• Tidak ada hasil yang ditemukan

poseidon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "poseidon"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ISSN 1907-5960

Jurnal POSEIDON terbit pertama kali pada bulan Januari tahun 2006. Diterbitkan dua kali setahun, yaitu pada bulan Januari dan Juli. Jurnal POSEIDON adalah jurnal ilmiah yang mengkaji disiplin ilmu psikologi secara umum dan psikologi kelautan-kemaritiman secara khusus, sebagai media untuk mengembangkan ilmu pengetahuan berdasarkan pada hasil penelitian empiris.

Pelindung

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya

Pengarah

Wakil dekan I Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya

Pemimpin Redaksi Akhmad Fauzie, M.Psi

Penyunting Pelaksana Lutfi Arya, M.Psi

Dewan Redaksi Wiwik Sulistiani, M.Psi Dewi Mahastuti, S.Psi., M.Si

Mitra Bestari

Prof. Dr. Sapto J Poerwowidagdo, M.Sc Prof. Koentjoro, MBSc, Ph.D (UGM) Prof. DR. Nurohman Hadjam (UGM) Prof. DR. Sarlito Wirawan S (UI) Prof. DR. Muhari (UNESA)

Alamat Redaksi

Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Jl. Arif Rahman Hakim 150 Surabaya 60111 Telp. (031) 5945864 Fax. (031) 5946261

Hak Cipta

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi jurnal ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

(3)

ISSN 1907-5960

1

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA DI SMP “X” SERUI PAPUA

Vita Permatasari Tandi Salurante Wiwik Sulistiani

Puri Aquarisnawati

Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya

[email protected] [email protected] [email protected]

Abstrak. Remaja diharapkan dapat mencapai prestasi sekolah, melakukan hal-hal yang positif, mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat, mengembangkan hati nurani, moralitas, serta nilai- nilai yang sesuai dengan lingkungan. Namun pada kenyataanya perilaku kenakalan remaja ditemukan di SMP “X” Serui Papua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri dan dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja di SMP “X” Serui Papua.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ada dua yaitu hipotesis mayor yang berbunyi ada hubungan negatif antara kontrol diri dan dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja pada siswa SMP”X” Serui. Hipotesis minor yaitu ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan kecenderungan kenakalan remaja di SMP “X” Serui, dan ada hubungan negatif antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja. Penelitian ini adalah penelitian korelasional, yang menggunakan metode kuantitatif. Analisa yang digunakan adalah korelasi berganda dan korelasi product moment, dengan bantuan program SPSS versi 21. Jumlah subyek penelitian ini sebanyak 161 subyek. Berdasarkan hasil analisis korelasi berganda kontrol diri dan dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja, diperoleh Rx1x2y = 0,259 sehinga rhitung > rtabel. Pada korelasi product moment antara kontrol diri dengan kecenderungan kenakalan remaja diperoleh sebesar 0,215 pada taraf signifikansi sebesar 0,006 sig < 0,05 (signifikan) dan korelasi antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja diperoleh sebesar 0,431 pada taraf signifikansi sebesar 0.000 sig < 0,05. Sumbangan efektif variabel kontrol diri terhadap variabel kecenderungan kenakalan remaja sebesar 4,6%, dan variabel dukungan sosial orang tua terhadap kecenderungan kenakalan remaja sebesar 5%.

Kata kunci: Kontrol Diri, Dukungan Sosial Orang Tua, Kecenderungan Kenakalan Remaja.

Abstract.Teens are expected to achieve the school, doing things are positive, reaching a position accepted by the community, develop a conscience, morality, and values of the environment, but in the fact is found in the behavior of juvenile delinquency trends X junior high school in Serui Papua. This study aims to determine the correlation between self-control and social support of parents with juvenile delinquency trends in X junior high school in Serui Papua. The are two hypothesis in this study. The hypothesis of this study are major and minor. major hypothesis says there is a negative relationship between self- control and social support of parents with juvenile delinquency trends in X junior high school in Serui. Minor hypothesis are a negative relationship between self-control with a trends of juvenile delinquency in X junior high school in Serui, and negative relationship between social support parents with juvenile delinquency tendencies. the total sampling is 161 students of X junior high school.

This study is quantitative methode. The data analyzed using product moment correlations by using SPSS version 21. Based on the results of multiple correlation analysis of self-control and social support of parents with juvenile delinquency tendencies, there is a positive and significant correlations with coeficient Rxy = 0,259. On the product moment correlation between self control with the tendency of juvenile delinquency obtained r_xy of 0.215 at a significance level of 0.006 sig <0.05 (significant), and

(4)

ISSN 1907-5960

2

the correlation between social support parents with juvenile delinquency tendencies with coefficients r_xy of 0.431 at a significance level of 0.000 : p < 0.05. Effective contribution of self-control to juvenile delinquency trends is 4,6% and social support of parents to juvenile delinquency trends is 5%.

Keywords: Self-Control, Social Support of Parents, Juvenile Delinquency Trends

PENDAHULUAN

Masa remaja sebagai periode transisi perkembangan antara anak-anak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional (Santrock, 2003:26). Pada masa remaja mengalami peningkatan pemikiran yang berkembang, sehingga pemikiran remaja semakin abstrak, logis dan idealistis. Keberhasilan dalam pemenuhan tugas perkembangan ini akan menjadikan remaja yang sadar dan peka terhadap norma, sehingga remaja mampu mengendalikan kebutuhan pemuasan dorongan-dorongan dalam dirinya agar tidak melanggar norma dan aturan yang berlaku. Remaja diharapkan dapat mencapai prestasi dan mulai menyadari bahwa pada saat masa remaja dituntut untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya, dan mencapai kedewasaan dengan mandiri, kemampuan untuk menghadapi kehidupan, dan mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat (Santrock 2003:473). Masa remaja juga diharapkan untuk mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas, dan nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan (Sarwono, 2011:19).

Hal ini tidak sesuai dengan para remaja saat ini, seperti yang di kutip dari data Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPA), yaitu tindak kriminalitas yang melibatkan kalangan remaja mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut Kapolda Metro Jaya Irjen Putut Eko Bayuseno, kenakalan remaja mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Berdasarkan data dari komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2012 dari Januari hingga September telah terjadi sedikitnya 139 kasus tawuran anak sekolah mulai dari tingkat SMP hingga tingkat SMA. Perilaku brutal yang di lakukan oleh para pelajar itu mengakibatkan 12 pelajar meninggal. Perilaku-perilaku yang melanggar norma masyarakat diatas juga ditemukan pada remaja di Papua, seperti yang di sampaikan oleh Papua Pos, pelaku penembakan yang menewaskan supir lintas Wamena Ali Hasan di Kabupaten Puncak Jaya adalah seorang remaja. Data lain didapatkan dari Bintang Papua, yang menuliskan bahwa beberapa pekan lalu terjadi aksi tawuran yang melibatkan siswa dari SMK Negeri 3 Jayapura dengan siswa dari SMU Negeri 4 Jayapura Entrop. Tawuran juga terjadi yang melibatkan pelajar SMK Negeri 3 Jayapura dengan pelajar SMU Katolik Taruna Darma (KATADA), atas atraksi tersebut mengakibatkan lima siswa baik putra maupun putri mengalami luka-luka.

(5)

ISSN 1907-5960

3

Perilaku kenakalan remaja juga ditemukan di salah satu SMP di kota Serui Papua, dengan data wawancara yang dilakukan peneliti terhadap kepala sekolah dan salah satu guru di SMP “X” Serui Papua. Berikut ini adalah hasil wawancara tersebut:

“ Kalau nanya tentang masalah-masalah di sekolah ini itu banyak nak, kadang perempuan dan laki-laki sama saja nakalnya, dong (mereka) itu kalau di tegur malah marah-marah dan malas tau. Mereka sering maki (keluarin kata-kata kotor) dan kadang gak sopan kalau bicara dengan guru-guru” (Komunikasi personal, 20 Agustus 2013).

“Disini ada beberapa siswa yang pernah melakukan perusakan peralatan sekolah, mencoret tembok, dinding sekolah, dan membanting pintu kelas sampai rusak” (Komunikasi personal, 20 Agustus 2013).

Peneliti juga melakukan wawancara kepada guru BP. Berdasarkan wawancara tersebut, peneliti mendapatkan informasi bahwa semua perilaku kenakalan siswa di SMP “X” Serui dicatat dalam satu buku khusus, namun buku tersebut telah dibakar oleh siswa. Data yang terkait dengan kenakalan siswa yang ada hanya pada bulan Juli-Agustus 2013.

Tabel: 1. Data Kejadian Kenakalan Siswa SMP X Serui

Berdasarkan data yang didapati oleh peneliti bahwa terdapat 11 macam jenis kenakalan yang dilakukan oleh siswa SMP “X” Serui. Kenakalan yang paling banyak dilakukan oleh siswa yaitu terlambat ke sekolah sebanyak 35 siswa, kedua yaitu merokok pada jam sekolah yang berjumlah 20 siswa, dan yang ketiga yaitu bolos sekolah yang berjumlah 15 siswa. Jika dikaitkan dengan teori kenakalan remaja perilaku kenakalan yang ditunjukkan oleh siswa di SMP “X” Serui Papua termasuk dalam kenakalan yang menimbulkan korban fisik yaitu berkelahi, kenakalan yang menimbulkan korban

35 30 25 20 15 10 5

0 JUMLAH

(6)

ISSN 1907-5960

4 materi yaitu mencuri HP, merusak

tidak menimbullkan korban fisik

fasilitas sekolah, dan mencoret dinding sekolah, kenakalan yang yaitu merokok dan mengisam lem aibon, serta kenakalan yang

(7)

ISSN 1907-5960

5

melawan status yang paling banyak ditunjukkan oleh siswa SMP “X” Serui Papua yaitu bolos sekolah, terlambat kesekolah, dan panjat pagar sekolah.

Berdasarkan fakta-fakta yang telah dipaparkan diatas menunjukkan bahwa terdapat perilaku kenakalan yang dilakukan oleh remaja di SMP “X”. Kondisi yang terjadi pada para pelajar di SMP “X”

Serui, dikarenakan para pelajar tersebut memiliki kesulitan dalam menetapkan identitas diri, yang terlihat pada pelajar di SMP “X” mengambil bagian dalam tindak kenakalan remaja, karena kenakalan adalah suatu upaya untuk membentuk identitas, walaupun identitas tersebut negatif. Menurut Erikson (dalam Papalia, 2009:66) masa remaja adalah masa menghadapi “krisis” dari identitas versus kekacauan identitas, untuk menjadi orang dewasa yang unik dengan pemahaman diri sendiri yang sesuai dan memiliki peran yang bernilai dalam masyarakat. Saat remaja mengalami kesulitan menetapkan identitas, sehingga remaja tersebut berisiko untuk melakukan sesuatu yang memiliki konsekuensi negatif. Menurut Santrock (2003:522) beberapa faktor penyebab dari kenakalan remaja meliputi identitas negatif, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan, pengaruh teman sebaya, status sosio ekonomi, dan peran orang tua (tidak adanya pengawasan dan rendahnya dukungan yang diberi). Dari beberapa faktor yang dapat menimbulkan kenakalan remaja, dalam penelitian ini lebih difokuskan untuk meneliti kontrol diri dan dukungan sosial orang tua.

Jika remaja memiliki kontrol diri yang baik, maka remaja akan mampu berpikir logis mengenai resiko yang ditimbulkan akibat perbuatannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Feldman (dalam Santrock, 2003:524) menemukan bahwa kontrol diri memainkan peranan penting dalam kenakalan remaja. Hurlock (1980:276) menjelaskan kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Peran orang tua dalam mendukung anak juga menjadi salah satu faktor penting dalam munculnya kenakalan remaja. Ketika remaja sedang mengalami kebingungan dalam hidupnya dan menghadapi berbagai perubahan-perubahan dalam diri atau lingkungannya, remaja memerlukan dukungan sosial orang tua untuk membantu mengambil jalan yang terbaik. Bimbingan yang diberikan dari orang tua membuat rasa ingin tahu remaja dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif, produktif dan tidak menjurus pada perilaku- perilaku yang negatif. Menurut Santrock (2003:525) kurangnya dukungan sosial orang tua seperti kurangnya perhatian dari orang tua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orang tua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat di asumsikan apabila remaja tidak dapat mengontrol dirinya dengan baik dan kurang mendapatkan dukungan sosial orang tua akan memiliki kecenderungan melakukan

(8)

ISSN 1907-5960

6 kenakalan remaja dan sebaliknya.

TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui hubungan antara kontrol diri dan dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja di SMP “X” Serui Papua.

2. Mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan kecenderungan kenakalan remaja di SMP “X”

Serui Papua.

3. Mengetahui hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja di SMP “X” Serui Papua.

KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA

Menurut Sarwono (2011:256) kenakalan remaja adalah perilaku yang menyimpang dari kebiasaan atau melanggar status. Santrock (2003:519) menyatakan kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti berkelahi, mencuri, dan pengrusakan) sampai pelanggaran status (misalnya bersikap berlebihan di sekolah).

KARAKTERISTIK PERILAKU KENAKALAN REMAJA

Jensen (dalam Sarwono 2010:256) membagi karakteristik kenakalan remaja menjadi empat jenis yaitu:

1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian dan memukul.

2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, dan pemerasan.

3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain: bertato, minum-minuman beralkohol, membaca buku porno atau melihat video, dan kebiasaan menggunakan bahasa yang tidak sopan.

4. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, menyontek, dan mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah orang tua atau guru, membohong dan sebagainya.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA

Menurut Santrock (2003:522) yang mempengaruhi kenkalan remaja yaitu identitas, kontrol diri, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, proses keluarga (kurangnya dukungan sosial dari orang tua dan gaya pengasuhan), pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, dan kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal.

(9)

ISSN 1907-5960

7 KONTROL DIRI

Alwisol (2008:245) menyatakan bahwa kontrol diri sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Smet (1994) mengungkapkan beberapa aspek yang terdapat dalam kontrol diri seseorang, antara lain :

1. Aspek kontrol perilaku (behavioral control). Kemampuan mengontrol perilaku merupakan kemampuan menghadapi stimulus yang tidak diinginkan dengan cara mencegah atau menjalani stimulus.

2. Aspek kontrol kognitif (cognitive control). Kemampuan mengontrol kognitif ialah kemampuan untuk menggunakan proses dan strategi yang sudah dipikirkan untuk mengubah pengaruh stressor.

3. Aspek kontrol informasi (informational control). Kemampuan mengontrol informasi adalah kemampuan untuk mendapatkan informasi mengenai kejadian yang tidak dikehendaki, alasan peristiwa tersebut terjadi, perkiraan peristiwa selanjutnya yang akan terjadi, konsekuensi yang akan diterima terkait dengan kejadian tersebut.

4. Aspek kontrol retrospektif (retrospection control), adalah kemampuan individu untuk mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai atau menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis untuk mengurangi tekanan.

5. Aspek kontrol keputusan (decision control). Kemampuan mengambil keputusan adalah kemampuan individu untuk memilih hasil atau tindakan berdasarkan keyakinannya.

(10)

ISSN 1907-5960

8 DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA

Menurut Myers (2010:124) menyatakan bahwa dukungan sosial dapat diperoleh dari orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan individu seperti sanak keluarga, teman, atau anggota organisasi.

Sarafino (2002) membagi empat aspek dukungan sosial orang tua yaitu :

1. Dukungan Emosional, yang meliputi empati, perhatian, atau kepedulian terhadap individu lain.

2. Dukungan penghargaan, yang meliputi ungkapan penghargaan atau penilaian positif untuk individu.

3. Dukungan informasi, yang meliputi nasehat dan diskusi tentang bagaimana mengatasi atau memecahkan masalah.

4. Dukungan instrumental, yang meliputi bantuan material, yang diwujudkan dalam bentuk bantuan langsung, misalnya pemberian dana atau memberi bantuan berupa tindakan nyata atau benda.

HIPOTESIS

1). Hipotesis Mayor

Hipotesis mayor dalam penelitian ini berbunyi ada hubungan yang negatif antara Kontrol diri dan Dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan Kenakalan Remaja di SMP “X” Serui Papua.

Artinya semakin rendah kontrol diri dan dukungan sosial orang tua, maka semakin tinggi kecenderungan kenakalan remaja. Sebaliknya semakin tinggi kontrol diri dan dukungan sosial orang tua, maka semakin rendah kecenderungan kenakalan remaja di SMP “X” Serui Papua.

2). Hipotesis Minor

1. Ada hubungan yang negatif antara kontrol diri dengan kecenderungan Kenakalan Remaja.

Artinya semakin rendah kontrol diri maka semakin tinggi kecenderungan kenakalan remaja.

(11)

ISSN 1907-5960

9

Sebaliknya semakin tinggi kontrol diri di SMP “X” Serui Papua maka semakin rendah kecenderungan Kenakalan Remaja.

2. Ada hubungan yang negatif antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan Kenakalan Remaja. Artinya semakin rendah dukungan sosial orang tua maka semakin tinggi kecenderungan kenakalan remaja. Sebaliknya semakin tinggi dukungan sosial orang tua di SMP

“X” Serui Papua maka semakin rendah kecenderungan Kenakalan Remaja.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survei. Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi korelasional.

Teknik untuk mencari hubungan X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y menggunakan teknik korelasi berganda, sedangkan teknik yang digunakan untuk mencari hubungan X1 dengan Y dan X2

dengan Y yaitu korelasi sederhana (Sugiyono, 2012:44). Dalam penelitian ini digunakan tiga variabel yakni dua variabel independen (variabel bebas) adalah variabel kontrol diri dan dukungan sosial orang tua, dan satu variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel kecenderungan kenakalan remaja.

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP “X” Serui Papua. Berdasarkan data siswa yang diperoleh, populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 295 siswa. Adapun karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdaftar aktif sebagai siswa kelas IX di SMP “X” Serui Papua tahun ajaran 2014/2015.

2. Masih memiliki kedua orang tua kandung dan, 3. Tinggal bersama orang tua kandung.

Penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampel kombinasi, yang menggabungkan teknik purposive sample dan teknik random sample. Teknik purposive random merupakan teknik penentuan sampel karena pengambilan sampel dari populasi dilakukan berdasarkan karakteristik yang sudah ditentukan oleh peneliti dan dilakukan secara acak. Berdasarkan tabel Isaac dan Michael (Sugiyono, 2012: 87) dengan taraf kesalahan 5% diperoleh sampel sejumlah yakni 161 siswa. Penentuan sampel 161 dilakukan secara acak, dimana setiap kelas diambil 20 sampai 21 siswa setiap kelasnya. Kelas IX di SMP “X” Serui Papua terdiri dari 8 kelas yang masing-masing kelasnya berjumlah 36 sampai 38 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala psikologi. Penelitian ini menggunakan tiga skala untuk memperoleh data, yaitu skala kontrol diri, skala dukungan sosial orang tua dan skala kecenderungan kenakalan remaja. Ketiga skala dirancang dengan

(12)

ISSN 1907-5960

10 menggunakan model Skala Likert.

Kaidah yang digunakan dalam pengujian hipotesis mayor yaitu rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan Ha diterima dan Ho ditolak, dengan demikian koefisien korelasi signifikan, sebaliknnya jika rhitung < rtabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, dengan demikian koefisien korelasi tidak signifikan (Sugiyono, 2012:185), sedangkan kaidah yang digunakan pada hipotesis minor yaitu bila sig < 0,05 hubungan antara variabel berarti signifikan, dan kemudian sig > 0,05 berarti tidak signifikan.

Keseluruhan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan bantuan program IBM Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 21.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan analisis hipotesis mayor diperoleh nilai koefisien korelasi 0,259 yang berarti lebih besar dari harga rtabel pada N= 161 dan taraf signifikansi 5%, yaitu 0,148 (0,259 >

0,159). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kontrol diri dan dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja.

Hasil perhitungan analisis hipotesis minor pada skala kontrol diri dengan kecenderungan kenakalan remaja diperoleh taraf signifikansi (sig) = 0,006 (sig<0,05) dan nilai koefisien korelasi -0,215 yang berarti lebih besar dari harga rtabel pada N = 161 dan taraf signifikansi 5%, yaitu 0,148 (0,215 > 0,148).

Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kontrol diri dengan kecenderungan kenakalan remaja. Berdasarkan hasil perhitungan analisis minor pada skala dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja diperoleh taraf signifikansi (sig) = 0,004 (sig<0,05) dan nilai koefisien korelasi -0,223 yang berarti lebih besar dari harga rtabel pada N = 161 dan taraf signifikansi 5%, yaitu 0,148 (0,223 > 0,148). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja. Diketahui sumbangan efektif dari variabel Kontrol diri (X1) terhadap variabel Kecenderungan kenakalan remaja (Y) sebesar 4,6%. Artinya ada 95.4% terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi anak memiliki kecenderungan kenakalan remaja. Pada pengujian uji hipotesis kedua (Hipotesis minor) yang menggunakan teknik korelasi product moment pada variabel dukungan sosial orang tua (X2) dengan kecenderungan kenakalan remaja (Y) diperoleh bahwa taraf signifikansi taraf signifikansi (sig) = 0,004 (sig<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial orang tua dengan kecenderungan kenakalan remaja.

Hall menyatakan bahwa selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi karena remaja itu berupaya menemukan jati dirinya (identitasnya). Hal tersebut membuat para remaja memerlukan

(13)

ISSN 1907-5960

11

dukungan sosial orang tua seperti perhatian, kasih sayang, nasehat, dan bantuan material dari orang tua untuk membimbing dan mengarahkan para remaja tersebut dalam menentukan tingkah lakunya.

Remaja akan tumbuh dan berkembang dengan baik ketika orang tua memberikan dukungan, baik secara materi maupun emosional. Hal tersebut terbukti dalam penelitian Felson,dkk (dalam Lestari 2012:59) bahwa dukungan sosial orang tua itu berdampak positif pada harga diri remaja, penurunan perilaku agresi, kepuasan hidup dan pencapaian prestasi akademik.

(14)

ISSN 1907-5960

12

Diketahui sumbangan efektif dari variabel dukungan sosial orang tua (X2) terhadap variabel Kecenderungan kenakalan remaja (Y) sebesar 5%. Artinya ada 95% terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi anak memiliki kecenderungan kenakalan remaja. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Santrock (2003:522) bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan kenakalan remaja yaitu: identitas negatif, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan, pengaruh teman sebaya, dan status sosioekonomi. Hal tersebut juga di dukung oleh Rice (2008:406) bahwa penyebab kenakalan remaja dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu (1) faktor lingkungan, (2) faktor hubungan antara orang lain,seperti pengaruh dari keluarga dan teman atau komunitas, (3) Faktor pribadi meliputi asertif, bersifat menentang, pemarah, sikap bermusuhan, harga diri dan self image yang negatif.

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: UMM Press.

Hurlock,E.B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.

Diterjemahkan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.

Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga (Penanaman Nilai & Penanganan Konflik dalam Keluarga).

Jakarta: Kencana.

Myers, D.G. 2010. Social Psychology. 9th edition. New York: Mc Graw Hill

Papalia,F.O. (2009). Human Development Perkembangan Manusia. Diterjemahkan oleh Brian Mars Wendy. Jakarta: Salemba Humanika.

Santrock, J.W. 2003. Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Sarafino, E.P.2002. Health Psychology.Biopsychosocial Interaction.New York: Mc Graw Hill Sarwono, S. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press.

. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pres Smet.1994.Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT.Gramedia

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(15)

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA

DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA DI SMP “X”

SERUI PAPUA

By Puri Aquarisnawati

WORD COUNT 3463 TIME SUBMITTED 10-APR-2019 08:53AM

PAPER ID 45897413

(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)

22 %

SIMILARIT Y INDEX

1 2 3 4 5 6 7 8

9

SOSIAL ORANG TUA DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA DI SMP “X” SERUI PAPUA

ORIGINALITY REPORT

PRIMARY SOURCES

eprints.unm.ac.id

Int ernet

digilib.uinsby.ac.id

Int ernet

eprints.uny.ac.id

Int ernet

digilib.uin-suka.ac.id

Int ernet

repository.upi.edu

Int ernet

www.psychoshare.com

Int ernet

es.scribd.com

Int ernet

Tyas Martika Anggriana, Tita Maela Margawati, Silvia Yula Wardani. "KONFLIK PERAN GANDA PADA

DOSEN PEREMPUAN DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA", Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 2016

Crossref

fisip.unpad.ac.id

Int ernet

49 words — 1%

42 words — 1%

38 words — 1%

33 words — 1%

32 words — 1%

28 words — 1%

26 words — 1%

24 words — 1%

24 words — 1%

(29)

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Int ernet

news.liputan6.com

Int ernet

docobook.com

Int ernet

candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id

Int ernet

id.123dok.com

Int ernet

vdocuments.site

Int ernet

emakalahonline.blogspot.com

Int ernet

moena-munawwarah.blogspot.com

Int ernet

repository.uinjkt.ac.id

Int ernet

mafiadoc.com

Int ernet

eprints.undip.ac.id

Int ernet

ejournal.stiesia.ac.id

Int ernet

ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id

Int ernet

download.isi-dps.ac.id

Int ernet

1%

24 words — 1%

23 words — 1%

20 words — 1%

19 words — 1%

19 words — 1%

17 words — < 1%

17 words — < 1%

17 words — < 1%

16 words — < 1%

16 words — < 1%

13 words — < 1%

12 words — < 1%

12 words — < 1%

(30)

25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

Int ernet

dian-satya.blogspot.com

Int ernet

ejournal3.undip.ac.id

Int ernet

journal.unnes.ac.id

Int ernet

ejournal-s1.undip.ac.id

Int ernet

uad.portalgaruda.org

Int ernet

stienas-ypb.ac.id

Int ernet

jurnal.stiekesatuan.ac.id

Int ernet

ejournal.upi.edu

Int ernet

stabn-sriwijaya.ac.id

Int ernet

eprints.radenfatah.ac.id

Int ernet

eprints.ums.ac.id

Int ernet

etheses.uin-malang.ac.id

Int ernet

vdocuments.mx

Int ernet

< 1%

11 words — < 1%

11 words — < 1%

11 words — < 1%

10 words — < 1%

10 words — < 1%

10 words — < 1%

10 words — < 1%

10 words — < 1%

10 words — < 1%

10 words — < 1%

9 words — < 1%

9 words — < 1%

9 words — < 1%

(31)

39 40

41

42 43 44 45 46 47

EXCLUDE QUOTES ON EXCLUDE MATCHES OFF

Int ernet

akperlamongan.wordpress.com

Int ernet

Vinsensia Angeline, Risya Pramana Situmorang, Santoso Sastrodihardjo. "Korelasi Keterampilan

Argumentasi dan Hasil Belajar Siska SMA Kristen Satya Wacana pada Materi Genetika dengan Model ABSI", JIPVA (Jurnal

Pendidikan IPA Veteran), 2018

Crossref

Dahlia Novarianing Asri. "STUDI TENTANG

KEMANDIRIAN LANJUT USIA DI KOTA MADIUN

DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL DAN OPTIMISME", Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 2016

Crossref

id.scribd.com

Int ernet

repository.iainpurwokerto.ac.id

Int ernet

repository.unpas.ac.id

Int ernet

repository.uksw.edu

Int ernet

citraindahm0507.weebly.com

Int ernet

blognya-olivia.blogspot.com

Int ernet

< 1%

9 words — < 1%

9 words — < 1%

8 words — < 1%

8 words — < 1%

8 words — < 1%

8 words — < 1%

8 words — < 1%

8 words — < 1%

8 words — < 1%

(32)

Referensi

Dokumen terkait

c i This was the best answered section of the question as most students chose to use the formula which required basic substitution in solving the equation... The most common errors