• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA NAFKAH DAN PEMELIHARAAN KERABAT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA (STUDI KASUS UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA KHUSNUL KHOTIMAH PROVINSI RIAU) - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PROBLEMATIKA NAFKAH DAN PEMELIHARAAN KERABAT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA (STUDI KASUS UPT PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA KHUSNUL KHOTIMAH PROVINSI RIAU) - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Repository"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kasus penelantaran yang dilakukan oleh orang tua atau kerabat memang cukup sering terjadi, namun tidak seserius kasus penelantaran anak oleh orang tuanya. Tak hanya itu, pengabaian orang tua dan sanak saudara oleh anak dan keluarga juga berdampak pada keputusan hidup untuk bunuh diri.

Identifikasi Masalah

Sejauh yang penulis lakukan penelitian, terdapat beberapa penelitian yang membahas dan menganalisis hukum positif tentang penghidupan dan nafkah sanak saudara di Indonesia, namun penulis belum menemukan penelitian yang secara eksplisit membahas tentang penerapan, analisis dan reformulasi hukum tersebut. isi hukum positif tentang penghidupan dan nafkah di Indonesia ini. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis memandang penting untuk melakukan penelitian berupa Permasalahan Hidup dan Kepedulian Kerabat dalam perspektif hukum Islam dan hukum positif di Indonesia untuk menganalisis pelaksanaannya dan merumuskan kembali isi undang-undang yang berjudul “ Permasalahan penghidupan dan pengasuhan sanak saudara ditinjau dari hukum Islam dan hukum positif di Indonesia (Studi Kasus UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Provinsi Riau)”.

Batasan Masalah

Rumusan Masalah

Bagaimana pelaksanaan tempat tinggal dan pengasuhan kerabat lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Provinsi Riau.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan Islam khususnya di bidang hukum keluarga Islam, dan diharapkan juga dapat memberikan informasi mengenai permasalahan hidup dan pengasuhan anggota keluarga dari sudut pandang Islam lurus. . Hukum positif di Indonesia. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga dapat dijadikan acuan dalam bidang akademik dan masyarakat luas, sebagai sumbangan pemikiran, serta sebagai bahan bacaan tentang permasalahan penghidupan dan pengasuhan sanak saudara dari masyarakat. perspektif hukum Islam dan hukum positif di Indonesia.

LANDASAN TEORI

Nafkah

  • Pengertian Nafkah Secara Etimologi
  • Pengertian Nafkah Secara Terminologi
  • Sumber-sumber Hukum Nafkah
  • Sebab-sebab wajibnya Nafkah
  • Penggugur-penggugur Nafkah

Setiap anak wajib memberi nafkah kepada ibu bapa dan kaum kerabatnya dalam satu garis lurus ke atas, jika mereka fakir”11. Setiap anak wajib menyara ibu bapa dan saudara-mara di dataran jika mereka miskin.

Kedudukan Nafkah dan Pemeliharaan Kerabat Dalam Hukum Islam

  • Pengertian Kerabat dalam Hukum Islam
  • Perlindungan Nafkah dan Pemeliharaan Kerabat dalam Hukum Islam

Artinya : Maka dia juga termasuk orang-orang yang beriman dan saling menasihati agar bersabar dan sesamanya. Artinya: Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mencintai dan merawat sebagai satu kesatuan. Orang yang diberi umur panjang oleh Allah dalam ketaatan mempunyai kedudukan yang mulia di hadapan Allah.

Kedua (2) hadits di atas menunjukkan bahwa orang-orang yang sudah tua dan mentaati hukum-hukum Allah mempunyai kedudukan disini di sisi Allah, bahkan Rasulullah SAW mengatakan bahwa beliau termasuk orang-orang yang terbaik. Tentunya hal ini juga menjadi kesempatan bagi setiap muslim untuk menjaga dan membantu sanak saudaranya yang telah lanjut usia, karena membantu orang yang berkedudukan (orang baik) tentu saja akan menjadi amal baik di mata Allah (hal yang baik akan melahirkan perbuatan baik lainnya). Artinya: “Berikan hak-haknya kepada sanak saudara dekat, (juga kepada) orang miskin dan orang yang sedang bepergian.

Kedudukan Nafkah dan Pemeliharaan Kerabat dalam Hukum Positif di

Mengenai kewajiban memberi makan, dapat dipahami bahwa yang dibebani kewajiban menghidupi adalah anak-anak dan dapat dikatakan bahwa anak adalah subjek hukum yang wajib memberikan nafkah kepada orang tua atau saudara sedarahnya di bagian atas. garis jika mereka miskin. Jadi, dalam prakteknya, anak wajib menyediakan kebutuhan hidup orang tua atau sanak saudaranya yang berada di lapisan atas. Isi UU No. 1 Tahun 1974 ayat (2) menjelaskan bahwa apabila ia sudah dewasa, ia wajib mengurus orang tuanya dan keluarganya menurut garis keturunan ke atas apabila memerlukan pertolongan.

Oleh karena itu, anak yang telah berumur 18 tahun atau belum berumur 18 tahun tetapi telah menikah wajib mengasuh orang tua dan keluarganya sesuai dengan garis keturunan ke atas bilamana mereka memerlukan. Namun dalam dua aturan tersebut yakni Pasal 321 KUH Perdata dan Pasal 46 UU No. 1 Tahun 1974, yang termasuk dalam golongan yang harus dinafkahi dan diasuh hanyalah orang tua dan saudara sedarah dalam garis lurus (kakek dan nenek). Jika melihat pada pembukaan Pasal 321 KUH Perdata, aturan tersebut hanya mewajibkan seseorang (khususnya anak) menghidupi orang tua dan keluarganya pada lapisan atas.

Dasar dan Teknik Pembentukan Perundang-undangan

  • Istilah dan Pengertian Perundang-undangan
  • Syarat-syarat dan Fungsi Hukum Perundang-undangan
  • Asas-asas dan Prinsip Dasar Penyusunan Perundang-undangan
  • Landasan dan Kerangka Penyusunan Perundang-undangan
  • Pengesahan, Pengundangan, dan Peyebarluasan Perundang-undangan

Setiap peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh badan atau pejabat yang berwenang, sebaliknya peraturan tersebut. Harus ada kesesuaian bentuk atau jenis peraturan perundang-undangan dengan materi yang diatur, apalagi jika diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan; Bila cara ini tidak dilakukan maka peraturan perundang-undangan menjadi tidak sah atau/tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;

Prinsip-prinsip pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik dirumuskan dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan khususnya pasal 5 menjelaskan tentang asas pembentukan peraturan perundang-undangan dan pasal 6 mengatur tentang asas isi peraturan perundang-undangan sebagai berikut. :. Sedangkan Pasal 6 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mengatur pokok-pokok materi isi peraturan perundang-undangan sebagai berikut: Selain asas-asas di atas, beberapa peraturan perundang-undangan dapat memuat asas-asas lain sesuai dengan ruang lingkup hukum peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.

Penelitian Terdahulu

Penelitian ini fokus pada perdebatan hadis menafkahkan anak kepada orang tuanya dan perdebatan keabsahan hadis Tamlik yang menyatakan bahwa seorang anak wajib menafkahi orang tuanya. 114 Anoname, “Dukungan Anak Terhadap Orang Tua Dalam Pandangan Hukum Islam (Tamlik Hadits Kajian)”, dikutip dari https://ejurnalunsam.id/index.php/jhsk/article/view/34 pada Rabu, 27 Desember 2023, pada pukul 17:24 WIB. Penelitian ini mengkaji tentang implementasi Pasal 321 KUHPerdata tentang tunjangan anak pada orang tua di Kota Gorontalo.

Dari kedua undang-undang tersebut terlihat sama-sama menyepakati kewajiban tersebut, hanya saja terdapat perbedaan syarat pengasuhan orang tua antara hukum Islam dan hukum positif di Indonesia. Penelitian Muhammad Musthafa Kamal fokus membahas tentang kewajiban anak terhadap orang tuanya dalam perspektif hukum Islam dan kasus-kasus yang terjadi di kabupaten Lampung Selatan, tanpa membahas dan menganalisis hukum positif di Indonesia. Anoname, “Dukungan Anak terhadap Orang Tua Dalam Pandangan Hukum Islam (Studi Hadits Tamlik)”, dikutip dari.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berbentuk penelitian lapangan atau penelitian yaitu penelitian dengan fokus pada lokasi atau negara yang dipilih untuk menyelidiki dan mengkaji fenomena-fenomena yang terjadi di tempat atau negara tersebut119. Penelitian ini juga menggunakan studi literatur, yaitu penelitian yang menggunakan literatur perpustakaan sebagai rujukan, menelaah dokumen atau sumber tertulis seperti kitab suci, kitab pelajaran dan informasi lain yang relevan dengan tujuan pembahasan120 yaitu tentang penghidupan dan pengasuhan. kerabat lanjut usia dari sudut pandang hukum Islam dan hukum positif di Indonesia. Kemudian hasil observasi tersebut dijadikan sumber utama (primer) bagi penulis dalam menjawab permasalahan yang terjadi, selanjutnya penulis akan menguraikan hasilnya dalam bentuk deskriptif yaitu dengan melakukan analisis kemudian menarik kesimpulan.

Sumber Data

Data sekunder yang digunakan sebagai rujukan dalam penyelidikan ini ialah buku klasik dan moden, majalah, jurnal, artikel dan lain-lain yang dianggap relevan dalam penyelidikan ini seperti buku, Raudhatu At-Thalibin karangan Imam An-Nawawi, Al-Fiqh Al- Islami Wa Adillatuhu oleh Syaikh Wahbah Zuhaili, Kitab Undang-undang Sivil oleh Soedharyo Soimin, khususnya mengenai Perkara 321, serta Undang-undang Perkahwinan no. 1, 1974. Sumber data tertier ialah bahan undang-undang yang memberikan panduan dan penjelasan kepada sumber data primer dan sekunder. Contoh sumber perundangan tertiari ialah kamus, ensiklopedia, jurnal, indeks kumulatif dan penulisan ilmiah yang berkaitan dengan perbincangan ini123.

Data tersier dalam penelitian ini meliputi kamus, mu'jam, jurnal dan tulisan mengenai pembahasan terkait.

Lokasi Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Penulis yang diwawancarai merupakan informan kunci, informan utama dan informan pendukung dalam penelitian ini. Studi kepustakaan atau resensi buku atau hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan permasalahan atau objek kajian yang diajukan penulis dalam penelitian ini. Terakhir, penulis menggunakan teknik dokumentasi atau pengumpulan data atau laporan yang berkaitan dengan penelitian ini.

Teknik Analisis Data

Dimana dikatakan bahwa : “Setiap anak wajib menafkahi orang tuanya dan saudara sedarahnya secara lurus ke atas jika mereka miskin”. Selain itu dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 46 juga dijelaskan bahwa tentang anak: “Jika anak itu sudah dewasa, wajib mengasuh orang tuanya dan keluarganya menurut kesanggupannya dalam garis lurus ke atas, jika mereka membutuhkannya. bantuannya". Penerapan Hukum Positif di Indonesia khususnya Pasal 321 KUH Perdata dan Pasal 46 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Pelayanan UPT.

Penerapan Hukum Positif di Indonesia khususnya KUHPerdata pasal 321 dan UU No. 1 Tahun 1974 pasal 46 sebagai landasan hukum, dilaksanakan oleh UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Provinsi Riau dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penerapan Hukum Positif di Indonesia khususnya KUHPerdata pasal 321 dan UU No. 1 Tahun 1974 pasal 46 tentang pemenuhan hidup dan pengasuhan anggota keluarga yang dilakukan oleh anak atau keluarganya tidak dilaksanakan dan dilaksanakan dengan baik. Bentuk reformulasi penghidupan dan perawatan anggota keluarga lanjut usia dalam Hukum Positif di Indonesia khususnya Pasal 321 KUH Perdata dan Pasal 46 UU No. 1 Tahun 1974, disajikan sebagai.

PEMBAHASAN DAN HASIL

Gambaran Umum UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah

  • Sejarah, Dasar Pembentukan, dan Tujuan UPT Pelayanan Sosial Tresna
  • Visi, Misi, Pendiiran, Perizinan, dan Akreditasi
  • Struktur, Tugas Pokok, dan Fungsi
  • Sarana Pelayanan
  • Warga Binaan

Implementasi Hukum Positif di Indonesia Tentang Nafkah dan Pemeliharaan

  • Implementasi KUHPerdata Pasal 321 dan Undang-undang No 1 Tahun
  • Implementasi Permensos Nomor 9 Tahun 2018 Pasal 13 di UPT

Reformulasi Nafkah dan Pemeliharaan Kerabat Lansia di Dalam Hukum

PENUTUP

Kesimpulan

Kedudukan hidup dan pengasuhan anggota keluarga diatur dalam Hukum Positif di Indonesia termasuk Pasal 321 KUH Perdata. Kedua peraturan perundang-undangan ini mewajibkan anak untuk menafkahi orang tuanya dan mengasuh orang tuanya jika mereka miskin, yang berarti kehidupan dan pengasuhan anggota keluarga (dalam hal orang tua tersebut) yang miskin diatur dan dijamin oleh undang-undang ini. Kebanyakan dari mereka meninggalkan kewajibannya untuk menghidupi dan merawat orang tua atau anggota keluarganya dan melimpahkan kewajibannya kepada UPT Dinas Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Provinsi Riau karena berbagai alasan (bisnis, ekonomi dan sosial).

Implementasi Pasal 34 UUD 1945 dan Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018 telah dilaksanakan dengan baik dan optimal oleh UPT Dinas Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Provinsi Riau. Oleh karena itu, penulis menyarankan untuk menambahkan kriteria kapan seseorang secara hukum tergolong miskin. Sebab, mengingat penerapan Pasal 321 KUH Perdata dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 46 tidak dilaksanakan dengan baik dan banyak di antara mereka yang menolak memenuhi kewajiban tersebut.

Saran

Ali, Muhammad Njib, “Perspektif Hukum Islam Terhadap Anak yang Menghindari Nafkah Orang Tua (Studi Kasus di Desa Hajimena dan Desa Pemanggilan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan)”, dikutip dari http://repository.radenintan.ac.id /7155/ pada hari Rabu 27 Desember 2023 pukul 17.16 WIB. Dinas Sosial PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau”, dikutip dari https://online.anyflip.com/vsxsq/ipye/mobile/index.html pada Rabu 30 Desember 2023 pukul 22.39 WIB. Anonim, “Kedudukan Pasal 321 KUH Perdata Kode Tentang Tunjangan Anak Terhadap Orang Tua (Studi Kasus di Kota Gorontalo), dikutip dari https://jcs.greenpublisher.id/index.php/jcs/article/view/369 pada Rabu, 27 Desember 2023 pukul 17.28 WIB.

Rasman, “Dampak Modernisasi Keluarga terhadap Penelantaran Lansia, Studi Kasus Sentra Gau Mabaji,” dikutip dari http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/24031/. Sihombing, Jacop, "Orang lanjut usia ditemukan tewas tergantung di dapur", dikutip dari https://www.beritariau.com/berita-13021-lansia-didapat-tewas-hang-diri-didapur.html pada Kamis 19 Oktober 2023 pukul 21.04 WIB. Supriadi, “Orang Tua Mati Gantung di Ukui”, dikutip dari https://www.katakabar.com/berita/baca/pria-lansia-tewas-hang-diri-di-ukui pada Kamis, 19 Oktober 2023 pukul 21.19 WIB.

Referensi

Dokumen terkait