• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI BIJI PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI BIOKOAGULAN UNTUK PENYISIHAN KEKERUHAN PADA AIR GAMBUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "POTENSI BIJI PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI BIOKOAGULAN UNTUK PENYISIHAN KEKERUHAN PADA AIR GAMBUT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI BIJI PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI BIOKOAGULAN UNTUK PENYISIHAN KEKERUHAN PADA AIR GAMBUT

REPOSITORI

OLEH:

ANA SANIAH SITORUS 1803111310

PROGRAM STUDI S1 KIMIA JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU 2023

(2)

1 POTENSI BIJI PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI BIOKOAGULAN UNTUK

PENYISIHAN KEKERUHAN PADA AIR GAMBUT Ana Saniah Sitorus1, Amilia Linggawati2

1Mahasiswa Program S1 Kimia

2Kelompok Jabatan Fungsional Dosen (KJFD) Material dan Energi Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia

ana.saniah1310@student.unri.ac.id

ABSTRACT

Papaya seeds (Carica papaya) have an active component in the form of protein which can act as a coagulant agent. This study aims to prepare, characterize and determine the effectiveness of papaya seeds as a biocoagulant in removing turbidity from peat water. The method used is coagulation-flocculation using jartest. Papaya seeds were extracted for 1 minute with aqua DM (BPH2O-1) and 0.5 M NaCl (BPNaCl-1) respectively. Characterization of biocoagulants was carried out by determining functional groups using FTIR and protein content using the Lowry test. Determination of the effectiveness of papaya seed biocoagulant performance was determined at coagulation pH (2, 3, 4 and 6). The results of FTIR analysis showed the presence of functional groups from the O-H (carboxylic acid), N-H (amine), C-H, C=O (carbonyl) and C-O (carboxylic) groups. BPH2O-1 and BPNaCl-1 have protein content of 0.46% and 0.83%. The highest turbidity removal was in BPNaCl-1 which was 75.28% which was coagulated at pH 2 and a dose of 2 g. The turbidity obtained complies with PERMENKES RI No. 32 of 2017.

Keywords: peat water,biocoagulant, papaya seeds, turbidity

ABSTRAK

Biji pepaya (Carica papaya) memiliki komponen aktif berupa protein yang dapat bertindak sebagai agen koagulan. Penelitian ini bertujuan untuk mempreparasi, mengkarakterisasi dan menentukan efektivitas biji pepaya sebagai biokoagulan dalam penyisihan kekeruhan air gambut. Metode yang dilakukan yaitu koagulasi-flokulasi dengan menggunakan jartest. Biji pepaya diekstraksi selama 1 menit dengan masing-masing pelarut aqua DM (BPH2O-1) dan NaCl 0,5 M (BPNaCl-1). Karakterisasi biokoagulan dilakukan melalui penentuan gugus fungsi menggunakan FTIR dan kadar protein dengan uji Lowry. Penentuan efektivitas kinerja biokoagulan biji pepaya ditentukan pada pH koagulasi (2, 3, 4 dan 6). Hasil analisis FTIR menunjukkan adanya gugus fungsi dari gugus O-H (asam karboksilat), N-H (amina), C-H, C=O (karbonil) dan gugus C-O (karboksilat). BPH2O-1 dan BPNaCl-1 memiliki kadar protein sebesar 0,46% dan 0,83%. Penyisihan kekeruhan tertinggi pada BPNaCl-1 yaitu sebesar 75,28%

yang dikoagulasi pada kondisi pH 2 dan dosis 2 g. Kekeruhan yang diperoleh telah memenuhi aturan PERMENKES RI No. 32 tahun 2017.

(3)

2 Kata Kunci: air gambut, biji pepaya, biokoagulan, kekeruhan

PENDAHULUAN

Penggunaan koagulan sintetik seperti aluminium sulfat (tawas) dalam pengolahan air diduga memicu penyakit syaraf seperti alzeimer dan parkinson serta menghasilkan lumpur berlimpah (Katrivesis et al., 2019). Oleh sebab itu, penggunaan koagulan sintetik dapat dikurangi dengan memanfaatkan biokoagulan. Penggunaan biokoagulan untuk pengolahan air gambut yang lebih aman dan ramah lingkungan karena ketersediaannya, non-toksisitas, biodegradable dan menghasilkan lumpur rendah (Kanaani et al., 2019). Biji-bijian memiliki komponen aktif berupa protein yang dapat bertindak sebagai agen koagulan (Ndabigengesere et al., 1995).

Biji pepaya masih dianggap limbah oleh masyarakat dunia, belum dimanfaatkan secara optimal, namun memiliki kandungan protein sebesar 24,3%

(Singh et al., 2020). Airun, (2020) telah memanfaatkan biji pepaya sebagai biokoagulan pada pengolahan limbah cair industri batik, telah menyisihkan kekeruhan sebesar 92,2%. Kandungan protein biji pepaya dapat berperan sebagai biokoagulan yang bekerja setara dengan kinerja koagulan sintetik dalam pengolahan air gambut.

Air gambut memiliki kekeruhan yang tinggi dan berwarna coklat kemerahan (Al-Hafizd et al., 2020). Secara umum air gambut tidak memenuhi persyaratan kualitas air bersih sesuai standar PERMENKES No. 32 tahun 2017 tentang Syarat Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi. Oleh karena itu, agar air gambut dapat dimanfaatkan perlu dilakukan pengolahan terlebih

dahulu. Pengolahan air gambut dilakukan dengan metode koagulasi-flokulasi.

Metode koagulasi-flokulasi dianggap sebagai proses pengolahan air yang banyak digunakan karena prosesnya sederhana dan mudah untuk dilakukan. Proses koagulasi- flokulasi membantu pengotor/kekeruhan pada air gambut untuk menggumpal dan membentuk flok yang mengendap di dasar.

Syahputri (2017) melaporkan bahwa kemampuan biji-bijian sebagai biokoagulan dipengaruhi beberapa faktor antara lain kondisi persiapan koagulan seperti kesesuaian pelarut dan waktu ekstrak protein dari dalam biji-bijian.

Menurut Wanie (2018) biokoagulan bungkil biji karet yang diekstraksi menggunakan pelarut NaCl 0,5 M untuk proses koagulasi air gambut telah menyisihkan kekeruhan sebesar 81,39%,

Oleh karena itu, pada penelitian ini biji pepaya dimanfaatkan sebagai biokoagulan untuk penyisihan kekeruhan air gambut. Biokoagulan diekstraksi pada waktu 1 menit menggunakan masing- masing pelarut aqua DM dan NaCl 0,5 M dengan kode sampel BPH2O-1 dan BPNaCl-1. Karakterisasi biokoagulan biji pepaya ditentukan menggunakan FTIR untuk mengidentifikasi gugus fungsi dan metode Lowry untuk analisis kadar protein.

Penentuan pHZPC dilakukan untuk mengetahui kondisi biokoagulan saat bermuatan netral atau sama dengan titik isoelektriknya. Proses koagulasi dilakukan pada variasi pH koagulasi yaitu 2, 3, 4, 6.

METODE PENELITIAN

Adapun alat-alat yang digunakan adalah blender listrik (Miyako CH 501 PF AP), ayakan 30 mesh, oven (Heraeus

(4)

3 Instrument D-63450), Fourier Transform

Infrared Spectroscopy (FTIR) (Shimadzu, IR Prestige-21), Spektrofotometer UV-Vis (Agilent Technologies), turbidimeter (Lovibond), pH meter (Mediatech), Jar floc test (Velp Scientifica-JLT 4), neraca analitis (Mettler Tolodo AL204), desikator, botol sampel dan peralatan gelas standar lainnya.

Bahan yang digunakan adalah biji pepaya (penjual buah potong, Pekanbaru, Riau), air gambut (Desa Rimbo Panjang, Kampar, Riau), Aqua Demineralisasi (aqua DM), larutan NaOH 1 M, larutan HCl 1 M, larutan NaCl 0,5 M, Bovine Serum Albumin (BSA), reagen C, reagen Folin-ciocalteau, larutan buffer pH 4 dan 7.

a. Pengambilan dan Pembuatan biokoagulan dari biji pepaya Sampel biji pepaya diperoleh dari penjual buah potong yang berada di kota pekanbaru, Riau. Biji pepaya yang sudah dikumpulkan dibawa ke Laboratorium Sains Material dan Energi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau. Biji pepaya dicuci dengan aqua DM kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Biji pepaya yang telah kering diambil 100 g untuk diekstraksi dengan cara diblender (Abidin et al., 2014) dengan masing-masing 1000 mL aqua DM dan 1000 mL NaCl 0,5 M. Pencampuran

dilakukan pada temperatur kamar (27 ± 2 °C) selama 1 menit. Endapan yang

dihasilkan disaring menggunakan kain dan dikeringkan di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering. Tepung biji pepaya yang diperoleh diayak menggunakan ayakan 30 mesh kemudian dimasukkan ke dalam plastik kedap udara dan disimpan ke dalam desikator. Tepung biji pepaya inilah yang digunakan sebagai biokoagulan.

b. Karakterisasi biokoagulan

1. Identifikasi protein menggunakan FTIR

Sampel dianalisis menggunakan FTIR dengan metode DRS pada bilangan gelombang 400-4000 cm-1. Biokoagulan biji pepaya yang akan dianalisis dicampur dengan serbuk KBr kemudian ditempatkan pada sampel pan dan siap untuk dianalisis.

Analisis dilakukan di Laboratorium FTIR Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau.

2. Penentuan kadar protein dengan metode lowry

Kadar protein biji pepaya dihitung menggunakan larutan standar BSA.

Biokoagulan biji pepaya ditimbang sebanyak 1 g dan dilarutkan dalam 10 mL akua DM. Larutan tersebut diambil 1 mL, ditambahkan dengan 5 mL reagen C (dikocok dan didiamkan 10 menit) dan reagen Folin-Ciocelteau 0,25 N sebanyak 1-2 tetes (diaduk dan didiamkan selama 30 menit). Larutan tersebut diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV/Vis pada panjang gelombang 664 nm.

Kadar protein biji pepaya dihitung menggunakan persamaan regresi linear dari kurva standar larutan BSA yaitu :

y = ax+b Keterangan:

y = absorbansi

x = konsentrasi (mg mL-1) a = slope

b = intersep

% Protein = 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑖𝑛

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑖𝑜𝑘𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛 x 100%

c. Penentuan nilai zero point of charge (pHZPC)

Penentuan pHZPC dengan metode penambahan garam mengacu pada penelitian (Yusuf, 2019) yaitu larutan garam NaCl 1 M sebanyak 40 mL

(5)

4 dimasukkan ke dalam beberapa gelas

erlenmeyer. Larutan dalam elenmeyer diatur pH nya dari rentang pH 2-10 dengan cara menambahkan larutan HCl 1 M dan NaOH 1 M. Selanjutnya, biokoaguan biji pepaya ditambahkan kedalam setiap erlenmeyer sebanyak 0,2 g dan digoyang (shaker) ± 10 menit. Lalu didiamkan selama 24 jam dan dihitung pH akhir dari setiap larutan. pHPZC didapatkan melalui grafik dengan memplotkan pH awal sebagai sumbu x dan perubahan pH (pH) sebagai sumbu y. Nilai pHZPC diperoleh dari perpotongan pada sumbu x.

d. Pengambilan sampel air gambut (SNI 6989.58: 2008)

Sampel air gambut diambil dari rawa- rawa di Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kampar (0°27'01.8"N 101°18'47.1"E). Pengambilan sampel dilakukan pada tiga tingkat kedalaman yang berbeda, yaitu bagian dasar, tengah dan permukaan rawa. Sampel air gambut dari tiga kedalaman dihomogenkan dan pH diukur secara in situ. Sampel dimasukkan ke dalam botol dan ditutup dengan aluminium foil, kemudian dibawa ke Laboratorium Kimia Sains Material dan Energi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau.

e. Analisis kekeruhan air gambut Kekeruhan air gambut dianalisis menggunakan alat turbidimeter (Lovibond). Kalibrasi dilakukan menggunakan larutan baku standar kekeruhan (hidrazin sulfat dan heksametilen tetramin). Sampel air gambut dimasukkan ke dalam tabung nephelometer, kemudian dimasukkan ke dalam alat turbidimeter. Harga kekeruhan yang diperoleh dicatat.

f. Koagulasi air gambut

Sampel air gambut dengan variasi pH 2, 3, 4 dan 6 (pH air gambut diatur menggunakan larutan HCl 1 M dan NaOH 1 M) diambil sebanyak 500 mL dimasukkan ke dalam gelas beaker 1000 mL dan diletakkan di atas flok illuminator (pada alat Jar Floc test, Velp Scientifica-JLt 4). Biokoagulan biji pepaya yang diekstraksi selama 1 menit dengan aqua DM (BPH2O-1) dan NaCl 0,5 M (BPNaCl-1) ditambahkan masing-masing sebanyak 2 g ke dalam sampel air gambut. Proses koagulasi dilakukan dengan pengadukan cepat 160 rpm selama 5 menit, kemudian pengadukan diperlambat menjadi 100 rpm

selama 20 menit dan 40 rpm selama 5 menit. Setelah terjadi sedimentasi, air

yang berada di atas dipipet dan dimasukkan ke dalam botol untuk dianalisis kekeruhan.

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Pembuatan biokoagulan biji

pepaya

Biokoagulan yang dipreparasi menggunakan biji pepaya dari buah pepaya yang sudah matang. Pencucian biji pepaya menggunakan aqua DM bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa daging buah yang masih menempel pada biji. Pengeringan biji dilakukan di bawah sinar matahari bertujuan agar protein dalam biji tidak terdenaturasi. Protein terdenaturasi pada suhu di atas 40oC.

Ekstraksi biji pepaya menggunakan NaCl 0,5 M bertujuan untuk mengekstrak senyawa-senyawa non protein (yang tidak berperan sebagai agen koagulan dalam biji pepaya). Keberadaan senyawa tersebut (mineral) dianggap mengganggu atau menutupi sisi aktif protein, sehingga kinerja protein dalam mengikat partikel koloid pada air gambut akan terhambat (Wanie, 2018). Biji pepaya setelah

(6)

5 diekstraksi dijemur kembali di bawah sinar

matahari dan diayak dengan ayakan 30 mesh yang bertujuan untuk menyeragamkan ukuran partikel.

b. Karakterisasi biokoagulan biji pepaya

Biokoagulan biji pepaya sebelum digunakan, dikarakterisasi secara kualitatif untuk menentukan gugus fungsi protein dalam biji pepaya menggunakan FTIR.

Spektrum inframerah hasil analisis dapat dilihat pada Gambar 1 yang menunjukkan adanya puncak vibrasi gugus-gugus fungsi pada biokoagulan. Berdasarkan spektrum tersebut, pada BPNaCl terdapat vibrasi ulur gugus OH dari asam karboksilat pada puncak serapan 3237,66 cm-1, diperkuat dengan vibrasi ulur C=O dari asam karboksilat yang muncul pada serapan disekitar 1745,65cm-1. Vibrasi ulur gugus C-H alkana terlihat pada bilangan gelombang 2854,77-2923,25 cm-1. Pada bilangan gelombang 3566,53 cm-1 terdapat gugus fungsi N-H amina sekunder. Gugus lain yang ditemukan yaitu C-O pada daerah 1074,40-1340,58 cm-1.

Pada BPH2O terdapat vibrasi ulur dari gugus OH asam karboksilat pada puncak serapan 3287,81 cm-1, diperkuat dengan vibrasi ulur C=O dari asam karboksilat pada serapan 1747,58 cm-1.Serapan pada bilangan gelombang 2853,81-2922,28 cm-1 menunjukkan vibrasi ulur gugus C-H alkana. Pada bilangan gelombang 3544,35 cm-1 terdapat gugus fungsi N-H amina sekunder serta gugus lain yang ditemukan yaitu tekuk C-O pada daerah 1070,54- 1362,77cm-1. Munculnya gugus amina dan asam karboksilat menandakan adanya protein dalam biokoagulan biji pepaya diperkuat dengan uji secara kuantitatif menggunakan metode lowry diperoleh konsentrasi protein biokoagulan berdasarkan kadar protein dari kurva larutan standar BSA yaitu pada BPNaCl-1

sebesar 0,83% dan BPH2O-1 sebesar 0,46%.

c. Penentuan pHZPC

Zero point of charge (pHZPC) biokoagulan ditentukan untuk mengetahui pH isolektrik dari biokoagulan. pH isoelektrik yaitu pH ketika asam amino tidak bermuatan. Nilai pHZPC yang didapatkan menggunakan metode

Gambar 1. Perbandingan kedua spektrum FTIR biokoagulan biji pepaya dengan pelarut NaCl dan aqua DM

(7)

6 penambahan garam yaitu sebesar 5,7

(Gambar 2). Biokoagulan biji pepaya akan bermuatan positif di bawah pH 5,7 karena pasangan elektron tunggal nitrogen dari gugus amino pada protein diprotonasi menjadi muatan positif (NH3+). Sebaliknya, jika pH-nya di atas titik isoelektrik, maka biokoagulan akan bermuatan negatif dan akan terjadi gaya tolak menolak dengan partikel koloid (bermuatan negatif), sehingga flok yang terbentuk hanya sedikit.

Gambar 2. Grafik pHZPC

d. Analisis kekeruhan air gambut sebelum koagulasi

Pengukuran parameter kekeruhan pada air gambut bertujuan untuk mengetahui kualitas air gambut sebelum koagulasi. Hasil analisis kekeruhan air gambut sebelum koagulasi dilakukan dengan alat turbidimeter adalah 14,4 NTU.

Hal ini menunjukkan bahwa parameter kekeruhan belum memenuhi persyaratan air bersih sesuai standar PERMENKES RI No.

32 tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi yaitu sebesar 5 NTU.

e. Analisis kekeruhan air gambut setelah koagulasi

Berdasarkan karakter air gambut pada variasi pelarut untuk BPNaCl-1 menunjukkan

kandungan protein yang lebih besar dibandingkan BPH2O-1, Sehingga pada analisis parameter air gambut variasi pH koagulasi digunakan BPNaCl-1.

Kekeruhan pada air gambut disebabkan karena adanya penyebaran partikel koloid dalam air gambut. Pengaruh kondisi koagulasi yaitu pH koagulasi menunjukkan nilai penyisihan kekeruhan menurun pada pH di atas pHZPC (basa) dikarenakan biokoagulan bermuatan negatif, sehingga menyebabkan interaksi antara biokoagulan dengan partikel koloid (bermuatan negatif) menjadi lemah dan pembentukan flok menjadi sedikit. Namun, saat pH di bawah pHZPC (asam), nilai penyisihan kekeruhan meningkat karena pada pH asam, molekul protein pada biokoagulan bermuatan positif sehingga dapat berinteraksi dengan partikel koloid yang bermuatan negatif. Ion H+ pada protein tersebut akan berikatan dengan ion negatif pada partikel koloid air gambut membentuk suatu lapisan yang lama-lama akan semakin besar yang disebut flok.

Gambar 3. Pengaruh pH koagulasi

terhadap kekeruhan air gambut

Berdasarkan Gambar 3, hasil penyisihan kekeruhan air gambut tertinggi terdapat pada pH 2 yaitu sebesar 75,28%

dengan mampu menurunkan kekeruhan dari 14,4 NTU menjadi 3,56 NTU.

-1,5 -1 -0,5 0 0,5 1 1,5 2 2,5

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

∆pH

pHi

0 10 20 30 40 50 60 70 80

2 3 4 6

Penyisihan (%)

pH Koagulasi

(8)

7 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan kadar protein BPNaCl-1 dan BPH2O-1 yaitu 0,83% dan 0,46%. pHZPC

untuk biokoagulan biji pepaya yaitu 5,7.

Hasil analisis FTIR menunjukkan adanya gugus fungsi dari gugus O-H (asam karboksilat), N-H (amina), C-H, C=O (karbonil) dan gugus C-O (karboksilat).

Munculnya gugus amina dan asam karboksilat menandakan adanya protein dalam biokoagulan biji pepaya, baik yang diekstraksi dengan NaCl 0,5 M maupun aqua DM. Kondisi optimum koagulasi pada pH 2 dengan dosis 2 g mampu menyisihkan kekeruhan sebesar 75,28%, yaitu dari 14,4 NTU menjadi 3,56 NTU yang telah memenuhi aturan standar yang ditetapkan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Riau melalui Lembaga Penelitian yang telah membantu penelitian ini melalui Dana PNBP FMIPA tahun 2022 a.n Dr. Amilia Linggawati, M. Si. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Muhdarina, M.Si, Dr. Nurhayati, M.Sc dan Dra. Silvera Devi, Sy, M.Si yang telah membimbing, memotivasi dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. Z., Mohamed, M. F and Abdullah, A. G. L. 2014.

Preliminary study of rambutan (Nephelium lappaceum) seed as potential biocoagulant for turbidity removal. Advanced Materials Research. 917: 96-105.

Airun, N. H. 2020. Pemanfaatan Biji Pepaya (Carica papay a. L) sebagai Biokoagulan pada Pengolahan Limbah Cair Industri Batik. Skripsi. Yogyakarta:

Universitas Islam Indonesia.

Al-Hafizd, M., Andrio, D., dan Asmura, J.

2020. Karakteristik air gambut di Rimbo Panjang Kab. Kampar sebagai bahan baku air minum.

JOM FTEKNIK. 7(1): 107–115.

Kanaani, F., Tavakoli, B., Pendashteh, A.

R., Chaibakhsh, N., and Ostovar, F. 2019. Coagulation/Fenton oxidation combined treatment of compost leachate using quince seed mucilage as an effective biocoagulant. Environmental Technology (United Kingdom).

42(4): 521–530.

Katrivesis, F. K., Karela, A. D., Papadakis, V. G., and Paraskeva, C. A. 2019.

Journal of water process engineering revisiting of coagulation-flocculation

processes in the production of potable water. Journal of Water Process Engineering. 27: 193–

204.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Ndabigengesere, A., Narasiah, K. S., and Talbot, B. G. 1995. Active agents and mechanism of coagulation of turbid waters using Moringa oleifera. WATER RESEARCH.

29(2): 703–710.

Singh, P. G., S. B, M., Shailasreesekhar, S., TS, G., Basalingappa, K. M., &

(9)

8 BV, D. S. 2020. In vitro

antioxidant, anti-inflammatory and anti-microbial activity of Carica papaya seeds. Global Journal of Medical Research. 20:

19–38.

Syahputri, A. 2017. Potensi Biji Karet (Havea brasiliensis) sebagai Biokoagulan untuk Pengolahan Air Gambut. Skripsi. Pekanbaru:

Universitas Riau.

Wanie, R. R. 2018. Potensi Biji Karet (Havea brasiliensis) sebagai

Biokoagulan pada Pengolahan Air Gambut ; Pengaruh Pelarut dan Waktu Ekstraksi Biji Karet.

Skripsi. Pekanbaru: Universitas Riau.

Yusuf, A. S. 2019. Adsorption of hexavalent chromium from aqueous solution by Leucaena leucocephala seed pod activated carbon: equilibrium, kinetic and thermodynamic studies. Arab Journal of Basic and Applied Sciences. 26(1): 89-102.

Referensi

Dokumen terkait

CONSTITUTIONAL PROBLEMATICS IN THE PRESIDENTIAL GOVERNMENT SYSTEM IN INDONESIA ABSTRACT The purpose of this study is to know and explain the problematics of the Constitutionality