlakuan lainnya K2,K3, dan K4, diberi perlakuan urin dengan dosis masing-masing 0,5; 1; dan 2 ml/ekor/hari selama 30 hari. Diakhir perlakuan semua tikus dibius dan darah diambil untuk mendapatkan plasma. Plasma dianalisis terhadap kandungan blood urea nitrogen, dan kreatinin.
Organ ginjal diambil untuk dibuat sediaan histopatologi dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian urin sapi bali dengan dosis 2cc/ekor/hari dapat menyebabkan peningkatan kadar blood urea nitrogen dan kreatinin. Pada pengamatan histopatologi ginjal memperlihatkan adanya perdarahan intertubuler dan degenerasi melemak.
Kata kunci : urin sapi bali, BUN, Kreatinin, ginjal, Histopatologi.
ABSTRACT
This study was conducted to determine the effect of bali cattle urine consumption to blood urea nitrogen and creatinine levels and histopathological observation on rat kidney. A total of 20 male white rats were used in this study. They were divided into 4 groups : K1 was given distilled water and feeded libitium, while K2,K3,K4 were given bali cattle urine at dose 0,5; 1; and 2 cc/head/day for 30 days respectively. At the end of the treatment period, the all rats were euthanized with cetamine and Blood was collected to obtain plasma. Plasma was analyzed on the content of blood urea nitrogen, and creatinine. Kidneys was taken for histopathological with hematoxylin- eosin staining. The results showed that administration of bali cattle urine of a dose 2cc/head/day can lead to increased levels of blood urea nitrogen and creatinine. On the observation of kidne histopathology showed hemorrhage intertubular and fatty degeneration.
Keyword : Bali cattle urine, BUN dan creatine, kidney, Histopatology.
PENDAHULUAN
Urin adalah cairan yang mengandung sisa metabolisme yang diekskresikan oleh ginjal. Ekskresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Confer dan panciera, 2003).
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat
Buletin Veteriner Udayana Desi Elrini, dkk ISSN : 2085-2495
sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh (Purwobati, 2005).
Kandungan urin terdiri dari sekitar 95%
air dan bagian padat yang terkandung di dalam air, seperti urea (CON2H4) atau (NH2)2CO, kreatinin, asam urat (C5H4N4O3), dan subtansi lainya seperti hormon. Selain itu terdapat juga ion : sodium (Na+), potassium (K+), chloride (Cl-), magnesium (Mg2+), calcium (Ca2+). Serta senyawa lainnya dalam jumlah kecil, seperti:
ammonium (NH4+), sulphates (SO42-), phosphates (H2PO4-,HPO42-,PO43-) (Guyton,1996). Sedangkan menurut Van Der- Kroon (2010), urin terdiri dari 95% air, 2,5%
urea dan 2,5% sisanya merupakan mineral, garam, hormon, dan enzim.
Menurut Arias et al (1994), urin dapat digunakan sebagai obat yang diproduksi oleh tubuh sendiri. Urin dapat digunakan sebagai antiseptik untuk perawatan eksternal yang dapat membuat kulit berseri. Urin juga berguna untuk pengobatan penyakit seperti impoten, kanker, osteoporosis, sembelit, kencing manis dan penyakit lainnya.
Pengobatan menggunakan bagian produk asal sapi atau dikenal sebagai Cowpathy adalah sistem pengobatan lama India kuno yang disebutkan dalam literatur Ayurveda sebagai Panchgavya Chikitsa. Pengobatan dalam Ayurveda yang menggunakan bahan asal hewan sapi India yang terdapat dalam Panchgavya ada lima, yaitu urin, kotoran, susu, minyak mentega, dan dadih. Kelima komponen tersebut mampu meningkatkan sistem imun dan menyembuhkan berbagai penyakit (Chauhan et al., 2004).
Ginjal termasuk organ tubuh yang sangat vital. Pada umumnya fungsi ginjal adalah mengekskresikan zat sisa seperti urea, asam urat, kreatinin, dan zat lain yang bersifat racun, mengatur volume plasma darah,dan jumlah air di dalam tubuh, menjaga tekanan osmosis dengan cara mengatur ekskresi garam- garam, yaitu membuang jumlah garam yang berlebihan dan menahan garam bila jumlahnya dalam tubuh berkurang, mengatur pH plasma dan cairan tubuh dengan mengekskresikan urin yang bersifat basa, tetapi dapat pula mengekskresikan urin yang bersifat asam, dan menjalankan fungsi sebagai hormon dengan mengasilkan dua macam zat, yaitu rennin dan
eritropoietin yang diduga mempunyai fungsi endokrin (Dharmawan, 2009).
Fungsi ginjal dapat menurun jika faktor- faktor prerenal seperti aliran darah ke ginjal, obstruksi, shock atau hipovolemia berat. Fungsi ginjal juga dapat terganggu akibat faktor post- renal, seperti obstruksi aliran urin pada saluran kemih bawah (Girindra, 1986).
Konsentrasi urea, blood urea nitrogen (BUN), kreatinin, amonia, ginjal sangat berkaitan dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi. Namun, yang menjadi indikator untuk mendeteksi kerusakan ginjal adalah blood urea nitrogen dan kreatinin, karena akan meningkat dalam darah. Oleh karena itu pemeriksaan blood urea nitrogen dan kreatinin dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui terjadinya gangguan pada ginjal.
Pada gangguan ginjal yang parah kadar blood urea nitrogen dan kreatinin akan meningkat (Japaries, 1992).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi urin sapi bali terhadap kadar BUN dan kreatinin serta gambaran histopatologi ginjal tikus percobaan.
METODE PENELITIAN Materi Penelitian
Penelitian ini menggunakan urin sapi bali jantan, yang diambil langsung dari kantong kemih sapi bali di rumah potong hewan (RPH) Pesanggaran, Denpasar. Urin yang dikoleksi ditempatkan dalam tabung bersih dan ditaruh pada tempat dingin. Urin yang telah dikoleksi di aliquot menjadi 30 botol kecil volume 18cc dan di tempatkan di freezer. Setiap hari diambil satu botol untuk diaplikasikan ke tikus percobaan menggunakan sonde lambung.
Metode Penelitian
Hewan yang digunakan adalah tikus jantan galur Sparaque dawley umur 2 bulan dengan bobot rata-rata 200 gram.Tahap persiapan tikus percobaan meliputi masa adaptasi selama 1 minggu dengan pemberian ransum komersial dan air minum ad libitum.
Sebanyak 20 ekor tikus di bagi menjadi 4 kelompok perlakuan, tiap perlakuan terdiri dari 5 ekor tikus. Satu kelompok sebagai kontrol
Buletin Veteriner Udayana Vol. 6 No. 2
ISSN : 2085-2495 Agustus 2014
171
negatif (K1) diberi aquades 1 ml, dan 3 kelompok lainnya ( K2, K3,K4) diberi urin sapi bali dengan dosis yang berbeda-beda, yaitu 0,5;
1; dan 2 ml/ekor/hari selama 30 hari secara oral menggunakan sonde lambung.
Cara Pengambilan Plasma Darah
Sebelum darah diambil, tikus dibius terlebih dahulu dengan ketamin 0,1 cc intramuscular. Sampel darah dikoleksi dari jantung tikus kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang berisi EDTA (ethylene diamine tetra acetic acid). Darah dihomogenkan kemudian plasma dipisahkan dengan cara di sentrifugasi kecepatan 5000 rpm selama 10 menit. Plasma yang diperoleh selanjutnya di analisis terhadap blood urea nitrogen dan kreatinin. Setalah itu, organ ginjal segera diambil dan ditempatkan di pot plastik yang mengandung neutral buffer formalin untuk pembuatan preparat histpatologi.
Analisis Blood Urea Nitrogen dan Kreatinin Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik dengan diasetil monoksim yang memanfaatkan enzim urease yang sangat spesifik terhadap urea. Konsentrasi urea umumnya dinyatakan sebagai kandungan molekul nitrogen, yaitu nitrogen urea darah (blood urea nitrogen, BUN).
Pembuatan dan pengamatan sediaan histopatologi
Pembuatan sediaan histopatologi dilakukan menurut metode Kiernan (1990).
Organ ginjal diambil, dan dicuci dengan larutan PBS (phosphate buffered saline (pH 7,4) dan kemudian difiksasi dalam larutan formalin 10%
selama 24 jam. Sampel organ kemudian diproses dengan metode didehidrasi dan di blok menggunakan parafin. Blok paraffin dipotong serial dengan ketebalan 0,4 milimikron menggunakan mikrotom dan sayatan dilekatkan di atas gelas objek. Selanjutnya diproses dengan pewarnaan HE. Sediaan yang telah diwarnai kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 200 kali.
Pengamatan dilakukan terhadap gambaran
umum dan perubahan histopatologi berdasarkan degenerasi dan nekrosis. Pengamatan dilakukan per lima lapang pandang mikroskop secara acak pada satu potongan jaringan (sediaan) dari setiap ginjal tikus percobaan. Analisis hasil pengamatan histopatologi dilakukan secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar BUN dan Kreatinin
Hasil analisis rata-rata kadar BUN dan Kreatinin plasma tikus yang diberi urin sapi bali disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kadar BUN dan Kreatinin plasma tikus yang diberi uirn sapi bali
Perlakuan Kadar BUN (mg/dl)
Kadar Kreatinin (mg/dl) K1
K2 K3 K4
15,56+ 4,61a 15,96+ 1,06a 15,94+ 1,06a 16,34+ 2,86a
0,90+ 1,22a 0,92+ 0,89a 0,92+ 0,83a 0,93+ 1,04a Keterangan:
K1: Kontrol, K2, K3, dan K4 masing- masing diberi urin sapi Bali dosis 0,5, 1, dan 2 cc/ekor./hari. Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P> 0,05).
Hasil Pengamatan histopatologi ginjal tikus Hasil pengamatan struktur histopatologi ginjal tikus yang diberi urin sapi bali ditunjukan pada gambar 1.
Gambar 1. Fotomikograf jaringan ginjal tikus perlakuan yang diwarnai dengan HE pembesaran 200x, K1 sebagai Kontrol, K2 diberi dosis 0,5 cc, K3 diberi dosis 1 cc, K4 diberi dosis 2 cc urin sapi bali, a.Glomerulus, b. Tubulus c. sel yang mengalami Perdarahan, d. Sel ginjal yang mengalami Degenerasi.
Buletin Veteriner Udayana Desi Elrini, dkk ISSN : 2085-2495
Kerusakan pada ginjal dapat disebabkan oleh pemberian dosis urin yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Gangguan pada ginjal ditunjukkan dengan meningkatnya kadar urea dan kreatinin yang seharusnya dikeluarkan melalui urin masuk lagi kedalam peredaran darah sehingga kadarnya didalam darah meningkat. Menurut Schrier (2008), kreatinin serum secara bebas disaring di glomerulus, tidak diserap, tetapi mengalami sekresi tubular.
Dengan demikian, pengeluaran kreatinin melebihi inulin clearance, digunaan sebagai standar laju filtrasi glomerulus. Sebaliknya, urea secara bebas disaring, tidak disekresikan, tetapi diserap kembali oleh tubulus ginjal.
Reabsorpsi urea tergantung aliran urin sehingga urea lebih banyak diserap pada tingkat aliran urin yang lebih rendah.
Pada K1 atau kontrol kadar BUN berkisar 15,56 + 4,61(IU/I) dan kreatinin 0,90+
1,22 (IU/I) yang merupakan kisaran normal.
Kisaran normal kadar BUN 13,9 – 28,3 mg/dl dan kisaran normal kadar kreatinin normal adalah 0,30 – 1,00 (Nabib, 1987). Hasil pemeriksaan histopatologi ginjal pada gambar 1 menunjukkan bahwa kelompok K1 tampak sel glomerulus dan tubulus tidak mengalami perubahan.
Kadar BUN pada kelompok K2 dengan Pemberian urin sapi bali dosis 0,5 ml cc/ekor/hari sebesar 15,96 + 1,05 kadar BUN lebih tinggi dibanding kontrol tapi masih dalam kadar normal yaitu 13,9-28,3 mg/dl (Harianto, 2005). Glomerulus berfungsi untuk membuang kelebihan cairan, elektrolit dan limbah dari aliran darah dan meneruskannya ke dalam urin.
Jika terjadi peningkatan kadar BUN tapi masih dalam kisaran normal, glomerulus masih bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Kadar kreatinin K2 sebesar 0,94+ 0,89 juga lebih tinggi dibanding kontrol tapi masih dalam kisaran normal yaitu 0,30-1,00 (Harianto, 2005).
Pada kelompok K3 yang diberi urin 1cc/ekor/hari kadar BUN 15,94 + 1,06 kadarnya lebih tinggi dari K1 dan K2 . Kadar BUN nya tinggi tapi masih dalam kisaran normal. Pada K3 terjadi perdarahan, hal ini disebabkan mungkin karena efek toksik dari urin sapi bali sehingga menyebabkan
glomerulus dan tubulus tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Kandungan senyawa fenol dalam urin dapat berfungsi sebagai antioksidan sehingga dapat mencegah kerusakan pada sel ginjal yang lebih parah.
Antioksidan dapat menetralkan senyawa radikal bebas dengan cara menyumbangkan elektron untuk mengubah radikal bebas menjadi senyawa netral sehingga mengurangi kerusakan pada ginjal. Kadar kreatinin K3 lebih rendah dari kadar kreatinin pada K2 yaitu 0, 92 + 0,83 (Edwin at al,2008).
Pada kelompok K4 yang diberi urin 2cc/ekor/hari kadar BUN mengalami peningkatan yaitu 16,340+ 2,8601, Kadar kreatininnya 0,93+1,040. Kadar tersebut masih dalam kisaran normal tapi terjadi perdarahan intertubuler dan degenerasi melemak.
Terjadinya degenerasi melemak disebabkan adanya efek toksik yang lebih hebat dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Efek ini menyebabkan terjadiya peroksidasi lipid yang mengarah kepada terjadinya degenerasi.
BUN sering digunakan sebagai pengukuran yang mewakili tingkat urea dalam darah. Urea dianggap sebagai salah satu produk limbah tubuh. Urea diproduksi dihati dalam metabolisme protein dan biasanya ekskresi oleh tubuh melalui ginjal. Kreatinin adalah senyawa yang diproduksi tubuh selama metabolisme normal. Tubuh menghilangkan kreatin hampir secara eksklusif melalui proses filtrasi ginjal, sehingga pengukuran kreatinin merupakan estimasi akurat seberapa baik pengolahan filtrasi ginjal bekerja. Apa pun yang mengubah kemampuan ginjal untuk menyaring secara efisien dapat menyebabkan perubahan kadar kreatinin dalam darah.
Pada penelitian ini, kenaikan kadar BUN dan kreatinin disebabkan karena efek toksik urin sapi bali pada pemberian sebanyak 2 cc/ekor/hari selama 30 hari. Menurut Vetlearn (2011), meskipun perubahan kadar BUN dan kreatinin umumnya terkait dengan penyakit ginjal, banyak faktor yang dapat mempengaruhi kadar BUN dan kreatinin. Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat menyebabkan BUN dan kreatinin pada tingkat yang abnormal, yaitu dehidrasi, infeksi ginjal, gagal ginjal, pengaruh toksik pada ginjal, syok, dan blokade urin.
Buletin Veteriner Udayana Vol. 6 No. 2
ISSN : 2085-2495 Agustus 2014
173
Degenerasi sel sering diartikan sebagai kehilangan struktur normal sel sebelum kematian sel, (Lindseth, 2006). Perubahan ini merupakan tanda awal kerusakan sel yang disebabkan oleh zat toksik. Degenerasi umumnya disebabkan oleh gangguan metabolisme seperti hipoksia atau keracunan bahan kimia karena terdapat senyawa yang toksik didalam darah. Gangguan metabolisme sel biasanya di dahului oleh berkurangnya suplai oksigen karena pengaruh senyawa toksik didalam tubuh (Corwin, 2000). Hal ini sesuai dengan pendapat (Sherwood, 2001) bahwa oksigen sangat penting bagi berbagai reaksi seluler sehingga terganggunya suplai oksigen berakibat reaksi seluler tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kurangnya suplai oksigen dapat disebabkan oleh terganggunya sirkulasi darah, misalnya pada keadaan kongesti sehingga sel ginjal mengalami degenerasi karena kekurangan natrium dan oksigen. Dosis urin yang lebih tinggi bisa menyebabkan toksik pada ginjal yang ditunjukkan dengan perdarahan intertubuler dan degenerasi melemak pada sel ginjal (Lindseth, 2006).
SIMPULAN
Pemberian urin sapi bali dosis 2 cc/ekor/hari dapat meningkatkan kadar blood urea nitrogen dan kreatinin dalam darah serta mempunyai efek toksik pada ginjal yang ditandai dengan adanya perdarahan intertubuler dan degenerasi melemak.
DAFTAR PUSTAKA
Arias, I. M., Boyer, J. L., Fausta, N. 2004.
Biology and Pathobiology. New York:
Revan Press.
Chauhan, R.S.,Singh, D.D.,Singhal, L.K and Kumar, R. 2004. Effect of cow Urine on IL-1 and IL-2.Journal of Immunology and Immunopathology, 6(S-1):38-39.
Confer, AW. dan Panciera, RJ. 2003. The Urinary System. In: McGavin, MD., Corwin, E. J. 2000. Buku satu
patofisiologi.Buku Kedokteran.EGC.
Jakarta.
Dharmawan, N S. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner, Hematologi Klinik.
Universitas Udayana. Denpasar.
Edwin, J., Edwin, S., Tiwari, V., Rajesh, G., Toppo, E. 2008. Kegiatan Antioksidan dan Antimikroba Urin Sapi.
http:idosi.org/gjp/2(2)08/1. (tanggal akses 23 Maret 2011).
Girindra, A. 1986. Patologi Klinik Veteriner.
Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Guyton, A.C. 1996. Teksbook of Medical Physiology, philadelpia. Elsevier saunders.
Harianto, B. 2005 .Effect of inorganic Lead Administationin Rats (Rattus Novergicus) Journal Sain Vet 23 (2):
108-118.
Japaries, W. 1992. Penyakit Ginjal. Penerbit Arcan. Jakarta.
Kiernan JA. 1990. Histopatological and Histochemical Methods: theory and Practice. Pergamon Press
Lindseth. 2006. Pathophisiology. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Schrier, RW. 2008. Blood Urea Nitrogen and Serum Creatinine Not Married in Heart Failure. Circ Heart Fail. 1:2-5
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Van Der-Kroon C. 2010. Complete Guide Urine Therapy . http://www.universal- tao.com/article/urine_therapy.html. Di unduh: 31 Januari 2010.
Vetlearn. 2011. Test and procedures: BUN and Creatine Levels. Vetstreet. 1-2
Buletin Veteriner Udayana Vol. 6 No. 2
ISSN : 2085-2495 Agustus 2014
169
Pengaruh Konsumsi Urin Sapi Bali Terhadap Kadar Blood Urea Nitrogen, Kreatinin Serta Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus
(THE EFFECT OF BALI CATTLE URINE CONSUMPTION TO BLOOD UREA NITROGEN, CREATINE LEVELS AND HISTOPATOLOGICAL OBSERVATION ON RAT’S
KIDNEY)
Desi Elrini Sarah Alunat1, I Made Kardena2, I Nyoman Suarsana1,
1)Laboratorium Biokimia Veteriner,2)Laboratorium Patologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana.
JL.P.B Sudirman Denpasar Bali tlp. 0361-223791 Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek konsumsi urin sapi bali terhadap kadar blood urea nitrogen (BUN), kreatinin serta gambaran histopatologi ginjal tikus. Hewan pecobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor tikus putih jantan. Hewan percobaan dibagi dalam 4 kelompok perlakuan, kelompok perlakuan K1 sebagai kontrol negatif diberi aquades. Kelompok perlakuan lainnya K2,K3, dan K4, diberi perlakuan urin dengan dosis masing-masing 0,5; 1; dan 2 ml/ekor/hari selama 30 hari. Diakhir perlakuan semua tikus dibius dan darah diambil untuk mendapatkan plasma. Plasma dianalisis terhadap kandungan blood urea nitrogen, dan kreatinin.
Organ ginjal diambil untuk dibuat sediaan histopatologi dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian urin sapi bali dengan dosis 2cc/ekor/hari dapat menyebabkan peningkatan kadar blood urea nitrogen dan kreatinin. Pada pengamatan histopatologi ginjal memperlihatkan adanya perdarahan intertubuler dan degenerasi melemak.
Kata kunci : urin sapi bali, BUN, Kreatinin, ginjal, Histopatologi.
ABSTRACT
This study was conducted to determine the effect of bali cattle urine consumption to blood urea nitrogen and creatinine levels and histopathological observation on rat kidney. A total of 20 male white rats were used in this study. They were divided into 4 groups : K1 was given distilled water and feeded libitium, while K2,K3,K4 were given bali cattle urine at dose 0,5; 1; and 2 cc/head/day for 30 days respectively. At the end of the treatment period, the all rats were euthanized with cetamine and Blood was collected to obtain plasma. Plasma was analyzed on the content of blood urea nitrogen, and creatinine. Kidneys was taken for histopathological with hematoxylin- eosin staining. The results showed that administration of bali cattle urine of a dose 2cc/head/day can lead to increased levels of blood urea nitrogen and creatinine. On the observation of kidne histopathology showed hemorrhage intertubular and fatty degeneration.
Keyword : Bali cattle urine, BUN dan creatine, kidney, Histopatology.
PENDAHULUAN
Urin adalah cairan yang mengandung sisa metabolisme yang diekskresikan oleh ginjal. Ekskresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Confer dan panciera, 2003).
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat
Buletin Veteriner Udayana Desi Elrini, dkk ISSN : 2085-2495
sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh (Purwobati, 2005).
Kandungan urin terdiri dari sekitar 95%
air dan bagian padat yang terkandung di dalam air, seperti urea (CON2H4) atau (NH2)2CO, kreatinin, asam urat (C5H4N4O3), dan subtansi lainya seperti hormon. Selain itu terdapat juga ion : sodium (Na+), potassium (K+), chloride (Cl-), magnesium (Mg2+), calcium (Ca2+). Serta senyawa lainnya dalam jumlah kecil, seperti:
ammonium (NH4+), sulphates (SO42-), phosphates (H2PO4-,HPO42-,PO43-) (Guyton,1996). Sedangkan menurut Van Der- Kroon (2010), urin terdiri dari 95% air, 2,5%
urea dan 2,5% sisanya merupakan mineral, garam, hormon, dan enzim.
Menurut Arias et al (1994), urin dapat digunakan sebagai obat yang diproduksi oleh tubuh sendiri. Urin dapat digunakan sebagai antiseptik untuk perawatan eksternal yang dapat membuat kulit berseri. Urin juga berguna untuk pengobatan penyakit seperti impoten, kanker, osteoporosis, sembelit, kencing manis dan penyakit lainnya.
Pengobatan menggunakan bagian produk asal sapi atau dikenal sebagai Cowpathy adalah sistem pengobatan lama India kuno yang disebutkan dalam literatur Ayurveda sebagai Panchgavya Chikitsa. Pengobatan dalam Ayurveda yang menggunakan bahan asal hewan sapi India yang terdapat dalam Panchgavya ada lima, yaitu urin, kotoran, susu, minyak mentega, dan dadih. Kelima komponen tersebut mampu meningkatkan sistem imun dan menyembuhkan berbagai penyakit (Chauhan et al., 2004).
Ginjal termasuk organ tubuh yang sangat vital. Pada umumnya fungsi ginjal adalah mengekskresikan zat sisa seperti urea, asam urat, kreatinin, dan zat lain yang bersifat racun, mengatur volume plasma darah,dan jumlah air di dalam tubuh, menjaga tekanan osmosis dengan cara mengatur ekskresi garam- garam, yaitu membuang jumlah garam yang berlebihan dan menahan garam bila jumlahnya dalam tubuh berkurang, mengatur pH plasma dan cairan tubuh dengan mengekskresikan urin yang bersifat basa, tetapi dapat pula mengekskresikan urin yang bersifat asam, dan menjalankan fungsi sebagai hormon dengan mengasilkan dua macam zat, yaitu rennin dan
eritropoietin yang diduga mempunyai fungsi endokrin (Dharmawan, 2009).
Fungsi ginjal dapat menurun jika faktor- faktor prerenal seperti aliran darah ke ginjal, obstruksi, shock atau hipovolemia berat. Fungsi ginjal juga dapat terganggu akibat faktor post- renal, seperti obstruksi aliran urin pada saluran kemih bawah (Girindra, 1986).
Konsentrasi urea, blood urea nitrogen (BUN), kreatinin, amonia, ginjal sangat berkaitan dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi. Namun, yang menjadi indikator untuk mendeteksi kerusakan ginjal adalah blood urea nitrogen dan kreatinin, karena akan meningkat dalam darah. Oleh karena itu pemeriksaan blood urea nitrogen dan kreatinin dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui terjadinya gangguan pada ginjal.
Pada gangguan ginjal yang parah kadar blood urea nitrogen dan kreatinin akan meningkat (Japaries, 1992).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi urin sapi bali terhadap kadar BUN dan kreatinin serta gambaran histopatologi ginjal tikus percobaan.
METODE PENELITIAN Materi Penelitian
Penelitian ini menggunakan urin sapi bali jantan, yang diambil langsung dari kantong kemih sapi bali di rumah potong hewan (RPH) Pesanggaran, Denpasar. Urin yang dikoleksi ditempatkan dalam tabung bersih dan ditaruh pada tempat dingin. Urin yang telah dikoleksi di aliquot menjadi 30 botol kecil volume 18cc dan di tempatkan di freezer. Setiap hari diambil satu botol untuk diaplikasikan ke tikus percobaan menggunakan sonde lambung.
Metode Penelitian
Hewan yang digunakan adalah tikus jantan galur Sparaque dawley umur 2 bulan dengan bobot rata-rata 200 gram.Tahap persiapan tikus percobaan meliputi masa adaptasi selama 1 minggu dengan pemberian ransum komersial dan air minum ad libitum.
Sebanyak 20 ekor tikus di bagi menjadi 4 kelompok perlakuan, tiap perlakuan terdiri dari 5 ekor tikus. Satu kelompok sebagai kontrol
Buletin Veteriner Udayana Vol. 6 No. 2
ISSN : 2085-2495 Agustus 2014
171
negatif (K1) diberi aquades 1 ml, dan 3 kelompok lainnya ( K2, K3,K4) diberi urin sapi bali dengan dosis yang berbeda-beda, yaitu 0,5;
1; dan 2 ml/ekor/hari selama 30 hari secara oral menggunakan sonde lambung.
Cara Pengambilan Plasma Darah
Sebelum darah diambil, tikus dibius terlebih dahulu dengan ketamin 0,1 cc intramuscular. Sampel darah dikoleksi dari jantung tikus kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang berisi EDTA (ethylene diamine tetra acetic acid). Darah dihomogenkan kemudian plasma dipisahkan dengan cara di sentrifugasi kecepatan 5000 rpm selama 10 menit. Plasma yang diperoleh selanjutnya di analisis terhadap blood urea nitrogen dan kreatinin. Setalah itu, organ ginjal segera diambil dan ditempatkan di pot plastik yang mengandung neutral buffer formalin untuk pembuatan preparat histpatologi.
Analisis Blood Urea Nitrogen dan Kreatinin Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik dengan diasetil monoksim yang memanfaatkan enzim urease yang sangat spesifik terhadap urea. Konsentrasi urea umumnya dinyatakan sebagai kandungan molekul nitrogen, yaitu nitrogen urea darah (blood urea nitrogen, BUN).
Pembuatan dan pengamatan sediaan histopatologi
Pembuatan sediaan histopatologi dilakukan menurut metode Kiernan (1990).
Organ ginjal diambil, dan dicuci dengan larutan PBS (phosphate buffered saline (pH 7,4) dan kemudian difiksasi dalam larutan formalin 10%
selama 24 jam. Sampel organ kemudian diproses dengan metode didehidrasi dan di blok menggunakan parafin. Blok paraffin dipotong serial dengan ketebalan 0,4 milimikron menggunakan mikrotom dan sayatan dilekatkan di atas gelas objek. Selanjutnya diproses dengan pewarnaan HE. Sediaan yang telah diwarnai kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 200 kali.
Pengamatan dilakukan terhadap gambaran
umum dan perubahan histopatologi berdasarkan degenerasi dan nekrosis. Pengamatan dilakukan per lima lapang pandang mikroskop secara acak pada satu potongan jaringan (sediaan) dari setiap ginjal tikus percobaan. Analisis hasil pengamatan histopatologi dilakukan secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar BUN dan Kreatinin
Hasil analisis rata-rata kadar BUN dan Kreatinin plasma tikus yang diberi urin sapi bali disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kadar BUN dan Kreatinin plasma tikus yang diberi uirn sapi bali
Perlakuan Kadar BUN (mg/dl)
Kadar Kreatinin (mg/dl) K1
K2 K3 K4
15,56+ 4,61a 15,96+ 1,06a 15,94+ 1,06a 16,34+ 2,86a
0,90+ 1,22a 0,92+ 0,89a 0,92+ 0,83a 0,93+ 1,04a Keterangan:
K1: Kontrol, K2, K3, dan K4 masing- masing diberi urin sapi Bali dosis 0,5, 1, dan 2 cc/ekor./hari. Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P> 0,05).
Hasil Pengamatan histopatologi ginjal tikus Hasil pengamatan struktur histopatologi ginjal tikus yang diberi urin sapi bali ditunjukan pada gambar 1.
Gambar 1. Fotomikograf jaringan ginjal tikus perlakuan yang diwarnai dengan HE pembesaran 200x, K1 sebagai Kontrol, K2 diberi dosis 0,5 cc, K3 diberi dosis 1 cc, K4 diberi dosis 2 cc urin sapi bali, a.Glomerulus, b. Tubulus c. sel yang mengalami Perdarahan, d. Sel ginjal yang mengalami Degenerasi.
Buletin Veteriner Udayana Desi Elrini, dkk ISSN : 2085-2495
Kerusakan pada ginjal dapat disebabkan oleh pemberian dosis urin yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Gangguan pada ginjal ditunjukkan dengan meningkatnya kadar urea dan kreatinin yang seharusnya dikeluarkan melalui urin masuk lagi kedalam peredaran darah sehingga kadarnya didalam darah meningkat. Menurut Schrier (2008), kreatinin serum secara bebas disaring di glomerulus, tidak diserap, tetapi mengalami sekresi tubular.
Dengan demikian, pengeluaran kreatinin melebihi inulin clearance, digunaan sebagai standar laju filtrasi glomerulus. Sebaliknya, urea secara bebas disaring, tidak disekresikan, tetapi diserap kembali oleh tubulus ginjal.
Reabsorpsi urea tergantung aliran urin sehingga urea lebih banyak diserap pada tingkat aliran urin yang lebih rendah.
Pada K1 atau kontrol kadar BUN berkisar 15,56 + 4,61(IU/I) dan kreatinin 0,90+
1,22 (IU/I) yang merupakan kisaran normal.
Kisaran normal kadar BUN 13,9 – 28,3 mg/dl dan kisaran normal kadar kreatinin normal adalah 0,30 – 1,00 (Nabib, 1987). Hasil pemeriksaan histopatologi ginjal pada gambar 1 menunjukkan bahwa kelompok K1 tampak sel glomerulus dan tubulus tidak mengalami perubahan.
Kadar BUN pada kelompok K2 dengan Pemberian urin sapi bali dosis 0,5 ml cc/ekor/hari sebesar 15,96 + 1,05 kadar BUN lebih tinggi dibanding kontrol tapi masih dalam kadar normal yaitu 13,9-28,3 mg/dl (Harianto, 2005). Glomerulus berfungsi untuk membuang kelebihan cairan, elektrolit dan limbah dari aliran darah dan meneruskannya ke dalam urin.
Jika terjadi peningkatan kadar BUN tapi masih dalam kisaran normal, glomerulus masih bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Kadar kreatinin K2 sebesar 0,94+ 0,89 juga lebih tinggi dibanding kontrol tapi masih dalam kisaran normal yaitu 0,30-1,00 (Harianto, 2005).
Pada kelompok K3 yang diberi urin 1cc/ekor/hari kadar BUN 15,94 + 1,06 kadarnya lebih tinggi dari K1 dan K2 . Kadar BUN nya tinggi tapi masih dalam kisaran normal. Pada K3 terjadi perdarahan, hal ini disebabkan mungkin karena efek toksik dari urin sapi bali sehingga menyebabkan
glomerulus dan tubulus tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Kandungan senyawa fenol dalam urin dapat berfungsi sebagai antioksidan sehingga dapat mencegah kerusakan pada sel ginjal yang lebih parah.
Antioksidan dapat menetralkan senyawa radikal bebas dengan cara menyumbangkan elektron untuk mengubah radikal bebas menjadi senyawa netral sehingga mengurangi kerusakan pada ginjal. Kadar kreatinin K3 lebih rendah dari kadar kreatinin pada K2 yaitu 0, 92 + 0,83 (Edwin at al,2008).
Pada kelompok K4 yang diberi urin 2cc/ekor/hari kadar BUN mengalami peningkatan yaitu 16,340+ 2,8601, Kadar kreatininnya 0,93+1,040. Kadar tersebut masih dalam kisaran normal tapi terjadi perdarahan intertubuler dan degenerasi melemak.
Terjadinya degenerasi melemak disebabkan adanya efek toksik yang lebih hebat dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Efek ini menyebabkan terjadiya peroksidasi lipid yang mengarah kepada terjadinya degenerasi.
BUN sering digunakan sebagai pengukuran yang mewakili tingkat urea dalam darah. Urea dianggap sebagai salah satu produk limbah tubuh. Urea diproduksi dihati dalam metabolisme protein dan biasanya ekskresi oleh tubuh melalui ginjal. Kreatinin adalah senyawa yang diproduksi tubuh selama metabolisme normal. Tubuh menghilangkan kreatin hampir secara eksklusif melalui proses filtrasi ginjal, sehingga pengukuran kreatinin merupakan estimasi akurat seberapa baik pengolahan filtrasi ginjal bekerja. Apa pun yang mengubah kemampuan ginjal untuk menyaring secara efisien dapat menyebabkan perubahan kadar kreatinin dalam darah.
Pada penelitian ini, kenaikan kadar BUN dan kreatinin disebabkan karena efek toksik urin sapi bali pada pemberian sebanyak 2 cc/ekor/hari selama 30 hari. Menurut Vetlearn (2011), meskipun perubahan kadar BUN dan kreatinin umumnya terkait dengan penyakit ginjal, banyak faktor yang dapat mempengaruhi kadar BUN dan kreatinin. Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat menyebabkan BUN dan kreatinin pada tingkat yang abnormal, yaitu dehidrasi, infeksi ginjal, gagal ginjal, pengaruh toksik pada ginjal, syok, dan blokade urin.
Buletin Veteriner Udayana Vol. 6 No. 2
ISSN : 2085-2495 Agustus 2014
173
Degenerasi sel sering diartikan sebagai kehilangan struktur normal sel sebelum kematian sel, (Lindseth, 2006). Perubahan ini merupakan tanda awal kerusakan sel yang disebabkan oleh zat toksik. Degenerasi umumnya disebabkan oleh gangguan metabolisme seperti hipoksia atau keracunan bahan kimia karena terdapat senyawa yang toksik didalam darah. Gangguan metabolisme sel biasanya di dahului oleh berkurangnya suplai oksigen karena pengaruh senyawa toksik didalam tubuh (Corwin, 2000). Hal ini sesuai dengan pendapat (Sherwood, 2001) bahwa oksigen sangat penting bagi berbagai reaksi seluler sehingga terganggunya suplai oksigen berakibat reaksi seluler tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kurangnya suplai oksigen dapat disebabkan oleh terganggunya sirkulasi darah, misalnya pada keadaan kongesti sehingga sel ginjal mengalami degenerasi karena kekurangan natrium dan oksigen. Dosis urin yang lebih tinggi bisa menyebabkan toksik pada ginjal yang ditunjukkan dengan perdarahan intertubuler dan degenerasi melemak pada sel ginjal (Lindseth, 2006).
SIMPULAN
Pemberian urin sapi bali dosis 2 cc/ekor/hari dapat meningkatkan kadar blood urea nitrogen dan kreatinin dalam darah serta mempunyai efek toksik pada ginjal yang ditandai dengan adanya perdarahan intertubuler dan degenerasi melemak.
DAFTAR PUSTAKA
Arias, I. M., Boyer, J. L., Fausta, N. 2004.
Biology and Pathobiology. New York:
Revan Press.
Chauhan, R.S.,Singh, D.D.,Singhal, L.K and Kumar, R. 2004. Effect of cow Urine on IL-1 and IL-2.Journal of Immunology and Immunopathology, 6(S-1):38-39.
Confer, AW. dan Panciera, RJ. 2003. The Urinary System. In: McGavin, MD., Corwin, E. J. 2000. Buku satu
patofisiologi.Buku Kedokteran.EGC.
Jakarta.
Dharmawan, N S. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner, Hematologi Klinik.
Universitas Udayana. Denpasar.
Edwin, J., Edwin, S., Tiwari, V., Rajesh, G., Toppo, E. 2008. Kegiatan Antioksidan dan Antimikroba Urin Sapi.
http:idosi.org/gjp/2(2)08/1. (tanggal akses 23 Maret 2011).
Girindra, A. 1986. Patologi Klinik Veteriner.
Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Guyton, A.C. 1996. Teksbook of Medical Physiology, philadelpia. Elsevier saunders.
Harianto, B. 2005 .Effect of inorganic Lead Administationin Rats (Rattus Novergicus) Journal Sain Vet 23 (2):
108-118.
Japaries, W. 1992. Penyakit Ginjal. Penerbit Arcan. Jakarta.
Kiernan JA. 1990. Histopatological and Histochemical Methods: theory and Practice. Pergamon Press
Lindseth. 2006. Pathophisiology. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Schrier, RW. 2008. Blood Urea Nitrogen and Serum Creatinine Not Married in Heart Failure. Circ Heart Fail. 1:2-5
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Van Der-Kroon C. 2010. Complete Guide Urine Therapy . http://www.universal- tao.com/article/urine_therapy.html. Di unduh: 31 Januari 2010.
Vetlearn. 2011. Test and procedures: BUN and Creatine Levels. Vetstreet. 1-2