• Tidak ada hasil yang ditemukan

pola hubungan sosial para penambang pasir

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pola hubungan sosial para penambang pasir"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

POLA HUBUNGAN SOSIAL PARA PENAMBANG PASIR DALAM SISTEM BAGI HASIL

(Studi: Penambang Pasir Yang Berada di Aliran Sungai Kuranji Di Bawah Jembatan Kalawi Kelurahan Kelumbuk Kecamatan Kuranji Kota Padang)

ARTIKEL

FITRYA NANDA NPM. 11070184

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2016

(2)
(3)

The palern of social’s realtion with the sand’s miners using devides results system. Study:

Sand’s miners along river flow Kuranji Kelurahan Kalumbuak Kecamatan Kuranji Kota Padang. “thesis”. Sociology Department, STKIP PGRI West Sumatera Padang, 2016

Fitrya Nanda1 Drs. Wahyu Pramono, M.Si 2 Sri Rahmadani, M.Si 3

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Province of west sumatera have a natural resouces like a plantation and mining, but this research focus with the mining. One of the mining is sand mining on along river flow in west sumatera. The river is a place for the miners to gel the income. The sand’s miners who woek are the people stay on areas kalawi street, because of kuranji area have a lagest river. It means that, the potential of the river is used by the miners to get the income. The social’s relation with the sand’s miners. The plainers with the land’s oauher. Such as; cooperation, compelition, and controversy. In this research used descriptive qualitalive study. Technique of collecting the data are obseruation interviue and document. The purposive sampling is one step to get the informers descriplive research is obtained the data in the field arrange systemahcally and description. In this research used the simmel theary. The result of this research is the pattern of social’s relation with the sand’s miners. In dividing income on the a long river flow, kuranji; such as cooperation in the woorking and cooperation out side the woorking. The researcher can see on the envitonment working areas. The sand’s miners can help each other and if the out side, the people can the mutual cooperation on every Sunday. The comperation like a the miners search the areas wich a lot of sand and the last the miners search the buyers.

.

Key Words: mining, sand miners, profit-sharing system.

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat tahun ajaran 2011 2 Pembimbing I, staf pengajar Program Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 3 Pembimbing II, staf pengajar Program Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

(4)

ABSTRAK

FITRYA NANDA. (11070184). “Pola Hubungan Sosial Para Penambang Pasir Dalam Sistem Bagi Hasil. Study: Penambang Pasir Yang Berada Di Aliran Sungai Kuranji Dibawah Jembatan Kalawi Kelurahan Kalumbuak Kecamatan Kuranji Kota Padang”. Skripsi.

Program Studi Pendidikan Sosiologi, STKIP PGRI Sumatera Barat. Padang. 2016.

Di daerah Kalumbuk terdapat aliran Sungai Kuranji, dimana dalam sungai tersebut terdapat pasir, batu, kerikil dan lain-lain yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah, tidak adanya pekerjaan tetap, dan tidak memiliki keahlian khusus membuat masyarakat di sekitar area aliran Sungai Kuranji memanfaatkan sungai tersebut sebagai area untuk mendapatkan pendapatan dengan cara menambang pasir. Dengan kegiatan penambangan tersebut menimbulkan polo-pola hubungan sosial antara penambang. Adapun tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola hubungan sosial para penambang pasir dalam sistem bagi hasil yang ada di aliran Sungai Kuranji dibawah jembatan Kalawi Kelurahan Kalumbuk Kecamatan Kuranji Kota Padang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi dan wawancara mendalam, serta studi dokumen dengan analisis data menggunakan model Milles dan Huberman yang terdiri dari empat tahap yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Teori yang digunakan adalah Interaksi sosial menurut Simmel. Berdasarkan hasil temuan di lapangan, ditemukan beberapa pola hubungan sosial di antara penambang pasir dalam sistem bagi hasil. Pola hubungan sosial tersebut di antaranya kerja sama, baik di dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan. Kemudian juga ditemukan pola hubungan sosial lainnya yaitu persaingan baik persaingan dalam mencari wilayah yang banyak pasir maupun persaingan dalam mencari pelanggan.

Kata Kunci:pertambangan, penambang pasir, sistem bagi hasil

(5)

PENDAHULUAN

Secara geografis betapa kaya Indonesia akan sumber alamnya yang melimpah. Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia berasal dari pertanian, kehutanan, kelautan, perikanan, peternakan, perkebunan serta pertambangan dan energi.

Wilayahnya banyak menyimpan potensi sumber daya alam yang jika dimanfaatkan sebaik- baiknya dapat memberikan dampak pada kesejahteraan masyarakat Indonesia itu sendiri.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Galian itu meliputi emas, perak, tembaga, minyak, gas bumi, batu bara dan lain-lain. Bahan galian itu dikuasai oleh negara, hak negara berisi wewenang untuk mengurus dan mengawasi pengelolaan atau pengusahaan bahan galian serta berisi kewajiban untuk mempergunakan dengan sebesar- besarnya untuk kemakmuran rakyat (Salim, 2005:1).Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian.

Pengolahan bahan galian telah diatur dalam UU pokok pertambangan Indonesia No 11 tahun 1967 pasal 3, yang menyebutkan pengelolaan bahan galian menjadi tiga jenis yaitu Gol A (yang disebut bahan strategis) seperti; minyak bumi, lilin bumi, dan gas alam. Gol B (bahan vital) seperti; emas, platina, perak, air raksa dan intan. Gol C (bahan tidak strategis dan tidak vital) seperti; pasir, batu dan giok (Salim,2005:5).

Di Provinsi Sumatera Barat banyak terdapat aliran sungai. Salah satu aliran sungai yang ada di Provinsi Sumatera Barat adalah aliran Sungai Kuranji. Di sepanjang aliran Sungai Kuranji terdapat beberapa pertambangan pasir seperti yang ada di daerah Gunung Nago, daerah Taratak Paneh dan di daerah Kalumbuk. Tetapi ada yang berbeda pada pertambangan yang terdapat di daerah Kalumbuk, yang mana para penambang pasir yang bekerja di sana mempunyai sistem yang mengatur mereka dalam bekerja. Lahan yang digunakan para penambang untuk mengambil pasir merupakan lahan yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat dari suku Melayu yang mana diatur oleh Bapak Oyan dari suku Melayu yang ditunjuk untuk mengelola dan mengatur tanah tersebut. Penunjukan Bapak Oyon yang mengatur lahan tersebut melalui

rapat kaum dan disetujui bersama. Tanah ulayat itu dijadikan lahan pekerjaan dikarenakan tanah tersebut berada dekat dengan aliran Sungai Kuranji yang dijadikan tempat menambang pasir oleh pekerja. Orang yang bekerja di sungai tempat tanah ulayat tidak hanya berasal dari suku Melayu, melainkan ada yang berasal dari suku lain seperti Suku Caniago,Koto dan Jambak. Sistem atau perlakuan yang didapatkan oleh suksu lain sama dan tidak ada perbedaan dari pemilik tanah ulayat.Dalam pekerjaan adanya suatu bentuk hubungan sosial yang terjalin antara para penambang seperti kerja sama yang berdampak positif. Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kehidupan sehari-hari, penambang yang bekerja sebagai penambang pasir di sepanjang aliran Sungai Kuranji juga mempengaruhi hubungan sosial mereka.

Hubungan sosial dapat diartikan setiap hubungan baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan antara dua hal peristiwa, objek atau lebih.

Bentuk hubungan sosial yang terjadi secara negatifnya salah satunya adalah konflik laten. Konflik laten adalah gangguan emosi yang terjadi dalam diri seseorang, kerena dia dituntut menyelesaikan suatu pekerjaan atau memenuhi suatu harapan sementara pengalaman, minat, tujuan, dan tata nilainya tidak sanggup memenuhi tuntutan, sehingga hal ini menjadikan beban baginya. Konflik ini pun bisa terjadi apabila pengalaman, minat, tujuan, atau tata nilai pribadinya bertentangan satu sama lain. Konflik laten mencerminkan perbedaan antara apa yang dikatakan, inginkan, dan apa yang akan dilakukan untuk mewujudkan keinginan itu (Pickering, 2001:12).

Konflik yang terjadi antara penambang adalah seperti yang disebabkan oleh ketidakpuasan diri dalam melakukan pekerjaan, seperti dalam hasil penjualan pasir para penambang mendapatkan uang tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Pada umumnya orang bekerja sama dan mencari cara untuk mengatasi timbulnya konflik, agar hubungan sosialnya berjalan dengan baik.

Begitupun konflik yang terjadi antara penambang, konflik yang dilakukan oleh para penambang yang berdampak positif serta memotivasi para penambang di aliran Sungai Kuranji. Jika pertengkaran terjadi antara sesama penambang dan pemilik tanah ulayat

(6)

mengetahuinya, maka mereka akan mendapatkan sanksi dari pemilik tanah ulayat, yakni dengan tidak boleh bekerja sebagai penambang pasir di aliran sungai Kuranji untuk sementara waktu sampai pertengkaran yang terjadi selesai.

Salah satu cara lain untuk menghindari konflik antara penambang adalah dengan sistem bagi hasil. Agar konflik tidak terjadi di antara penambang maka para penambang yang bekerja diatur oleh sebuah sistem yang dibuat oleh pemilik tanah ulayat. Para penambang membentuk sebuah kelompok dalam bekerja, setelah satu kelompok selesai maka akan digantikan oleh kelompok lain. Para penambang juga melakukan sistem bagi hasil antara sesama penambang dan antara penambang dengan pemilik tanah ulayat. Sistem bagi hasil terjadi ketika penambang yang mengambil pasir secara berkelompok mengisi satu mobil penuh. Jika mobil yang digunakan adalah mobil jenis L.300 yang biasanya berisikan tiga biduk pasir dengan harga satu biduk pasir Rp.30.000,dan apabila mobil yang digunakan adalah mobil jenis truk, biasanya berisikan delapan biduk pasir.

Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditentukan rumusan masalahnya yakni

“bagaimana pola hubungan sosial para penambang pasir dalam sistem bagi hasil yang ada di aliran sungai Kuranji di bawah jembatan Kalawi Kelurahan Kalumbuk Kecamatan Kuranji Kota Padang”.

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola hubungan sosial para penambang pasir dalam sistem bagi hasil yang ada di aliran Sungai Kuranji dibawah jembatan Kalawi Kelurahan Kalumbuk Kecamatan Kuranji Kota Padang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Peneliti menggunakan pendekatan dan tipe penelitian ini dengan tujuan untuk mendeskripsikan pola hubungan sosial para penambang pasir dalam sistem bagi hasil yang ada di aliran Sungai Kuranji dibawah jembatan Kalawi Kelurahan Kalumbuk Kota Padang. Pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, persepsi, pemikiran, orang secara individual maupun kelompok (Sutopo dan Arif, 2010: 1).

Menurut Moleong (2013:4) pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati. Adapun alasan menggunakan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Adapun maksud dari makna adalah yang sebenarnya, data pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu ,penelitian kualitatif tidak menekankan generalisasi, tetapi lebih menekankan makna. Generalisasi dalam penelitian tersebut dapat digunakan transferability di tempat lain, artinya hasil penelitian tersebut dapat digunakan di tempat lain, manakala tempat tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda (Sugiyono, 2005: 1-3). Untuk menunjang dan memahami masalah ini lebih mendalam maka digunakan tipe penelitian deskriptif. Deskriptif adalah teknik memahami fenomena tersebut secara detail tapi fokus dengan apa yang dilihat, digambarkan secara detail atau holistic (menyeluruh). Penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Penelitian ini tidak menguji hipotesa melainkan untuk mendeskripsikan informasi mengenai apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti (Mardalis, 2006:26).

Dalam hal ini yang menjadi alasan peneliti menggunakan metode deskriptif adalah untuk memahami fenomena secara detail tapi fokus dengan apa yang dilihat mengenai pola hubungan sosial para penambang pasir dalam sistem bagi hasil yang ada di aliran Sungai Kuranji dibawah jembatan Kalawi Kelurahan Kalumbuk Kota Padang.

Informan penelitian merupakan individu yang dijadikan sebagai sumber untuk memperoleh keterangan dan data untuk mendapatkan informasi. Dari informan penelitian inilah didapatkan informasi baik tentang dirinya atau orang lain atau suatu kejadian. Pemilihan informan ditentukan oleh peneliti yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan analisa data. Dalam hal ini teknik pemilihan informan berdasarkan purposive sampling, maksudnya adalah informan ditetapkan secara sengaja oleh peneliti sendiri.

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini, yaitu para penambang yang

(7)

mengambil pasir sebanyak 10 orang dan pemilik tanah ulayat satu orang.

Data yang diambil pada penelitian ini ada dua sumber yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari informan. Menurut Bungin (2011:122) data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data atau subjek penelitian. Adapun data primer pada penelitian ini yaitu hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap 11 orang informan yang mana terdiri dari 10 informan yang bekerja mengambil pasir di aliran Sungai Kuranji dan satu orang informan sebagai pemilik tanah ulayat dari suku Melayu. Data sekunder menurut Arikunto (2010:22) adalah data yang diperoleh untuk melengkapi data primer yang ada. Adapun data- data tersebut berupa dokumen-dokumen yang mendukung atau yang berkaitan dengan pokok persoalan data pendukung penelitian yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi relevan dan berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, bisa berbentuk laporan atau dokumen yang didapati dari berbagai sumber media, dokumentasi, dan data pendukung lainnya. Data sekunder dalam penelitian ini adalah keadaan goegrafis lokasi penelitian, pemerintahan, jumlah penduduk, kesehatan, agama, sarana prasarana, pendidikan, yang didapatkan di Kantor Kelurahan Kalumbuk.

Teknik pengumpulan data ini diperlukan untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap, objektif, dan bisa dipertanggungjawabkan agar dapat diperoleh dan disajikan menjadi gambaran atau pandangan yang benar. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini: jenis observasi non partisipan dimana peneliti tidak ikut serta terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang subjek lakukan.

Observasi yang dilakukan peneliti adalah melihat dan mengamati objek yang diteliti dari luar bukan dari dalam kehidupannya. Wawancara merupakan suatu pengumpulan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti (Bungin, 2011:157-158). Teknik wawancara yang digunakan didalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Studi dokumen adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen- dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek (Herdiansyah, 2012:143). Studi dokumen dilakukan pada saat peneliti melakukan penelitian dan merupakan data pendukung serta bukti bagaimana keadaan informan penelitian.

Unit analisis adalah satuan yang digunakan dalam menganalisis data. Unit analisis digunakan untuk lebih mengarahkan kajian yang dibahas dengan pengertian lain objek yang diteliti ditentukan kriteriannya sesuai dengan permasalahan dan tujuan dari penelitian. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai unit analisisnya adalah kelompok yaitu para penambang yang bekerja mengambil pasir di sepanjang aliran Sungai Kuranji.

Analisis Data dilakukan dengan pengumpulan data, Pengumpulan data pertama kali dilakukan dengan cara studi dokumen yaitu mengumpulkan seluruh foto-foto para penambang pasir yang bekerja di aliran Sungai Kuranji. Selanjutnya pengumpulan data dilakukan dengan cara metode observasi dan wawancara. reduksi data, reduksi data merupakan proses memilah dan memilih data yang didapatkan di lapangan. Data berbentuk catatan lapangan yang harus ditafsir, atau diseleksi masing-masing data yang relevan dengan fokus masalah penelitian. Data yang diperoleh melalui observasi, studi dokumen dan wawancara , kemudian dibaca, dipelajari, ditelaah dan direduksi dalam bentuk analisis yang terperinci . Proses ini berlangsung secara terus menerus selama penelitian berlangsung.

Penyajian data, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat dan bagan, yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Menyajikan data memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

Adapun data yang peneliti sajikan yaitu berbentuk teks naratif. dan penarikan kesimpulan, Pengambilan kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data dan penyajian data sehingga data dapat disimpulkan tentang kebenaran mengenai hubungan sosial antar para penambang pasi.

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cermat dan bertahap, dari kesimpulan sementara sampai kesimpulan terakhir. Penarikan kesimpulan dapat berupa dari pemikiran yang timbul dalam pemikiran peneliti ketika peneliti melihat kembali catatan lapangan sehingga kesimpulan yang dibuat sesuai dengan tujuan penelitian.

Penelitian dilakukan di aliran Sungai Kuranji dibawah jembatan Kalawi Kelurahan Kalumbuak Kecamatan Kuranji. Alasan penulis memilih lokasi ini karena di sepanjang aliran Sungai Kuranji hanya penambang yang berada di bawah jembatan Kalawi saja yang memiliki sistem yang mengatur dan yang lainnya hanya bekerja sebagai buruh lepas saja.

(8)

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Kelurahan Kalumbuk sebagai salah satu kelurahan di Kecamatan Kuranji Kota Padang memiliki luas wilayah lebih kurang 6.02 Km2 yang mana setara dengan 1.62 persen dari luas daratan wilayah Kota Padang.Secara administratif kelurahan Kalumbuak merupakan bagian dari Kecamatan Kuranji yang memiliki luas wilayah 264.7 Ha dan didiami oleh 9211 jiwa. Di Kelurahan Kalumbuak memiliki ketinggian tanah dari permukaan laut seluas 15 Mdpl (meter di atas permukaan laut), curah hujan 384,88 mm/bulan dan suhu udara rata-rata 22OC–32,7OC.

Di daerah Kalumbuk mengalir sebuah sungai yang dinamakan sebagai Sungai Kuranji yang berhulu pada sekitar Bukit Barisan antara Kabupaten Solok dengan Kota Padang dan bermuara di Samudra Hindia. Sungai Kuranji memiliki panjang 17 Km dan lebar 60 M dengan kedalaman mencapai 4 M. Sungai Kuranji melintasi empat kecamatan di Kota Padang yaitu; Kecamatan Pauh, Kecamatan Kuranji, Kecamatan Nanggalo dan Kecamatan Padang Utara. Jumlah penduduk Kelurahan Kalumbuak pada bulan Oktober tahun 2015 tercatat sebanyak 9211 jiwa, terdiri dari 4605 jiwa laki- laki dan 4606 jiwa perempuan jumlah kepala keluarga 2090.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Para Penambang Pasir Sungai merupakan aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Di daerah Kalawi terdapat sebuah aliran sungai yang dinamakan sebagai Sungai Kuranji.

Masyarakat di sekitar daerah Kuranji memanfaatkan sungai tersebut sebagai tempat mata pencarian.

Tabel 5.1

Data Para Penambang Pasir No Nama Umur Pendidika

n Terakhir

Suku

1. Jasril 63 Tahun

SMP Tanjung

2. Ujang 53 Tahun

SD Jambak

3. Iyal 43 Tahun

SD Tanjung

4. Raflis 51 Tahun

SD Tanjung

5. Zulfikar 39 SD Koto

Tahun 6. Ucok 45

Tahun

SMP Melayu

7. Man 51

Tahun

SMP Caniago

8. Sofian 50 Tahun

SD Koto

9. Zai 47

Tahun

SD Melayu

10. Buyuang 49 Tahun

SD Melayu

Sumber: Data Primer, 2015

Rata-rata pendidikan penambang pasir yang bekerja di sepanjang aliran Sungai Kuranji hanya sampai tamatan Sekolah Dasar saja (SD).

Tidak beberapa orang dari mereka yang melanjutkan pendidikan sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Oleh karena pendidikan yang rendah, maka masyarakat memanfaatkan aliran sungai tersebut untuk mengambil pasir dan bekerja sebagai penambang pasir.

B.Pola Hubungan Sosial Para Penambang Pasir Dalam Bagi Hasil di Sepanjang Aliran Sungai Kuranji

Berdasarkan penelitian yang peneliti telah lakukan di sekitar aliran sungai Kuranji dibawah jembatan Kalawi Kelurahan Kalumbuk, peneliti menemukan beberapa pola hubungan sosial diantara para penambang pasir dalam bagi hasil sebagai berikut:

. 1. Kerjasama

Kerjasama dapat dijumpai dalam setiap kehidupan sosial mulai dari anak-anak hingga kehidupan keluarga, kelompok kekerabatan hingga ke dalam komunitas sosial. Kerjasama dapat terjadi karena didorong oleh kesamaan tujuan atau manfaat yang akan di peroleh dalam kelompok tersebut.

Hubungan sosial yang terjadi antar penambang pasir tersebut dapat berupa hubungan kerjasama, yang dapat menyebabkan mereka saling tolong-menolong. Dalam pekerjaan adanya suatu bentuk hubungan sosial yang terjalin antara penambang pasir, dimana bentuk hubungan seperti kerjasama yang berdampak positif.

1.1 Kerjasama Dalam Pekerjaan

(9)

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 29 November 2015 yang dilaksanakan pada jam 08.00 Wib. Para penambang melakukan aktivitas setiap harinya mulai dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB. Tetapi ada juga para penambang pasir yang memulai bekerja pukul 06.00 WIB, mereka ingin menambah hasil pendapatannya.

Para penambang pasir bekerja berkelompok dimana kelompok telah terjadi dengan sendirinya dimana para penambang yang datang duluan maka mereka bisa membentuk suatu kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari dua orang penambang pasir. Ketika satu orang penambang pasir masuk ke dalam sungai satu orang lagi berdiri di atas tebing, dimana yang berdiri di atas tebing bekerja untuk mengeluarkan pasir dari biduk yang diletakkan di tepi sungai. Satu penambang mengambil pasir di dalam air berusaha mengumpulkan pasir sampai biduk tersebut penuh. Setelah penuh barulah penambang pergi ketepi sungai. Penambang lain yang satu kelompok kemudian mengeluarkan pasir dari biduk, setelah selesai mengeluarkan pasir dari biduk barulah penambang yang satu kelompok bergantian untuk mengambil pasir.

1.2. Kerjasama Di Luar Pekerjaan

Dalam kehidupan sehari-harinya, para penambang yang bekerja di sepanjang aliran Sungai Kuranji juga menjalin hubungan antar mereka, tidak saja di dalam pekerjaan mereka saling bekerjasama tetapi juga di luar pekerjaannya. Suatu pekerjaan harus adanya suatu bentuk hubungan sosial yang terjalin antara pekerja, dimana bentuk hubungan seperti ini yang berdampak positif bagi mereka.

Kerjasama merupakan interaksi yang paling penting karena pada hakikatnya manusia tidaklah bisa hidup sendiri tanpa orang lain.

Berdasarkan obervasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat para penambang pasir melakukan aktivitasnya di bawah jembatan Kalawi yang mana dilaksanakjan pada hari minggu tanggal 6 Desember 2015. Para penambang pasir bekerja mengambil pasir tidak secara berkelompok. Mereka bekerja secara bersama-sama tanpa membentuk sebuah kelompok seperti yang mereka lakukan sebelumnya.

2 .Persaingan

Persaingan merupakan suatu perjuangan perorangan atau kelompok sosial tertentu agar memperolah kemenangan atau hasil secara kompetitif tanpa menimbulkan ancaman atau bentuk fisik. Proses sosial yang melibatkan individu atau kelompok yang saling berlomba

dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu. Persaingan dapat terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang terbatas atau sesuatu yang menjadi pusat perghatian umum. Persaingan antara penambang pasir terlihat pada persaingan dalam mencari wilayah yang banyak pasirnya, persaingan mencari pelanggan, persaingan dalam mencari tempat strategis. Persaingan yang mereka lakukan adalah persaingan yang sehat tidak saling menjatuhkan kelompok penambang lainnya. Persaingan ini bertujuan untuk memberikan semangat agar pasir yang didapatkan nantinya banyak dan hasil dari penjualan pasir pun melebihi hasil yang di dapatkan dari yang biasanya.

2.1 Persaingan dalam Mencari Wilayah yang Banyak Pasir

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti ketika para penambang pasir bersaing dalam mencari wilayah yang banyak pasir terlihat bahwa ada para penambang pasir yang datang lebih cepat dari penambang lainnya dan memiliki kesempatan untuk bisa mencari wilayah yang banyak pasirnya. Penambang yang mendapatkan tempat yang banyak pasir dengan mudah dan cepat mengisi biduk tanpa harus berpindah-pindah tempat menggiring biduk mereka dan mencari tempat lain yang ada pasirnya. Strategi datang lebih cepat ini dilakukan oleh para penambang sehingga para penambang akan bersaing untuk datang lebih cepat. Dengan begitu para penambang akanlebih mudah untuk mendapatkan wilayah yang banyak pasirnya. Strategi datang lebih cepat ini dilakukan oleh para penambang sehingga para penambang akan bersaing untuk datang lebih cepat. Dengan begitu para penambang akan lebih mudah untuk mendapatkan wilayah yang banyak pasirnya.

2.2 Persaingan dalam Mencari Pelanggan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada tanggal 13 Desember 2015 peneliti melihat para penambang bekerja secara berkelompok yang mana tiap kelompok terdiri dari dua orang.

Satu orang bekerja mengambilpasir kedalam sungai dan satu orang lagi bekerja mengeluarkan pasir dari biduk jika biduk yang diisi oleh teman sekelompoknya tadi sudah penuh. Penambang yang mengeluarkan pasir dari biduk mencari tempat yang strategis atau cepat terkena matahari untuk meletakkan pasirnya agar pasirnya lebih cepat kering karena pelanggan lebih suka dengan pasir yang lebih kering. Hal ini juga dilakukan oleh penambang lainnya dalam hal mencari pelanggan.

(10)

Berdasarkan observasi diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam hal untuk mencari pelanggan yang akan membeli pasir, para penambang juga terlihat persaingannya, dimana kelompok para penambang berusaha mencari cara agar para pembeli mau membeli pasir yang mereka dapatkan dengan cepat. Hal ini dilakukan agar mereka mudah dalam mendapatkan uang, tetapi mereka dalam melakukan persaingan ini secara sehat tidak menjatuhkan teman sesama penambang pasir.

Persaingan terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya terbatas atau menjadi pusat perhatian umum.

Disini dapat dilihat bahwa persaingan pasti ada didunia pekerjaan, tindakan- tidakan dan realita sosial dapat dianalisis bahwa persaingan yang terjadi diantara para penambang pasir bukan lah persaingan yang mengakibatkan konflik, tetapi persiangan yang mereka lakukan adalah persaingan yang sehat yang menjadikan persiangan tersebut sebagai alat untuk memberikan dorongan agar pekerjaan yang mereka lakukan di jalankan dengan abaik dan mengahasilkan sebuah kemenangan yaitu hasil dari menjual pasir tersebut.

3. Sistem Bagi Hasil

3.1 Sistem Bagi Hasil Penambang Pasir Dengan Pemilik Tanah Ulayat

Berdasarkan engamatan yang dilakukan peneliti, sistem bagi hasil yang terjadi antara penambang dengan pemilik tanah ulayat terlihat pada saat setelah para penambang menjual pasir kepada pembeli. Setelah penambang penjual pasirnya maka penambang wajib membayar sebesar Rp. 10.000 kepada pemilik tanah ulayat sebagai tanda penambang bekerja dengan pemilik tanah ulayat dan mobil yang membeli pasir pasir penambang melewati jalan yang ada di tanah pemilik tanah ulayat.

Jika para penambang telah menjual pasir yang didapatkan maka para penambang harus membayar sebesar Rp. 10.000 kepada pemilik tanah ulayat untuk satu mobil yang diisi penuh.

Hal ini menandakan bahwa para penambang telah bekerja dengan pemilik tanah ulayat dan mengambil pasir di daerah tanah pemilik tanah ulayat dari suku Melayu.

3.2. Sistem Bagi Hasil Penambang Dengan Penambang

Sistem bagi hasil yang dilakukan antara para penambang pasir dilakukan karena banyaknya para penambang yang turut serta menambang pasir di aliran sungai Kuranji di bawah Jembatan Kalawi.

Sistem bagi hasil terjadi terlihat ketika para penambang menjual pasir yang didapat dan memberikan sebesar Rp. 10.000 kepada pemilik tanah ulayat setelah itu mereka bagi dua hasil dari penjualan pasirnya. Jika meraka menjual pasir kepada pembeli dengan mobil L.300 maka mereka mendapatkan uang sebesar Rp. 90.000 untuk tiga biduk pasir. Diberikan kepada pemilik tanah ulayat sebesar Rp. 10.000 dan lebihnya mereka bagi dua mendapatkan Rp.

40.000 per orangnya. Jika mereka ingin mendapatkan lebih maka para penambang datang lebih pagi agar pasir yang didapat lebih banyak.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan telah diuraikan pada pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa pola hubungan sosial para penambang pasir dalam sistem bagi hasil yang ada di aliran sungai Kuranji dibawah jembatan Kalawi Kelurahan Kalumbuk Kacamatan Kuranji adalah:

1. Bentuk kerjasama yang terjalin antara penambang pasir dalam pekerjaan seperti melihat situasi di sekitar pada saat teman dalam satu kelompok mengambil pasir di dalam sungai. Bentuk kerjasama lainnya antara penambang pasir yaitu kerjasama di luar pekerjaan seperti gotong royong yang diadakan pada hari minggu dan hasil dari gotong royong tersebut dimasukan ke dalam kas yang mana akan digunakan pada saat lebaran sebagai uang THR untuk para penambang pasir.

2. Bentuk persaingan yang terjadi antara penambang pasir salah satunya yaitu persaingan dalam mencari wilayah yang banyak pasirnya seperti penambang datang lebih cepat dari penambang lainnya sehingga mereka bisa lebih dulu mencari tempat yang banyak pasirnya. Bentuk persaingan lainnya antara penambang pasir adalah dalam mencari pelanggan, seperti meletakkan pasir di tempat yang strategis sehingga cepat terkena sinar matahari karena pembeli lebih suka dengan pasir yang kering.

3. Sistem bagi hasil yang terjadi antara penambang dengan pemilik tanah ulayat dan penambang dengan penambang adalah terlihat ketika para penambang menjual pasir yang didapat kan kepada pembeli. Setelah itu penambang membayar sebesar Rp.

(11)

10.000 kepada pemilik tanah ulayat sebagai tanda para penambang bekerja dengan pemilik tanah ulayat dan mereka bekerja di sekitar tanah pemilik tanah ulayat. Setelah mereka membayar Rp. 10.000 kepada pemilik tanah ulayat barulah sisa daripenjualan mereka bagi dua secara sama rata

. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilalukan , maka dapat dikemukakan sarannya, yaitu:

1. Bagi penambang pasir, dalam bekerja hendaklah tetap menjaga hubungan baik dengan sesama penambang, karena hubungan yang baik akan menimbulkan kerjasama yang baik pula sesama penambang. Maka dengan begitu yang akan didapatkan akan lebih produktif.

2. Bagi pemilik tanah ulayat, bentuklah sebuah forum diskusi dengan penambang pasir agar mereka bisa mengeluarkan atau menyampaikan rasa yang ada pada dalam diri meraka agar hubungan baik diantara penambang dengan pemilik tanah ulayat dan penambang dengan penambang tetap terjaga dengan baik. Selain itu tetaplah menjaga sistem yang ada atau lebih memperbaikinya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikanto, Suharsini.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Mardalis. 2006. Metode Penelitian Suatu

Pendekatan Proposal. Jakarta: PT.

Bumi Aksara Grafindo

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :PT Remaja Rosdakarya Offset

Pickering, Peg. 2001. Kiat Menangani Konflik.

Jakarta: Erlangga

Salim. 2005. Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sutopo, Hadi Ariesto & Arief, Adrianus. 2010.

Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan NVIVO. Jakarta: Kencana

Referensi

Dokumen terkait

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yaitu adalah pemilik (owner) Lookshard Barberspace yang mempunyai