• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of POTENSI HASIL BERBAGAI VARIETAS UNGGUL BAWANG MERAH DI LAHAN ULTISOL KABUPATEN BANGKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of POTENSI HASIL BERBAGAI VARIETAS UNGGUL BAWANG MERAH DI LAHAN ULTISOL KABUPATEN BANGKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

http://jtsl.ub.ac.id 215

POTENSI HASIL BERBAGAI VARIETAS UNGGUL BAWANG MERAH DI LAHAN ULTISOL KABUPATEN BANGKA

Yield Potential of Various Superior Shallot Cultivar in Ultisol Land, Bangka Regency

Kharolina, Eries Dyah Mustikarini*, Deni Pratama

Jurusan Agroteknologi, FPPB, Universitas Bangka Belitung, Balunijuk, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka

*Penulis korespondensi: eriesdyah79@gmail.com

Abstrak

Permintaan bawang merah yang tinggi perlu didukung dengan adanya peningkatan produksi di setiap daerah.

Penggunaan varietas yang berdaya hasil tinggi adalah salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas tanaman bawang merah. Bangka memiliki tanah yang berjenis Ultisol, sehingga varietas yang adaptif di lahan tersebut sangat diperlukan. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan dan Penelitian (KP2) Universitas Bangka Belitung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi hasil bawang merah dan varietas bawang merah yang adaptif di Ultisol Bangka. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK).

Perlakuan terdiri dari 5 varietas, yaitu Ambassador 1, Ambassador 2, Violetta, Keramat dan Maja Cipanas.

Violetta merupakan varietas paling adaptif, varietas ini mampu tumbuh dengan tinggi tanaman dan jumlah daun yang hampir setara dengan tanaman bawang merah yang ditanam di tempat asal nya. Varietas bawang merah yang memiliki potensi hasil paling baik ditanam di Ultisol Kabupaten Bangka adalah varietas Violetta, karena bobot umbi dan jumlah umbi yang dihasilkan hampir setara dengan tanaman bawang merah yang ditanam di daerah asal nya.

Kata kunci: Bangka, bawang merah, lahan Ultisol, potensi hasil, varietas

Abstract

The high demand for shallots needs to be supported by an increase in yield in each region. The use of a high-yield cultivar is one of the ways that can be done to increase the productivity of shallot conducted.

Bangka has a soil of the Ultisol type, so adaptive cultivars on the land are indispensable. This study was carried out at the Experimental and Research Field of Universitas Bangka Belitung. This study aimed to determine the potential yield of onions and adaptive onion cultivars in Bangka Ultisol soil. The method used is a Randomized Block Design (RBD). The treatments comprised five cultivars: Ambassador 1, Ambassador 2, Violetta, Keramat, and Maja Cipanas. Violetta was the most adaptive cultivar that could grow to the height of the plant and the number of leaves almost equivalent to the onion plant planted in its native place. The onion cultivar that had the best yield potential to be grown in the Ultisol land of Bangka Regency was the Violetta cultivar because the weight of the bulbs and the number of bulbs produced were almost equivalent to the onion plants grown in their native area.

Keywords: Bangka, Ultisol land, shallot varieties, yield potential

Pendahuluan

Peningkatan permintaan bawang merah secara nasional tidak terlepas dari peningkatan bawang merah setiap provinsi di Indonesia. Di wilayah Pulau Sumatera, Jambi dan Kepulauan Bangka

Belitung menjadi daerah dengan permintaan bawang merah mencapai 4.667 ton pada tahun 2019 dan jumlah produksi hanya 170 ton (BPS 2020).

Hasil produktivitas bawang merah di Indonesia masih rendah yaitu hanya mencapai sekitar 20 t ha-1 (BPTP, 2013).

(2)

http://jtsl.ub.ac.id 216 Meningkatnya konsumsi bawang merah di

Indonesia sejalan dengan meningkatnya permintaan masyarakat. Masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Pulau Bangka Belitung pada khususnya menjadikan bawang merah sebagai penyedap makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Purba dan Astuti, 2018). Bawang merah mengandung rata-rata 64 g kalori, 15 g karbohidrat, 3 g serat, 7 g gula dan 2 g protein di setiap butir nya.

Bawang merah mengandung kadar lemak dan sodium yang rendah sehingga bermanfaat untuk kesehatan. Kandungan nutrisi, vitamin B6, Kalium dan Vitamin C yang baik untuk tubuh (Aryanta, 2019).

Petani Bangka Belitung mulai budidaya bawang merah karena mengingat tingginya permintaan komoditas tersebut. Beberapa varietas bawang merah yang sudah dilepas adalah varietas Bima Brebes, varietas Medan, varietas Kling dan varietas Maja Cipanas (BALITSA, 2019). Jenis tanaman tersebut cukup dominan diusahakan petani di daerah-daerah sentra produksi maupun daerah pengembangan. Klon-klon unggul harapan bawang merah di Balai Penelitian Tanaman Sayuran saat ini telah dihasilkan dan beberapa diantaranya siap dilakukan untuk uji multilokasi dan dilepas, yaitu klon no. 86, 88, 33 dan 32 (Syukur et al., 2015).

Hasil eksplorasi yang dilakukan di Kabupaten Samosir (18 aksesi), kecamatan Simanindo (5 aksesi), Kecamatan Pangururan (4 aksesi), Kecamatan Sianjur Mula Mula (4 aksesi), Kecamatan Harian (3 aksesi) dan Kecamatan Palipi (2 aksesi) (Sidabutar et al., 2015).

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bawang merah adalah jenis tanah.

Jenis tanah Bangka yang miskin bahan organik serta tingkat kemasaman yang tinggi menjadi faktor penghambat budidaya bawang merah di Bangka (Rahmawati et al., 2018). Jenis tanah di Bangka yaitu Ultisol yang memiliki horizon penimbunan besi, Al- oksida dan bahan organik spodik (Souminar et al., 2018). Tingkat kemasaman (pH) berkisar antara 4,3-4,9 dengan kriteria sangat masam hingga masam, nilai C organik tanah berkisar antara 0,13%- 1,12% dengan kriteria sangat rendah hingga rendah (Basuki et al., 2018). Ultisol tergolong tanah yang miskin unsur hara N, P dan K.

Peningkatan produktivitas dan pengembangan bawang merah di Bangka Belitung dapat digunakan dengan menggunakan lahan Ultisol, dalam hal ini perlu penambahan unsur N, P dan K agar dapat meningkatkan produksi bawang merah (Irawan et al., 2017). Pemilihan varietas yang sesuai dengan kondisi tanah dan iklim yang ada di

Bangka. Kondisi iklim juga menyebabkan tanaman bawang merah dapat terserang penyakit dan mengurangi berat tanaman (Nikirahayu et al., 2021).

Menurut Maheswari et al. (2015), varietas yang sangat rentan terserang penyakit akan menunjukan gejala penyakit yang lebih tingi tingkat keparahannya dibandingkan dengan varietas yang rentan.

Penggunaan varietas yang berdaya hasil tinggi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman bawang merah (Nikirahayu et al., 2021). Suatu varietas dikatakan telah adaptif terhadap kondisi lingkungan nya jika hasil pertumbuhan dan produktivitasnya tidak berbeda nyata dengan di sentra asal tanaman tersebut. Varietas unggul bawang merah yang diharapkan adalah varietas adaptif yang memiliki produktivitas tinggi, umur panen genjah, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, mampu tumbuh di dilingkungan tumbuhnya dan kualitas umbi yang sesuai dengan keinginan konsumen (Upe dan Sau, 2018). Kemampuan daya adaptasi setiap varietas ada yang berbeda, varietas Ambassador 1, Ambassador 2 dan Violetta memiliki daerah adaptasi di dataran tinggi. Varietas Keramat mampu bertahan ditanam pada musim hujan dan kemarau.

Varietas Maja Cipanas yang berasal dari dataran rendah Cipanas mampu tumbuh denga baik di dataran tinggi (Karo dan Manik, 2020). Penelitian ini dilakukan dengan harapan ada varietas yang cocok untuk ditanam di tanah Bangka, sehingga produktivitas bawang merah di Bangka menjadi optimal, dan dapat dijadikan acuan oleh para petani Bangka dalam berbudidaya bawang merah.

Bahan dan Metode

Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari 2022 sampai Maret 2022. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan dan Penelitian (KP2) Universitas Bangka Belitung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dalam bentuk riset yang menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari taraf perlakuan yaitu; Varietas Ambassador 1, Varietas Ambassador 2, Varietas Violetta, Varietas Keramat, Varietas Maja Cipanas. Terdapat 20 unit percobaan yang setiap unit terdapat 20 tanaman, dengan demikian total populasi sebanyak 400 tanaman. Setiap unit terdapat 10 sampel, dengan demikian terdapat 200 tanaman sampel, pengambilan sampel dilakukan secara zig-zag. Petak penelitian dibuat dengan luas yaitu 2 x 0,5 m untuk satu bedengan, total bedengan ada 20 bedengan. Jarak antar bedengan yaitu 0,5 m,

(3)

http://jtsl.ub.ac.id 217 jarak tanam nya yaitu 20 x 20 cm. Penanaman

menggunakan mulsa plastik hitam perak guna menekan pertumbuhan gulma di area sekitar tanaman. Pemberian pupuk kotoran ayam dilakukan pada seminggu sebelum penanaman.

Dosis pupuk untuk satu hektare yaitu 5.000 kg, dengan demikian dosis pupuk pertanaman nya yaitu 20 g tanaman-1.

Bahan tanam yang digunakan berupa umbi yang sudah melewati masa simpan kurang lebih 2 bulan. Kriteria bawang merah yang baik untuk dijadikan bibit ialah warnanya mengkilat, tidak keropos, dan berat umbi berkisar antara 3 sampai 4 g. Sebelum ditanam, pada bagian atas umbi di potong terlebih dahulu guna mempercepat tumbuhnya tunas. Penanaman dilakukan dengan cara membenamkan umbi yang siap untuk ditanam kedalam lubang tanam dengan jarak tanam yang telah ditentukan. Penanaman dilakukan pada hari yang sama guna menyeragamkan pertumbuhan tanaman.

Tahap perawatan dilakukan selama pembudidayaan tersebut meliputi penyulaman, penyiraman, penyiangan gulma dan pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan apabila tanaman mati atau tumbuh abnormal, dilakukan pada 14 HST (hari setelah tanam). Cara pemanenan

dilakukan dengan mencabut tanaman, kriteria tanaman siap panennya yaitu dilihat dari daunnya, jika sudah menguning maka tanaman siap di panen.

Karakter yang diamati yaitu, tinggi tanaman (cm), jumlah anakan (rumpun), jumlah daun (helai), jumlah umbi tanaman-1 (umbi), diameter umbi (mm), bobot umbi tanaman-1 (g), hasil perpetak (g) dan produksi per hektare (t ha-1). Data hasil pengukuran parameter peubah yaitu hasil perpetak dianalisis menggunakan uji F dan apabila hasilnya berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kepercayaan 95%.

Hasil dan Pembahasan Hasil

Potensi hasil berbagai varietas unggul bawang merah di lahan Ultisol Kabupaten Bangka menunjukan perbedaan terhadap pertumbuhannya.

Rata-rata pertumbuhan bawang merah dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa hasil berbagai varietas unggul bawang merah di lahan Ultisol Bangka berpengaruh nyata dengan tingkat kepercayaan 95%.

(a) (b)

(c)

Gambar 1. Rerata pertumbuhan varietas bawang merah; a). tinggi tanaman; b). jumlah daun; c). jumlah

0 5 10 15 20 25 30

14 hst 21 hst 28 hst 35 hst 42 hst 49 hst

Tinggi tanaman (cm)

Hari Pengamatan

Ambassador 1 Ambasssador 2 Violetta Keramat Maja Cipanas

0 5 10 15 20 25 30 35

14 hst 21 hst 28 hst 35 hst 42 hst 49 hst

Jumlah daun (helai)

Hari Pengamatan

Ambassador 1 Ambasssador 2 Violetta Keramat

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

14 hst 21 hst 28 hst 35 hst 42 hst 49 hst

Jumlah anakan (rumpun)

Hari Pengamatan

Ambassador 1 Ambasssador 2 Violetta Keramat

(4)

http://jtsl.ub.ac.id 218 anakan, di lahan Ultisol Kabupaten Bangka.

Hasil tersebut berpengaruh nyata terhadap karakter ukuran diameter umbi dan jumlah daun, berpengaruh nyata dengan tingkat kepercayaan 99% terhadap jumlah umbi pertanaman dan jumlah anakan, tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat umbi per tanaman dan hasil umbi per petak (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil analisis ragam varietas unggul bawang merah di lahan Ultisol Bangka.

Karakter F- Hit Pr > F KK (%) Tinggi tanaman 0,50tn 0,7393 14,58 Jumlah daun 2,83* 0,0726 29,94 Jumlah anakan 9,86** 0,0009 10,71 Bobot per umbi 2,44tn 0,1042 28,63 Jumlah umbi

pertanaman

10,77** 0,0006 12,12 Diameter umbi 2,94* 0,0657 15,92 Bobot umbi

pertanaman

1,02tn 0,4335 26,88 Hasil perpetak 0,26tn 0,8966 31,88 Keterangan : KK (Koefisien Keragaman), *(Berpengaruh nyata dengan tingkat kepercayaan 95%), ** (Berpengaruh nyata dengan tingkat kepercayaan 99%) dan tn (Tidak nyata).

Hasil uji lanjut DMRT varietas bawang merah pada karakter jumlah anakan, bobot umbi per umbi, diameter umbi dan jumlah umbi pertanaman dapat dilihat pada Tabel 2. Varietas Maja Cipanas

memperoleh hasil tertinggi dan varietas Ambassador 2 memperoleh hasil terendah pada jumlah anakan. Varietas Violetta memperoleh hasil tertinggi dan varietas Keramat memperoleh hasil terendah pada karakter bobot umbi per umbi.

Varietas Maja Cipanas memperoleh hasil tertinggi dan varietas Ambassador 1 memperoleh hasil terendah pada karakter diameter umbi dan jumlah umbi pertanaman.

Semua karakter varietas bawang merah yang menunjukan berbeda tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat umbi per tanaman dan hasil perpetak. Nilai rerata karakter tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Produksi per tanaman yang dikonversi ke t ha-1 tanaman bawang merah yang ditanam di lahan Ultisol Kabupaten Bangka. Hasil perbandingan konversi tersebut dapat dilihat di Gambar 3.

Hasil pengamatan warna daun pada berbagai varietas unggul bawang merah di lahan Ultisol Kabupaten Bangka yaitu cenderung hijau kekuningan (5GY 5/4) berdasarkan pengamatan menggunakan buku Munsell Color Charts. Pada pengamatan lapangan untuk setiap varietas bawang merah lebih cenderung hijau kekuningan (5GY 5/4) dalam satu petak penelitian. Data hasil pengamatan warna daun disajikan pada Gambar 4.

Umur panen berbagai varietas bawang merah yang ditanam di lahan Bangka hanya berbeda pada satu varietas yaitu varietas Ambassador 2 yaitu 50 HST, untuk varietas Ambassador 1, Violetta, Keramat dan Maja Cipanas adalah 57 HST.

Tabel 2. Rerata varietas bawang merah pada karakter jumlah anakan, umur panen, bobot umbi per umbi, diameter umbi dan jumlah umbi per tanaman di lahan Ultisol Kabupaten Bangka.

Varietas Jumlah anakan (rumpun)

Bobot per umbi (g)

Diameter umbi (mm)

Jumlah umbi per tanaman (buah)

Ambasador 1 6,40 b 2,81 ab 78,11 b 6,72 b

Ambasador 2 5,15 c 2,26 ab 98,33 ab 5,22 c

Violetta 6,47 b 2,85 a 103,05 ab 7,12 b

Keramat 7,22 ab 1,89 b 97,46 ab 7,37 b

Maja Cipanas 8,20 a 2,05 ab 115,40 a 9,17 a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf kepercayaan 95%.

Pembahasan

Bawang merah yang ditanam di lahan Ultisol Kabupaten Bangka menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang berbeda untuk setiap varietas yang ditanam. Penggunaan varietas berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah umbi segar, jumlah daun, bobot umbi, diameter umbi dan hasil per

hektare (Oktavia et al., 2019). Perlakuan penggunaan berbagai varietas bawang merah yang ditanam di Ultisol Bangka menunjukkan adanya perubahan pada pertumbuhan tanaman selama masa pertumbuhan sebanyak 6 kali pengamatan, yang dimulai dari minggu kedua setelah penanaman.

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan. Tinggi tanaman

(5)

http://jtsl.ub.ac.id 219 tertinggi diperoleh oleh varietas Ambassador 1 dan varietas terendah yaitu Ambassador 2.

(a) (b)

(c)

Gambar 2. Rerata karakter berbagai varietas bawang merah yang berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf kepercayaan 95%; a). tinggi tanaman; b). berat umbi pertanaman; c). hasil per petak.

Gambar 3. Hasil konversi produksi berbagai varietas bawang merah di lahan Ultisol Kabupaten Bangka.

23,61 20,9

23,60

22,25 23,41

0 5 10 15 20 25 30

Tinggi tanaman (cm)

14,77 15,53

19,67 14,3

17,25

0 5 10 15 20 25 30

Berat umbi (g)

297,25 271,4

334,35

282,12 312,96

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

Hasil per petak (g)

3.69 3.88

4.91

3.58

4.31

0 1 2 3 4 5 6

Ambassador 1

Ambassador 2

Violetta Keramat Maja Cipanas Produksi (t ha-1)

(6)

http://jtsl.ub.ac.id 220

(a) (b) (c ) (d) (e)

Gambar 4. Warna daun varietas tanaman bawang merah; a). Ambassador 1; b). Ambassador 2; c). Violetta;

d). Keramat; e). Maja cipanas.

Menurut Rinawati dan Rusmawan (2015), setiap varietas terdapat perbedaan respon genotif pada berbagai jenis kondisi lingkungan tempat tumbuhnya, sehingga pertumbuhan tinggi tanaman setiap varietas selalu berbeda. Penggunaan varietas yang berbeda mengakibatkan pertumbuhan yang berbeda, hal ini dikarenakan masing-masing varietas membawa sifat dan gen yang berbeda dari setiap varietas (Sihombing et al., 2013).

Penggunaan berbagai varietas bawang merah yang ditanam di lahan Ultisol Bangka menunjukan hasil jumlah daun yang berbeda. Jumlah daun tertinggi yaitu varietas Violeta dan varietas yang terendah yaitu varietas Ambassador 2, jumlah daun bawang merah dipengaruhi oleh lingkungan dan musim yang berada di lokasi pertanaman (Hidayat et al., 2011). Menurut Rinawati dan Rusmawan (2015), jumlah daun dan jumlah anakan saling berhubungan, maka semakin banyak jumlah daun maka jumlah anakan juga meningkat. Peningkatan jumlah daun akan meningkatkan akumulasi fotosintat yang akan digunakan dalam mendukung perkembangan umbi tanaman (Firmansyah dan Bhermana, 2019). Jumlah anakan terbaik adalah varietas Maja Cipanas dan jumlah anakan terendah adalah varietas Ambassador 2.

Jumlah umbi varietas bawang merah berkisar antara 5,22-9,17 umbi, jumlah terbaik dimiliki oleh varietas Maja Cipanas dan yang terendah ialah varietas Ambassador 2. Jumlah anakan akan mempengaruhi jumlah umbi, dengan demikian semakin banyak jumlah anakan dan jumlah daun maka jumlah umbi akan semakin meningkat, akan tetapi dengan sedikitnya jumlah umbi pada setiap rumpun, ukuran umbi akan semakin besar, hal ini berkaitan dengan pendapat Waluyo et al. (2021), jumlah umbi per rumpun berbanding lurus dengan jumlah anakan bawang merah dan jumlah daun per rumpun berbanding terbalik dengan jumlah umbi.

Bibit yang memiliki diameter umbi yang besar maka akan besar pula umbi yang dihasilkan.

Bibit bawang merah yang berukuran besar

mempunyai daerah penampang akar yang lebih luas, dengan demikian akan menghasilkan jumlah akar yang tumbuh lebih banyak (Oktavia et al., 2019).

Diameter umbi beberapa varietas bawang merah berkisar antara 78,11-115,40 mm, varietas Maja Cipanas memiliki ukuran umbi tersbesar dan diameter terkecil yaitu varietas Ambassador 1.

Selain faktor lingkungan, ukuran diameter umbi juga dipengaruhi oleh faktor genetik dari masing- masing varietas itu sendiri (Sihombing et al., 2013).

Jumlah daun beberapa varietas bawang merah berkisar antara 6,5-14,02 helai per rumpun, varietas dengan jumlah daun terbanyak yaitu Violetta dan yang terendah yaitu varietas Ambassador 2. Jumlah daun bawang merah berbeda-beda diduga karena adanya faktor genetik bawaan dari masing-masing varietas, namun faktor lingkungan juga mempengaruhi hal tersebut. Pengaruh lingkungan dan iklim dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman bawang merah (Hakim dan Anandari, 2019).

Pengamatan bobot umbi per umbi dan bobot umbi pertanaman dilakukan setelah pemanenan, rata-rata bobot umbi per umbi berkisar antara 1,89-2,85 g, varietas violetta merupakan varietas dengan bobot umbi per umbi tertinggi, sedangkan varietas dengan bobot umbi per umbi terendah yaitu keramat. Bobot umbi rata-rata berbanding rata dengan hasil produktivitas yang tinggi, bobot umbi sangat dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan awal tanaman yaitu pada masa pertumbuhan vegetatif, oleh karena itu untuk mendapatkan hasil produksi yang tingggi harus dimulai dari pemeliharaan yang baik pada masa pertumbuhan vegetatifnya. Pada masa tanaman memasuki fase generatif, maka proses vegetatif yang sedang berlangsung akan dikurangi (Azmi et al., 2011). Hasil produksi per petak berkisar antara 271,43-334,36 g, hasil per petak terbaik adalah varietas Violetta dan varietas terendah adalah Ambassador 2. Hasil saling berhubungan dengan karakter yang diamati lainnya, dan saling

(7)

http://jtsl.ub.ac.id 221 mempengaruhi satu sama lain. Produktivitas yang

tinggi dipengaruhi oleh beberapa komponen yang diamati seperti, jumlah umbi rumpun-1, diameter umbi dan bobot umbi (Oktavia et al., 2019).

Ukuran umbi tidak mempengaruhi tinggi tanaman, bobot per umbi, bobot umbi pertanaman, dan hasil perpetak, namun berpengaruh terhadap jumlah daun, jumlah anakan, jumlah umbi pertanaman dan diameter umbi. Umbi dengan diameter besar memliki jumlah daun yang lebih banyak, dan jumlah anakan berhubungan dengan jumlah daun dan jumlah umbi pertanaman. Ukuran umbi yang berukuran besar memiliki jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan dengan umbi berukuran sedang (Wika et al., 2015). Ukuran umbi yang besar menghasilkan umbi bawang merah yang diameter umbinya lebih besar jika dibandingkan dengan umbi dengan diameter sedang, kecil dan sangat kecil. Benih bawang merah yang berukuran besar memiliki cadangan makanan yang relatif lebih banyak yang digunakan sebagai bahan pembentukan energi untuk pertumbuhan tanaman (Purnawanto, 2013).

Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan bawang merah adalah tanah lempung berdebu atau lempung berpasir. Tingkat kemasaman tanah (pH) berkisar antara 6,0-6,8. Jenis tanah di Bangka yaitu podzolik merah kuning (PMK) memiliki horizon penimbunan besi, Al-oksida dan bahan organik spodik (Souminar et al., 2018). Tingkat kemasaman (pH) berkisar antara 4,3-4,9 dengan kriteria sangat masam hingga masam, nilai C organik tanah berkisar antara 0,13%-1,12% dengan kriteria sangat rendah hingga rendah (Basuki et al., 2018).

Hasil per rumpun bawang merah varietas Ambassador 1 di lahan optimal yaitu 82,23 g, dan untuk hasil per rumpun varietas Ambassador 1 yang ditanam di lahan Ultisol yaitu 14,77 g. Bawang merah varietas ambassador 2 yang ditanam di lahan optimal memiliki hasil per rumpun sebanyak 131,20 g, dan hasil per rumpun di lahan Ultisol sebanyak 15,53 g. Hasil per rumpun varietas Violetta 1 di lahan optimal sebanyak 133,38 g, sedangkan untuk hasil per rumpun di lahan Ultisol sebanyak 19,67 g.

Bawang merah varietas Keramat 1 yang ditanam di lahan Ultisol memiliki hasil per rumpun sebanyak 101,49 g, dan untuk hasil per rumpun yag ditanam di lahan Ultisol sebanyak 14,35 g. Varietas Maja Cipanas yag ditanam di lahan optimal memiliki hasil per rumpun sebanyak 99,83 g, sedangkan untuk hasil per rumpun yang ditanam di lahan Ultisol sebanyak 17,25 g. Tanaman di lahan yang berbeda akan memiliki potensi hasil yag berbeda, sesuai dengan lingkungan tumbuhnya (Dewi, 2015).

Faktor lingkungan berpengaruh terhadap kemampuan tanaman untuk tumbuh. Pengaruh lingkungan tumbuh dan kemampuan varietas bawang merah beradaptasi dengan lingkungan akan berpengaruh terhadap produktivitas bawang merah (Rusdi dan Asaad, 2016). Kesuburan Ultisol sering kali hanya ditentukan oleh kandungan bahan organik pada lapisan atas. Rendahnya produktivitas bawang merah tergantung dari faktor lingkungan antara lain, tingkat kesuburan tanah rendah, adanya peningkatan serangan organisme pengganggu tanaman, adanya perubahan iklim mikro serta bibit yang digunakan bermutu rendah (Kurnianingsih et al., 2018). Produktivitas bawang merah sangat bergantung pada perubahan iklim, penanaman yang dilakukan di musim penghujan beresiko akan rendahnya hasil produksi, karena adanya pengikisan tanah di area pertanaman bawang merah, untuk memperkecil resiko tersebut maka digunakan mulsa pada saat penanaman. Produksi suatu tanaman merupakan resultan dari proses fotosintesis, respirasi dan translokasi bahan kering kedalam hasil tanaman. Metabolisme karbohidrat sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan seperti pemupukan dan berkurangnya intensitas cahaya matahari (Rahmawati et al., 2018).

Produksi berbagai varietas bawang merah di lahan Ultisol Kabupaten Bangka berbeda, berdasarkan karakter bobot per umbi dan berat umbi pertanaman varietas Violetta merupakan verietas yang memiliki hasil tertinggi dan varietas yang memiliki hasil produksi terendah yaitu varietas Keramat. Berdasarkan karakter jumlah umbi per tanaman, varietas Maja Cipanas merupakan varietas yang memiliki jumlah umbi tertinggi. Hasil produksi berbagai varietas bawang merah yang ditanam di lahan Ultisol Kabupaten Bangka yang dikonversi ke produksi t ha-1 didapatlah hasil bahwa varietas Violetta merupakan varietas yang memiliki hasil produksi tertinggi yaitu 4,91 t ha-1 dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik

Indonesia Nomor:

001/Kpts/Sr.120/D.2.7/1/2017 varietas violetta memiliki hasil 8,87-15,2 t ha-1.

Kesimpulan

Varietas bawang merah yang memiliki daya adaptasi paling baik di Ultisol Kabupaten Bangka adalah varietas Violetta dengan karakter berat per umbi.

Varietas bawang merah yang memiliki potensi untuk ditanam di Ultisol Kabupaten Bangka adalah Violetta dan Maja Cipanas ditunjukkan karakter jumlah umbi dan bobot umbi per umbi.

(8)

http://jtsl.ub.ac.id 222 Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada staf Kebun Percobaan dan Penelitian (KP2) Universitas Bangka Belitung atas bantuannya dalam pelaksanaan penelitian.

Daftar Pustaka

Aryanta, I.W.R. 2019. Bawang Merah dan Manfaatnya Bagi Kesehatan. Widya Kesehatan 1(1):1-7.

Azmi, C., Hidayat, I.M. dan Wiguna, G. 2011. Pengaruh varietas dan ukuran umbi terhadap produktivitas bawang merah. Jurnal Hortikultura 21(3):206-213.

BALITSA (Badan Penelitian Tanaman Sayuran). 2019.

Varietas Bawang Merah. 2019. BALITSA Jawa Barat.

Basuki, R.S., Khaririyatun, N., Sembiring, A. dan Arsanti, I.W. 2018. Studi adopsi varietas bawang merah Bima Brebes dari Balitsa di Kabupaten Brebes. Jurnal Hortikultura 27(2):261-268.

BPS (Badan Pusat Statistik). 2020. Distribusi Perdagangan Komoditas Bawang Merah Indonesia.

BPTP (Badan Pengkajian Teknologi Pertanian). 2013.

Pengembangan Varietas Bawang Merah di Bnagka Belitung. 2013. BPTP Bangka Belitung.

Dewi, L.P. 2015. Pengaruh konsentrasi ZPT GA3 dan lamanya perendaman benih terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau (Phaseolus vulgaris) varietas Sriti. Agroswagati 1(3):246-258

Firmansyah, A. and Bhermana, A. 2019. The growth, production and quality of shallot at inland quartz sands (Quarzipsamments) in the off season.

Agricultural Science 4(3):110-116.

Hakim, T. dan Anandari, S. 2019. Responsif bokashi kotoran sapi dan POC bonggol pisang terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.). Agrium 22(2):102-106.

Hidayat, I., Putrasameja, S., Azmi, C. 2011. Persiapan Pelepasan Varietas Bawang Merah Umbi dan TSS.

Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran.

Irawan, D., Idwar, dan Murniati. 2017. Pengaruh pemupukan N, P dan K terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah (Allium ascalonicum) varietas Bima Brebes dan Thailand di tanah Ultisol. JOM Faperta 4(1):1-14.

Karo, B. dan F. Manik. 2020. Observasi dan adaptasi 10 varietas bawang merah (Allium cepa) di berastagi dataran tinggi basah. Jurnal Agroteknosains 4(2):1-9.

Kurnianingsih, Harahap, E.F. dan Tasri, E.S. 2018.

Karakter pertumbuhan tanaman bawang merah pada berbagai komposisi media tanam. Jurnal Hortikultura 9(3):167-173.

Maheshwari, S.K., Choudhary, B.R., Singh, D., Sharma, B.D. and Sharmia, S.K. 2015. Evaluation of resistance in different varieties/genotypes of bottle gourd (Lagenaria siceraria) against Cercospora leaf spot under field conditions. Indian Jurnal of Agriculture Science 85(10):21-24.

Nikirahayu, M., Syafi'i, M., Agustini, R.Y. dan Soedomo, R. 2021. Keragaman karakter morfologi bawang

merah (Allium ascalonicum L) vaerietas Katumi dan Violetta 3 Agrihorti di Lembang. Jurnal Agrotek Indonesia 2(6): 55-61.

Oktavia, Y., Yartiwi, dan Damiri, A. 2019. Keragaman pertumbuhan dan tingkat kelayakkan usaha tani tiga varietas bawang merah: studi kasus di Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 21(2):103-107.

Purba, R. dan Astuti, Y. 2018. Paket teknologi bawang merah di luar musim tanam di Pandeglang Banten.

Agritech 15(2):105-113.

Purnawanto, A.M. 2013. Pengaruh ukuran bibit terhadap pembentukan biomassa tanaman bawang merah pada tingkat pemberian pupuk nitrogen yang berbeda. Agritech 15(1):23-31.

Rahmawati, Y., Purnomi, J. dan Susanti, H. 2018.

Pengaruh pemberian jenis dan takaran pupuk organik terhadap karakteristik fisiologis tanaman bawang merah pada tanah Ultisol. EnviroScienteae 14(2):161-169.

Rinawati, D.Y. and Rusmawan, D. 2015. Pengaruh varietas dan pemberian jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015, halaman 63-67 Rusdi, dan Asaad, M. 2016. Uji adaptasi empat varietas

bawang merah di Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 19(3):243-252.

Sidabutar, B., Bayu, E.S. dan Bangun, M.K. 2015.

Identifikasi Karakter morfologis dan hubungan kekerabatan bawang merah (Allium ascalonicum) di Kabupaten Samosir. Jurnal Agroteknologi FP USU 6(4):794-800.

Sihombing, C., Setiado, H. dan Hasyim, H. 2013.

Tanggap beberapa varietas bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pemberian Trichoderma sp.

Jurnal Online Agroteknologi 1(3):385-392.

Souminar, S., Fajriani, S., dan Arifin. 2018. Respon pertumbuhan dan hasil tiga varietas bawang merah terhadap beberapa tingkat ketinggian bedengan.

Jurnal Produksi Tanaman 6(10):2413-2422.

Syukur, M., Sujiprihati, S., Yunianti, R., Nugroho, S. dan Febriani. 2015. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID ): Penebar Swadaya.

Upe, A. dan Sau, T. 2018. Adaptasi keberagaman varietas terhadap pertumbuhan dan produksi pada wilayah marginal pertanaman bawang merah (Allium ascalanicum L.). Jurnal TABARO 2(1):172-177.

Waluyo, N., Pinilih, J., Sulastrini, I. dan Edisaputra, E.K.

2021. Pertumbuhan dan produksi benih 14 varietas bawang merah di dataran tinggi Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Agropross: National Conference Proceedings of Agriculture 5:265-274.

Wika, A.D., Anas, D.S. dan Dini, D. 2015. Pertumbuhan hasil bawang merah asal umbi TSS varietas Tuk Tuk pada ukuran dan jarak tanam yang berbeda.

Agrovigor 8(2):1-7.

Referensi

Dokumen terkait

Their performance is reflected in the first stage results of the 2018 Teacher Competency Test, where data obtained from the Banjarmasin Municipal Education Office