• Tidak ada hasil yang ditemukan

plagiarisme adalah pelanggaran hak cipta dan etika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "plagiarisme adalah pelanggaran hak cipta dan etika"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV PENUTUP

4.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan terkait Peran BKSDA berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2011 dalam rangka melindungi cagar alam Pulau Sempu di Kabupaten Malang, Peran BKSDA dalam proses pelestarian cagar alam Pulau Sempu belum berjalan secara optimal, karena terdapat beberapa kendala antara lain:

1. Kurangya komunikasi yang terjalin antara pengelola kawasan dengan masyarakat yang berada disekitar kawasan cagar alam Pulau Sempu, yang berdampak pada perbedaan cara pandang mengenai keberadaan cagar alam Pulau Sempu. Masyarakat beranggapan bahwa kawasan cagar alam Pulau Sempu merupakan serangkaian objek wisata alam, sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke cagar alam Pulau Sempu.

2. Adanya kesalahan dalam berkomunikasi antara pengelola kawawan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Malang. Dalam hal ini pengelolaa kawasan menyatakan bahwa status Pulau Sempu adalah kawasan konservasi cagar alam yang pemanfaatannya hanya sebatas kegiatan penelitian, pendidikan, penyerapan karbon dan pemanfaatan sumber plasma nutfah. Namun terdapat pendapat lain dari Pemerintah Kabupaten Malang, yang menyatakan bahwa Pulau Sempu sebagai

(2)

kawasan cagar alam yang dilindungi tetapi juga dimanfaatkan sebagai suatu potensi wisata sebagai pemasukan wilayah Kabupaten Malang.

3. Minimnya sumber daya manusia dan fasilitas penunjangnya menyebabkan kurang optimalnya proses pengamanan dan pengelolaan kawasan, mengingat kembali bahwa masalah di cagar alam Pulau Sempu sangatlah kompleks seperti; jumlah pengunjung yang meningkat yang menyebabkan kawasan menjadi rusak akibat banyak sampah, penebangan hutan secara illegal, kebakaran hutan, pencurian tumbuhan dan satwa langka, banyak tumbangnya pohon pada musim penghujan. Dengan demikian apabila sumber daya manusia dan fasilitas penunjuang tidak dioptimalkan maka akan semakin berdampak pada keadaan kondisi fisik cagar alam Pulau Sempu.

4.2.Saran a) Teoritis

Secara teoritik pembahasan Peran BKSDA berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2011 dalam rangka melindungi cagar alam Pulau Sempu di Kabupaten Malang, dalam kajian socio-legal sangatlah menarik untuk dijadikan sebuah penelitian. Permasalah terkait konservasi sangatlah banyak, tidak hanya berfokus pada peran lembaga pengelola, namun juga tidak terlepas dari faktor sosial, ekonomi, sosial dan budaya. Oleh karena itu penelitian ini dapat menjadi sebuah refrensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

(3)

b) Praktis

1. Pengelolaa kawasan konservasi hendaknya melakukan sebuah dialog dengan masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Malang terkait dengan keberadaan cagar alam Pulau Sempu, sehingga dapat memecahkan permasalahan yang sedang terjadi di cagar alam Pulau Sempu.

2. Untuk mengoptimalkan kinerja, BKSDA Jawa Timur dalam menjaga dan mengelola kawasan cagar alam Pulau Sempu, hendaknya menambahkan jumlah Sumber Daya Manusia dan fasilitas penunjang di Resort Pulau Sempu.

3. Upaya penegakan hukum harus dilakukan. Selama ini pendekatan penegakan hukum untuk melindungi kawasan konservasi Cagar Alam Pulau Sempu sulit mencapai keberhasilan. Apabila tetap membiarkan masyarakat mengeksploitasi kawasan konservasi secara tidak terkendali akan secara langsung berakibat buruk terhadap kelestarian kawasan, keanekaragaman hayati dan lingkungan sekitarnya.

Dengan demikian diperlukan koordinasi antara perangkat hukum yang ada baik Polisi Hutan, dan aparat Kepolisian yang ada di daerah Kawasan tersebut.

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal:

Agensi. (2013). Laporan Kuliah Kerja Lapangan. Universitas Negeri Sesmarang.

Fathurrohman. Konsep Dasar Konservasi Lingukungan. Malang: Universitas Negeri Islam.

Koentjaraningrat. (1964). Pengantar Antropogi. Jakarta: Penerbit Universitas.

Nasution. (2003). Metodologi Research Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Salim, Amelda. (2016). Formulasi Kebijakan Model Sistem Tentang Daerah Perbatasan di Gugusan Pulau Pasir Kabupaten Rote Ndao Provinsi Nusa Tenggara Timur. Malang: Uiversitas Brawijaya.

Sarwono Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitaif dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sholichin, A.W. (2011).Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang:

UMMPres.

Situmorang. Yoppy K. (2014). Pemanfaatan Cagar Alam Pulau Sempu Kabupaten Malang Ditinjau Dari Pasal 33 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tanhun 2011 Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Malang. Universitas Brawijaya.

Sulistyowati, dkk (ed). (2012). Kajian socio-legal. Jakarta: Pustaka Larasan, Universitas Indonesia, Universitas Leiden, Universitas Groningen.

Sutinah, S. (2007). Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan.

Jakarta: Kencana.

Soerjono Soekanto. (2010). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Wiratno.(2010). Arah Pengelolaan Kawasan Konservasi Ke Depan. Makalah

Pertemuan Koordinasi Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Resort pada Tanggal 24 Juni 2004 di Makassar. Kementerian Kehutanan, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.

(5)

Produk Hukum:

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawsan Pelestarian Alam.

Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur. (2015). Laporan Jawa Timur Rapat Monev, Gerakan Nasional Penyelamtan Sumberdaya Alam Indonesia Sektor Kehutanan dan Perkebunan. Semarang

Pokja Kebijakan Konservasi. ( 2008). Konservasi Indonesia sebuah potret pengelolaan & kebijakan. Jakarta: Perpustakaan Nasional.

Internet:

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur. (2012). Cagar Alam Pulau Sempu. www.bbksdjatim.org Diakses: 1 Juli 2016.

Hadi. Sudharto P. (2016). Buruknya Hubungan Manusia dengan Alam. Semarang:

Suara Merdeka

Prinsip pengelolaan hutan.www.kkpbumn.depkeu.go.id (Diakses pada 7-Juni 2016)

Sultan, Sudirman. (2012). Pengelolaan berbasis resort Wawancara

Setyadi. Wawancara. Malang. 2014

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan hendaknya melakukan pengendalian bahan baku dan bahan penolong menggunakan standar yang jelas dengan metode Economical Order Quantity, agar perusahaan terhindar dari masalah

STUDI PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH MENGGUNAKAN SISTEM GRAVITASI Studi kasus di Dusun Rowoterate Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang SKRIPSI Diajukan

Manajemen Hotel Pelangi Malang masih berupaya untuk menyusun ketentuan pembagian uang service sesuai klasifikasi hotel bintang tiga *** berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Tenaga

Adapun saran-saran yang diberikan adalah sebagai berikut: 1 Arta Boga Cemerlang diharapkan untuk Memasarkan lebih banyak produk minuman yang bervariasi dan bisa menyesuaikan dengan

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis anggaran kas sebagai perencanaan dan pengendalian keuangan pada perusahaan hosana plastik malang tahun 2015 sampai tahun 2017, disimpulkan

Perusahaan Cologne Tissue “Cool Clean Malang sebaiknya melakukan perhitungan hasil produksi secara akurat dan melakukan pengklasifikasian biaya yang dibebankan pada produk secara tepat,

Sebelum pihak perusahaan melakukan dan penentukan harga pokok produksi yang dihasilkan hendaknya terlebih dahulu melakukan penggolongan biaya- biaya yang timbul dalam kegiatan

NIM : 200941004 B Judul Penulisan Hukum : “Pelaksanaan Pendaftaran Jaminan Fidusia Untuk Kendaraan Bermotor Pada Perusahaan Pembiayaan Konsumen PT Sasana Artha Finance Cabang Malang”