• Tidak ada hasil yang ditemukan

Plagiarism Checker X Originality Report

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Plagiarism Checker X Originality Report"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umun
  • Tujuan Khusus

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu penentuan perbedaan jumlah sel makrofag dengan pewarnaan hematoksilin eosin dan imunohistokimia S100. Untuk mengetahui perbedaan jumlah makrofag pada jaringan lambung dan maag pada pemeriksaan dengan hematoksilin eosin dan imunohistokimia S100.

Manfaat Penelitian

  • Bagi Peneliti
  • Bagi Institusi
  • Bagi Tenaga Teknis Laboratorium

TINJAUAN PUSTAKA

Defenisi

Mengkonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil, berhenti mengonsumsi makanan pedas dan asam, berhenti merokok dan minuman beralkohol, dan bila perlu dianjurkan mengonsumsi antasida sekitar setengah jam sebelum makan (Misnadiarly, 2017).

Klarifikasi Gastritis

Pada pewarnaan HE, sel makrofag tidak berwarna sehingga terkadang dapat ditutupi dengan warna lain (Gamble, 2018). Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional untuk mengidentifikasi sel makrofag pada mukosa lambung tikus menggunakan hematoksilin eosin dan imunohistokimia S100. Sel makrofag adalah salah satu dari tiga jenis sel fagositik dalam sistem kekebalan tubuh dan tersebar luas di jaringan tubuh.

Evaluasi jumlah sel makrofag dilakukan secara makroskopis menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x pada 5 bidang pandang berbeda. Berdasarkan tabel di atas, jumlah sel makrofag pada sampel maag dengan pewarnaan IHK ditemukan lebih banyak dibandingkan dengan pewarnaan HE. 2.a Gambar makrofag pada HE 2.b Gambar makrofag pada IHK Gambaran histopatologi mukosa hewan coba penderita maag menunjukkan stroma dengan sel makrofag pada pewarnaan HE dan IHK S100.

Tujuan penggunaan sampel ini adalah untuk melihat perbedaan sel makrofag pada pewarnaan hematoxylin eosin (HE) dan pewarnaan imunohistokimia s100 (IHK). Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 diperoleh jumlah sel makrofag dengan pewarnaan HE dan IHK. Pada kelompok sampel maag, jumlah sel makrofag pada pewarnaan HE lebih rendah dibandingkan IHK.

Berdasarkan hasil pada Tabel 4.1 terlihat terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah sel makrofag pada pewarnaan HE dan IHK (p value<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah sel makrofag pada pewarnaan IHK lebih banyak dibandingkan pada pewarnaan HE. Pada penelitian ini sel makrofag yang diwarnai dengan pewarnaan IHK akan tampak sel s100 berwarna coklat sehingga lebih mudah diidentifikasi.

Terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah sel makrofag dengan pewarnaan hematoksilin-eosin (HE) dan imunohistokimia s100 (IHK) pada sampel maag.

Gambar 1. Lambung (Suratum, 2016)  2.2.1  Bagian-Bagian lambung
Gambar 1. Lambung (Suratum, 2016) 2.2.1 Bagian-Bagian lambung

Tanda-Tanda dan Gejela Gastritis

Penyabab Gastritis

Patofisiologi Gasrtitis

Pencegahan dan Penanganan Gastritis

Diet pada penyakit maag bertujuan untuk memberikan makanan dengan nutrisi yang cukup, bukan untuk merangsangnya, serta dapat menurunkan laju pengeluaran cairan lambung dan menetralisir kelebihan asam lambung. Pilihlah makanan lunak atau lembek yang dimasak dengan cara direbus, dikukus atau dikukus. Hindari makanan pedas/asam, jangan gunakan bumbu perangsang seperti cabai, marica dan cuka.

Hindari makanan dengan kandungan lemak tinggi yang menghambat pengosongan lambung (cokelat, keju, dll).

Lambung

  • Bagian-Bagian Lambung
  • Fungsi Lambung
  • Getah Cerna Lambung

Volume lambung meningkat saat makan dan menurun saat kimus memasuki usus kecil. Bagian fundus ventrikel yang menonjol ke atas terletak di sebelah kiri osteum kardium, yang biasanya berisi gas. Lengkungan mayor meluas ke kiri dari osteum jantung melalui fundus ventrikel ke kanan hingga pilorus inferior.

Kelengkungan mayor lebih panjang dari kelengkungan minor dan terhubung ke kolon transversum melalui omentum mayor, lipatan ganda peritoneum. Osteum cardialum merupakan tempat masuknya esofagus bagian perut ke dalam lambung, terdapat bukaan pilorus yang tidak mempunyai sfingter khusus, tetapi hanya berbentuk cincin yang membuka dan menutup osteum melalui kontraksi dan relaksasi. Kapasitas lambung yang normal memungkinkan adanya jeda waktu yang lama antar waktu makan, karena memberikan kesempatan untuk menyimpan makanan dalam jumlah besar hingga makanan tersebut dapat ditampung di saluran usus bagian bawah.

Produksi lendir Lendir yang dihasilkan dari kelenjar membentuk penghalang setebal 1 mm untuk melindungi lambung dari pencernaan sekresinya sendiri. Produksi faktor intrinsik yaitu glikoprotein yang disekresikan oleh sel parietal dan vitamin B12 yang diperoleh dari makanan yang dicerna di lambung terikat pada faktor intrinsik. Beberapa zat yang diserap antara lain beberapa obat yang larut dalam lemak (Aspirin) dan alkohol yang diserap pada dinding lambung, serta zat yang larut dalam air diserap dalam jumlah yang tidak jelas.

Mukosa

Faktor yang berperan disini adalah kekuatan regenerasi sel (cell return), potensi listrik mukosa dan kemampuan penyembuhan luka. Aliran darah mukosa yang menyediakan pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup sangat penting untuk kelangsungan hidup mukosa. Setiap penurunan aliran darah, baik lokal maupun sistemik, akan menyebabkan anoksia sel, menurunkan resistensi mukosa dan memudahkan terjadinya ulserasi (Enaganti, 2016).

Penurunan perfusi darah ke mukosa lambung berperan penting dalam patofisiologi ulkus stres (stress ulkus) pada syok, sepsis, trauma berat dan sebagainya. Penderita tukak lambung pada lansia berhubungan dengan arteriosklerosis dan atrofi mukosa sehingga lebih mudah merusak mukosa lambung (Toruner, 2017). Komponen lain yang menjaga ketahanan mukosa adalah Epidermal Growth Factor (EGF) dan Transforming Growth Factor Alpha (TGF-a). Kedua peptida pada lambung ini akan meningkatkan produksi lendir dan menghambat produksi asam (Sudiana, 2017).

Dalam keadaan normal, asam lambung dan pepsin tidak akan menyebabkan kerusakan pada mukosa lambung dan duodenum. Difusi balik H+ akan menimbulkan reaksi berantai yang dapat merusak mukosa lambung dan menyebabkan pelepasan pepsin dalam jumlah besar (Enaganti, 2016). Keadaan ini merupakan lingkaran setan yang menyebabkan kerusakan mukosa lebih lanjut, dapat terjadi erosi atau ulserasi permukaan (Tarnawski, 2015).

Iritasi pada mukosa yang berlangsung lama menyebabkan kerusakan mukosa berulang sehingga dapat terjadi maag kronis dan tukak. Keadaan serupa juga terjadi pada fungsi pengosongan lambung yang lambat, sehingga mukosa lambung berkontak terlalu lama dengan isi lambung (Sibuea et al., 2015).

Makrofag

  • Pengertian
  • Aktivasi makrofag
  • Proses fagositosis makrofag
  • Maker makrofag

Selain itu, sekresi asam lambung oleh sel parietal meningkat, permeabilitas kapiler meningkat, edema dan perdarahan. Selain itu akan merangsang parasimpatis lokal melalui peningkatan sekresi asam lambung dan peningkatan tonus mukosa sehingga kongesti vena semakin parah dan menyebabkan perdarahan. Makrofag adalah salah satu dari tiga jenis sel fagositik dalam sistem kekebalan tubuh dan tersebar luas di jaringan tubuh.

Sel-sel ini memainkan peran penting dalam kekebalan bawaan dan adaptif dan dikenal sebagai bentuk monosit yang matang. Makrofag diketahui lebih aktif dalam fagositosis dibandingkan monosit dan memiliki lebih banyak butiran yang mengandung enzim hidrolitik (Abbas AK, 2013). Makrofag yang teraktivasi secara morfologis, metabolik dan fungsional mampu menghilangkan agen infeksi dalam tubuh. Makrofag yang menuju ke tempat infeksi bertambah besar dan fagositosisnya terhadap zat asing yang masuk ke dalam tubuh juga meningkat.

Selain itu, kemampuan memproduksi sekresi seluler yang disebut interleukin, seperti interleukin (IL)-1, IL-4, IL-6, dan tumor necrosis factor (TNF), juga meningkat. Interleukin-6 merupakan salah satu ILS yang berperan sangat penting dalam reaksi inflamasi dan menginduksi produksi antibodi. Peningkatan jumlah enzim pada makrofag dikaitkan dengan peningkatan kemampuan pencernaan intraseluler, sehingga penghancuran mikroba menjadi peptida berlangsung lebih efisien (Radji, 2010).

Pada kondisi tertentu perlekatan sel fagositik pada mikroorganisme tersebut bekerja dengan mudah, sehingga mikroorganisme tersebut dapat langsung difagositosis oleh sel fagosit. Makrofag (makro: besar, faga: makan, karena sel ini dapat “makan” dan ukurannya relatif besar dibandingkan sel lainnya) Sel ini berinti tunggal (mononuklear) yang berasal dari perkembangan/diferensiasi monosit (Radji, 2010).

Gambar 2. Makrofag  (Radji, 2010).
Gambar 2. Makrofag (Radji, 2010).

Histologi

  • Metode pewarnaan histologi
  • Hematoksilin eosin
  • Imunohistokimia S100

Hematoxylin berasal dari kayu dan hanya dapat digunakan sebagai pewarna dalam bentuk teroksidasi (hematin). Hematoxylin adalah pewarna basa yang mengikat struktur asam dalam sel (DNA atau RNA) dan mengubahnya menjadi biru tua. Proses kebiruan pada hematoxylin dapat mengubah warna menjadi merah kecoklatan dan hematoxylin menjadi hitam biru, yang akan lebih jelas terlihat setelah dilakukan counterstaining dengan eosin yaitu merah menjadi merah muda.

Sel yang diwarnai dengan eosin hematoxylin akan mempunyai warna merah jambu pada sitoplasma dengan inti berwarna ungu. Imunohistokimia adalah metode untuk mengidentifikasi antigen spesifik dalam jaringan atau sel menggunakan pengenalan antigen-antibodi. Secara umum terdapat dua metode dasar untuk mengidentifikasi antigen dalam jaringan secara imunohistokimia, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.

Cara langsung adalah cara menempelkan label pada suatu antibodi, yaitu antibodi yang diberi label, misalnya rhodamin. Metode ini cepat dan mudah dilakukan, namun memerlukan konsentrasi antibodi primer yang tinggi dibandingkan metode tidak langsung. Metode ini menggunakan dua jenis antibodi, yaitu antibodi primer (tidak berlabel) dan antibodi sekunder (berlabel).

Antibodi primer berfungsi mengenali antigen yang teridentifikasi pada jaringan (lapisan pertama), sedangkan antibodi sekunder akan berhubungan dengan antibodi primer (lapisan kedua). S100 adalah protein dengan berat molekul rendah yang dapat ditemukan di banyak sel manusia dan jaringan ikat, termasuk sel glial, neuron, kondrosit, melanosit, makrofag, sel Langerhans, dan beberapa jaringan epitel.

Waktu Dan Tempat Penelitian

  • Waktu Penalitian
  • Tempat Penelitian

Populasi dan Sampel

  • Populasi
  • Sampel
  • Besar sampel

Pewarnaan HE pada mukosa lambung akan menunjukkan sitoplasma bervakuola dan inti berwarna ungu, sedangkan sel lain seperti epitel dan fibroblas akan memiliki sitoplasma berwarna merah muda. Masih banyak sel lain yang sitoplasmanya bervakuola atau memiliki inti bening yang terlihat seperti makrofag, hal ini akan mempersulit penghitungan pewarnaan HE karena sulit dinilai. Hal-hal diatas merupakan faktor yang dapat menyebabkan jumlah sel lebih rendah dibandingkan CPI S100.

Peneliti masa depan mungkin melihat perbedaan antara pewarnaan HE dan IHK pada mukosa lambung dengan gastritis akut.

Kiteria Inkulasi dan Ekslusi

  • Kriteria Inkulasi
  • kriteria Ekskulasi

Variabel Penelitian

  • Variabel Idenpenden
  • Variabel Dependen

Defenisi Operasional

  • Persiapan penelitian
  • Persiapan alat dan bahan

Pengolahan dan analisa data

Prosedur penelitian

  • Cara Kerja Hematoksilin eosin (HE)
  • Cara kerja Imunohistokimia S100
  • Cara penilaian sel makrofag

Proses awal pewarnaan jaringan adalah deparafinisasi yaitu preparat preparat direndam dalam xylol I, II, III masing-masing selama 3-5 menit. Proses rehidrasi dilakukan dengan menggunakan alkohol bergradasi dengan konsentrasi 100% (alkohol absolut I, II, III masing-masing selama 3-5 menit. Sediaan dipanaskan dalam buffer sitrat (1,05 gram asam sitrat dalam 1 liter air suling) dengan suhu 90-95„c selama 30-45 menit.

Sediaan diinkubasi dengan antibodi primer (antibodi monoklonal/poliklonal: AB I) selama 1-2 jam pada suhu kamar atau semalaman pada suhu 4°C (lemari es). Sediaan didehidrasi dengan alkohol bergradasi, dari alkohol absolut I, II, III masing-masing selama 3-5 menit. Proses terakhir yaitu pemasangan dilakukan dengan menutup sediaan dengan kaca penutup (caver glass) dengan lem Canada atau Entellan balsam.

HASIL PENELITIAN

Perbedaan Pewarnaan HE dan IHK

PEMBAHASAN

Perbedaan Pewarnaan HE dan IHK

KESIMPULAN DAN SARAN

Saran

Jakarta : (http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1346-anak-anak dengan gizi-baik-menjadi-aset-dan-investasi-bangsa-dimasa-depan. Penemuan mukopolisakarida Senyawa Pada tubulus seminiferus dan saluran epididimis testis rattus norvegicus dengan pewarnaan histokimia dilakukan penempelan parafin cair sebanyak 2 kali masing-masing 2 jam.

Gambar

Gambar 1. Lambung (Suratum, 2016)  2.2.1  Bagian-Bagian lambung
Gambar 2. Makrofag  (Radji, 2010).
Tabel 4.1 Rerata Hasil Herhitungan Sel Makrofag Pada Pewarnaan HE dan   IHK

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

PA GE 20 35 IPRC 2022/BOR C-Student’s Life 05 Students’ Self-Efficacy During Pandemic Covid-19: The Role of Religiosity and Psychological Empowerment Siti Khorriyatul