• Tidak ada hasil yang ditemukan

PKM Workshop Pengembangan Soal Uji Komprehensif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PKM Workshop Pengembangan Soal Uji Komprehensif"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SMART: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat is licensed under an Attribution-NonCommercial 4.0 International (CC BY-NC 4.0)

PKM Workshop Pengembangan Soal Uji Komprehensif

Ruslana,*, Muhammad Husnul Khuluqb, Iwan Setiawan HRc,

a,bPendidikan Matematika, Universitas Negeri Makassar, Makassar.

cPendidikan Matematika, STKIP Pembangunan Indonesia, Makassar.

Abstrak

Tes Komprehensif adalah pemberian pertanyaan untuk mengukur suatu aspek perilaku atau memperoleh informasi tentang sifat-sifat orang yang diuji (secara individual). Tujuannya adalah untuk menghasilkan beberapa paket soal komprehensif/uji kompetensi sesuai program studi, banyak variasi soal (bank soal), sehingga mahasiswa dapat mempersiapkan diri, dan juga untuk memberikan ujian sebelum ujian komprehensif lisan (proposal) untuk ketentuan tes komprehensif tertulis. Salah satu kampus percetakan guru adalah kampus UINAM. Sehingga dalam kegiatan pengabdian ini perlu dikembangkan soal-soal Tes Komprehensif di Fakultas Tarbiyah UINAM agar menghasilkan soal- soal yang berkualitas dan terstandardisasi, sehingga nantinya output calon guru dari pihak kampus dapat berkompeten dan berkualitas. Metode yang digunakan adalah pemberian materi tentang teori dan praktek Sebanyak 25 orang mengikuti kegiatan yang terdiri dari perwakilan dari masing-masing Prodi di Fakultas Tarbiyah UINAM. Setiap tim atau kelompok program studi atau bidang rata-rata terdiri dari 2 orang perwakilan. Bidang yang dimaksud adalah bidang PAUD, bidang pendidikan guru madrasah Ibtidaiyah, bidang pendidikan bahasa Arab, bidang pendidikan bahasa Inggris, bidang manajemen pendidikan Islam, bidang pendidikan fisika, bidang matematika. bidang pendidikan, bidang pendidikan biologi, bidang pendidikan Islam, bidang sejarah budaya Islam, bidang aqidah akhlak, bidang hadits, bidang Al-Qur'an, dan bidang Fiqih. Hasil dari kegiatan pengabdian ini dapat menghasilkan soal-soal ujian komprehensif yang berkualitas, valid dan reliabel serta arsip (dokumen) untuk Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINAM yang dapat digunakan untuk pemetaan bekal awal calon guru atau pendidik. Untuk mendeskripsikan hasil tes komprehensif di 9 Program Studi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin. Dan juga dapat dijadikan sebagai gambaran hasil komprehensif mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINAM.

Kata Kunci: Uji Komprehensif, Pengembangan, Validitas Isi.

1. Pendahuluan*

Standar Nasional Pembelajaran Pendidikan Tinggi (SNDikti) menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan kesepakatan tentang tujuan, isi, materi pembelajaran, dan metode, sebagaimana diatur dalam Permendikbud Nomor 3 Pasal 1 Tahun 2020. Kurikulum digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi. Kurikulum perguruan tinggi merupakan kewajiban institusional yang perlu terus diperbarui sesuai kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagaimana dijelaskan dalam Hasil Belajar (Junaidi, 2020). Sebagai produsen sumber daya manusia terdidik, perguruan tinggi bergantung pada apakah lulusan yang dihasilkan memiliki “kemampuan dan keterampilan”

yang sesuai dengan “kemampuan dan keterampilan” (hasil pembelajaran) yang ditetapkan pada tingkat kualifikasi KKNI sehingga alumni perlu diukur. (Junaidi, 2020).

* Corresponding author:

E-mail address: [email protected]

(2)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Pasal 35 ayat 2 mengamanatkan bahwa Kurikulum Pendidikan Tinggi dikembangkan oleh setiap Perguruan Tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi untuk setiap Program Studi yang mencakup pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan keterampilan. Begitupun yang tertuang dalam kurikulum pada Fakultas Tarbiyah di UIN alauddin Makassar dan setiap tahun melahirkan calon- calon guru yang telah dibekali keterampilan profesional sebagai outcome kurikulum.

Selanjutnya Direktur Pendidikan Tinggi, menyatakan untuk meningkatkan link and match antara lulusan pendidikan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri serta masa depan yang semakin cepat mengalami perubahan, pada awal tahun 2020 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberlakukan kebijakan baru di bidang pendidikan tinggi melalui program “Merdeka Belajar–

Kampus Merdeka (MBKM)”. Kebijakan MBKM memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih luas dan kompetensi baru melalui beberapa kegiatan pembelajaran di luar program studinya, dengan harapan kelak pada gilirannya dapat menghasilkan lulusan yang siap untuk memenangkan tantangan kehidupan yang semakin kompleks di abad ke-21 ini (Junaidi, 2020). Kebijakan pemerintah tersebut sesungguhnya mencerminkan spirit, kesungguhan, dan tanggung jawab pendidik untuk menyajikan pembelajaran secara profesional untuk melahirkan lulusan yang bermutu serta mampu mengatasi tantangan terkini yaitu perubahan yang cepat (volatility), ketidakpastian (uncertainty), kompleksitas (complexity), dan kerancuan (ambiguity).

Pendidikan yang berkualitas dan pendidikan yang berstandar tinggi sangat dipengaruhi oleh guru yang berkualitas. Dengan kata lain, hanya guru yang berkualitas yang dapat meningkatkan mutu pendidikan. Guru adalah pendidik profesional yang memerlukan keterampilan, keahlian, kemahiran, dan kemampuan minimal untuk memenuhi kemampuan dan standar tertentu. Guru perlu memiliki pengetahuan yang mendalam untuk mengajarkan apa yang biasa disebut dengan pengetahuan pedagogis (pedagogical knowledge). Apalagi tentunya guru perlu memiliki pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi yang diajarkan, keterampilan ini biasa disebut dengan content knowledge, dan keterampilan ini harus dimiliki oleh guru melalui keterampilan profesional. Banyak yang percaya bahwa jika seorang guru memiliki pengetahuan pedagogis yang baik, dia pasti bisa mengajar dengan baik. Hal ini tidak selalu tercapai karena sulitnya mencapai hasil belajar kecuali guru memiliki keahlian khusus. Oleh karena itu, guru masa depan (calon guru) akan membutuhkan keterampilan khusus untuk mencapai hasil belajar yang sangat baik dan mendukung keberhasilan proses pembelajaran.

Guru dengan keterampilan profesional yang sangat baik dan metode pengajaran yang benar akan membantu siswa memahami materi yang disajikan dengan lebih mudah. Oleh karena itu, calon guru perlu memiliki kombinasi antara keterampilan profesional dan mengajar, terutama dalam pembelajaran. Hal ini menekankan pada kemampuan memahami suatu konsep. Hal ini juga tertuang dalam PP Nomor 14 tahun 2005 tentang standart nasional pendidikan membagi kompetensi guru dalam kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial. Calon guru harus di bekali dengan kemampuan propfesional yang mempunyai keterampilan-ketrampilan yang mampu mempermudah siswa dalam pembelajaran. (Santosa, 2019).

Di pihak lain, rendahnya penguasaan guru atas kompetensi profesional mengungkapakan bahwa guru masih lemah dan tidak cukup kompeten atas sejumlah subkompetensi berikut: (1) menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu;

(2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang ilmu yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; dan

(3)

(5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri (Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

Dari aspek keterampilan profesional, banyak guru yang dianggap masih gagap dalam menguasai materi ajar secara luas dan mendalam sehingga gagal menyajikan kegiatan pembelajaran yang bermakna dan bermanfaat bagi siswa. Dari keempat kompetensi yang harus dimiliki guru, satu di antaranya dinilai masih menjadi permasalahan serius dan krusial di kalangan guru, yakni kompetensi profesional (Eliterius, 2017). Hasil penelitian Yilmaz (2020), menyatakan bahwa mayoritas calon guru memiliki pengetahuan teoritis dan umumnya bisa menafsirkan pengetahuan teoritis tersebut. Namun, keterampilan calon guru semakin menurun ketika diminta untuk mengajukan masalah kontekstual yang sesuai dengan pembelajaran berbasis Realistic Mathematics Education.

Kemampuan dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin dalam melakukan analisis khususnya Validitas Isi dalam membuat instrumen pengukuran soal uji komprehensif yang berkualitas untuk mahasiswa calon guru pada dasaranya masih perlu ditingkatkan. Hasil dari ini diperlukan untuk para mahasiswa calon guru dapat diukur keterampilan profesionalnya. Dari aspek keterampilan profesional, banyak guru yang dianggap masih gagap dalam menguasai materi ajar secara luas dan mendalam sehingga gagal menyajikan kegiatan pembelajaran yang bermakna dan bermanfaat bagi siswa. Kemampuan ini harus dimiliki setiap dosen utamanya dosen yang bertugas sebagai tim penyusun atau tim pengembang soal uji komprehensif untuk menghasilkan instrumen/soal yang baik, valid dan reliabel.

Keterampilan professional aspek-aspeknya yaitu : (1) menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang ilmu yang diampu; (3) mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; dan (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Sehingga, dari pemaparan diatas dibutuhkan pemberian bekal pengetahuan kepada Dosen di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin khususnya tim pengembang atau tim penyusun terkait masalah proses dan hasil pengembangan soal uji komprehensif berkualitas, valid dan reliabel. Dan juga pemberian bekal penguatan dosen di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin khususnya tim pengembang atau tim penyusun terkait masalah analisis validitas Isi suatu instrument soal.

Adapun rumusan masalah diperhatikan dalam pengabdian masyarakat ini adalah:

1. Bagaimana proses pengembangan soal uji komprehensif yang berkualitas di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin?

2. Bagaimana hasil pengembangan soal uji komprehensif yang berkualitas di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin?

2. Metode

Menghadapi masalah diatas, penulis menggunakan metode pemberian materi tentang teori dan praktek. Teori diberikan terlebih dahulu Pemberian teori tentang Analisis Validitas Isi bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik kurang baik dan soal selanjutnya teori Proses Pengembangan soal uji komprehensif dan penyusunan kisi-kisi yang baik di fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin. Sebanyak 25 orang mengikuti kegiatan yang terdiri dari perwakilan dari masing-masing Prodi di Fakultas Tarbiyah UINAM. Setiap tim atau kelompok program studi atau bidang rata-rata terdiri dari 2 orang perwakilan. Bidang yang dimaksud adalah bidang PAUD,

(4)

bidang pendidikan guru madrasah Ibtidaiyah, bidang pendidikan bahasa Arab, bidang pendidikan bahasa Inggris, bidang manajemen pendidikan Islam, bidang pendidikan fisika, bidang matematika. bidang pendidikan, bidang pendidikan biologi, bidang pendidikan Islam, bidang sejarah budaya Islam, bidang aqidah akhlak, bidang hadits, bidang Al-Qur'an, dan bidang Fiqih Rencana Kegiatan Pemberian Workshop pengembangan soal uji komprehensif di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin, Sebagai berikut:

Tabel 1. Rencana Kegiatan Pemberian Workshop

Materi Kegiatan Penyaji Keterangan

1. Teori tentang analisis Validitas Isi

1. Prof. Dr. Ruslan, M.Pd.

2. Muhammad Husnul Khuluq, S.Pd., M.Pd. Teori 2. Teori Proses

Pengembangan Instrumen Tes dan penyusunan kisi- kisi

1. Prof. Dr. Ruslan, M.Pd.

2. Iwan Setiawan HR, S.Pd., M.Pd. Teori 3. Hasil Pengembangan

Instrumen Tes Pengukuran Keterampilan Profesional

1. Prof. Dr. Ruslan, M.Pd.

2. Muhammad Husnul Khuluq, S.Pd., M.Pd.

3. Iwan Setiawan HR, S.Pd., M.Pd.

Hasil (praktek)

2.1 Analisis Validitas Isi

Menurut pakar Lawshe dan Martuza (Ruslan, 2009: 18) membahas metode statistic untuk menetukan validitas isi dan reliabilitas menyeluruh dari suatu tes melalui penilaian para pakar.

Relevansi antara kedua pakar secara menyeluruh merupakan validitas isi Gregory (Ruslan, 2009:

19) yaitu berupa validitas koefisien isi. Koefisien validitas isi dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Penilaian Pakar 1 Relevansi Lemah

(butir bernilai 1 atau 2)

Relevansi Kuat (butir bernilai 3 atau 4)

Penilaian Pakar 2

Relevansi Lemah

(butir bernilai 1 atau 2) A B

Relevansi Kuat

(butir bernilai 3 atau 4) C D

Gambar 1. Model Kesepakatan Antar Penilai untuk Validitas Isi 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐼𝑠𝑖 = 𝐷

(𝐴 + 𝐵 + 𝐶 + 𝐷) Keterangan:

A = Sel yang menunjukkan kedua penilai/pakar menyatakan tidak relevan B dan C = Sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara penilai/pakar

(5)

D = Sel yang menujukkan kedua pakar/penilai menyatakan relevan

Untuk memutuskan apakah alat penilaian kinerja telah memiliki derajat validitas yang memadai, maka digunakan model kesepakatan tersebut dengan criteria hasil penilaian dari kedua validator minimal memilki “relevansi kuat”. Jika hasil dari koefisien validas isi ini tinggi (V > 75%), maka dapat dinyatakan bahwa hasil pengukuran atau interfensi yang dilakukan adalah sahih atau valid.

2.2 Uji Validitas Konstruk

Penetapan validitas konstruk merupakan gabungan dari pendekatan logis dan empiris. Salah satu pendekatan logis dari validitas konstruk adalah mempersoalkan unsur-unsur apa yang membentuk konstruk tersebut. Segi lain dari pendekatan ini tertuju pada penetapan mengenai apakah butir- butir instrumen tampak sesuai untuk menaksir unsur-unsur yang terdapat dalam konstruk tersebut.

Segi empiris dari validitas konstruk tertuju pada dua hal yakni pertama, segi internal yaitu hubungan-hubungan di dalam instrumen itu hendaknya seperti yang diramalkan oleh konstruk tersebut. Kedua secara eksternal, hubungan-hubungan antara skor tes/butir dengan pengamatan- pengamatan lainnya hendaknya konsisten dengan konstruk tersebut. Jika digunakan kriteria internal, apabila hubungan antara unsur-unsur dalam instrumen tidak seperti apa yang diramalkan oleh konstruk yang bersangkutan, maka ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu kalau bukan konstruk itu sendiri yang tidak tepat, tentunya instrumennya yang tidak berhasil mengukur unsur- unsur yang terdapat dalam konstruk itu.

2.3 Pengembangan Instrumen

Perangkat-perangkat penilaian yang dikembangkan pada penelitian ini, antara lain:

1. Kisi-kisi

Kisi-kisi disusun dalam bentuk tabel spesifikasi instrumen yang memuat materi yang akan diujikan, indikator yang ingin dicapai serta proporsinya masing-masing yang akan dibuat. Kisi- kisi ini dapat menjadi pedoman sehingga butir-butir instrument soal uji komprehensif yang berkualitas yang akan dikembangkan dapat memiliki proporsi yang tepat, sehingga pada gilirannya dapat menentukan keberhasilan seseorang secara tepat pula. Kisi-kisi ini juga digunakan sebagai dasar untuk analisis faktor dalam pengujian validitas konstrak dan reliabilitas instrumen soal uji komprehensif yang berkualitas sebagai keriteria kualitas alat ukur.

2. Pedoman Pensekoran (Rubrik)

Pedoman pensekoran disusun sebagai acuan pemberian sekor atau nilai untuk mengetahui gambaran hasil soal uji komprehensif yang berkualitas calon guru. Dan sebagai dasar dalam membuat narasi nilai (kualitas) dalam melakukan proses penilaian terhadap hasil kerja mahasiswa calon guru atau tenaga pendidik.

3. Instrumen Pengukuran Keterampilan Profesional

Bentuk instrumen pengukuran keterampilan profesional dibuat berupa tes tertulis dalam bentuk objektif (pilihan ganda) dan subjektif (essay), yang tersebar dari bebarapa indikator keterampilan profesional mahasiswa calon guru/tenaga pendidik.

4. Instrumen validitas

Instrumen Validitas disusun untuk memperoleh data dari validator (ahli) dalam análisis validitas isi instrumen secara rasional dengan pendekatan Gregory (2014). Dan selanjutnya setelah instrumen tersebut sudah dinyatakan memenuhi validitas isi secara rasional, digunakan lah

(6)

instrumen tersebut untuk mendapatkan data empirik guna análisis validitas konstrak dengan pendekatan análisis faktor untuk mendapatkan koefisien reliabilitas dan sebagai fakta empirik untuk mengukur keterampilan profesional calon guru matematika.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Realisasi Penyelesaian Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, sebagai tindak lanjutnya maka dilaksanakan suatu bentuk pelatihan pengembangan analisis butir soal uji komprehensif Berdasarkan hal tersebut maka tujuannya adalah menghasilkan beberapa paket soal Uji komprehensif / kompetensi sesuai dengan prodi, banyaknya variasi soal (bank soal), agar mahasiswa dapat mempersiapkan diri, dan juga untuk memberikan ujian sebelum uji komprehensif lisan (proposal) pemberian uji komprehensif tulis.

Gambar 2. Pembukaan Workshop

Penguatan pengembangan soal uji komprehensif berbentuk tes multiple choice yang isinya konsep-konsep hots. Soal tersebut akan disusun oleh 9 prodi di tarbiayah. Soalnya terbagi menjadi 3 uji komprehensif lisan: konsep keislaman, ilmu Pendidikan islam, metode pembelajaran. Hal ini di buat karena masih belum ada standar soal yg terstandar sehingga penguji masih kemana- kemana. Maka dari itu, pemberian pertama adalah materi tentang pengembangan instrument dan gambaran hasil uji komprehensif.

Gambar 3. Pemberian Materi Tentang Teori Pengembangan

Secara garis besar uji komprehensif itu terdiri dari atribut individu yang merupakan tujuan untuk mengukur suatu aspek perilaku atau memperoleh informasi tentang atribut dari orang yang di tes

(7)

(secara individu). Atribut individu tersebut berfokus pada ranah kognitif. Dimana di ranah kognitifnya terdiri dari abilitas potensial dan abilitas actual. Abilitas potensial itu berupa intelegensi atau secara umum dan juga Bakat itu secara khususnya. Sedangkan abilitas actual itu berupa prestasi dan kompetensi yang dimana merupakan tujuan dari professional dan pedagogiknya.

Dalam mengembangkan konsep soal uji komprehensif dimulai dari kajian secara rasionalnya dengan melihat deskrpsi konsep, isi kurikulum dan substansi materinya. Dari kajian tersebut maka muncul produk dari rasionalnya berupa kisi-kisi (aspek, KD, level, dan indicator), butir soal, kunci/penyelesaian, dan rubrik. Dan hasil produk tersebut di butuhkan validasi terlebih dahulu untuk melihat identitas soal yang berupa validitas dan reliabilitas dengan tujuan menghasilkan soal uji komprehensif yang berstandar.

Selanjutnya, didalam penyusunan kurikulum terdapat beberapa poin yang perlu diperhatikan, yaitu (1) kompetensi, (2) substansi materi, (3) level kognitif, (4) indikator, (5) kisi-kisi. Dimana yang natinya akan menghasilkan beberapa butir jika di satukan akan membentuk bank soal.

Sedangkan, untuk penyusunan alat ukur non kognitif yaitu, berdasarkan terori (1) konsep, (2) dimensi aspek, (3) indikator, (4) definisi konsep dan operasional, (5) kisi-kisi.

Dalam Menyusun kisi-kisi, Langkah pertama adalah tentukan kompetensi dasar yang akan diukur, kemudian langkah kedua pilih materi yang esensial, Langkah berikutnya yang ketiga tentukan level kognitif dan Langkah terakhir adalah rumuskan indikator dengan mengacu pada KD, materi, dan level kognitifnya masing-masing. Menurut Krathwohl & Anderson (2010) terdapat 3 level kognitif, yaitu level 1 merpukan pemahaman, level 2 merupakan penerapan dan level 3 merupakan penalaran (HOTs). Berikut gambaran dimensi proses kognitif dan definisinya.

Tabel 2. Dimensi Proses Kognitif

Level Kognitif Definisi

Level 3 Penalaran (HOTs)

Mengkreasi C6 (Create)

Menyatukan elemen-elemen agar membentuk sebuah kesatuan yang logis atau fungsional; menyusun kembali elemen-elemen menjadi sebuah pola atau struktur baru.

Mengevaluasi C5

(Evaluate) Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar.

Menganalisis C4 (Analyse)

Memisahkan bahan menjadi bagian-bagian dan menentukan bagaimana tiap bagian tersebut saling berhubungan satu sama lain dan terhadap suatu struktur atau fungsi secara keseluruhan.

Level 2 Penerapan

Menerapkan C3 Apply

Mengikuti atau menggunakan prosedur di situasi yang berbeda/tidak lazim

Level 1 Pemahama

Mengerti C2 (Understand)

Mengambil arti/makna dari instruksi yang diberikan, termasuk komunikasi secara oral/lisan, tulisan dan grafik

Mengingat C1

(Remember) Mengambil pengetahuan yang relevan dari ingatan jangka panjang

Sedangkan yang akan dibuat kisi-kisi dengan format sebagai berikut berdasarkan dimensi proses kognitif Karthwohl & Anderson

(8)

Gambar 4. Contoh Format Kisi-kisi Soal Uji Komprehensif

Validitas itu terbagi atas 3 macam, yaitu validitas isi, validitas konstruk, dan validitas kriteria.

Veliditas isi merupakan validitas rasional karena terdiri dari logic dan muka. Sedangkan untuk validitas konstruk merupakan aliditas rasional dan empiric, dan untuk validitas kriteria merupakan validitas empirik. Didalam validias butir yang akan digunakan dalam instrumen (alat ukur) itu adalah validitas isi.

Menurut Agung (2006; 2016:18-19) Validitas Item (butir) Instrumen harus ditentukan berdasarkan expert’s judgment (keahlian teoritis/rasional) dalam bidang masing-masing. → Validitas Isi. Nilai Cronbach Alpha tidak patut dipakai untuk menentukan suatu kelompok item pernyataan atau pertanyaan tidak dapat dipakai atau dapat dikeluarkan, jika alpha-nya lebih kecil daripada 0,60 atau 0,70. Cronbach Alpha sebenarnya mengukur konsistensi jawaban responden tidak untuk mengukur suatu himpunan item dapat dipakai atau tidak. Sebuah item pernyataan tidak patut dikeluarkan atau dihilangkan hanya berdasarkan hasil uji-validitas berdasarkan sebuah data sampel. Berikut representasi dari validitas isi yang telah dipaparkan sebelumnya.

Gambar 5. Representasi Validitas Isi

Validitas isi terlihat pada kesesuain (relevansi) antara spesikasi butir dengan dimensi atau indikator yang diukur dan keterbacaan serta desain Instrumen. Validasi dapat dilihat sebagai proses membangun dan mengevaluasi argumen untuk mendukung kekuatan interpretasi terhadap skor butir yang terkait dengan relevansinya terhadap tujuan dan fungsi yang ditetapkan pada instrumen (alat ukur). Validasi adalah proses membangun dan mengevaluasi argument.

Semua aspek di dalam isi butir-Instrumen harus mendukung bahwa skor butir yang dihasilkan sesuai dengan tujuan ukur. Informasi yang perlu disiapkan untuk dievaluasi-direview adalah sebagai berikut.

(9)

1) Spesifikasi Soal Uji Komprehensif a. Tujuan

b. Sasaran (Populasi)

c. Kurikulum/Landasan Konseptual d. Kompetensi/Aspek/Indikator e. Format Butir

f. Skor, Penyekoran, dan Interpretasi 2) Kisi-Kisi Soal Uji Komprehensif

a. Kompetensi Dasar b. Aspek

c. Indikator d. Butir

e. Level Kognitif f. Bentuk Soal

3) Butir-Butir di dlm Soal Uji Komprehensif a. Konsep Substansi Materi

b. Proporsi butir

c. Rasio waktu penyelesaian d. Kalimat-Bahasa

e. Gambar f. Simbol g. Tabel

4) Alat Ukur yang Disajikan (Soal Uji Komprehensif) a. Kompetensi Profesional

Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung bidang studi

b. Kompetensi Pedagogik

Menguasai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan evaluasi.

Semua aspek di dalam Isi butir-instrumen harus mendukung bahwa skor butir yang dihasilkan sesuai dengan tujuan ukur. Orang yang mengevaluasi-menelaah bagian-bagian tersebut dengan cara meminta pendapat (professional judgment) Validator yang merupakan “Pakar”, Praktisi, Pengambil Kebijakan, Dosen/Guru, Peneliti, dan/atau Kolega.

Adapun cara review menelaah alat ukur kita, yaitu Bukti logis kualitiatif yang merupakan ahli mereview aspek-aspek yang dinilai kemudian memberikan rangkuman pendapat (summary) mengenai dokumen-dokumen yang direview. Kedua adalah bukti empirik kuantitatif yang merupakan pengembang memberikan dokumen-dokumen yang perlu direview. Review terhadap aspek-aspek tersebut dijabarkan dalam bentuk skor, misalnya dari tidak relevan (skor 1) hingga sangat relevan (skor 4). Aspek yang di review (1) relevansi yaitu relevansi kisi-kisi dengan kurikulum relevansi butir dengan indikator, (2) ketepatan yaitu ketepatan pemilihan aspek-aspek dan ketepatan pemilihan format alat ukur, (3) jangkauan dan keterwakilkan yaitu aspek-aspek sudah menjangkau domain ukur dan sampel menjangkau populasi indikator, (4) keterbacaan yaitu keterbacaan pernyataan dan keterbacaan instruksi pengerjaan, dan (5) kesesuaian yaitu kesesuaian pernyataan dengan budaya dan kesesuaian pernyataan dengan etika.

(10)

Gambar 6. Penutupan Workshop 3.2 Evaluasi dan Hasil yang Dicapai

Hasil kegiatan pengabdian ini dapat melahirkan soal uji komprehensif berkualitas, valid dan reliabel dan sekaligus sebagai arsip (dokumen) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin yang dapat digunakan untuk pemetaan bekal awal calon guru atau tenaga pendidik. Menjadi gambaran outcome tentang uji komprehensif di 9 Prodi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin. Dan juga dapat dijadikan gambaran hasil komprehensif mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin.

Namun demikian pelaksanan pengabdian masyarakat dengan tema pengembangan soal uji komprehensif yang berkualitas di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin bukan berarti tidak ada hambatan. Salah satu diataranya keterbatasan peserta karena masih dalam pandemi covid dan kurangnya tenaga atau tim dalam perumusan bank soal yang akan di bentuk. Hal berdasarkan fakta dilapangan dan hasil angket yang diberikan setelah kegaiatan workshop.

3.3 Faktor Pendorong

Beberapa faktor yang mendorong pelaksanaan kegiatan ini antara lain:

1. Telah ada dasar pengetahuan tentang pengembangan soal uji komprehensif berbentuk tes multiple choise yang isinya konsep-konsep hots. Sehingga hanya diberi penuatan dan juga dimana dalam proses pengembangan dilakukan tahap proses validasi. Karena soal yang berkualitas akan mampu mengukur secara valid hasil belajar peserta didik.

2. Hampir semua tim bekerja keras dan sangat antusias dalam mengembangkan soal uji komprehensif yang terdiri dari 9 prodi yang ada di fakultas tarbiyah.

3.4 Faktor Penghambat

Berdasarkan hasil dilapangan dan angket yang diberikan setelah kegiatan berlangsung, pada dasarnya hal yang menjadi penghamabat dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah masih dalam kondisi pandemic covid sehingga terdapat keterbatasan tim yang atau orang yang ikut andil dalam penyusunan atau pengembangan soal uji komprehensif ini. Jadi, soal yang dihasilkan masih sedikit atau kurang bervariasi tetapi berkualitas karena melalui tahap-tahap pengembangan dan proses validasi.

(11)

4. Kesimpulan

Pengetahuan tentang kriteria soal yang baik khususnya pengembangan soal uji komprehensif sangat dibutuhkan untuk menunjang proses pendidikan yang baik dengan menghasilkan suatu alat penilaian yang berfungsi sebagai mana mestinya. Secara garis besar uji komprehensif itu terdiri dari atribut individu yang merupakan tujuan untuk mengukur suatu aspek perilaku atau memperoleh informasi tentang atribut dari orang yang di tes (secara individu). Tujuan dikembangkannya soal uji komprehensif ini yang terdiri dari konsep keislaman, ilmu Pendidikan islam, metode pembelajaran yaitu agar soal yang dihasilkan berstandar atau berkualitas sehingga jika digunakan dapat menhasilkan sesuai dengan yang diinginkan

Ucapan Terima Kasih

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah- Nya jualah sehingga Laporan Hasil Pengabdian ini dapat diselesaikan dengan baik. Pengabdian Mandiri dengan judul “PKM Workshop Pengembangan Soal Uji Komprehensif” ini dibiayai melalui dana Mandiri.

Sejak penyusunan proposal hingga penyusunan laporan akhir pengabdian ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) UNM.

2. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) STKIP-PI.

3. Dekan FMIPA Universitas Negeri Makassar.

4. Bapak/Ibu Pembantu Dekan I FMIPA Universitas Negeri Makassar.

5. Bapak/Ibu Pembantu Dekan II dan III FMIPA Universitas Negeri Makassar.

6. Ketua STKIP-PI dan Wakil Ketua I, II, III.

7. Bapak Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINAM

8. Bapak Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINAM

9. Bapak Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINAM 10. Bapak/Ibu Tim Penyusun berbagai Bidang di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINAM 11. Semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

perencanaan, pelaksanaan, hingga penyelesaian laporan ini.

Akhirnya, tiada gading yang tak retak. Walaupun hasil pengabdian ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap akan ada manfaatnya bagi pengembangan mutu pendidikan di Sulawesi Selatan secara khusus dan pengembangan mutu pendidikan di Indonesia secara umum

Daftar Pustaka

Agung, I. G. N. (2006). Statistika penerapan model rerata-sel multivariat dan model ekonometri dengan SPSS. Yayasan Sad Satria Bhakti.

Agung, I. G. N., (2016). Tantangan, Keberhasilan dan Kebanggaan Statistikawan, Pidato Purnabakti, disampaikan pada Orasi ilmiah Jurusan Matematika UNM Makassar 16 Maret 2016

(12)

Crocker, L., & Algina, J. (1986). Introduction to classical and modern test theory. Holt, Rinehart and Winston, 6277 Sea Harbor Drive, Orlando, FL 32887.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Draf Naskah Akademik Program Pendidikan Profesi Guru Prajabatan. Jakarta: Direktorat Ketenagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Eliterius Sennen, (2017), Problematika Kompetensi Dan Profesionalisme Guru, Prosiding Seminar Nasional, HDPGSDI Wilayah IV Tahun 2017, ISBN: 978-602-51434-0-3.

Gregory, R. J. (2014). Psychological testing: History, principles, and applications. Ed.7th Allyn

& Bacon.

Junaidi, Aris (2020), Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi Era Industri 4.0 Untuk Mendukung Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ruslan, (2009). Validitas Isi. Bulletin : Pa'biritta Bulletin LPMP, 10 (IV), 18-19.

Santosa, M. G. W., Kusumaningsih, W., & Endahwuri, D. (2019). Profil Pedagogical Content Knowledge (PCK) Calon Guru Matematika dalam Kesiapan Mengajar. Jurnal Matematika dan Matematika. Vol. 1 No. 5 Hal. 186.

Supranata, Sumarna. (2004). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes, Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Yilmaz, Rezan. (2020). Prospective Mathematics Teachers' Cognitive Competencies on Realistic Mathematics Education. Journal on Mathematics Education, 11(1), 17-44.

Referensi

Dokumen terkait