PENDAHULUAN
Fokus Penelitian
Tujuan Penelitan
Manfaat Penelitian
Definisi Istilah
Sistematika Pembahasan
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Kajian Teori
Dalam beberapa tahun terakhir, 50% pembelian dan penjualan produk kosmetik yang mengandung zat berbahaya dijual melalui promosi peer-to-peer. Bagaimana tata cara jual beli kosmetik yang mengandung zat berbahaya dikalangan mahasiswa muamalah IAIN Jember. Penelitian berjudul “Praktik Jual Beli Kosmetika Mengandung Bahan Berbahaya di Kalangan Mahasiswa Muamalah IAIN Jember Dalam.
Hal inilah yang menjadi keingintahuan peneliti mengenai praktik jual beli kosmetik palsu dikalangan mahasiswa IAIN Jember Muamalah dalam perspektif ekonomi Islam. Sedangkan dalam jual beli kosmetik palsu, tidak hanya distributor (penjual) saja yang berperan dalam transaksi ini, namun ada juga konsumen (pembeli). Jual beli kosmetik yang mengandung zat berbahaya dikalangan mahasiswa muamalah yang saya tahu terjadi melalui media sosial, ada juga yang membelinya melalui teman ke teman.
Dalam item belanja ini, kosmetik yang mengandung zat berbahaya lebih banyak merugikan daripada bermanfaat. Pelaksanaan akad jual beli produk kosmetik yang mengandung zat berbahaya dikalangan mahasiswa Muamalah yaitu pelaksanaan jual beli kosmetik palsu melalui media sosial dan hand to hand. Jual beli kosmetika yang mengandung bahan berbahaya menurut sudut pandang ekonomi Islam dikatakan batal/batal karena masih ada syarat-syarat jual beli yang belum terpenuhi.
Atas karunia dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul “PRAKTIK PEMBELIAN DAN PEMBELIAN KOSMETIKA YANG MENGANDUNG ZAT BERBAHAYA PADA SISWA MUAMALAH IAIN JEMBER DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM”.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Alasan pemilihan lokasi penelitian ini karena 20% mahasiswa masih melakukan praktik jual beli kosmetik palsu.
Subyek Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Informan yang akan dilibatkan dalam metode wawancara ini adalah: Mahasiswa Muamalah sebagai distributor (penjual kosmetik palsu) dan konsumen (pembeli kosmetik palsu).
Analisis Data
Menyimpang dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui alasan yang melatarbelakangi terjadinya jual beli kosmetik yang mengandung bahan berbahaya dari sudut pandang perlindungan konsumen, oleh karena itu peneliti bertajuk “Praktik jual beli kosmetik yang mengandung bahan berbahaya” mengangkat. Produk dalam praktik jual beli ini adalah kosmetik palsu yang dijual secara online di media sosial dan dilakukan secara langsung. Oleh karena itu dinyatakan bahwa bab ini memaparkan secara rinci bukti-bukti yang diperoleh dan menjadi latar belakang objek penelitian di lapangan yang diperoleh, beberapa di antaranya mengacu pada rumusan masalah “Praktik jual beli kosmetik palsu di kalangan Muamalah IAIN Jember mahasiswa dari perspektif ekonomi Islam".
Berdasarkan wawancara dengan Binti selaku distributor kosmetik palsu dan masih menjadi mahasiswa Muamalah kampus IAIN Jember, ia menjelaskan sesuatu tentang jual beli kosmetik palsu. Berdasarkan wawancara pada tanggal 21 Juni 2015 dengan permasalahan yang sama yaitu tentang jual beli kosmetik imitasi. Menurut saya, jual beli kosmetik yang mengandung bahan berbahaya lebih banyak dilakukan melalui media sosial, karena saya bisa langsung mengetahui bentuk produknya dan juga dijelaskan harganya.
Kalau saya jawab iya, para santri muamalah kurang paham betul apa itu jual beli kosmetik yang mengandung bahan berbahaya, mereka hanya melihat produknya dan ada samplenya saja, jadi mereka tertarik lho, ini membuat wajah menjadi putih cerah. dan berkilau. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan akad jual beli kosmetika yang mengandung bahan berbahaya di kalangan santri muamalah adalah tidak sah karena dilarang karena ma'qud alaih dan juga termasuk jual beli yang dilarang dalam Islam. Dari penjelasan mahasiswa Muamalah tentang jual beli kosmetik yang mengandung bahan berbahaya, mereka meyakini jual beli di kampusnya dipasarkan melalui media sosial dan tangan ke tangan.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pandangan santri muamalah terhadap jual beli kosmetik yang mengandung bahan berbahaya adalah mereka merasa dirugikan karena jika kosmetik tersebut digunakan terus menerus maka akan menimbulkan penyakit kanker kulit akibat menipisnya kulit. Jadi dapat disimpulkan bahwa jual beli kosmetika yang mengandung bahan berbahaya dalam sudut pandang ekonomi Islam dikatakan batal/batal karena masih ada syarat dan ketentuan jual beli yang belum terpenuhi. Akad jual beli kosmetika oplosan di kalangan santri muamalah dikatakan tidak sah karena haram karena ma'qud alaih dan menyangkut jual beli yang diharamkan dalam Islam.
Pendapat mahasiswa Muamalah terhadap jual beli kosmetik yang mengandung bahan berbahaya adalah mereka merasa dirugikan karena kosmetik tersebut jika digunakan secara terus menerus akan menimbulkan penyakit kanker kulit akibat terjadinya penipisan pada kulit. Praktik jual beli bahan berbahaya yang mengandung bahan berbahaya saat ini masih terjadi di beberapa tempat, antara lain di kalangan mahasiswa Muamalah IAIN Jember yang menjual dan membeli kosmetik yang mengandung bahan berbahaya tersebut, melalui promosi media sosial dan dari tangan ke tangan. Fokus penelitian ini adalah : Bagaimana pelaksanaan akad jual beli kosmetika yang mengandung bahan berbahaya di kalangan mahasiswa muamalah IAIN Jember, bagaimana pandangan mahasiswa muamalah IAIN Jember terhadap jual beli kosmetika yang mengandung bahan berbahaya dan bagaimana cara jual belinya. kosmetik yang mengandung zat berbahaya berbahaya dari sudut pandang ekonomi Islam.
Tujuan penelitian adalah: mendeskripsikan pelaksanaan akad jual beli produk kosmetika mengandung bahan berbahaya dikalangan mahasiswa Muamalah, mendeskripsikan pemahaman mahasiswa Muamalah terhadap jual beli kosmetika mengandung bahan berbahaya dan mendeskripsikan pembelian dan penjualan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya dari sudut pandang ekonomi Islam. Hasil penelitian ini: Akad jual beli produk kosmetika yang mengandung zat berbahaya dikalangan santri muamalah dikatakan tidak sah karena haram karena ma'qud alaih dan merupakan jual beli yang dilarang dalam Islam.
Keabsahan Data
Tahap-TahapPenelitian
Hal ini diatur untuk menciptakan dan menjaga itikad baik dalam suatu transaksi jual beli. Praktek jual beli bahan berbahaya yang mengandung bahan berbahaya saat ini masih terjadi di banyak tempat, seperti belum mempunyai legalitas tempat produksi yang dikelolanya, belum adanya izin edar dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), sehingga konsumen melakukan hal tersebut. tidak mengetahui kualitas produk dan berapa lama produk dapat digunakan?