1 LAPORAN PENELITIAN MANDIRI
POTENSI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN KUBIS PUTIH SEBAGAI KANDIDAT OBAT ANTIHIPERLIPIDEMIA
ALAMI
Tim Pengusul
Ketua Peneliti (Ni Putu Ermi Hikmawanti, M.Farm.) Anggota Peneliti (Dr. Priyanto, M.Biomed., Apt.)
Anggota Peneliti (Rini Prastiwi, M.Farm., Apt.)
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA 2019
3 ABSTRAK
Ekstrak metanol daun kubis putih telah diketahui memiliki aktivitass antihiperlipidemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas fraksi etil asetat dari ekstrak metanol daun kubis putih dalam menurunkan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida pada hamster dengan kondisi hiperlipidemia. Sebanyak 36 ekor hamster Syrian jantan dibagi menjadi 9 kelompok. Kelompok I (kontrol normal); Kelompok II (kontrol negatif); Kelompok III (kontrol positif diberikan atorvastatin 1,23 mg/Kg BB dan fenofibrat dosis 12,35 mg/kg BB); Kelompok IV (fraksi etil asetat dosis 25,4 mg/ Kg BB); Kelompok V (fraksi etil asetat dosis 50,8 mg/ Kg BB); Kelompok VI (fraksi etil asetat dosis 101,6 mg/ Kg BB); Kelompok VII (fraksi air dosis 259,2 mg/ Kg BB); Kelompok VIII (fraksi air dosis 518,4 mg/
Kg BB); Kelompok IX (fraksi air dosis 1036,8 mg/ Kg BB). Hasil data penurunan kadar dianalisis dengan uji ANOVA satu arah (p=0,000<0,05) menunjukkan adanya pengaruh perlakuan dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok fraksi etil asetat dosis 101,6 mg/Kg BB memiliki penurunan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida yang paling tinggi dibandingkan sediaan uji lainnya yaitu sebesar 55,33%, 51,46%, dan 66,16%.
Kata kunci: Brassica oleracea, fraksi, hiperlipidemia, kolesterol total, LDL, trigliserida
4 DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Masalah Penelitian Tujuan Penelitian
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Roadmap penelitian
BAB 3. METODE PENELITIAN Alur Penelitian
Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Prosedur kerja Analisis Data
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5. SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
5
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Sistem Penapisan Fitokimia Dengan Metode KLT 6 Tabel 2. Hasil Ekstraksi Dan Fraksi Daun Kubis Putih 14 Tabel 3. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak dan Fraksi Daun
Kubis Putih Dengan Metode KLT 15
Tabel 4. Hasil Uji Organoleptis Daun Kubis Putih 17 Tabel 5. Hasil Kadar Air, Kadar Abu, Rendemen Ekstrak,
Rendemen Fraksi Air, dan Rendemen Fraksi Etil Asetat Daun Kubis Putih
17
6
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Skema Fraksiansi Ekstrak Metanol Daun Kubis Putih 5
Gambar 2. Skema Perlakuan Terhadap Hewan Uji 12
Gambar 3. Grafik Batang Rerata % Penurunan Kadar Kolesterol Total
18
Gambar 4. Grafik Batang Rerata % Penurunan Kadar LDL 18 Gambar 5. Grafik Persentase Penurunan Kadar Trigliserida Dari Tiap
Kelompok Uji Setelah Perlakuan
19
7
BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan zaman seperti sekarang ini ternyata selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif. Pola hidup yang serba instan membawa dampak negatif terhadap naiknya prevalensi penyakit degeneratif, diantaranya penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, hipertensi, dan kanker (Arisman 2009). Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia WHO, penyakit PJK merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia dan 60% dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung iskemik.
Sedikitnya 17,5 juta kematian diseluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung (WHO 2014). Hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke (Hartono 2006).
Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol lebih dari normal di dalam darah. Kadar kolesterol total normal dalam darah adalah 200 mg/dl (Suyatna 2016). Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan peningkatan kadar kolesterol low density lipoprotein (LDL) dan kolesterol total. Bila kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida dalam darah tinggi maka dapat menyebabkan aterosklerosis.Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan berbagai organ dalam tubuh. Trigliserida terbentuk dari tiga molekul asam lemak. Lemak tersebut terbentuk akibat kalori dari makanan yang tidak diubah seluruhnya menjadi energi (Lanny 2012). Nilai normal trigliserida puasa <150 mg/dl, nilai ambang hingga 200 mg/dl dan patologi >200 mg/dl (Setiati 2015).
Salah satu tanaman berkhasiat yang digunakan untuk menurunkan kadar hiperlipidemia adalah daun kubis putih (Brassica oleracea L.) (Ogbede 2014).
Kubis putih merupakan tanaman yang berasal dari suku brassicaceae. Kandungan asam amino dan sulfurnya, berkhasiat menurunkan kadar kolesterol, penenang saraf, dan pembangkitan semangat (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2009).
Kandungan senyawa bioaktif pada daun kubis putih yaitu fenol, flavonoid, saponin, alkaloid, dan tanin (Ogbede 2014). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ogbede et al. (2014) menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun kubis putih pada dosis 500 mg/kg BB yang diekstraksi dengan metode maserasi dapat menurunkan kadar trigliserida yang signifikan sebesar 56,7% pada tikus hiperlipidemia dan kandungan senyawa bioaktif pada daun kubis putih yang diduga sebagai penurun kadar trigliserida adalah flavonoid.
B. Masalah Penelitian
Apakah fraksi etil asetat pada daun kubis putih (Brassica oleraceaL.)dapat menurunkan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida dalam darah hamster syrian jantan hiperlipidemia?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas fraksi etil asetat dari ekstrak metanol daun kubis putih terhadap penurunan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida dalam darah hamster syrian jantan hiperlipidemia.
8
BAB 2. ROADMAP PENELITIAN
Ogbede et al. (2014) menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun kubis putih pada dosis 500 mg/kg BB
Flavonoid sebagai senyawa yang diduga berefektivitas pada ekstrak
kubis
Penelitian saat ini:
1. Fraksinasi dengan etil asetat 2. Penentuan pola bercak senyawa dari fraksi etil asetat dengan metode
KLT
3. uji aktivitas antihiperlipidemia pada hamster
Penelitian akan datang:
1. standarisasi mutu fraksi etil asetat 2. pengujian toksisitas akut dan
subkronik fraksi etil asetat 3. pembuatan formulasi sediaan fraksi
etil asetat sebagai obat antihiperlipidemia
9
BAB 3. METODE PENELITIAN A. Alur Penelitian
1.
Determinasi tanaman2. Pembuatan ekstrak metanol daun kubis putih 3. Pembuatan fraksi daun kubis putih
4. Penapisan fitokimia ekstrak dan fraksi daun kubis putih
5. Pemeriksaan karakteristik mutu ekstrak dan fraksi daun kubis putih 6. Persiapan hewan uji
7. Perhitungan dosis
8. Pembuatan pakan tinggi lemak
9. Pembuatan sediaan uji dan sediaan pembanding 10. Perlakuan hewan uji
11. Pemeriksaan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia, Laboratorium Hewan, Laboratorium Farmakologi, Laboratorium Kimia Terpadu dan Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.
Hamka, Jakarta.
C. Alat dan Bahan Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang hewan, tempat makanan/minuman hewan, blender (PHILIPS), timbangan hewan, timbangan analitik (OHAUS), maserator, batang pengaduk, spuit disposable, centrifuge, penyaring/kainflanel, vacuum rotary evaporator (EYELA), pipa kapiler, sonde oral, mikrotube, waterbath, vortex, pipet tetes, pipet mikro, microplate reader spektrofotometer klinikal varta-506, dan alat gelas yang biasa digunakan.
Bahan Penelitian
Daun kubis putih (Brassica oleracea L.). Tanamana ini diperoleh dari Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BPP2TP), Bogor. Metanol, etil asetat, aquadest, n-heksan, pereaksi Bouchardat, Mayer, Dragendorf, NaOH 10
%, FeCl3, Gelatin 10 %, HCl 2N, metanol PA, AlCl3 10%, Na-Asetat 1 N, ketamin.
Obat pembanding yang digunakan untuk kolesterol total dan LDL adalah atorvastatin, obat pembanding yang digunakan untuk trigliserida adalah fenofibrate, reagen kit Kolesterol dan pengendap LDL merk HUMAN, Reagen triglycerides liquicolor, enzim lipase, metode enzimatis kolorimetri (HUMAN), untuk pengujian kadar trigliserida.
D. Prosedur kerja
1. Determinasi Tanaman dan Identifikasi Hewan Uji
Daun kubis putih (Brassica oleraceaL.) yang diperoleh dari Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BPP2TP) Bogor dan dideterminasi di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong.
Identifikasi hewan dilakukan untuk memastikan jenis hewan yang akan digunakan untuk penelitian. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Mamalogi Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Cibinong.
10 2. Persiapan Hewan Uji
a. Aklimatisasi
Hewan uji diaklimatisasi didalam kandang selama kurang lebih 7 hari dengan tujuan hewan uji dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Selama aklimatisasi, hamster diberi minum dan pakan standar serta mengontrol kesehatan dan berat badan.
b. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak lengkap (RAL), dengan jumlah minimal perkelompok mengikuti rumus Federer, yaitu :
(t-1) (n-1) ≥15 ……….(1) Keterangan : t adalah jumlah perlakuan
n adalah jumlah hewan yang digunakan Maka : (9-1) (n-1) ≥ 15
8n-8 ≥ 15 8n ≥ 23 n ≥ 2,9 ≈ 3
Sehingga hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 36 ekor yang dibagi menjadi 9 kelompok yang terdiri dari 4 ekor.
3. PembuatanEkstrak Metanol dan Fraksinasi a. Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Kubis Putih
8 Kg daun kubis putih segar di blender menggunakan pelarut metanol lalu dimasukkan ke dalam maserator, kemudian daun kubis putih direndam dengan larutan penyari metanol dan direndam selama 6 jam, sekali-sekali diaduk selama 5 menit, kemudian diamkan selama 18 jam terlindung dari cahaya. Setelah 18 jam, kemudian dilakukan penyaringan, ampasnya dilakukan maserasi kembali dengan metanol dengan prosedur yang sama. Maserasi dilakukan secara berulang dengan menggunakan cairan penyari yang baru untuk menghindari jenuhnya cairan penyari sehingga penyariannya lebih sempurna. Untuk menentukan akhir maserasi dilakukan dengan cara organoleptis, seperti warna dan pemeriksaan zat aktif secara kualitatif pada maserasi terakhir. Maserasi yang didapat kemudian diuapkan dengan menggunakan vacum rotary evaporator, lalu ekstrak dikentalkan dengan waterbath dengan suhu 50oC hingga didapat ekstrak kental yang dapat dituang (Depkes 2008).
b. Fraksinasi Daun Kubis Putih
Ekstrak kental 25 g dimasukkan ke dalam corong pisah 1L kemudian ditambahkan aquadest 150 ml dan pelarut n-heksan 150 ml kemudian pengocokan dilakukan selama 15 menit, setelah itu didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan bawah fraksi air dan lapisan atas fraksi n-heksan. Lapisan n-heksan dipisahkan dan dikumpulkan, dilakukan pengulangan fraksinasi sebanyak 3 kali dengan metode yang sama. Fraksi n-heksan yang didaptkan digabungkan kemudian diuapkan pelarutnya terlebih dahulu dengan vacum rotary evaporator pada suhu 50oC hingga didapatkan fraksi kental. Lapisan air difraksinasikan kembali dengan pelarut etil asetat 150 ml dilakukan pengocokan selama 15 menit, setelah itu didiamkan hingga terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas fraksi etil asetat dan lapisan bawah fraksi air. Lapisan etil asetat dipisahkan dan dikumpulkan dilakukan pengulangan fraksinasi sebanyak 3 kali dengan metode yang sama. Fraksi etil asetat diuapkan pelarutnya terlebih dahulu dengan vacum rotary evaporator pada suhu
11
50oC dan fraksi air yang didapatkan kemudian diuapkan dengan waterbath hingga didapatkan fraksi kental.
Gambar 1. Skema Fraksinasi Ekstrak Metanol Daun Kubis Putih 4. Penapisan Fitokimia Ekstrak dan Fraksi Daun Kubis Putih
Penapisan fitokimia pada penelitian ini menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Larutan bahan uji dibuat dengan konsentrasi 1% (Rohman 2007), kemudian ditotolkan pada lempeng silika gel GF254 (jarak antar totolan sekitar 1-1,5 cm) dengan volume tertentu. Diameter totolan diusahakan sekecil mungkin dan dibiarkan mengering. Jarak rambat 10 cm, dengan garis batas bawah 1 cm dan garis batas atas 0,5 cm. Lempeng silika gel GF254 yang telah ditotoli dengan larutan sampel dimasukkan ke dalam chamber (yang sudah dijenuhkan dengan fase gerak), dengan posisi tegak dan bagian tepi bawah tercelup dalam fase gerak, tetapi totolan tidak sampai terendam. Bejana ditutup rapat dan fase gerak
Fraksi n-heksan Fraksi air
Fraks n-heksan kental
Fraksi etil asetat cair
25 g ekstrak kental kubis putih
Fraksi air Ditambahkan aquadest 150 ml dan n-heksan 150 ml kemudian dikocok sampai terbentuk 2 lapisan kemudian dipisahkan. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
Diuapkan pelarutnya dengan vacum rotary evaporator pada suhu 50oC.
Ditambahkan etil asetat 150 ml kemudian dikocok sampai terbentuk 2 lapisan kemudian dipisahkan. Lakukan pengulangan sebanyak 3kali.
Diuapkan pelarutnya dengan vacum rotary evaporatorpada suhu 50oC.
Diuapkan diatas waterbath.
Fraksi kental etil asetat
Fraksi kental air
12
dibiarkan merambat hingga batas jarak rambat. Lempeng silika gel GF254
dikeluarkan dan dikeringkan di udara, diperhatikan bercak yang timbul dengan sinar tampak dan ultraviolet pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm, diukur dan dicatat jarak rambat setiap bercak yang timbul dan fase gerak dari titik penotolan setelah itu tentukan harga Rf. Lempeng silika gel GF254 disemprotkan dengan pereaksi deteksi dan pengamatan diulangi dengan prosedur yang sama (Hanani 2015).
Tabel 1. Sistem Penapisan Fitokimia Dengan Metode KLT (Harborne 1987; Hanani 2015)
Senyawa yang diidentifikasi
Sistem Fase
Diam Sistem Fase Gerak Pereaksi
Deteksi Hasil Positif Alkaloid Silika gel
GF254
Metanol : kloroform (8 : 2)
Dragendorff Bercak berwar na jingga- coklat dilihat pada sinar tampak.
Saponin Silika gel GF254
Metanol : kloroform
(8 : 2) Vanilin-asam
sulfat (+) pemanasan
Warna biru hingga ungu biru, kadang kekuningan dilihat pada sinar tampak.
Terpenoid Silika gel GF254
Metanol : kloroform (8 : 2)
Liebermann- Burchard (+) pemanasan
Bercak berwarna hijau atau coklat dilihat pada sinar tampak.
Fenol Silika gel GF254
Metanol : kloroform
(8 : 2) FeCl3 Bercak
berwarna hijau hingga biru hitam dilihat pada sinar tampak.
Flavonoid Silika gel GF254
Metanol : kloroform (8 : 2)
Uap amonia Bercak terlihat fluoresensi warna kuning, biru, atau hijau dilihat dibawah sinar UV 366 nm.
13 5. Pemeriksaan Karakteristik
a. Pemeriksaan Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dilakukan menggunakan panca indera dengan mendeskripsikan bentuk, bau, rasa dan warna (Depkes RI 2000).
b. Penetapan Kadar Air
Kadar air dilakukan dengan menggunakan alat karl fischer titration. Sampel ditimbang sebanyak 1 gram (W1). Mengalibrasi alat dengan menetralisir pelarut metanol dry menggunakan pelarut hydranal, kemudian sampel dimasukkan apabila alat sudah netral. Sampel dimasukkan sedikit ke dalam pelarut metanol kering.
Sampel yang tersisa ditimbang kembali sehingga diperoleh bobot akhir (W2). Data W1 dan W2 yang diperoleh dimasukkan ke alat karl fishcher titration kemudian dicatat hasil persentasi kadar air dari sampel (Sabrina et al. 2013)
c. Penetapan Kadar Abu Total
Timbang lebih kurang 2 gram sampai 3 gram zat yang telah digerus kemudian dimasukkan ke dalam krus porselen yang telah dipijar dan ditara, dipijarkan di dalam tanur dan suhu dinaikkan secara bertahap hingga 675oC sampai bebas karbon. Selanjutnya didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji dan ini dinyatakan dalam rumus (Depkes RI 2008).
(2) d. Perhitungan Rendemen
Persentase rendemen dihitung dengan cara menghitung jumlah fraksi kental yang didapat dibagi dengan serbuk kering kemudian dikalikan 100% (Depkes RI 2008).
6. Perhitungan Dosis
a. Dosis Ekstrak MetanolDaun Kubis Putih
Berdasarkan penelitian sebelumnya, dosis 500 mg/Kg BB ekstrak metanol kubis putih mampu menurunkan kadar kolesterol total, LDL, trigliserida, dan menaikan kadar HDL pada tikus hiperkolesterolemia (Ogbede et al. 2014). Dosis dikonversikan terlebih dahulu kedalam dosis hamster, dosis akan dikonversikan dengan rumus sebagai berikut :
HED (mg/kg) = Dosis hewan (mg/kg) x
Diketahui nilai faktor KM tikus adalah 6 dan nilai KM faktor hamster adalah 5 (Reagan et al. 2007).
Dosis hamster (mg/kg) = Dosis tikus (mg/kg) x
= 500 mg/kgBB x = 600 mg/kgBB hamster
= 60 mg/100 g BB
14 b. Dosis Fraksi Etil Asetat Daun Kubis Putih
Ogbede (2014) menyatakan bahwa ekstrak metanol kubis putih dengan dosis 500mg/Kg BB memberikan efektivitas yang sebanding dengan atorvastatin didapatkan persentase penurunan kadar kolesterol total sebesar 41,3 % dan LDL sebesar 44%. Sehingga dosis acuan pada penelitian ini adalah 500 mg/Kg BB.
Penelitian ini menggunakan fraksi etil asetat dan fraksi air dimana sebagai fraksi uji yang nantinya di bagi dalam tiga variasi dosis. Perhitungan dosis untuk setiap fraksinya berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
Dosis fraksi (x) =
230,3291 g ekstrak kental yang difraksi didapatkan berat fraksi n-heksan 4,1 g, fraksi etil asetat 19,50 g, dan fraksi air 199 g. Jika dosis ekstrak 600 mg/Kg BB maka dosis untuk fraksi etil asetat yaitu:
Dosis fraksi etil asetat = × Dosis ekstrak efektif……(7) Untuk mengetahui dosis fraksi etil asetat yang efektif dalam menurunkan kadar kolesterol total dan LDL dalam darah hamster maka pada percobaan ini digunakan 3 variasi dosis, yaitu:
Dosis I = ½ x 50,8 mg/ Kg BB = 25,4 mg/ Kg BB = 2,54 mg/100g BB Dosis II = 1 x 50,8mg/ Kg BB = 50,8 mg/ Kg BB = 5,08 mg/100g BB Dosis III = 2 x 50,8 mg/ Kg BB = 101,6 mg/ Kg BB = 10,16 mg/100g BB c. Dosis Pembanding Atorvastatin
Dosis lazim atorvastatin pada manusia adalah 10 mg perhari dengan dosis maksimum 80 mg (Katzung 2014). Dosis yang digunakan adalah 10 mg atau pada manusia dewasa dengan berat badan 60 kg menjadi 0,167 mg/kg BB, sehinga dosis untuk hamster harus dikonversikan terlebih dahulu. Berdasarkan rumus FDA, dengan diketahui faktor KM manusia dewasa adalah 37, dan faktor KM hamster adalah 5 (Reagan et al. 2007).
𝐻𝐸𝐷 = 𝑎𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑑𝑜𝑠𝑒( ) × ………..(8) d. Dosis Pembanding Fenofibrat
Obat yang digunakan adalah fenofibrat sebagai kontrol positif. Dosis fenofibrat oral yang efektif pada manusia adalah satu sampai tiga tablet 48 mg ( atau satu tablet 145 mg) per hari (Malloy dan Kane 2013). Dengan dosis yang digunakan untuk manusia dengan berat badan 60 kg sebesar 100 mg/hari. Dosis ini kemudian dikonversikan ke hamster. Berdasarkan rumus Food and Drug Administration (FDA) diketahui faktor KM manusia dewasa adalah 37 dan faktor KM hamster adalah 5 (Reagen et al. 2007).
Dosis hamster (mg/kg) = Dosis manusia (mg/kg) x ………….(9)
15 e. Dosis Ketamin
Dosis ketamin untuk anjing 10-15 mg/KgBB (Pirade 2015). Dosis ketamin untuk hamster harus dikonversikan terlebih dahulu berdasarkan rumus FDA, dengan diketahui faktor KM anjing adalah 20 dan faktor KM hamster adalah 5.
Dosis ketamin yang digunakan pada manusia secara intramuskular adalah 10 mg/kg BB (Reagan et al. 2007). Konsentrasi ketamin 50 mg/ml:
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 ℎ𝑎𝑚𝑠𝑡𝑒𝑟 = 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑎𝑛𝑗𝑖𝑛𝑔 × ………..(10)
7. Pengelompokan dan Perlakuan Hewan Uji a. Pengelompokan Hewan Uji
Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap, dengan menggunakan 36 ekor hamstersyrian jantan dengan dibagi menjadi 9 kelompok terdiri dari 4 ekor hamster. Dibawah ini adalah keterangan untuk pembagian kelompok hamster yang digunakan yaitu:
Kelompok I (Kontrol Normal) :Kelompok yang diberi makanan standar dan Na-CMC 0,5 %.
Kelompok II (Kontrol Positif) :Diberi pakan tinggi lemak, diberikan sediaan pembanding atorvastatin 0,123 mg/100 g BB, dan fenofibrate dosis 1,235 mg/100 g BB.
Kelompok III (Kontrol Negatif) :Diberi pakan tinggi lemak dan Na-CMC 0,5%.
Kelompok IV (Fraksi Etil Dosis I) : Diberi pakan tinggi lemak dan suspensi uji fraksi etil asetat daun kubis putih dosis 2,54 mg/100 g BB.
Kelompok V (Fraksi Etil Dosis II) : Diberi pakan tinggi lemak dan suspensi uji fraksi etil asetat daun kubis putih dosis 5,08 mg/100 g BB.
Kelompok VI (Fraksi Etil Dosis III) : Diberi pakan tinggi lemak dan suspensi uji fraksi etil asetat daun kubis putih dosis 10,16 mg/100 g BB.
Kelompok VII (Fraksi Air Dosis I) : Diberi pakan tinggi lemak dan sediaan fraksi air daun kubis putih dengan dosis 25,92 mg/ 100 g BB.
Kelompok VIII (Fraksi Air Dosis II) : Diberi pakan tinggi lemak dan sediaan fraksi air daun kubis putih dengan dosis 51,84 mg/
100 g BB.
Kelompok IX (Fraksi Air Dosis III) : Diberi pakan tinggi lemak dan sediaan fraksi air daun kubis putih dengan dosis 103,68 mg/
100 g BB.
16 a. Perlakuan Terhadap Hewan Uji
Gambar 2. Skema Perlakuan Terhadap Hewan Uji
Kelompok I Diberikan
pakan standar
Kelompok II & III Diberikan atorvastatin
&finofibrate
Kelompok IV Diberikan Na-CMC 0,5%
36 ekor hamster syrian
Hari ke 1-7 Aklimatisasi
Hari ke 8-35 semua kelompok dibuat hiperkolesterolemia dengan pemberian pakan tinggi
lemak, kecuali kelompok I (kontrol normal)
Hari ke 37-43 hamster diberi perlakuan sesuai dengan pembagian kelompok
Kelompok V Diberikan fraksi Etil Dosis I
Dilakukan pengukuran kadar kolesterol total, LDL, TG
Analisis data
Kelompok VI Diberikan Fraksi Etil Dosis II
Hari ke 44 dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbital
Kelompok VII Diberikan Fraksi Etil Dosis III
Hari ke 36 diambil darah awal melalu sinus orbital, lalu di lakukan pengukuran kadar kolesterol total dan kadar
LDL, TG
Kelompok VIII Diberikan Fraksi Air Dosis I
Kelompok IX Diberikan Fraksi Air Dosis II
Kelompok X Diberikan Fraksi Air Dosis III
17 8. Metode Pengambilan Serum Darah
Sebelum dilakukan pengambilan darah, hamster dianastesi terlebih dahulu dengan menggunakan ketamin dosis 40 mg/Kg BB hingga tak sadarkan diri, setelah dianastesi ditusuk bagian sudut mata hamster dengan pipa kapiler, kemudian pipa kapiler diputar. Ditampung darah ke dalam mikrotube. Diambil darah sebanyak 2 mL, ditampung di mikrotube lalu dilakukan sentrifugasi pada 6000 rpm selama 5 menit agar diperoleh serum, darah disimpan dalam lemari es, kemudian sampel siap dianalisis.
9. Pengukuran Kadar LDL, Kolesterol Total, dan Trigliserida a. Metode Pengukuran Kadar Kolesterol Total
Serum diambil sebanyak 10 µl, lalu dicampur dengan reagen enzim (pereaksi kolesterol kit) sebanyak 1000 µl, kemudian divortex dan diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37oC. Kadar dibaca dengan fotometer klinikal (Human).
b. Metode Pengukuran Kadar LDL Darah
Serum diambil sebanyak 100 µl, dimasukan ke dakam mikrotube,lalu dicampur dengan 1000 µl reagen pengendap LDL, kemudian divortex dan diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37oC, kemudian dilakukan sentrifugasi selama 5 menit, selanjutnya didiamkan selama 1 jam. Setelah itu diambil serum sebanyak 100 µl, dimasukan kedalam mikrotube, kemudian dicampur dengan 1000 µl reagen enzim (kit), kemudian divortex dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 5 menit.
Selanjutnya kadar dibaca dengan menggunakan fotometer klinikal (Human).
c. Pengukuran Trigliserida Darah
Serum sebanyak 10 µl diambil dengan menggunakan mikropipet, lalu dicampur dengan 1000 µl reagen triglycerides liquicolor, enzim lipase, metode enzimatis kolorimetri (HUMAN). Setelah itu, larutan di-vortex dan diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37ºC. Kadar trigliserida dibaca menggunakan spektrofotometer klinikal varta-506.
Penurunan kadar trigliserida (%) = x 100%…………...…...….(12) Keterangan :
a = kadar trigliserida awal (sebelum perlakuan) b = kadar trigliserida akhir (setelah perlakuan) E. Analisis Data
Data yang diperoleh berupa kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida awal setelah 28 hari pemberian pakan tinggi kolesterol dan kadar akhir setelah 7 hari pemberian sediaan uji yang kemudian dihitung persentase penurunannya. Data yang diperoleh sebelumnya dilakukan uji kenormalan dan uji homogenitas.
Kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% (α<0,05) untuk mengetahui pengaruh perlakuan antara 2 kelompok atau lebih. Jika terdapat pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan uji tukey untuk membandingkan perbedaan antar kelompok (Priyatno 2010).
18
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Ekstrak dan Fraksinasi Daun Kubis Putih
Berdasarkan hasil pembuatan ekstrak metanol, fraksi air, dan fraksi etil asetat daun kubis putih yang dilakukan didapatkan data seperti pada tabel :
Tabel 2. Hasil Ekstraksi Dan Fraksi Daun Kubis Putih
No. Keterangan Jumlah
1. Daun kubis putih segar 8 Kg
2. Ekstrak kental 267,35 g
3. Fraksi etil asetat 19,50 g
Maserasi dipilih karena pengerjaannya mudah dan alat yang digunakan sederhana (Ditjen POM 2000). Selain itu, zat aktif yang akan ditarik tidak rusak karena maserasi merupakan metode ekstraksi tanpa pemanasan, sehingga dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas dan tahan panas. Penggunaan metanol sebagai penyari karena metanol merupakan salah satu penyari yang digunakan untuk menarik senyawa yang bersifat polar, semi polar dan non polar yang terkandung di dalam tanaman. Metanol mempunyai aktivitas lebih baik dibandingkan penyari lainnya karena bersifat lebih polar dan mempunyai titik didih lebih rendah 64,5oC sehingga mudah diuapkan (Setiawan 2017). Tetapi metanol memiliki sifat lebih toksik dibandingkan dengan etanol (Sattar 2016).
Penggunaan pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda pada proses fraksinasi dimaksudkan untuk memisahkan golongan utama senyawa yang satu dengan golongan senyawa lain berdasarkan kepolarannya. Prinsip dari fraksinasi menggunakan corong pisah adalah memisahkan senyawa atau zat tertentu yang terkandung didalam sampel berdasarkan perbedaan berat jenis menggunakan dua pelarut yang tidak saling bercampur (Otsuka 2006).
Pemilihan pelarut yang digunakan dalam fraksinasi harus memenuhi beberapa persyaratan. Pertama, pelarut harus tidak bercampur dengan air, memiliki bobot jenis yang lebih rendah daripada air supaya dapat membentuk lapisan atas sehingga pemisahan lebih mudah dilakukan. Kedua, pelarut harus aman dan tidak merusak lingkungan jika digunakan. Beberapa pelarut yang tidak aman digunakan seperti dietil eter (mudah terbakar), toluen (memiliki titik didih tinggi) dan pelarut klorida seperti diklorometana (berbahaya bagi lingkungan). Oleh karena itu, hanya ada beberapa pelarut saja yang digunakan seperti n-heksana, metil tertier butil eter dan etil asetat (Venn 2008).
Etil asetat bersifat semi polar yang berarti bisa melarutkan senyawa polar maupun non polar tetapi lebih cenderung melarutkan senyawa polar, sedangkan n- heksana merupakan pelarut yang bersifat non polar sehingga hanya mampu melarutkan senyawa non polar juga. Bobot jenis air 1 g/ml, bobot jenis n-heksana 0,67 g/ml sedangkan bobot jenis etil asetat 0,89 g/ml (Rowe 2003).
B. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak dan Fraksi Daun Kubis Putih Dengan Metode KLT
Hasil uji penapisan fitokimia ekstrak metanol, fraksi etil asetat dan fraksi air daun kubis putih dapat dilihat pada Tabel 7.
19
Tabel 3. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak dan Fraksi Daun Kubis Putih Dengan Metode KLT
Senyawa yang dideteksi
Ekstrak
Metanol Fraksi Etil Asetat Fraksi Air
Flavonoid (+) (+) (-)
Saponin (+) (+) (+)
Alkaloid (+) (+) (-)
Fenol (+) (+) (+)
Terpenoid (+) (+) (-)
Keterangan :
(+) : Mengandung senyawa yang dideteksi (-) : Tidak Mengandung senyawa yang dideteksi
Ekstrak dan fraksi dilakukan uji penapisan fitokimia menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Silika gel GF254 digunakan sebagai fase diam dan berbagai macam pelarut digunakan sebagai fase gerak dalam pengujian penapisan fitokimia ini. Tujuan dilakukannya penapisan fitokimia adalah untuk menegaskan bahwa senyawa tersebut benar terdapat di dalam fraksi maupun ekstrak (Saifudin dkk. 2011). Prinsip dari metode KLT adalah perpindahan analit pada fase diam karena pengaruh dari fase gerak. KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan identifikasi karena cara ini sederhana dan mudah dibandingkan dengan kromatografi kolom, serta memberikan pilihan fase gerak yang lebih beragam (Hanani 2015). Keuntungan lain KLT yaitu identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi, atau radiasi menggunakan sinar ultra violet (Rohman 2007).
Penapisan fitokimia dengan menggunakan metode KLT dilakukan dengan cara menjenuhkan eluen ke dalam chamber yang di dalamnya terdapat kertas saring.
Tujuan dijenuhkannya eluen adalah supaya proses elusi hanya berasal dari eluen dan tidak terganggu oleh uap air sehingga diperoleh hasil pemisahan yang baik dan memuaskan. Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF254 yang artinya silika gel dengan fluorosensi yang berpendar pada panjang gelombang 254 nm (Rohman 2007). Silika gel GF254 adalah fase diam yang paling umum digunakan untuk berbagai tujuan dan biasanya mengandung kalsium sulfat yang berfungsi sebagai pengikat untuk meningkatkan daya adhesi lapisan pada plat (Lusiana 2009).
Sebelum dilakukan uji penapisan plat KLT diaktifasi terlebih dahulu dengan cara dioven pada suhu 100oC selama 30 menit untuk menghilangkan air yang terdapat pada plat KLT (Sastrohamidjojo 2007). Nilai Rf adalah perbandingan jarak yang ditempuh oleh senyawa dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut. Nilai Rf dihitung sebagai bukti dalam mengidentifikasi suatu senyawa.
Identifikasi senyawa flavonoid pada ekstrak, fraksi etil asetat dan fraksi air daun kubis putih menggunakan eluen metanol:kloroform (8:2) setelah diuapkan dengan amonia dengan hasil positif pada ekstrak menunjukan nilai Rf sebesar 0,32 dan fraksi etil asetat menunjukan nilai Rf sebesar 0,34 diletakkan di bawah sinar UV 366 nm hasil positif bercak berwarna kuning. Hasil ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Markham (1998) bahwa deteksi adanya flavonoid jika timbul bercak warna kuning merupakan flavonoid golongan flavon,
20
yaitu golongan flavonoid aglikon. Golongan flavonoid aglikon tidak mengikat gugus gula, sehingga sifatnya kurang polar (Markham 1998).
Identifikasi senyawa saponin pada ekstrak, fraksi etil asetat dan fraksi air menggunakan eluen metanol:kloroform (8:2) menunjukkan nilai Rf pada ekstrak kental metanol sebesar 0,51, pada fraksi etil asetat sebesar 0,64 dan pada fraksi air sebesar 0,58 positif mengandung senyawa saponin setelah disemprot dengan vanilin-asam sulfat menghasilkan warna kuning pada pengamatan dengan sinar tampak. Saponin larut dalam air, tidak larut dalam eter (Hanani 2015) sehingga hasil yang didapat sesuai yaitu saponin terdapat didalam fraksi air. Sementara pada fraksi etil asetat juga terdapat saponin hal ini diduga disebabkan karena pemisahan senyawa pada saat proses fraksinasi kurang sempurna.
Identifikasi senyawa alkaloid pada ekstrak, fraksi etil asetat dan fraksi air menggunakan eluen metanol:kloroform (8:2) menunjukan nilai Rf pada ekstrak kental metanol sebesar 0,44 dan pada fraksi etil asetat sebesar 0,59 mengandung senyawa alkaloid setelah disemprot dengan Dragendorff dan menghasilkan warna jingga-coklat. Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder bersifat basa. Dalam bentuk basa, alkaloid lebih larut dalam pelarut non polar seperti eter, benzena, toluen dan kloroform (Hanani 2015). Alkaloid terdapat pada ekstrak dan fraksi etil asetat, hal ini menunjukan bahwa alkaloid yang terdapat di dalam daun kubis putih adalah alkaloid dalam bentuk basa.
Identifikasi senyawa terpenoid pada ekstrak, fraksi etil asetat dan fraksi air menggunakan eluen metanol:kloroform (8:2) menunjukan nilai Rf pada fraksi etil asetat sebesar 0,7 mengandung senyawa terpenoid setelah disemprot dengan Libermann-Burchard dan menghasilkan warna coklat dilihat pada sinar tampak.
Sementara pada ekstrak kental metanol tidak menunjukkan adanya bercak setelah disemprot dengan Libermann-Burchard, hal ini memungkinkan bahwa di ekstrak kental metanol mengandung senyawa terpenoid tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit. Umumnya senyawa terpenoid bersifat non polar, sehingga akan tertarik pada pelarut yang cenderung bersifat non polar atau semi polar (Saifudin 2014).
Tanin merupakan salah satu golongan fenol (Hanani 2015). Identifikasi senyawa fenol pada ekstrak, fraksi etil asetat dan fraksi air menggunakan eluen metanol:kloroform (8:2) menunjukkan nilai Rf pada ekstrak kental metanol sebesar 0,85 dan pada fraksi etil asetat sebesar 0,90 sedangkan pada fraksi air sebesar 0,88 mengandung senyawa fenol setelah disemprot dengan FeCl3 dan menghasilkan warna hijau dilihat pada sinar tampak. Fenol memiliki sifat kelarutan yang sangat mudah larut dalam air, larut alkohol, larut aseton, larut 1:1 dalam gliserol hangat, praktis tidak larut dalam petroleum, kloroform dan eter (Hanani 2015). Hal ini menunjukkan bahwa fenol bersifat polar sehingga akan tertarik pada pelarut yang bersifat polar dan semi polar. Pada penelitian ini senyawa fenol yang terdapat pada ekstrak, fraksi etil asetat dan fraksi air mempunyai bercak yang identik, diduga mengandung senyawa yang sama hal ini diduga disebabkan karena pemisahan senyawa pada saat proses fraksinasi kurang sempurna.
C. Karakteristik Mutu Ekstrak dan Fraksi
Karakteristik terhadap ekstrak dan fraksi daun kubis putih bertujuan untuk melihat mutu dari ekstrak dan fraksi dari daun kubis putih yang didapat.
Karakteristik mutu meliputi uji organoleptis, kadar air, kadar abu total, dan
21
rendemen. Hasil uji organoleptis dapat dilihat pada tabel 4. Sedangkan hasil kadar air, kadar abu, dan rendemen dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 4. Hasil Uji Organoleptis Daun Kubis Putih
No Jenis Uji Organoleptis
Bentuk Bau Rasa Warna
1. Kubis segar Bulat Khas Khas Putih
2. Ekstrak Kental Khas Khas Coklat
3. Fraksi air Kental Khas Khas Coklat
4. Fraksi etil asetat Kental Khas Khas Coklat
Tabel 5. Hasil Kadar Air, Kadar Abu, Rendemen Ekstrak, Rendemen Fraksi Air, dan Rendemen Fraksi Etil Asetat Daun Kubis Putih
No Pramater Hasil
1. Kadar Air 6,87%
2. Kadar Abu Total 2,15%
3. Randemen Ektrak 3,34%
4. Randemen Fraksi Air 86,40%
Penetapan kadar air bertujuan untuk memenuhi batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan (Departemen Kesehatan RI 2000).
Pengukuran kadar air ini ditetapkan selain untuk menghindari cepatnya pertumbuhan mikroba dan untuk menjaga kualitas bahan uji. Hasil kadar air yang didapat yaitu sebesar 6,87%. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan air <10% dan memenuhi persyaratan mutu (Departemen Kesehatan RI 1995). Kadar abu merupakan indikator terhadap cemaran bahan organik. Hasil kadar abu total yang didapat yaitu 2,15%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar abu total masih memenuhi standar mutu yaitu <8% (Departemen Kesehatan RI 1995). Penetapan rendemen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui persentase zat yang didapat setelah dilakukan proses ekstraksi dan fraksinasi. Ekstrak metanol yang didapat terhadap bahan segar hanya menghasilkan sedikit senyawa yang terdeteksi, hal ini dapat disebabkan karena dalam proses maserasi menggunakan daun kubis putih segar.
Sedangkan, ekstrak metanol yang difraksi menghasilkan lebih banyak fraksi air dibandingkan fraksi etil asetat, hal ini dapat menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung dalam daun kubis didominasi oleh senyawa yang bersifat polar dengan kelarutan yang tinggi dalam fraksi air.
D. Hasil Pengukuran Kadar Kolesterol Total dan LDL
Pada hari ke-36 dilakukan pengambilan darah awal untuk mengetahui kenaikan kadar kolesterol total dan LDL hamster setelah pemberian pakan tinggi lemak selama 28 hari. Pada hari ke-44 dilakukan pengambilan darah akhir untuk mengetahui penurunan kadar kolesterol total dan LDL hamster setelah pemberian sediaan uji selama 7 hari. Grafik persen penurunan kadar kolesterol total dan LDL pada kelompok negatif, positif, fraksi etil asetat dosis 1, fraksi etil asetat dosis 2, dan fraksi etil asetat dosis 3 adalah sebagai berikut:
22
a.
Grafik Batang Rerata Persentase Penurunan Kadar Kolesterol TotalGambar 3. Grafik Batang Rerata % Penurunan Kadar Kolesterol Total Dari data tersebut menunjukkan bahwa pemberian fraksi etil asetat dosis 3 ekstrak metanol daun kubis putih yang paling besar dalam menurunkan kadar kolesterol total dalam darah hamster hiperlipidemia, diantara semua dosis fraksi yang diujikan.
b. Grafik Batang Rerata Persentase Penurunan Kadar LDL
Gambar 4. Grafik Batang Rerata % Penurunan Kadar LDL Dari data tersebut menunjukkan bahwa pemberian fraksi etil asetat dosis 3 ekstrak metanol daun kubis putih yang paling besar dalam menurunkan kadar kolesterol total dalam darah hamster hiperlipidemia, diantara semua dosis fraksi yang diujikan.
Kualitas dari ekstrak dan fraksi daun kubis putih ditentukan dengan pemeriksaan kandungan senyawa dilakukan untuk mengetahui senyawa aktif yang mempunyai aktivitas biologis yang terdapat pada tumbuhan. Kandungan senyawa aktif yang terdapat pada fraksi air adalah flavonoid, saponin dan fenol sedangkan fraksi etil asetat yaitu flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan fenol.
Senyawa metabolit tersebut seperti flavonoid bersifat sebagai antioksidan yang berperan terhadap penurunan kadar kolesterol total dan LDL. Flavonoid
0,015
63,27
35,21 44,91 55,33
16,91 24,1 32,64 100
2030 4050 6070
Negatif Positif FEA Dosis 1
FEA Dosis 2
FEA Dosis 3
FA Dosis 1
FA Dosis 2
FA Dosis 3
% Penurunan
Kelompok
1,1
60,21
32,38 42,15 51,46
14,9 24,92 31,36 100
2030 4050 6070
Negatif Positif FEA
Dosis 1 FEA
Dosis 2 FEA
Dosis 3 FA
Dosis 1 FA
Dosis 2 FA Dosis 3
% Penurunan
Kelompok
Persen Penurunan Kadar LDL
23
menyebabkan penghambatan sintesis kolesterol, sintesis esterifikasi kolesterol, dan menghambat aktivitas HMG-KoA reduktase (Metwally et al. 2009).
Mekanisme saponin dalam mengurangi kolesterol dalam tubuh dengan menghambat reabsobsi dan meningkatkan ekskresi (Egbung et al. 2009). Senyawa bioaktif fenol dapat menurunkan hiperlipidemia (Chengjie et al. 2015). Mekanisme tanin sebagai antihiperkolesterolemia adalah dengan cara menghambat adipogenesis dan menghambat absorbsi lemak di intestinal. Selain itu juga tanin juga merupakan antioksidan yang bertindak sebagai anti radikal bebas dan mengaktifkan enzim antioksidan (Kumari dan Jain 2012).
E. Hasil Pengukuran Kadar Trigliserida
Hasil pengukuran kadar trigliserida darah hamster dapat dilihat pada grafik persentase penurunan kadar trigliserida dari tiap kelompok uji setelah perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik Persentase Penurunan Kadar Trigliserida Dari Tiap Kelompok Uji Setelah Perlakuan
Berdasarkan grafik pada Gambar 5, dapat dilihat bahwa semakin tinggi dosis fraksi yang diberikan, maka semakin tinggi persentase penurunan kadar trigliserida darah hamster. Fraksi etil asetat memberikan persentase penurunan kadar trigliserida lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi air.
Aktivitas tersebut diduga karena pada fraksi etil asetat mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, fenol, saponin dan terpenoid. Flavonoid dapat menurunkan kadar trigliserida dengan meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein lipase yang berperan dalam hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak bebas. Selain itu fenol juga memiliki inhibisi terhadap enzim lipoprotein lipase pankreas dimana enzim ini berperan dalam menghidrolosis 1,3-triasilgliserol menjadi 2- monoasilgliserol dan asam lemak bebas. Kandungan saponin dapat mengikat lemak yang terdapat dalam lumen usus dan membentuk senyawa kompleks tidak larut dan tidak dapat diserap oleh mukosa usus. Selain itu saponin juga dapat meningkatkan produksi dan sekresi empedu dan juga melancarkan metabolisme lemak sehingga dapat menurunkan kadar trigliserida darah (Putri dkk 2017). Sedangkan terpenoid dapat menghambat enzim lipase pankreas yang berperan dalam mencerna trigliserida dari makanan di usus kecil. Penghambatan lipase pankreas akan menghambat penyerapan lemak dan menurunkan atau mengurangi kadar trigliserida darah (Lunagariya et al. 2014). Dari penelitian yang dilakukan oleh Al-
1,24
70,98
29,69
57,58 66,16
17,81 21,75 31,09 0
10 20 30 40 50 60 70 80
negatif positif FEA dosis I FEA dosis II
FEA dosis III
FA dosis I FA dosis II FA dosis III
% Penurunan
kelompok uji
24
Fartosy et al. (2013) alkaloid juga dapat mencegah naiknya kadar trigliserida dengan cara menghambat enzim lipase, sehingga menghambat pemecahan lemak menjadi molekul lemak yang lebih kecil, mengakibatkan penurunan jumlah lemak yang diabsorbsi usus sehingga kadar trigliserida turun. Kandungan-kandungan senyawa tersebut yang menyebabkan fraksi etil asetat dosis III memiliki kemampuan menurunkan kadar trigliserida lebih baik diantara semua dosis fraksi yang diujikan sebesar 66,16% sebanding dengan kontrol positif sebesar 70,98%.
25 BAB 5 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan kelompok fraksi etil asetat dosis 101,6 mg/Kg BB memiliki penurunan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida yang paling tinggi dibandingkan sediaan uji lainnya yaitu sebesar 55,33%, 51,46%, dan 66,16%.
26
DAFTAR PUSTAKA
Arisman MB 2009, Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi Ed. 2, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Chengji JI, Chenwei LI, Weihong G, Hai N, Wen H. 2015. Hypolipidemic Action of hydroxycinnamic Acids from Cabbage (Brassica oleracea L. var. capitata) on Hypercholesterolaemic Rat in Relation to Its Antioxidant Activity.
Journal of Food and Nutrition Research, 2015, Vol. 3, No. 5, 317-324.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Materi Medika Indonesia Jilid VI. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dab Makanan. Jakarta. Hlm. XIV
Departemen Kesehatan RI. 2000. Buku Panduan Teknologi Ekstrak. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dab Makanan. Jakarta. Hlm. 17, 22, 39
Departemen Kesehatan RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi I. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Hlm. 169, 174, 175 Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hlm. 3-5 Egbung GE, Essien EU, Itam EH, Onouha AR. 2010. The Effect Saponin
Consumption on Cholesterol Metabolism in Wistar Albino Rats. Research journal of Agriculture and Biological Sciences. 6 (6): 1071-1073.
Hanani E. 2015. Analisis Fitokimia. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hlm. 14-15, 20-22, 70-71, 79, 83, 112-113, 135, 149, 202, 227, 233
Hartono A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Edisi II EGC, Jakarta. Hlm.
147-148
Human. 2012. Cholesterol Liquicolor Human Gesselllschaft Biochmica and Diagnostica MBH.Germany.
Katzung BG, Susan BM, Anthony JT. 2014. Basic and Clinical Pharmacology.
Edisi 12 Vol. 2 Terjemahan: Brahm UP, Ricky S, Paulus H, Marissa I, Herman O. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hlm. 697-712
Kumari M, Jain S. 2012. Tannins: An Antinutrient With Positive Effect to Manage Diabetes. Research Journal of Recent Sciences. 1(2): 70-73.
Lanny L. 2012. Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hlm.
55
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 2009. Kolesterol. Pangan dan Kesehatan. UPT-Balai Informasi Teknologi.
Lunagariya NA, Patel NK, Jagtap SC, Bhutani KK. 2014. Inhibitor of pancreatic lipase : State of The Art and Clinical Perspectives. Experimental and Clinical Sciences Journal. 13:897-921
27
Malloy MJ, Kane JP. 2013. Obat yang Digunakan Pada Dislipidemia. Dalam:
Bertram G. Katzung Edisi 12. Volume II. Farmakologi Dasar dan Klinik..
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hlm. 708
Markham KR. 1998. Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Terjemahan: Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung. Hlm.19-20
Metwally MAA, El-Gellal AM, El-Sawaisi SM. 2009. Effects of Silymarin On Lipid Metabolism In Rats. Word Applied Sciences Journal 6 (12). ISSN 1818- 4952. Hlm. 1634-1637.
Ogbede SC, Saidu AN, Kabiru AY. 2014. Phytoshemical Composition Antihiperlipidemic and Hepatoprotective Effect of (Brassica oleracea var.
capitata L) Extract on Triton Induced Hyperlipidemic. Valley International Journals. Vol. 1 Hlm. 345-351.
Otsuka H. 2006. Purification by Solvent Using Partition Coefficient. Dalam : Natural Product Isolation. Edisi 2. New Jersey, Humana Press. Hlm. 269- 270.
Pirade PF. 2015. Perbandingan Pengaruh Anastesi Ketamin-Xylazin Dan Ketamin- Zoletil Terhadap Fisiologis Kucing Lokal (Felis domestica). Skripsi. Program Studi Kedokteran Hewan. FK UNHAS. Makasar.
Priyatno D. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Mediakom.
Yogyakarta.
Purwantini NM. 2015. Uji Aktivitas Antihiperkolesterol Ekstrak Etanol 70%
Tempe Kacang Hijau pada Hamster Hiperkolesterolemia Berdasarkan Kadar LDL dan Kolesterol Total. Skripsi. Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA.
Jakarta. Hal 14-15.
Putri TA, Aceng R, Enny N. 2017. Uji Efek Ekstrak Metanol Daun Beluntas (Pluchea indica L.) Terhadap Kadar Glukosa dan Trigliserida Darah Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Sukrosa. Jurnal Kedokteran Raflesia.
Bengkulu. Vol 3(1). Hlm. 104
Reagan SS, Nihal K, Ahmad N. 2007. Dose Translation from Animal to Human Studies Revisited. The FASEB Journal. 22: 659-661.
Rohman A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Hlm. 354, 356, 360
Rowe CR, Sheskey PJ, Quinn ME. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.
USA. Hlm. 119.
Sabrina, Yuni A, Berti Pl, LBS Kardono. 2013. Solubility Enhancement of Ethyl AcetateFraction of The Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg Leaves With Addition of β-Cyclodextrin-HPMC by Using Kneading Method. Vol. 3. No.
2.
Santoso F. 2013. Uji Aktivitas Antihiperkolesterol Ekstrak Beta Glukan Larut Alkali Jamur Tiram Putih (Pleurotus astreatus) P. Kumm) Pada Hamster
28
Hiperkolesterolemia. Skripsi. Program Studi Farmasi. FFS UHAMKA.
Jakarta
Sattar R, Muhammad OS, Muhammad IK, Sham K. 2016. Morbidity and Mortality in Methanol poisoning: An Observational Study Conducted in Karachi.
Dalam: international Journal of Endorsing Health Science Research. Vol. 4.
Karachi. Hlm. 53-56
Sastrohamidjojo H. 2007. Dasar-dasar Spektroskopi. Edisi 2. Cetakan Kedua. Liberty, Yogyakarta. Hlm. 38
Setiati S. 2015. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi VI. Interna Publishing, Jakarta.
Hlm. 2554
Setiawan E, Setyaningtyas T, Kartika D, Ningsih DR. 2017. Potensi Ekstrak Metanol Daun Mangga Bacang (Mangiferafoetida L.) Sebagai Antibakteri Terhadap Enterobacter aerogenes Dan Identifikasi Golongan Senyawa Aktifnya. Dalam : Jurnal Kimia Riset. Vol. 2. Surabaya. Hlm. 112
Suyatna FD. Hipolipidemik. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Gaya Baru;2016.Hlm.380 & 387
Venn RF. 2008. Principles and Practices of Bioanalysis. Edisi Kedua. Prancis:
Taylor and Francis Group Ltd. Hlm. 23-25