• Tidak ada hasil yang ditemukan

Plankton File Baru

N/A
N/A
Viony Syahrani S.

Academic year: 2024

Membagikan "Plankton File Baru"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Planktonologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme pada lingkungan perairan, baik tumbuhan maupun hewan (Izmiarti et al.,2017). Plankton berasal dari Bahasa Yunani, yaitu planktos yang memiliki arti pengembara. Plankton adalah mikroorganisme sejenis hewan dan tumbuhan yang mengapung, atau melayang di perairan, tidak bergerak atau pergerakan renangnya terbatas, mengikuti atau terbawa arus, dan tidak dapat menahan arus, plankton hidup di air tawar, air payau dan laut.

Tahun 1887 plankton pertama kali ditemukan oleh Victor Hensen dari Universitas Kiel, Jerman lalu pada tahun 1890 disempurnakan oleh Ernst Haeckel (Kurniawan et al., 2023).

Plankton sendiri dibagi dalam dua kategori utama yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan mikroorganisme yang hidup tersuspensi dalam air dan dapat menghasilkan makanannya sendiri melalui fotosintesis. Kemampuan untuk menghasilkan makanannya sendiri menempatkan fitoplankton pada urutan pertama sebagai produsen utama dalam rantai makanan perairan. Zooplankton adalah organisme hewan mikroskopis yang hidup dengan cara berenang atau mengambang di air.

Zooplankton tidak dapat berfotosintesis seperti fitoplankton sehingga tidak dapat menghasilkan makanannya sendiri. Dalam rantai makanan perairan, zooplankton berperan sebagai herbivora yang memakan fitoplankton dan berperan sebagai produsen primer (Sari, 2018).

Plankton dalam ekosistem berperan sebagai produsen, maka dapat digunakan sebagai bioindikator untuk menentukan produktivitas primer suatu badan air. Sumber energi bagi seluruh biota perairan yaitu plankton lewat mekanisme rantai makanan (Rahmatiza, 2020). Fitoplankton merupakan salah satu parameter hayati yang dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai kualitas dan kesuburan suatu badan air.

Fitoplankton juga merupakan pemasok oksigen terbesar di perairan karena perannya sebagai penggabung pertama energi matahari (Sabran et al., 2022).

Fitoplankton yang dapat menghasilkan zat beracun disebut dengan Harmful Algal Blooms (HABs) karena adanya kelebihan unsur nitrogen (N) dan fosfat (P) di dalam air yang dapat menyebabkan kondisi kekurangan oksigen. Contohnya pengurangan atau penipisan oksigen di perairan seperti kematian massal ikan dan biota, serta proses

(2)

biokonsentrasi yang diakibatkannya berdampak negatif pada rantai makanan (Zainur et al., 2019). Puspitasari, (2020) mengatakan peristiwa Harmful Algal Blooms (HABs) terbagi menjadi dua kategori, yaitu toxin producer dan red tide maker. Toxin producer merupakan blooming yang disebabkan oleh mikroalga beracun dan red tide maker merupakan blooming yang disebbkan oleh mikroalga yang tidak beracun.

Penanggulangan HABs dilakukan dengan cara megubah aktifitas seperti mengurangi penyebaran melalui transportasi air pemberat, polusi nutrisi, membatasi pembangunan infrastruktur (pelabuhan, pantai buatan dll). Adapun cara lain dalam mengurangi HABs yaitu Pemanfaatan wilayah pesisir yang lebih berkelanjutan misalnya, untuk tujuan budidaya perairan (Kudela et al., 2015).

Secara umum, kondisi lingkungan yang berbeda mempengaruhi jenis spesies plankton yang berbeda pula. Karakteristik kondisi lingkungan yang berbeda itulah yang menyebabkan populasi plankton sebagai populasi yang paling rentan terhadap perubahan fisik, kimia, biologi, dan tekanan lingkungan. Identifikasi dan enumerasi jenis- jenis plankton disebut dengan analisis plankton. Analisis plankton pada suatu badan air penting untuk dilakukan, karena populasi plankton dapat memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kondisi dan kualitas suatu badan air.

(Rosada & Sunardi, 2021).

Alat yang digunakan dalam menganalisis sampel terbagi atas dua golongan yaitu alat lapangan dan alat laboratorium. Alat-alat lapangan yang digunakan diantarnya Kemmerer water sampler digunakan dalam Pengambilan sampel air. Net plankton digunakan untuk meyaring sampel (Kurniawan et al., 2023). Peralatan yang umum digunakan dalam pengujian kualitas air mencakup termometer untuk mengukur suhu, Secchi disk untuk mengukur kekeruhan, Layang-layang arus untuk mengukur kecepatan arus, DO meter untuk menentukan kadar oksigen terlarut, refraktometer untuk mengukur salinitas, GPS untuk menentukan koordinat geografis, dan pH meter untuk mengukur tingkat keasaman. Dalam penelitian laboratorium, alat-alat seperti Sedgewick Rafter Counting Cell untuk penghitungan fitoplankton, mikroskop untuk pengamatan fitoplankton dan zooplankton, cover glass untuk menutup SRCC, pipet tetes untuk pengambilan sampel, form identifikasi dan alat tulis untuk pencatatan hasil, serta buku identifikasi sebagai referensi, merupakan perangkat penting dalam analisis plankton (Sari et al, 2014).

Sebelum melakukan penelitian dilakukan pengenalan alat-alat laboratorium dan lapangan. Pengenalan alat-alat penting dilakukan untuk keselamatan kerja. Apabila

(3)

penggunaan alat tidak sesuai dengan prosedur biasanya Alat-alat laboratorium dapat rusak atau bahkan berbahaya. Sehingga untuk meminimalisir kesalahan prosedur pemakaian alat perlu dilakukannya pengenalan alat-alat laboratorium agar alat tersebut dapat digunakan dengan baik dan benar (Lase, 2020).

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Praktikum planktonologi laut bertujuan untuk menambah pemahaman awal mahasiswa mengenai jenis plankton, dan juga menambah pengetahuan mahasiswa mengenai jenis- jenis plankton. Serta menambah pemahaman mahasiswaa mengenai alat dan bahan yang digunakan pada saat dilapangan serta pada saat dilaboratorium. Serta cara penggunaan alat dan fungsi dari alat dan bahan tersebut.

Praktikum planktonologi laut berguna agar mahasiswa dapat mengetahui materi terkait plankton, jenis-jenis plankton, serta mahasiswa juga dapat menggunakan alat dan bahan dengan baik pada saat pengidentifikasian sampel plankton.

(4)

BAB II

METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat

Praktikum pertama, pengenalan laboratorium planktonologi laut dilaksanakan di hari Selasa, 4 September 2024 pada pukul 13.00 WITA hingga 15.00 WITA di Laboratorium Oseanografi Kimia, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Praktikum kedua, pengenalan alat lapangan dan laboratorium planktonologi laut dilaksanakan pada hari Selasa, 10 September 2024 pada pukul 13.00 WITA hingga 15.00 WITA di Laboratorium Oseanografi Kimia, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

2.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum planktonologi laut yaitu Jas lab, Sandal lab, Kotak lab, Mikroskop, Botol sampel, Pipet tetes, Turbidity meter, pH meter, Kamerer water sampel, Plankton net, Handrefactometer, Thermometer, DO meter, Layang – layang arus, Secchi disk, Gps (Global positioning system), Cool box, Stopwatch, Buku dan Alat Tulis, Sedwick rafter counting cell (SRCC), Cover glass, dan Buku Identifikasi,

Bahan yang digunakan pada praktikum planktonologi laut yaitu Tisu, Lugol, Es batu, Aquades, dan Sampel plankton.

2.3. Prosedur Kerja

Praktikum Pertama, praktikan dibagi menjadi 2 sesi, sesi pertama dilaksanakan pada pukul 13.00-14.00 dan kemudian sesi ke kedua dilaksanakan pada pukul 14.00-15.00.

Awal kelas dimulai dengan pemberian materi yang diberi oleh kak Ardyansyah Kahar selaku kordinator asisten dengan materi pengenalan laboratorium planktonologi. Materi dimulai dengan pengertian planktonologi. Selanjutnya, topik mengenai plankton, definisi plankton dimana merupakan organisme mikroskopis yang hidup mengapung di perairan.

Selanjutnya topik mengenai jenis plankton, yaitu fitoplankton dan zooplankton, serta kemampuan, peranan dan fungsinya dalam ekosistem perairan. Terakhir mengenai fenomena blooming plankton, yang mengacu pada ledakan populasi fitoplankton dalam waktu singka yang diikuti dengan dampaknya terhadap kualitas air dan lingkungannya.

Praktikum pertama diakhiri dengan pemberian tugas resume tiap kelompok dimana tiap- tiap kelompok memiliki tema resume yang berbeda-beda.

(5)

Praktikum kedua dengan materi pengenalan alat lapangan dan laboratorium.

praktikan digabungkan dalam satu laboratorium. Awal kelas dimulai dengan pemberian respon tulis yang dibagi menjadi 2 sesi. Setelah pembagian sesi respon seluruh praktikan digabungkan tanpa sesi untuk pengenalan alat dan bahan. Pengenalan alat dan bahan diberi oleh kak Ardyansyah Kahar serta beberapa asisten lainnya. Macam-macam alat yang digunakan dijelaskan oleh kak Ardyansyah Kahar. Setelah itu dilanjutkan dengan fungsi, bagian dan kegunaan yang diberikan oleh beberapa asisten. Berbagai alat yang digunakan di lapangan ataupun di laboratorium yaitu plankton net, secchi disk, turbidity meter, pH meter, layang-layang arus, handrefraktometer, DO meter, botol sampel, kamerer water sampler, SRCC, mikroskop, cover glass, pipet tetes, dan alat lainnya.

Kamerer water sampler sampler merupakan alat pertama yang dijelaskan, dimana Sebelum alat digunakan, dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap kondisi fisiknya. Setiap komponen dipastikan berfungsi dengan baik melalui serangkaian uji coba. Setelah dinyatakan layak, alat kemudian diatur pada kedalaman yang diinginkan di dalam perairan dengan menggunakan tali sebagai penanda.Setelah dipastikan alat telah mencapai kedalaman yang diinginkan, mekanisme penutupan sampel diaktifkan. Hal ini memungkinkan air dari kolom air di sekitar alat masuk ke dalam ruang sampel. Proses pengisian berlanjut hingga ruang sampel terisi penuh dengan sampel air yang representatif dari kedalaman tersebut. Setelah proses pengambilan sampel selesai, alat diangkat ke permukaan dan mekanisme pembukaan sampel diaktifkan secara hati-hati.

Sampel air yang telah terkumpul kemudian dipindahkan secara aseptik ke dalam wadah penyimpanan khusus yang telah disterilisasi untuk analisis lebih lanjut di laboratorium.

Selanjutnya Plankton net, yang berfungsi untuk menyaring Plankton. Cara kerjanya yaitu Air sampel yang telah diambil selanjutnya disaring menggunakan plankton net.

Layang-layang arus memiliki beberapa bagian yaitu Layang-layang, Tali yang menghubungkan layang-layang dengan pelampung, Pelampung yang terapung di permukaan air sebagai penanda posisi layang-layang.Tentukan titik awal dan titik akhir yang akan dijadikan patokan untuk mengukur jarak tempuh layang-layang (S). Lepaskan layang-layang pada area yang terbuka dan tidak banyak penghalang angin. Biarkan layang-layang bergerak jalan hingga mencapai titik akhir yang telah ditentukan. Saat layang-layang mencapai titik akhir, hentikan stopwatch. Catat waktu yang terukur pada stopwatch (t). sehingga untuk mencari kecepatan digunakan rumus V = S/t dengan satuan m/s.

(6)

Secchi disk digunakan untuk mengukur kecerahan dengan cara mrnurunkan Secchi disk secara perlahan ke dalam air sambil mengamati dari atas. Lanjutkan menurunkan hingga piringan tidak lagi terlihat jelas. Catat kedalaman saat piringan terakhir kali terlihat (D1). Angkat kembali Secchi disk secara perlahan. Catat kedalaman saat piringan sudah tidak terlihat (D2). Selanjutnya turunkan Secchi disk sampai kolom perairan lalu, hitung kedalamannya (Z). Mengukur kecerahan dilakukan penghitungan dengan rumus (D2 – D1) / Z. Tutbidity meter yang berguna untuk mengukur kekeruhan air.

Proses pengukuran kekeruhan diawali dengan tahap kalibrasi yang krusial. Cuvette yang akan digunakan sebagai wadah sampel dibersihkan secara menyeluruh menggunakan tisu halus untuk menghilangkan residu atau kontaminan yang dapat mengganggu akurasi pengukuran. Setelah dipastikan kering, cuvette ditempatkan pada holder yang telah disediakan pada turbidimeter. Sampel yang telah disiapkan sebelumnya kemudian dituangkan ke dalam cuvette hingga mencapai garis tanda. Cuvette lalu dimasukkan ke dalam kompartemen sampel turbidimeter dan diputar hingga terdengar bunyi klik sebagai indikasi penempatan yang benar. Dengan menekan tombol read, turbidimeter akan memulai proses analisis dan menampilkan nilai kekeruhan sampel pada layar digital.

Selanjutnya Mikroskop, bagian-bagian pada mikroskop yaitu Lensa Okuler, Lensa Objektif dengan tipe 4 perbesaran yang berbeda-beda, diafragma, Kondensor, Meja Preparat, Kaki Mikroskop, lengan Mikroskop dan Pengarah kasar dan halus mikroskop. Proses analisis sampel plankton diawali dengan persiapan preparat mikroskopis. Sampel plankton yang telah diawetkan ditempatkan pada SRCC yang bersih dan ditutup dengan kaca penutup untuk menjaga stabilitas dan mencegah penguapan. Preparat kemudian diletakkan pada meja mikroskop dan dijepit dengan kuat untuk memastikan posisi sampel tetap terjaga selama pengamatan. Sumber cahaya mikroskop dinyalakan dan diarahkan melalui kondensor untuk menerangi sampel secara optimal. Pengamatan dimulai dengan menggunakan lensa objektif berdaya rendah untuk memperoleh gambaran umum dari sampel. Setelah menemukan area yang menarik, perbesaran ditingkatkan dengan mengganti lensa objektif menjadi lensa dengan daya yang lebih tinggi. Diafragma diatur untuk mengoptimalkan kontras dan resolusi gambar.

Setelah selesai, lensa objektif dibersihkan dengan cairan pembersih khusus dan tisu lensa untuk mencegah kerusakan. Mikroskop dimatikan dan semua komponen dibersihkan serta disimpan dengan benar. Sebelum penggunaan alat baik itu SRCC dan lain sebagainya, terlebih dahulu lakukan pemphotoan alat tersebut serta lakukan juga setelah menggunakan alat tersebut.

(7)

Handrefraktometer terlebih dahulu dilakukan kalibrasi alat, yang dilakukan dengan meneteskan aquades pada kaca prisma dan mengeringkannya dengan tisu.

Setelah kalibrasi, sampel yang akan diuji teteskan pada kaca prisma, dan penutup kaca prisma diturunkan. Handrefraktometer kemudian diarahkan pada cahaya, dan pembacaan skala dilakukan dengan mendekatkan mata pada bagian teropong alat untuk mencatat nilai salinitas berdasarkan garis pemisah antara air tawar dan air bersalinitas.

Terdapat 2 macam alat yang digunakan untuk mengukur salinitas yaitu Refraktometer dan Handrefraktometer. pH meter adalah alat laboratorium yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan, dimana pH meter sendiri tidak memiliki satuan. Untuk menggunakan pH meter, langkah pertama yang harus dilakukan adalah kalibrasi. Kalibrasi ini penting untuk memastikan hasil pengukuran yang akurat.

Setelah dikalibrasi, celupkan elektroda pH meter ke dalam larutan yang akan diukur.

Pastikan elektroda terendam sepenuhnya dan tidak menyentuh dasar air sampel.

Tunggu beberapa saat hingga nilai pH pada layar stabil. Setelah selesai, bilas elektroda dengan aquades. Perlu diingat bahwa setiap jenis pH meter memiliki prosedur kalibrasi dan pengukuran yang sedikit berbeda, oleh karena itu, selalu ikuti petunjuk penggunaan yang tertera pada manual pH meter.

DO meter atau alat ukur oksigen terlarut adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar oksigen yang terlarut dalam air. Penggunaannya sangat penting dalam berbagai bidang, seperti perikanan, pengolahan air limbah, dan penelitian lingkungan.

Cara penggunaan DO meter cukup sederhana, namun memerlukan ketelitian agar hasil pengukuran akurat. Pertama, kalibrasi DO meter harus dilakukan terlebih dahulu menggunakan larutan standar. Setelah itu, celupkan probe DO meter ke dalam sampel air yang akan diukur. Pastikan probe terendam sepenuhnya dan tidak menyentuh dinding wadah. Tunggu beberapa saat hingga nilai DO pada layar stabil. Setelah selesai, bilas probe dengan aquades.

Lugol berfungsi sebagai bahan pewarna untuk memberi warna pada sampel.

Aquades berfugsi sebagai bahan steril pada alat-alat lapangan maupun laboratorium.

Tisu berfungi sebagai pembersih ataupun pengering. Es batu berfungsi sebagai pendingin agar sampel tetap terjaga.

Sebagai upaya menjaga integritas sampel dan keakuratan hasil analisis, seluruh komponen peralatan yang digunakan dalam proses pengambilan sampel menjalani prosedur pembersihan dan pemeriksaan menyeluruh setelah setiap kegiatan pengambilan sampel. Langkah tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang antar sampel, kerusakan peralatan, serta meminimalisir potensi bias

(8)

yang dapat mempengaruhi hasil analisis akhir. Setelah pengenalan alat serta cara penggunaan alat didemonstrasikan, Praktikan diberikan kesempatan untuk mengoperasikan mikroskop. Praktikan juga diberikan kesempatan untuk mencoba langsung melihat sampel plankton yang ada di dalam lab.

Setelah melakukan pencobaan mikroskop oleh praktikan, Praktikan diberikan format laporan. Praktikan juga diberikan penjelasan mengeni isi dari format tersebut.

Seperti praktikum kemarin sebelum melangkahkan kaki keluar laboratorium praktikan diberikan respon lisan. Pada saat memasuki lab praktikan diberikan respon tulis.

(9)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Alat di Lapangan

Adapun alat yang digunakan pada saat di lapangan 3.1.1. Kammerrer water sampler

Gambar 1. Kamerer water; 1)Tombol Penutup, 2)Body Tabung, 3)Penutup.

Gambar 1. Kamerer water berfungsi sebagai alat untuk mengambil sampel air pada waktu bersamaan dan kedalaman tertentu. Semua ukuran planktondapat terambil atau terangkat pada Kamerer water. Kamerer water memiliki 2 jenis yaitu Van dorn water sampler dan Kamerer water sampler. Keduanya memiliki perbedaan dari segi bahan, akan tetapi keduanya sama-sama dilengkapi dengan tali sebagai penentu kedalaman serta katup untuk menjatuhkan messenger untuk menurunkan penutup alat (Rosada &

Sunardi, 2021).

3.1.2. Plankton Net

Gambar 2. Plankton Net ; 1) Tali, 2) Net, 3) Botol Penampung.

Gambar 2. Plankton Net berfungsi sebagai alat untuk menyaring air sampel yang berisi plankton (Suarjuniarta, 2018). Air sampel yang disaring kemudian menagkap plankton

(10)

pada jala plankton net. Plankton yang tersaring dimasukkan kedalam botol sampel.

Plankton net sendiri memiliki berbagai macam ukuran tergantung jenis serta ukuran plankton yang diinginkan (Rosada & Sunardi, 2021).

3.1.3. Thermometer

Gambar 3. Thermometer; 1) Gagang, 2) Skala Termometer, 3) Air Raksa.

Gambar 3. Thermometer berfungsi sebagai alat untuk mengukur suhu atau temperature.

(Triyono et al., 2021). Thermometer sendiri terbagi atas 2 jenis yaitu termometer digital dan termometer nondigital. Termometer nondigital terdiri dari termometer air raksa dan termometer alcohol. Fenomena pemuaian merupakan prinsip dasar dari thermometer yang merupakan indeks temperatur (Fadilah & Helma, 2019).

3.1.4. Botol Sampel

Gambar 4. Botol Sampel ; 1) Penutup Botol, 2) Badan Botol.

Gambar 4. Botol Sampel berfungsi sebagai alat penyimpanan sampel plankton. Air sampel yang telah disaring kemudian disimpan dibotol sampel. Sampel plankton disimpan dibotol bertujuan agar sampel tersebut tetap aman hingga proses selanjutnya di

(11)

laboratorium. Botol sampel juga merupakan tempat terakhir dari sampel sebelum dianalisis (Suarjuniarta, 2018).

3.1.5. Handrefractometer

Gambar 5. Handrefractometer ; 1) Penutup Prisma, 2) Lensa, 3) Grip, 4) Kaca Prisma.

Gambar 5. Hendrefraktometer berfungsi sebagai alat ukur salinitas atau konsentrasi zat terlalur dalam suatu perairan. Air sampel diteteskan hingga kaca prisma tertutupi. Lensa hendrefraktometer didekatkan dengan mata dan diarahkan ke Cahaya. Angka yang terlihat merupakan angka salinitas sampel (Suarjuniarta, 2018).

3.1.6. Cool Box

Gambar 6. Cool Box; 1) Penutup Badan, 2) Badan.

Gambar 6. Cool Box berfungsi sebagai alat untuk menyimpan sampel (Gaza, 2017).

Sesuai dengan Namanya Cool Box atau boks pendingin, alat ini juga berguna untuk menyimpan bahan yang menmerlukan temperature yang tetap. Sehingga bahan tersebut dapat terjaga temperature suhunya. Serta bahan tersebut dapat awet dan tidak mudah rusak (Rosyadi et al., 2021).

(12)

3.1.7. Layang-layang Arus

Gambar 7. Layang-layang Arus ; 1) Pelampung, 2) Tali, 3) Layar Alat.

Gambar 7. Layang-layang arus berfungsi sebagai alat untuk mengukur arah dan kecepatan suatu perairan (Hasriyanti et al., 2015). Layang-layang arus dilepas dengan jarak yang telah ditentukan. Catat selang waktu yang dibuthkan hingga jarak yang telah ditentukan. Layang alat terbuat dari bahan seng dan pelampung terbuat dari bola plastik (Agung & Novianto, 2020).

3.1.8. Pipet Tetes

Gambar 8. Pipet Tetes ; 1) Bulp, 2) Badan Skala.

Gambar 8. Pipet Tetes berfungsi sebagai alat untuk mengambil sampel yang berada di botol (Sari et al., 2014). Penggunaan pipet tetes dengan cara menekan bagian blup pipet tetes. Selanjutnya ujung badan Skala dicelupkan kedalam air sampel. Lalu tekanan pada blup pipet tetes di kurangi sedikit demi sedikit agar air sampel dapat masuk ke pipet (Susanti, 2017).

(13)

3.1.9. Ember

Gambar 9. Ember ; 1) Pegangan, 2) Badan.

Gambar 9. Ember berfungsi sebagai alat untuk mengambil sampel air (Suarjuniarta, 2018). Sampel plankton diambil menggunakan ember dengan jumlah yang diinginkan. Ember merupakan alat pertama sebelum air sampel disaring ke plankton net.

Ember digunakan untuk mengambil sampel pada bagian atas perairan (Handaiyani et al., 2015).

3.1.10. Secchi Disk

Gambar 10. Secchi Disk ; 1) Tali, 2) Lempengan cakram, 3) Pemberat.

Gambar 10. Secchi Disk berfungsi untuk mengukur kecerahan air pada suatu perairan.

Lempengan cakram pada secchi Disk dimasukkan kedalam air. Selnjutnya mencatat kedalaman lempeng cakram pada saat terlihat dan juga pada saat tidak terlihat. Serta ukur kedalaman perairan terebut (Suarjuniarta, 2018).

(14)

3.1.11. pH meter

Gambar 11. pH meter ; 1) Sensor, 2) Layar Display, 3) Tombol Display.

Gambar 11. pH meter berfungsi sebagai alat pengukur pH keasaman suatu perairan (Suarjuniarta, 2018). Sebelum penggunaan sensor pada pH Meter terlebih dahulu dikalibrasi menggunakan aquadest. Sensor tersebut kemudian di celupkan pada air sampel. Tunggu hingga angka pada layar display tidak berubah atau bergerak (Suarjuniarta, 2018).

3.1.12. Do meter

Gambar 12. Do Meter ; 1) Layar Display, 2) Tombol Display, 3) Sensor.

Gambar 12. Do Meter berfungsi sebagai alat untuk mengukur kadar oksigen pada suatu pereiran. Penggunaan Do meter mirip dengan penggunaan pH meter. Sebelum penggunaan sensor pada Do Meter terlebih dahulu dikalibrasi menggunakan aquadest.

Sensor tersebut kemudian di celupkan pada air sampel. Tunggu hingga angka pada layar display tidak berubah atau bergerak (Suarjuniarta, 2018).

1 2

3

1

3

2

(15)

3.1.13. GPS

Gambar 13. GPS ; 1) Antena, 2) Tomper Power, 3) Layar, 4) Tombol Navigasi.

Gambar 13. GPS berfungsi sebagai alat untuk menentukan letak geografis sampel (Sari et al., 2014). Gps digunakan untuk menentukan keberadaan suatu spesies tersebut berkumpul. Gps juga dapat membantu nelayan dalam menagkap ikan. Dengan GPS nelayan dapat mengetahai munculnya ikan pada suatau perairan (Apriliani et al., 2018).

3.1.14. Stopwatch

Gambar 14. Stopwatch ; 1) Tombol Mulai, 2) Tombol Berhenti, 3) Tombol Reset, 4) Layar, 5) Tombol Power.

Gambar 14. Stopwatch berfungsi sebagai alat Pengukur waktu. Terdapat 2 jenis stopwatch yaitu stopwatch analog dan stopwatch digita. Stopwatch digital adalah stopwatch yang telah memiliki layar. Layar tersebut menunjukkan hasil pengukuran.

(Arifiyanto & Purwanto, 2014).

1 2

3 4

1 2

3

4 5

(16)

3.1.15. Alat Tulis

Gambar 15. Alat Tulis ; 1) Buku, 2) Pensil, 3) Penghapus.

Gambar 15. Alat Tulis berfungsi sebagai catatan dari suatu penelitian. Alat tulis tersebut berupa pensil/pulpen, penghapus dan buku. Alat tulis tersebut bertujuan agar peneliti tidak lupa dengan angka dari hasil penelitian. Buasanya digunakan alaat tulis yang tahan akan air (Sari et al., 2014).

3.1.16. Turbidity Meter

Gambar 16. Turbidity Meter ; 1) Sensor, 2) Layar, 3) Tombol, 4) Botol.

Gambar 16. Turbiity Meter berfungsi sebagai alat analisis kekeruhan pada suatu perairan (Tonggo, 2022). Dimana air sampel di masukkan ke dalam botol. Lalu botol di letakkan ke dalam sensor. Catat angka hasil kekeruhan yang ada pada layar (Suarjuniarta, 2018).

3 2

1

1

1 2

3 1 4

1

(17)

3.2. Bahan di Lapangan

Adapun bahan yang digunakan saat dilapangan yaitu 3.2.1. Aquades

Gambar 17. Aquades; 1) Tutup Botol, 2) Body.

Gambar 17. Aquades berfungsi sebagai bahan untuk mensterilkan alat-alat praktikum.

Aquades digunakan sebelum menggunakan alat dan juga pada saat menggunakan alat.

Aquades di aplikasikan pada bagian sensor atau pembaca dari alat. Hal tersebut dilakukan agar alat dapat membaca dengan benar angka pada sampel (Suarjuniarta, 2018).

3.2.2. Es batu

Gambar 18. Es batu ; 1) Es Batu.

Gambar 18. Es batu berfungsi sebagai bahan untuk pendingin agar sampel tetap dalam keadaan segar. Es batu disimpan didalam cool box agar esbatu tidak mudah cair. Setelah melakukan penyaringan air sampel, botol sampel yang didapatkan disimpan di dalam cool box. Es batu juga bermanfaat agar suhu pada sampel tidak mudah berubah (Puspitasari, 2015).

1

1

(18)

3.2.3. Lugol

Gambar 19. Lugol; 1) Tutup Botol, 2) Body, 3) Pipet Tetes.

Gambar 19. Lugol berfungsi sebagai bahan pewarna untuk memperjelas sampel. Lugol juga berguna dalam memperlambat pergerakan sampel serta pewarna bagi sampel.

Tujuan pemberian lugol pada sampel agar sel-sel penyusun dari sampel dapat terlihat dengan jelas. Lugol sendiri memiliki kandungan kalium dan Iodium Dimana

perbandingan diantara keduanya telah ditentukan (Suarjuniarta, 2018).

3.3. Alat di Laboratorium

Adapun alat yang digunakan pada saat di laboratorium yaitu 3.3.1. Mikroskop

Gambar 20. Mikroskop ; 1) Lensa Okuler, 2) Tabung, 3) Pegangan, 4) Kondensor, 5) Kaki, 6) Lensa objektif, 7) Revolver.

Gambar 20. Mikroskop berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk melihat organisme mikroskopis atau jasad renik yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat menggunakan mata telanjang (Merlina, 2021). Lensa Okuler berfungsi sebagai kaca pembesar dan menghasilkan bayangan virtual yang lebih besar dan tegak dari objek asli, memungkinkan pengamat untuk melihat detail-detail yang tidak terlihat dengan mata

2

(19)

telanjang (Haryanti, 2019). Tabung berfungsi sebagai Tempat Lensa Okuler melekat (Pramunanto & Zaini, 2015) Pegangan berfungsi sebagai tempat untuk pegangan pada saat mengangkat mikroskop (Haryanti, 2019). Kondensor berfungsi sebagai lensa penggabungan untuk mengumpulkan sinar (Ramadhani,2020). Kaki berfungsi sebagai Tempat Berdirinya Mikroskop agar tetap tegak (Haryanti, 2019). Lensa objektif berfungsi dalam perbesaran bayangan pada objek (Pramunanto & Zaini, 2015). Revolver berfungsi sebagai Tempat pengatur lensa objektif (Haryanti,2019).

3.3.2. Sedwick Rafter Counting Cell (SRCC)

Gambar 21. Sedwick Rafter Counting Cell (SRCC) ; 1) Kaca Objek, 2) Ruang SRCC.

Gambar 21. Sedwick Rafter Counting Cell (SRCC) berfungsi sebagai alat untuk menghitung plankton dari sampel yang telah diambil (Suarjuniarta, 2018). SRCC dibuat dengan sel kaca dengan volume yang terukur. Sampel masukkan ke dalam SRCC.

Tempatkan SRCC di bawah mikroskop. Lalu menghitung jumlah organsime (Steinbreg et al., 2014).

3.3.3. Cover Glass

Gambar 22. Cover Glass ; 1) Kaca Preparat.

Gambar 22. Cover Glass berfungsi sebagai alat penutup RSCC yang berbahan Kaca (Sari et al., 2014). Cover Glass merupakan alat yang terbuat dari kaca yang tipis.

Berguna menjaga kestabilan sehingga melindungi sampel dari kontaminasi lainnya.

Serta berguna dalam pemancaran Cahaya yang baik (Novita dan Yuliana, 2023).

(20)

3.3.4. Pipet Tetes

Gambar 23. Pipet Tetes ; 1) Blup, 2) Badan Skala, 3) Bahan di Lapangan.

Gambar 23. Piprt Tetes berfungsi sebagai alat alat untuk mengambil sampel yang berada di botol (Sari et al., 2014). Penggunaan pipet tetes dengan cara menekan bagian blup pipet tetes. Selanjutnya ujung badan Skala dicelupkan kedalam air sampel. Lalu tekanan pada blup pipet tetes di kurangi sedikit demi sedikit agar air sampel dapat masuk ke pipet (Susanti, 2017).

3.4. Bahan di Laboratorium

Adapun bahan yang digunakan saat dilapangan yaitu 3.4.1. Sampel Plankton

Gambar 24. Sampel Plankton ; 1) Tutup Botol, 2) Body, 3) Label Penanda.

Gambar 24. Sampel Plankton berfungsi sebagai bahan pengamatan.

(Suarjuniarta, 2018). Sebagai bahan untuk pengambilan data. Dengan data dari yang

(21)

telah didaptkan dari sampel tersebut diharapkan dapat menggambarkan sifat populasi suatu perairan. Serta mengetahui keadaan dalam perairan tersebut (Sari et al., 2014).

3.4.2. Tisu

Gambar 25. Tisu ; 1) Tisu, 2) Tempat Tisu.

Gambar 25. Tisu berfungsi sebagai bahan untuk mengeringkan, membersihkan. Tisu memiliki karakteristik yang lembut, cepat menyerap. Tisu sendiri terbuat dari kertas daur ulsng. Tisu merupakan bahan sekali pakai atau langsung dibuang (Jangga et al., 2022).

3.4.3. Aquades

Gambar 26. Aquades ; 1) Tutup Botol, 2) Body.

Gambar 26. Aquades berfungsi sebagai bahan untuk mensterilkan alat-alat praktikum.

Aquades digunakan sebelum menggunakan alat dan juga pada saat menggunakan alat.

Aquades di aplikasikan pada bagian sensor atau pembaca dari alat. Hal tersebut dilakukan agar alat dapat membaca dengan benar angka pada sampel (Suarjuniarta, 2018).

(22)

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Planktonologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme planktonik yang hidup di perairan. Plankton sendiri dibagi atas 2 jenis yaitu Zooplankton dan Fitoplankton. Dengan keberadaan plankton dapat dijadikan parameteruntuk melihat kualitas dan kesuburan suatu badan air. Fito plankton sendiri merupakan plankton nabati yang bersifat autotroph, Sedangkan Zooplankton merupakan plankton hewani yang bersifat heterotroph. Plankton sendiri merupakan produsen primer suatu perairan. Akan tetapi jika keberadaanya sangat banyak akan mengakibatkan organime lain yang ada dibawahnya mati dikenal dengan Harmful Algal Blooms) HABs.

Praktikum ini juga memberikan pemahaman mengenai berbagai peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam pengambilan sampel di lapangan maupun di laboratorium. Alat yang digunakan dilapangan, seperti kammerer water sampler yang berfungsi untuk pengambilan sampel air pada kedalaman tertentu. Plankton net berfungsi sebagai saringan untuk memisahkan plankton dari volume air yang lebih besar.

secchi disk memberikan indikasi tentang kejernihan air. Layang-layang arus adalah alat untuk mengukur kecepatan arus laut. Hand refractometer digunakan untuk mengukur salinitas air laut. Sampel yang diambil kemudian disimpan dalam botol sampel dan ditempatkan dalam cool box untuk menjaga kondisi sampel tetap optimal selama transportasi. Thermometer dengan tingkat akurasi tinggi digunakan untuk mengukur suhu air, sementara pipet tetes berguna untuk memindahan sampel dalam jumlah kecil.

Ember berfungsi mengambilan sampel air di permukaan. GPS sebagai penentu titik pengambilan sampel. Stopwatch berguna untuk mengukur lama waktu yang digunakan.

Alat tulis untuk mencatat hasil dilapangan. Serta Turbidity meter untuk mengukur Tingkat kekeruhan perairan.

Alat yang digunakan dilaboratorium, mikroskop yang berfungsi membantu dalam melihat organisme mikroskopis atau plankton pada sampel yang telah didapatkan.

Cover glass untuk mengamati sampel plankton secara lebih dekat serta sebagai pelindung sampel agar tidak terkontamintasi. Sedgewick-Rafter counting cell adalah alat khusus yang digunakan untuk menghitung jumlah plankton dalam volume sampel yang diketahui. Pipet tetes pada laboratoriumn digunakn untuk memindahkan sampel. Adapun bahan yang digunakan, sampel plankton sendiri merupakan objek utama penelitian yang

(23)

memberikan data berharga tentang keanekaragaman hayati perairan. Aquades berfungsi sebagai standar pembanding untuk kalibrasi alat dan memastikan kebersihan alat. Lugol berperan penting dalam mengawetkan sampel plankton agar karakteristiknya tidak berubah selama proses pengamatan serta sebagai pewarna pada sampel plankton agar sel penyusunnya dapat terlihat dengan jelas. Terakhir, tissue berfungsi untuk membersihkan atau pun mengeringkan.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, P., & Novianto, D. 2020. Bangunan pengambilan air laut (Sea Water Intake) berbasis struktur revetment dan groins. Journal of Applied Civil Engineering and Infrastructure Technology1(1), 1-14.

Apriliani, I. M., Herawati, H., Khan, A. M., Dewanti, L. P., & Rizal, A. 2018.

Pengenalan teknologi Global Positioning System (GPS) sebagai alat bantu operasi penangkapan ikan di Pangandaran. Dharmakarya7(3), 213-215.

Arifiyanto, Z., & Purwanto. 2014. Penggunaan Media Stop Watch Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Jpgsd, volume 02 (03).

Fadilah, H., & Helma. 2020. Penaksiran Suhu Ruangan Pada Termometer Dengan Menggunakan Inverse Regression. Unpjomath Vol. 3 No. 1, 28-32.

Gaza, B. I. 2017. Rancang Bangun Coolbox Portable Dengan Pengaturan Suhu Menggunakan Arduino UNO. Ilmu Komputer. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Pakuan.

Handaiyani, S., Ridho, M. R., & Bernas, S. M. 2015. Keanekaragaman plankton dan hubungannya dengan kualitas perairan terusan dalam Taman Nasional Sembilang Banyuasin Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Sains17(3).

Haryanti, S. 2019. Pengembangan Almari Penyimpanan Terstandar untuk Perawatan Mikroskop di Laboratorium Jurusan Kesehatan Lingkungan (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

Hasriyanti, Syarif, E., & Maddatuang. 2015. Analisis Karakteristik Kedalaman Perairan, Arus Dan Gelombang Di Pulau Dutungan Kabupaten Barru. Jurnal Scientific Pinisi, volume 1 No.1.

Izmiarti. 2017. Planktonologi. Universitas Andalas.

Jangga, J., Latu, S., & Syarifuddin, S. 2022. Penyuluhan Dampak Klorin Terhadap Kesehatan Dan Cara Pemeriksaannya Di Wilayah Desa Parangbaddo Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Jurnal Pengabdian Mandiri1(9), 1777-1786.

Kudela, R.M., Berdalet, E., Bernard, S., Burford, M., Fernanda, L., Lu, S., Roy, S., Tester, P., Usup, G., Magnien, R., Anderson, D.M., Cembella, A., Chinain, M., Hallegraeff, G., Reguera, B., Zingone, A., Enevoldsen, H., & Urban, E. 2015.

Harmful Algal Blooms. A Scientific Summary For Policy Makers. Ioc/Unesco, Paris (Ioc/Inf-1320).

Kurniawan, A., Prasetiyono, E., & Syaputra, D. 2023. Buku ajar eksistensi plankton di perairan.

Lase, N. K. 2020. Analisis Pengetahuan Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi IKIP Gunungsitoli Tentang Peralatan Laboratorium dan Fungsinya. DIDAKTIK:

(25)

Jurnal Ilmiah Pendidikan, Humaniora, Sains dan Pembelajarannya, 14(1), 2377-2386.

Merlina, D. 2021. Pengembangan Kinerja Mikroskop Binokular Menjadi Miskroskop Berkamera untuk Alat Praktikum dan Penelitian. Indonesian Journal of Laboratory, 4(1), 15-20.

Novita, I., & Yuliana, L. 2023. Perbedaan Teknik Dan Larutan Mounting Preparat Basah Dalam Pembuatan Preparat Awetan Di Laboratorium Pendidikan. Jurnal Labora Medika 1, 1-5.

Pramunanto, E & Zaini, A. 2015. Tugas Akhir–Te 141599 Pengendali Penempatan Posisi Preparat Pada Mikroskop Digital Untuk Pengambilan Citra Panorama.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Puspitasari, S. M. 2020. Keanekaragaman dan Kelimpahan Mikroalga Penyebab Harmful Algal Blooms (HABs) di Perairan Pantai Timur Surabaya (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Puspitasari, S.D. 2015. Analisis Struktur Komunitas Plankton Di Perairan Pantai Dalegan Gresik Sebagai Indikator Kualitas Perairan. Universitas Brawijaya, Malang.

Rahmatiza, Y., & Yulida, L. Yulmila. 2020. Keanekaragaman Jenis Plankton Di Perairan Pantai Balee Deudap Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar.

In Prosiding Seminar Nasional Biotik (Vol. 8, pp. 229-231).

Ramadhani, S. P. 2020. Pengelolaan Laboratorium. Depok: Yiesa Rich Foundation.

Rosada,K. K., Sunardi. 2021. Metode Pengambilan dan Analisis Plankton. Unpad Press.

Rosyadi, I., Haryadi, H., Pratama, N., Fasya, M. H., Irman, A., Aswata, A., & Yusuf, Y.

2021. Analisis perancangan cooler box berbasis termoelektrik terhadap varian penggunaan thermal paste, faktor lingkungan dan heatsink. Journal Industrial Servicess7(1), 188-192.

Sabran, M., Zainal, S., & Febriawan, A. 2022. The Abundance and Diversity of Plankton in the Waters of the Tasilaha Lagoon Helpano Village, South Banawa, Donggala Regency. Jurnal Biologi Tropis, 22(4), 1049-1056.

Sari, A. N., Hutabarat, S., & Soedarsono, P. 2014. Struktur komunitas plankton pada padang lamun di pantai Pulau Panjang, Jepara. Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES)3(2), 82-91.

Sari, R. N. 2018. Identifikasi fitoplankton yang berpotensi menyebabkan harmful algae blooms (HABs) di Perairan Teluk Hurun (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Steinberg, M. K., First, M. R., Lemieux, E. J., Drake, L. A., Nelson, B. N., Kulis, D.

M., . . . &, B. N. 2014. Comparison Of Techniques Used To Count Single-Celled Viable Phytoplankton. J Appl Phycol, 751-758.

(26)

Suarjuniarta, I. K. A. 2018. Laporan Akhir Praktikum Planktonologi. Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.

Susanti, R. S. 2017. Pengembangan ensiklopedia peralatan laboratorium kimia sebagai sumber belajar siswa SMA Negeri 10 Pontianak. Skrispi. Universitas Muhammadiyah Pontianak.

Tonggo, Y. 2022. Alat Turbidimeter Dilengkapi Printer. Universitas Widya Husada, Semarang.

Triyono, S. Haryanto, A. Telaumbanua, M. Wisnu, F. K. dan Martinus, M. 2021.

Pengembangan Teknologi Deteksi Cepat Kualitas Air Limbah Pabrik Pengelolaan Sawit Berbasis loT untuk Mendukung Sustainabillity. Badan Pengelola Dana Perkebunan. Universitas Lampung.

Zainuri, M., Kusumaningrum, H. P., Sugianto, D. N., Endrawati, H., & Mishbach, I.

2019. Identification of Harmfull algae blooms (HABs) species from Demak marine waters. In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1217, No. 1, p.

012146). IOP Publishing.

Gambar

Gambar 1.  Kamerer water  berfungsi sebagai alat untuk mengambil sampel air pada waktu bersamaan dan kedalaman tertentu
Gambar 2.  Plankton Net ; 1) Tali, 2) Net, 3) Botol Penampung.
Gambar 1.  Kamerer water; 1)Tombol Penutup, 2)Body Tabung, 3)Penutup.
Gambar 3. Thermometer berfungsi sebagai alat untuk mengukur suhu atau temperature.
+7

Referensi

Dokumen terkait