Manajemen Evakuasi dan Rujukan
Dosen Pengampu: Ns. Rycco Darmareja, S.Kep., M.Kep.
Kelompok 6 - A2
HILDA LAILI OKTABRIAN (2110711024) PUTRI NAIRA KUSUMA (2110713097) ANNISA JASMIN (2110711004)
SEKAR LILI YUANANDA (2010711079)
DIVA PRISILIA BELLA P. (2110711010) FINA FIJRIAH (2010711077)
SITI FATHIMAH AZZAHRA (2010711113)
DIAH SINTO RINI (2010711098)
Anggota Kelompok :
Defini si
Masyarakat di kawasan rawan bencana wajib memiliki rencana evakuasi untuk penyelamatan diri beserta harta bendanya ketempat lebih aman sebelum datang ancaman. Undang-undang PB No.24/2007 pada Pasal 45, ayat 2, butir berbunyi
“Kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:”
penyiapan lokasi evakuasi.
Setiap keputusan dalam perencanaan evakuasi merupakan kesepakatan
bersama masyarakat
Partisipatif
Tidak membingungkan, Mudah dipahami seluruh
masyarakat dan Mudah diingat
Efektif
Evakuasi bertujuan
menjauhi ancaman, maka arah jalur evakuasi harus
menjauhi ancaman
Menjauhi Ancaman
Kelompok rentan menjadi prioritas dalam setiap pdngambilan
keputusan perencanaan evakuasi
Memprioritaskan kelompok rentan
dan penhandang disabilitas
Evakuasi merupakankeputusan internal masyarakat suatu desa
atas kesadaran risiko
Mandiri
Evakuasi bertujuan
menyelamatkan nyawa dan aset-aset penghidupan dari
ancaman
Penyelamatan diri dari aset penghidupan
Prinsip Evakuasi
Ruang perlindungan berupa bangunan atau lahan terbuka dengan
perlengkapan untuk menampung
masyarakat terdampak bencana selama masa tanggap darurat
Tempat Evakuasi
Terminologi Dalam Rencana Evakuasi
bersifat sementara karena ada potensi ancaman
ataupun sumber daya tidak memadai
Tempat Evakuasi Sementara (TES)
Tempat perlindungan
penyintas bersifat permanen dengan sumberdaya lebih
memadai dan aman
Tempat Evakuasi Akhir (TEA)
• Penentuannya disepakati dan diketahui oleh masyarakat kawasan rawan bencana
• Merupakan lokasi paling aman dari segala bentuk ancaman utama maupun ancaman ikutan sebagai dampak dari ancaman utama
• Merupakan lokasi terdekat dengan tempat asal warga masyarakat terdampak
• Mudah dijangkau oleh bantuan kemanusiaan dari pihak luar
• Luasnya cukup untuk menampung seluruh warga terdampak
• Tersedia dan/atau dekat dengan sumberdaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar meliputi hunian/tempat tinggal, air bersih, santasi, layanan kesehatan, pangan dan gizi, dan pendidikan.
Syara
t
• Penentuannya disepakati dan diketahui oleh warga masyarakat kawasan rawan bencana
• Cukup luas untuk menampung arus penyintas dan kendaraan pengangkutnya
• Arah jalan menjauhi sumber ancaman
• Tidak terlanda oleh ancaman utama
• Paling aman dari segala bentuk ancaman ikutan
• Merupakan jalur terdekat menuju TES atau TEA
• Dilengkapi rambu penunjuk arah menuju TES atau TEA
Jalan atau arah disepakati untuk menghindari ancaman
menuju TES atau TEA
Jalur Evakuasi
Terminologi Dalam Rencana Evakuasi
Syara
t
Gambar dua dimensi memuat informasi tentang daerah rawan
bencana, sumber ancaman, perkiraan sebaran ancaman, jalur
atau arah evakuasi, dan tempat- tempat evakuasi
Peta Evakuasi
Terminologi Dalam Rencana Evakuasi
• Didasarkan pada informasi memadai tentang jenis ancaman dan karakternya
• Disusun dan disepakati oleh warga masyarakat kawasan rawan bencana
• Disosialisasika secara terus menerus ke seluruh warga masyarakat kawasan rawan bencana
• Mudah dipahami semua golongan warga masyarakat
• Mengandung pengertian tegas, tidak bermakna ganda
• Disahkan oleh otoritas pemerintah setempat
• Ditaati oleh seluruh warga masyarakat
Syara
t
• Disusun dan disepakati oleh warga masyarakat kawasan rawan bencana
• Disosialisasika secara terus menerus ke seluruh warga masyarakat kawasan rawan bencana
• Memuat pembagian peran dan penggunaan alat pengangkut
• Mengutamakan penyelamatan kelompok rentan (berkemampuan beda, sakit, lansia, anak, ibu hamil, balita dan ibu menyusui)
• Didasarkan pada analisis intensitas (kekuatan, sebaran/luasan) ancaman
• Memuat cara-cara
• penyelamatan harta benda
• Memuat cara-cara pengamanan harta benda ditinggalkan di lokasi rawan bencana
Serangkaian keputusan mengatur cara-cara evakuasi efektif dalam
upaya penyelamatan diri warga berserta harta benda sebelum
ancaman tiba
Strategi Evakuasi
Terminologi Dalam Rencana Evakuasi
Syara
t
Pada pasal 48 huruf e dilakukan dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan.
Maka dalam penyusunan strategi evakuasi, beberapa prinsip penting adalah:
Strategi Evakuasi
Penyusunan Strategi Evakuasi
1
Kecepatan, keamanan, menghindari
ancaman
2
Jumlah penduduk yang akan
dievakuasi serta jenis harta bendanya
yang akan dibawa
3
Ketersediaan alat angkut, peralatan
dan operatornya
4
Pembagian tugas dan tanggung jawab
dalam evakuasi
Peta evakuasi disusun menggunakan peta risiko hasil pengkajian bencana. Setelah strategi evakuasi ditetapkan, selanjutnya peta jalur evakuasi harus digambar.
Tujuan menggambar peta evakuasi agar perencanaan evakuasi menjadi bentuk visual/gambar dan mudah dipahami seluruh masyarakat.
Penyusunan Peta Evakuasi
Panduan Evakuasi Korban
TRIASE
Segera
Kondisi yang sangat kritis, tersumbatnya
jalan napas, perdarahan, dsb.
Bisa menunggu pengobatan
Pengobatan mereka dapat ditunda untuk
beberapa jam
Ringan
Dapat melakukan rawat jalan.
Meninggal
Korban sudah meninggal dunia maupun tanda-tanda
kehidupan nya terus menghilang.
TINGKATAN EVAKUASI
Panduan Evakuasi Korban
Tempat Perlindungan
Evakuasi
Horizontal Evakuasi Vertical Evakuasi Total
Persiapan tempat untuk perlindungan dengan cara menutup
pintu atau jendela untuk melindungi dari
bahaya seperti api, asap, reruntuhan.
Memindahkan segera pasien yang berpotensi
terkena bahaya dan menyelamatkan pasien
di satu lantai terlebih dahulu.
Menyelesaikan evakuasi di seluruh
Contoh: Gedung RS Setiap pasien dievakuasi ke lantai
dasar
Memastikan seluruh pasien sudah
terevakuasi.
PRIORITAS PASIEN
Panduan Evakuasi Korban
Pasien yang terancam bahaya
Pasien yang masih bisa berjalan
Pasien dalam bangsal umum yang memerlukan alat bantu berjalan
Pasien ICU: Pasien ICU menjadi pasien terakhir yang dievakuasi karena diperlukan waktu yang cepat untuk sampai ke
titik temu.
CARA EVAKUASI KORBAN
• Mengevakuasi pasien dari lokasi bencana/ musibah massal menuju area titik kumpul
• Proses evakuasi dilakukan melalui tangga darurat dan ram
• Untuk gedung bertingkat yang tidak memiliki ram, pasien yang dengan kondisi tidak bisa berjalan dievakuasi dengan di gendong atau diusung dengan selimut, tandu atau kursi dengan memperhatikan kondisi penyakit/trauma pasien
• Petugas evakuasi membekali diri dengan segala keperluan pribadi serta membekali diri dengan membawa alat dan obat untuk pertolongan pertama
• Petugas menilai situasi dan kondisi pasien / korban
• Petugas menentukan korban termasuk yang segera dievakuasi atau yang bisa ditunda
• Pasien/korban yang termasuk kategori SEGERA dievakuasi harus memperhatikan prinsip ABC
• Korban yang dengan kategori tidak segera dievakuasi setelah yang kategori SEGERA di evakuasi
• Korban di pindahkan ke lokasi aman atau rumah sakit lapangan atau IGD
• Komunikasikan rencana dan teknik mengangkat dan mengangkut dengan rekan atau tim
Panduan Evakuasi Korban
01 Fitness for evacuation
03
04
PENANGANAN DAN KEBIJAKAN EVALUASI (HOLDING POLICY)
PERENCANAAN
Mission Holding Policy
Kebijakan evakuasi ini dapat ditentukan oleh beberapa hal, yaitu:
• Keterbatasan evakuasi disebabkan oleh tidak tersedianya sarana evakuasi, keterbatasan operasional, cuaca atau topografi.
• Kebutuhan akan sumber-sumber daya
medis, misal ketika diperkirakan ada banyak pasien maka waktu evakuasi diperpendek.
• Keterbatasan sarana medis, misal sedikitnya fasilitas maka waktu evakuasi juga relatif
singkat
02
Kondisi klinis pasien adalah ukuran utama dalam menentukan waktu dan cara evakuasi antar level perawatan
Evacuation time to medical facility
Direkomendasikan bahwa
evakuasi korban ke fasilitas level 2 atau 3 harus tidak lebih dari 4 jam dari waktu kejadian.
Evakuasi udara
idealnya evakuasi medis
dilakukan dengan helikopter khusus sehingga saat tidak ada level 2 dan atau 3 di dalam
daerah misi, maka helikopter digunakan untuk Medevac ke berbagai fasilitas medis
01
PENANGANAN DAN KEBIJAKAN EVALUASI (HOLDING POLICY)
KOORDINASI
Sistem Evakuasi medis terletak pada staf perencanaan di DPKO
(Department of Peacekeeping
Operations). Force Medical Officer (FMO) mengkoordinasikan semua aktivitas evakuasi di dalam daerah misi, dengan dukungan dari
administrasi dalam misi dan panduan dari Medical Services Division (MSD).
Evakuasi korban dari lokasi kejadian ke fasilitas medis
terdekat, idealnya dilakukan dalam 1 jam dari kejadian
Repatriasi Medis
Pengembalian seorang pasien atau korban ke negara asalnya karena alasan medis.
EVAKUASI KORBAN
Evakuasi Korban (Casevac)
Evakuasi Medis (Medevac)
Evakuasi korban antara dua fasilitas medis, baik di dalam daerah Misi (in - teater) atau ke luar daerah Misi (out- of-theatre). Korban dapat baik
kembali ke tugas (Return to
duty/RTD) dalam batasan waktu yang telah ditetapkan, atau
direpatriasi/dipulangkan.
02
03
Evakuasi Medis
Kebijakan dan tata cara Medevac, yaitu sebagai berikut.
• Staf Internasional, Personil Militer dan sipil dapat dievakuasi dengan biaya dari PBB untuk memastikan perawatan dan tindakan lebih lanjut. Staf lokal, keluarga dan anak- anak mereka dapat dievakuasi dalam situasi darurat atau jika kondisi mengancam nyawa
• Dalam situasi darurat Force Commander dapat secara langsung menyetujui evakuasi medis. Pada kasus bukan gawat darurat, harus ada persetujuan Markas Besar PBB terlebih dahulu sebelum dilakukan Medevac
• Evakuasi dapat melalui darat maupun udara dan menuju ke fasilitas medis terdekat.
Kendaraan untuk transportasi harus diberi tanda dengan jelas yaitu Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.
• Pengobatan sebelum dan selama evakuasi harus didokumentasikan dengan baik
• Untuk persalinan, macam-macam penyakit psikiatris yang memerlukan penyembuhan lebih lama, sebaiknya dievakuasi ke tempat untuk cuti atau repatriasi kepada negara asal.
• Jika suatu negara lebih menyukai evakuasi personilnya sendiri yang bertentangan dengan pendapat petugas medis yang berwenang atau FMO, maka evakuasi ini menjadi tanggung jawab negara dan biaya dari negara yang bersangkutan
Kebijakan dan tata cara mengenai repatriasi adalah sebagai berikut:
• Repatriasi dengan alasan medis berlaku bagi semua personil yang tidak mampu lagi kembali bertugas di daerah misi, atau yang memerlukan penanganan yang tidak tersedia di dalam daerah Misi.
• Repatriasi medis adalah tanggung jawab FMO dan Chief Administration Officer (CAO). Pada pasien yang direpatriasi maka perawatan medik lebih lanjut adalah tanggung jawab Negara yang bersangkutan.
• Personil Militer yang datang ke daerah misi dalam kondisi tidak layak untuk bertugas akan dipulangkan segera dengan biaya dari Negara pengirim pasukan.
• Wanita hamil direpatriasi pada akhir bulan kelima kehamilan.
• Semua personil dengan gejala klinis atau tanda-tanda AIDS harus segera direpatriasi.
Repartia
si Medis
Rujukan adalah penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke
pelayanan kesehatan lainnya. Tujuan sistem rujukan adalah agar pasien
mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat
meningkatkan AKI dan AKB
RUJUKAN
dalam kesehatan matra
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta.
Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
• Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
• Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
• Meminta petunjuk dan cara penangan untuk
menolong penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
Menentukan
Kegawatdaruratan:
Menentukan Tempat Rujukan:
Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Cara Merujuk
Persiapan penderita (BAKSOKUDA)
Pengiriman Penderita
Tindak Lanjut Penderita
JALUR RUJUKAN
Puskesmas Pembantu
Pondok bersalin/
bidan di desa
Puskesmas rawat inap
Rumah sakit swasta / rs pemerintah
DARI KADER DAPAT LANGSUNG MERUJUK KE :
DARI KADER DAPAT LANGSUNG MERUJUK KE :
Puskesmas pembantu
Pondok bersalin/
bidan didesa
Jalur rujukan Suatu proses didalam penanganan penderita dimana instalasi / fasilitas yang lebih tinggi.
• Daerah tempur depan dilaksanakan oleh satuan kesehatan lapangan setingkat peleton.
• Daerah tempur belakang / perbekalan dilaksanakan oleh satuan kesehatan lapangan setingkat kompi.
• Daerah komunikasi dilaksanakan oleh satuan kesehatan lapangan setingkat rumah sakit lapangan.
• Daerah belakang dilaksanakan oleh rumah sakit wilayah atau rumah sakit pusat.
JALUR RUJUKAN
0 1
Evakuasi korban militer
korban militer dievakuasi ke
instalasi kesehatan militer terdekat sesuai dengan prosedur dan rantai evakuasi.
0 2
Korban Sipil
Korban sipil / masyarakat dievakuasi ke instalasi kesehatan terdekat, bail instalasi militer maupun sipil sesuai prosedur rantai evakuasi.
0 3
Evakuasi korban Khusus
Kodban khusus (tawanan perang dan tokoh kunci) dapat dievakuasi ke instalasi kesehatan yang
ditunjuk oleh yang berwenang, sedangkan
tanggung jawab keamanannya dilaksanakan oleh polisi militer.
Sistem
Perawatan dan
Rujukan • Hospitalisasi yaitu Rencana untuk persiapan rumah sakit wilayah maupun rumah sakit pusat baik rumah sakit
pemerintah, rumah sakit militer, rumah sakit swasta untuk
menerima rujukan.
2. Evakuasi
Evakuasi Korban
(Casevac). Evakuasi Medis (Medevac).
Repatriasi Medis
Kategori Rujukan
Evakuasi korban dari lokasi kejadian ke fasilitas medis terdekat, idealnya dilakukan
dalam 1 jam dari kejadian.
Evakuasi korban antara dua fasilitas medis, baik di dalam
daerah Misi (in - teater) atau ke luar daerah Misi (out-of-
theatre).
Pengembalian seorang pasien atau korban ke negara asalnya karena
alasan medis.
Unit Evakuasi dan Rujukan
Bertanggung jawab atas terselenggaranya evakuasi,
rujukan medic dan rujukan kesehatan
Kriteria Kepala Unit Evakuasi dan Rujukan adalah seorang dokter.
Kasus
. Data primer yang digunakan adalah SRTM Digital Elevation Model (DEM) dengan resolusi 30 m dan data sekunder berupa data episentrum gempa dari BMKG sebagai literatur terkait permasalahan yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gempa Ambon tanggal 26 September 2019 yang terkonsentrasi antara Pulau Ambon dan Pulau Haruku dan menyebar dengan arah memanjang ke utara hingga ke bagian barat daya Desa Kairatu yang terletak di Pulau Seram. Lokasi episenter ini merupakan daerah tektonik aktif Pulau Seram dan sekitarnya yang berbatasan dengan sesar Seram, sehingga dapat menimbulkan gempa bumi jenis sesar dorong.
Sebagian besar gempa di Pulau Ambon bermagnitudo 3,0 hingga 4,0 SR, dan sebagian besar gempa yang terjadi merupakan gempa dangkal, dengan kedalaman rata-rata sekitar 10 Km. (Amin and Sephnath, 2020).
“Episentrum Gempa Ambon Dan Kerusakan
Bangunan”
Kasus
Berdasarkan data Badan Geologi Indonesia, pada tahun 2021 gempa bumi terjadi kurang lebih 26 kejadian yang merusak dan relatif tinggi dalam kurun waktu 20 tahun. Jumlah korban meninggal dunia akibat gempa ini tercatat sebanyak 119 penduduk dan 6.803 yang mengalami luka luka. Gempa tersebut terjadi di seluruh Indonesia, berpotensi merusak Kawasan Timur Indonesia, termasuk wilayah Maluku (Badan Geologi, 2021). Pada tahun 2021, gempa dahsyat terjadi di Teluk Taluti dan Tehoru, dengan kedalaman sekitar 1 meter. Sesar aktif menyebabkan kejadian ini, yang sebagian berasal dari zona subduksi (Badan Geologi, 2022). Menurut data BMKG, gempa di Pulau Ambon merupakan gempa dengan sesar mendatar pada gempa kerak (Sianipar et al., 2019). Dampak gempa ini telah menimbulkan kerusakan pada berbagai kawasan terbangun lainnya. Berdasarkan data BPBD tahun 2020, total rumah yang mengalami kerusakan sebanyak 85 unit, dengan 135 kerusakan berat, 135 kerusakan sedang, dan 221 kerusakan ringan. Sedangkan kerusakan fasilitas umum dan sosial sebanyak 87 unit (BPBD Provinsi Maluku, 2019).
“Episentrum Gempa Ambon
Dan Kerusakan Bangunan”
Kasus
Dari gambaran tersebut, menunjukan bahwa dari magnitude dan kedalaman gempa yang terjadi di Pulau Ambon berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan, maka sebagian besar merupakan gempa dangkal dengan kedalaman (< 17 Km) dengan magnitudo 3,0 – 3,9 SR. Untuk langkah-langkah evakuasi yaitu:
• Deteksi gempa bumi
• Aktivasi sistem peringatan darurat
• Peta rute evakuasi
• Koordinasi dengan pihak berwenang termasuk polisi, pemadam kebakaran, dan tim penyelamat
• Evakuasi prioritas
• Pengaturan tim medis di tempat perlindungan:
• Evaluasi dan pembelajaran untuk perbaikan sistem evakuasi di masa mendatang.
Studi kasus ini menunjukkan betapa pentingnya persiapan, koordinasi, dan komunikasi yang efektif dalam menjalankan evakuasi lapangan dalam keadaan darurat seperti gempa bumi. Respons cepat dan efisien dapat menyelamatkan banyak nyawa dan meminimalkan kerugian.
“Episentrum Gempa Ambon Dan Kerusakan Bangunan”
Berdasarkan kasus di atas, peran tenaga kesehatan masyarakat di daerah kawasan rawan bencana yaitu :
• melakukan serangkaian kegiatan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna, seperti menyusun daerah rencana evakuasi untuk daerah yang mungkin menghadapi risiko dari bencana berulang.
• Tenaga kesehatan dapat melakukan sosialisasi dan latihan evakuasi bencana untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat tentang rencana evakuasi, tindakan yang harus diambil selama bencana, dan prosedur keselamatan. Rencana evakuasi dapat dimulai dari memetakan risiko tempat-tempat yang rawan bencana, lalu mengidentifikasi tempat evakuasi sementara, dan menetapkan jalur tercepat yang dilengkapi dengan rambu-rambu yang memadai untuk mencari tempat evakuasi tersebut.
• Tenaga kesehatan masyarakat juga memiliki peran dalam mengedukasi masyarakat setelah terjadi bencana seperti masalah kesehatan saat di pengungsian. Dengan cara melakukan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat pada keadaan kedaruratan di lokasi pengungsian, memperhatikan kelompok rentan, melakukan pemetaan terhadap wilayah yang rentan endemis suatu penyakit, memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai penyakit menular dan non menular, melakukan screening masalah gizi, melakukan surveilans gizi darurat, melakukan pemantauan persediaan pangan, konseling menyusui, dan melakukan pengawasan sanitasi di tempat pengungsi.
Peran Kesehatan
Masyarakat
A. Sebelum proses evakuasi, perawat terlebih dahulu melakukan triase. Pasien harus diidentifikasi dan diletakkan dengan tepat. Kegiatan yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Identifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi segera
2. Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat, kelompokkan korban
sesuai keparahan dengan memberi warna tag kuning, merah, hijau, atau hitam.
3. Bagian tubuh yang akan diberikan tindakan harus ditentukan dan diberi tanda
4. Buat prioritas untuk mengisolasi dan beri tindakan pasien dengan penyakit infeksi
B. Pada saat proses pemindahan korban, hal yang perawat lakukan adalah:
1. Pemeriksaan kondisi dan melakukan stabilisasi pasien dengan memantau tanda-tanda vital
2. Pemeriksaan peralatan yang melekat pada tubuh pasien seperti infus, pipa ventilator oksigen, peralatan
imobilisasi, dan lain-lain, serta merujuk pasien
C. Di pusat evakuasi, perawat bertugas mengkoordinir sumber daya baik nakes, peralatan evakuasi, bahan logistik, daerah yang menjadi tempat evakuasi, dan membantu penyediaan sanitasi di daerah bencana