• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Analysis of Procedure for Implementing Annual Servicing of Safety Equipment and Fire Extinguishing Equipment on Board Ships According to SOLAS Standards at PT. Salam Pacific Indonesia Lines

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Analysis of Procedure for Implementing Annual Servicing of Safety Equipment and Fire Extinguishing Equipment on Board Ships According to SOLAS Standards at PT. Salam Pacific Indonesia Lines"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

(Analysis of Procedure for Implementing Annual Servicing of Safety Equipment and Fire Extinguishing Equipment on Board Ships According to SOLAS Standards at PT.

Salam Pacific Indonesia Lines)

Angie Kusuma Hati1,Beni Agus Setiono2, Didik Purwiyanto3

1,2,3 Program Studi Manajemen Pelabuhan dan Logistik Maritim,

Fakultas Vokasi Pelayaran, Universitas Hang Tuah

Abstrak: Peranan keselamatan pelayaran dalam sistem transportasi lat merupakan hal yang mutlak untuk diperhitungkan, karena menyangkut transportasi barang dan orang menyeberangi lautan dengan penuh bahaya dan ancaman badai, kabut, dan gerakan-gerakan dari laut, pendangkalan serta jalur laut pelayaran tetap dan berubah, menjadikan transportasi laut dalam pelayaran berisiko tinggi. Oleh sebab itu, keselamatan pelayaran harus benar-benar terjamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan annual servis alat-alat keselamatan, mengetahui pengaruh yang terjadi pada alat-alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran di atas kapal yang sesuai standar SOLAS. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian observasi langsung terhadap objek suatu objek yang dilaksanakan pada PT. Salam Pacific Indonesia Lines. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari sumber dan data dikumpulkan oleh peneliti dari pegawai PT. Salam Pacific Indonesia Lines dan dicatat. Data primer tersebut dapat diperoleh dengan melakukan wawancara, data sekunder dapat diperoleh dokumen tentang alat-alat keelamatan dan observasi langsung ke tempat penelitian di PT. Salam Pacific Indonesia Lines. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pentingnya menjaga keselamatan di atas kapal untuk mengantisipasi terjadinya bahaya atau kecelakaan, maka perlu disiapkan barang-barang keselamatan beserta sertifikat yang masih berlaku agar dapat digunakan. Oleh sebab itu alat-alat keselamatan di atas kapal sangat berpengaruh terhadap kelancaran operasional kapal.

Kata kunci: alat-alat keselamatan, SOLAS

Abstract: The role of shipping safety in the maritime transportation system is an absolute thing to be taken into account, because it involves the transportation of goods and people across the ocean which is full of danger and the threat of storms, fog and movements of the sea, shallowing and fixed and changing shipping sea routes, making sea transportation in high-risk shipping. Therefore, shipping safety must be truly guaranteed. This research aims to find out the procedures for implementing annual servicing of safety equipment, to find out the effects that occur on safety equipment and fire extinguishers on ships that comply with SOLAS standards. The research method used in writing this research uses the direct observation research method of an object carried out at PT. Salam Pacific Indonesia Lines. The data used is primary data obtained directly from sources and data collected by researchers from employees of PT. Salam Pacific Indonesia Lines and recorded. Primary data can be obtained by conducting interviews, secondary data can be obtained from documents about safety equipment and direct observation at the research site at PT.

Salam Pacific Indonesia Lines. The results of the research can be concluded that it is important to maintain safety on board the ship to anticipate danger or accidents so it is necessary to prepare safety items along with valid certificates so that they can be used. Therefore, the safety equipment on board the ship has a big influence on the smooth operation of the ship.

Keyword: safety equipment, SOLAS

Alamat korespondensi:

Angie Kusuma Hati, Fakultas Vokasi Pelayaran, Universitas Hang Tuah, Jalan Arief Rahman Hakim 150, Surabaya. e-Mail: [email protected]

PENDAHULUAN

Peranan keselamatan pelayaran dalam sistem transportasi laut merupakan hal yang mutlak untuk

diperhitungkan, karena menyangkut transportasi barang dan orang menyeberangi lautan dengan penuh bahaya dan ancaman badai, kabut, dan

(2)

gerakan-gerakan dari laut seperti ombak, arus, karang laut, pendangkalan serta jalur pelayaran yang tetap dan berubah, menjadikan transportasi laut dalam pelayaran berisiko tinggi. Oleh sebab itu, keselamatan pelayaran harus benar- benar terjamin.

Dalam dunia pelayaran terdapat berbagai kemungkinan kecelakaan yang dapat mengancam kapal beserta awak kapal. Kecelakaan tersebut diantaranya seperti tubrukan, kebakaran, kebocoran, tenggelam dan kandas. Kecelakaan dapat terjadi pada kapal-kapal baik dalam pelayaran, sedang berlabuh atau sedang melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan atau terminal meskipun sudah dilakukan bongkar muat di pelabuhan dilakukan usaha untuk menghindarinya.

Salah satu dari faktor penyebabnya adalah dari kesalahan atau kelalaian dari awak kapal, dan faktor penyebab lainnya, yaitu dari alam, seperti badai dan struktur geografi laut yang dapat menimbulkan bahaya navigasi.

Seluruh pemanfaatan sarana transportasi laut di Indonesia maupun di dunia, senantiasa mengutamakan persoalan terkait keselamatan serta keamanan, yang kemudian baru meninjau aspek biaya, aspek kenyamanan, ketepatan dan kecepatan waktu. Insiden kecelakaan kapal seperti halnya tabrakan, ledakan, kebakaran, kegagalan peralatan, kandas, terbalik, kebocoran, serta tenggelam merupakan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan keselamatan kerja dan keamanan transportasi laut.

Dalam rangka peningkatan keselamatan pelayaran ini, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut mengeluarkan sebuah kebijakan tentang pencegahan kecelakaan kapal, yaitu dengan membuat maklumat pelayaran berkaitan dengan peningkatan pengawasan keselamatan kerja

pelayaran baik bagi kru kapal maupun penumpang, dan maklumat berkaitan dengan kondisi cuaca perairan di Indonesia melalui telegram berisikan kesiapan cuaca buruk di laut.

Keselamatan kerja dalam pelayaran adalah hal yang sangat krusial serta memiliki posisi sentral dalam semua aspek di dunia pelayaran. Berikut aspek yang terdapat dalam keselamatan kerja pelayaran, antara lain: nilai, karakteristik, sikap, serta kegiatan tentang pentingnya pemenuhan seluruh persyaratan keselamatan kerja dan keamanan berkaitan dengan transportasi di perairan dan kepelabuhanan.

Pengabaian terhadap keselamatan kerja pelayaran cenderung memicu biaya ekonomi serta lingkungan meliputi timbul biaya medis, penurunan produksi, penggunaan energi yang tidak efisien dan terjadi polusi. Rendahnya keselamatan kerja pelayaran menunjukkan lemahnya manajemen sumber daya manusia, hal ini mengacu pada kompetensi, kondisi kerja, pendidikan, jam kerja serta manajemen proses. Keselamatan dan keamanan maritim merupakan kebijakan utama yang menjadi prioritas bidang pelayaran dalam rangka untuk menunjang kelancaran transportasi laut di Indonesia.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kedaulatan atas seluruh wilayah laut lndonesia. Laut berperan penting sebagai sarana pemersatu bangsa dan wilayah kesatuan lndonesia, serta sebagai aset bangsa yang perlu dijaga.

Penguasaan atas laut mempunyai konsekuensi, dimana pemerintah Indonesia memiliki kewajiban terhadap kebijakan penegakan hukum di laut, yang meliputi pemanfaatan perairan, ancaman pelanggaran, dan menciptakan serta menjaga keselamatan kerja pelayaran secara optimal.

Keselamatan kerja pelayaran berdasarkan Peraturan Safety of Life At

(3)

Sea (SOLAS) memiliki tujuan dalam rangka meningkatkan jaminan terhadap keselamatan hidup di laut. SOLAS diberlakukan sejak tahun 1914, karena pada saat tersebut sering terjadi kecelakaan kapal yang mengakibatkan timbulnya banyak korban jiwa. SOLAS pada tahap permulaan berfokus terhadap peraturan kelengkapan navigasi, peralatan berkomunikasi, kekedapan dinding penyekat kapal, konstruksi kapal serta peralatan lainnya. Kemudian peraturan tersebut terus berkembang sampai tahun 1960, ditambahkan juga peraturan tentang desain konstruksi kapal, pencegah kebakaran, permesinan dan instalasi listrik, alat komunikasi, alat-alat keselamatan, serta keselamatan navigasi.

Untuk mengantisipasi kemungkinan bahaya kecelakaan di atas kapal, maka International Maritime Organization (IMO) mengeluarkan beberapa peraturan yang bertujuan untuk menjamin keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan polusi seperti MARPOL, International Safety Management Code (ISM Code), Safety Of Life At Sea (SOLAS), International Industry Codes of Practices and Guidelines, dan sebagainya. ISM Code yang dibukukan dalam konvensi SOLAS Chapter IX (9) yang telah menjadikan hampir 97 % kapal niaga di dunia untuk mengikuti aturan-aturan yang ada di dalamnya, termasuk di dalamnya adalah kapal penumpang, kapal penumpang cepat, kapal tanker dan kapal pengangkut gas, kapal curah dan kapal container, dan kapal-kapal lainnya.

Di dalam konvensi SOLAS terdapat peraturan-peraturan mengenai alat keselamatan yang wajib ada di atas kapal, adapun aturan tersebut terdapat chapter yaitu Life Saving Appliances (perlengkapan standart keselamatan kapal). Dalam LSA (Life Saving Appliances) terdapat ILR (Inflatable

Liferaft) yaitu sekoci penolong darurat merupakan salah satu alat keselamatan jiwa yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa para penumpang dan Anak Buah Kapal (ABK). Di dalam konvensi SOLAS terdapat peraturan mengenai alat-alat keselamatan yang wajib ada di atas kapal. Aturan tersebut terdapat pada chapter III yaitu Life Saving Appliances and Arrangements (Perangkat Pertolongan dan Alat Pengaturnya). Dengan adanya peraturan tersebut diharapkan setiap kapal dapat menghindari terjadinya kecelakaan di atas kapal. Namun, pada penerapannya banyak kapal yang belum memenuhi standar aturan yang terdapat pada chapter III SOLAS.

Pengoperasian kapal memerlukan kompetensi yang baik karena dalam pengoperasiannya terdapat banyak sekali pekerjaan-pekerjaan dengan tingkat resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Adapun di penelitian ini, penulis akan mengamati bagaimana prosedur pelaksanan annual servis alat- alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran di atas kapal sesuai standar SOLAS di PT. Salam Pacific Indonesia Lines.

Kecelakaan kerja adalah kejadian saat sedang bekerja yang sifatnya tidak pasti dan tidak dikehendaki, karena dapat menimbulkan kerugian. Selaras dengan bahwa kecelakaan kerja merupakan sebuah kejadian yang tidak dikehendaki serta tidak dapat diduga dan menimbulkan kerugian dari segi waktu, peralatan, harta benda, ataupun korban jiwa saat proses kerja. Berikut adalah gejala-gejala penanda akan terjadinya kecelakaan, antara lain, insiden, kecelakaan kerja, selamat, keselamatan, keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan bahaya.

Suatu kecelakaan dapat diakibatkan oleh beberapa sebab, sehingga cara mencegahnya adalah

(4)

dengan menghilangkan hal-hal yang menjadi penyebab kecelakaan tersebut.

Terdapat dua penyebab utama yang membuat terjadinya kecelakaan antara lain, kondisi kerja yang tidak aman dan tindakan yang tidak aman. Selaras dengan yang menjelaskan bahwa kecelakaan ditimbulkan dari tindakan manusia yang berlainan dari aturan keselamatan (Unsafe Act).

Tindakan pencegahan kecelakaan merupakan sesuatu yang lebih penting daripada mengatasi terjadinya peristiwa kecelakaan.

Tindakan yang dimaksud bertujuan untuk menghindarkan sebab-sebab yang mengakibatkan kecelakaan, pencegahan harus dilakukan dengan penuh kehati- hatian saat bekerja serta ditandai dengan rasa tanggung jawab. Dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja, maka perlu disediakan sarana dalam rangka penanggulangan kecelakaan di tempat kerja seperti halnya penyediaan peralatan keselamatan, P3K, serta perlengkapan tanggap darurat.

Dalam pelaksanaannya saat bekerja, perlu dilakukan tindakan mencegah terwujudnya kondisi kerja tidak aman, mengetahui hal yang dikerjakan saat keadaan darurat, serta segera laporan saat terlihat adanya kejanggalan atau kerusakan peralatan sekecil apapun. Kerusakan yang ringan jangan dibiarkan, karena semakin lama semakin berkembang menjadi kerusakan serius, sehingga harus segera diperbaiki.

Dengan mengetahui penyebab yang memicu adanya kecelakaan, maka dapat diketahui cara penanggulangan serta pencegahannya dalam rangka meniadakan ataupun mengurangi dampak yang ditimbulkan dari kecelakaan tersebut. seperti yang terjadi pada kapal MV. Oriental Diamond.

Berdasarkan laporan dari perusahaan jasa servis alat-alat keselamatan di PT.

Surya Segara Surabaya setelah

melakukan inspeksi dokumen dan sertifikat alat-alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran telah habis masa berlakunya dan berisiko, jika alat ini sudah tidak bisa digunakan.

Penelitian ini mempunyai rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana prosedur pelaksanaan annual servis alat-alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran di atas kapal sesuai standart SOLAS di PT.

Salam Pacific Indonesia Lines ? 2. Faktor-faktor apa yang

mempengaruhi pelaksanaan annual servis alat- alat keselamatan dan alat pemadam untuk keselamatan pelayaran di kapal PT. Salam Pacific Indonesia lines ?

Pengertian SOLAS

SOLAS adalah akronim dari Safety Of Life At Sea, merupakan konvensi paling penting dari seluruh konvensi internasional tentang kemaritiman. SOLAS menjadi standar keselamatan maritim yang wajib diterapkan pada kapal niaga (merchant vessel) berukuran tertentu dan menjadi induk bagi terbitnya berbagai standar (code) bagi kontruksi kapal, peralatan, dan pengoperasian. Dan merupakan peraturan yang mengatur keselamatan maritim paling utama. Demikian untuk meningkatkan jaminan keselamatan hidup di laut dimulai sejak tahun 1914, karena saat itu mulai dirasakan bertambah banyak kecelakaan kapal yang menelan banyak korban jiwa dimana-mana.

SOLAS menyepakati sekitar 60 pasal yang meliputi pembangunan kapal, peralatan keselamatan, pencegahan dan pemadam kebakaran, peralatan telegraf nirkabel, alat bantu navigasi, dan aturan pencegahan tabrakan (Collision Regulations). The International Convention for the Safety Of Life At Sea (SOLAS) adalah perjanjian keselamatan pelayaran Internasional Maritime

(5)

Organization (IMO), badan PBB yang membidangi pelayaran dan kelautan.

SOLAS mengatur keselamatan jiwa di laut, yang mencakup segala jenis kapal laut. IMO, pada tahun 2015, menerbitkan pedoman tentang verifikasi bobot semua peti kemas yang dikirim lewat laut.

Konferensi SOLAS di tahun 1974 diadakan di markas IMO di London sejak 21 Oktober hingga 1 November, dan dihadiri oleh 71 negara.

Menghasilkan konvensi SOLAS 1974 yang formatnya berlaku hingga saat ini.

Selain berisi tentang persyaratan keselamatan, SOLAS 1974 juga menetapkan prosedur penerimaan terhadap sebuah perubahan (amandemen) atau disebut the tac it acceptance. Prosedur ini dirancang untuk memberi kepastian bahwa perubahan terhadap konvensi dapat dilakukan dan diterima dalam jangka waktu yang ditentukan.

Prosedur acceptance menetapkan bahwa suatu amandemen akan mulai berlaku (enter into force) pada tanggal tertentu, kecuali dalam kurun waktu sebelum enter into force, ada penolakan dari sejumlah tertentu negara anggota.

Konvensi SOLAS sendiri, walau diadopsi pada 1 November 1974, namun baru diberlakukan (enter into force) pada 25 Mei 1980. Dengan adanya pemberlakuan prosedur acceptance di atas, IMO dapat bekerja secara sistematis membahas usulan perbaikan konvensi sesuai perkembangan industri pelayaran. Itulah mengapa konvensi SOLAS 1974 pada perjalanannya mengalami beberapa kali amandemen.

Hampir setiap dua tahun sekali terjadi perubahan terhadap SOLAS 1974.

Usulan perubahan dibahas di MSC (Marine Safety Commitee) yang merupakan badan kelengkapan IMO.

Sekilas isi dari SOLAS, format SOLAS 1974 mengatur standar

keselamatan pelayaran pada tiga aspek:

konstruksi kapal, peralatan, dan operasional, yang ada dalam bab (chapter) II dan bab III. Isi dari SOLAS 1974 cetakan tahun 2014 (Consolidated Edition 2014), dalam prosedur pelaksanaan annual servis alat-alat keselamatan dan alat-alat pemadam kebakaran sesuai standar SOLAS terdapat bab adalah sebagai berikut.

Bab II: Perlindungan dari kebakaran, deteksi kebakaran dan pemadam kebakaran. Berisi tentang ketentuan tentang sekat kedap api, sistem deteksi kebakaran, dan peralatan, jenis dan jumlah pemadam kebakaran diberbagai jenis kapal dan Bab III: Alat- alat keselamatan dan penempatannya.

Pengertian Teori Keselamatan Kapal Keselamatan Kapal adalah keadaan Kapal yang memenuhi persyaratan material, konstruksi, bangunan, permesinan dan pelistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio elektronik Kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian. Menurut Undang-Undang Pelayaran no. 17 tahun 2008, kapal dinyatakan laik laut apabila sudah dilengkapi dengan sertifikat Keselamatan Kapal, sertifikat pencemaran dari kapal, sertifikat Garis Muat dan pemuatan, Gross Akta, Surat Laut/Pas Besar/Pas Kecil/Pas Sungai dan danau, sertifikat Manajemen Keselamatan dan Pencegahan Pencemaran dari Kapal serta Sertifikat Manajemen Keamanan Kapal yang sesuai dengan daerah pelayarannya.

Kapal juga harus diawaki oleh Awak Kapal yang memenuhi persyaratan kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan ketentuan nasional dan internasional. Perjanjian kerja antara Awak Kapal dengan pemilik atau operator kapal yang diantaranya memuat

(6)

mengenai gaji, jam kerja dan jam istirahat serta pemeliharaan dan perawatan kesehatan juga tidak boleh melanggar peraturan perundang- undangan. Khusus untuk kapal pengangkut penumpang, maka wajib disediakan fasilitas kesehatan bagi penumpang.

Dari berbagai persyaratan kelaiklautan kapal tersebut di atas, dalam tulisan kali ini kita hanya akan membahas sertifikat keselamatan yang sangat terkait dengan kondisi fisik kapal.

Dalam Undang Undang no. 17 tahun 2008 disebutkan bahwa Sertifikat keselamatan diberikan kepada semua jenis kapal yang berukuran GRT lebih dari 7 GT, kecuali untuk kapal perang, kapal negara dan kapal yang digunakan untuk keperluan olah gerak. Persyaratan keselamatan kapal ini berlaku untuk setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal termasuk perlengkapannya serta saat pengoperasian kapal di perairan Indonesia.

Persyaratan keselamatan kapal yang diatur dalam Undang Undang no.

17 tahun 2008 ini meliputi material, konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapannya termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, dan elektronika kapal. Dalam Undang Undang juga disebutkan bahwa kapal berdasarkan jenis dan ukuran tertentu wajib diklasifikasikan pada badan klasifikasi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan sertifikat keselamatan. Jika setelah melalui pemeriksaan dan pengujian, kapal dinyatakan memenuhi syarat keselamatan, maka akan diberikan sertifikat. Kapal yang telah memperoleh sertifikat dilakukan penilikan secara terus menerus sampai kapal tidak digunakan lagi.

Sertifikat keselamatan ini sebelumnya dikenal dengan istilah Seaworthiness Certificate tapi berdasarkan UU no.17 tahun 2008, sertifikat keselamatan ini menjadi Sertifikat Keselamatan Kapal Penumpang, atau Sertifikat Keselamatan Kapal Barang, yang terdiri dari Sertifikat Konstruksi Kapal Barang, Sertifikat Keselamatan Perlengkapan Kapal Barang, dan Sertifikat Keselamatan Radio Kapal Barang, atau Sertifikat kelaikan dan pengawakan kapal penangkap ikan.

Sertifikat kapal tidak berlaku, bila masa berlaku sudah berakhir, tidak melaksanakan pengukuhan sertifikasi (endorsemen) kapal rusak dan dinyatakan tidak memenuhi persyaratan keselamatan kapal, kapal berubah nama, kapal berganti bendera, kapal tidak sesuai lagi dengan data teknis dalam sertifikat keselamatan kapal, kapal mengalami perombakan yang mengakibatkan perubahan konstruksi kapal, perubahan ukuran utama kapal, perubahan fungsi atau jenis kapal, kapal tenggelam atau hilang atau kapal ditutuh (scrapping).

Sertifikat kapal juga dapat dibatalkan apabila keterangan dalam dokumen kapal yang digunakan untuk penerbitan sertifikat ternyata tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya atau kapal sudah tidak memenuhi persyaratan keselamatan kapal, atau Sertifikat diperoleh secara tidak sah. Pada prosedur penerbitan sertifikat keselamatan kapal, pemilik kapal mengajukan permohonan dengan sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap nautis, teknis dan kondisi kapal oleh petugas pemerintah, yaitu pemeriksaan mengenai kondisi kapal, peralatan keselamatan, radio dan mesin kapal. Jika kondisi kapal dianggap baik, maka permohonan dilengkapi dengan dokumen surat permohonan asli

(7)

dari perusahaan, surat ukur tetap, surat laut/pas tahunan/gross akte.

Laporan pemeriksaan kapal yang terdiri dari Laporan pemeriksaan konstruksi kapal, Laporan pemeriksaan perlengkapan kapal, Laporan pemeriksaan radio, Laporan pemeriksaan SOLAS (peruntukannya),

Laporan pemeriksaan

Fitness/IMDG/SBC (peruntukannya).

Sertifikat Klas yang terdiri dari Sertifikat Lambung (Hull), Sertifikat Mesin (Machinery), Sertifikat Garis Muat Load line.

Jika semua persyaratan sudah lengkap, maka Sertifkat diterbitkan.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa sertifikat keselamatan ini hanyalah salah satu persyaratan dari kelaiklautan kapal menurut Undang Undang Pelayaran no.

17 tahun 2008. Masih banyak hal-hal lain yang masih harus dipenuhi agar kapal dinyatakan laik laut. Sementara di pasar asuransi sendiri bermacam definisi dipakai untuk menjelaskan kondisi seaworthiness ini. Bahkan pada akhirnya jika kapal memiliki Surat Persetujuan Berlayar yang dikeluarkan oleh Syahbandar, maka kapal sudah dianggap seaworthy. Perlu diingat bahwa surat izin berlayar ini ini hanya berlaku 24 jam setelah persetujuan berlayar diberikan dan surat ini juga dapat dicabut jika terbukti bahwa persyaratan kelaik lautan kapal dilanggar. Terlepas dari upaya untuk memenuhi ketentuan dalam polis asuransi, kondisi seaworthiness ini sebaiknya menjadi perhatian bagi semua pihak, baik pemilik kapal, operator kapal dan juga pemerintah melalui lembaga- lembaganya karena keselamatan pelayaran tidak hanya menyangkut harta benda tapi juga nyawa. Hubungannya bahwa annual servis alat keselamatan itu sangat dibutuhkan dan harus dilaksanakan dengan benar-benar untuk menjamin alat-alat keselamatan yang

ada di atas kapal benar-benar bisa digunakan pada saat emergency, sehingga diharapkan juga dapat menjamin keselamatan jiwa crew di atas kapal. Jika tidak dilaksanakan annual servis dengan benar, maka diragukan alat-alat tersebut dapat digunakan sesuai fungsinya, sehingga diragukan juga dapat digunakan pada saat keadaan darurat dan juga demikian tidak dapat menjamin keselamatan jiwa crew di atas kapal.

METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian dalam

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif, yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan mengenai “Analisis Prosedur Pelaksanaan Annual Servis Alat-Alat Keselamatan dan Alat Pemadam Kebakaran di Atas Kapal Sesuai Standar SOLAS di PT. Salam Pacific Indonesia Lines”. Subjek dari penelitian ini yang peneliti gunakan terutama adalah Port Captain di PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya. Pada tahap selanjutnya, untuk memperoleh data yang benar- benar valid, peneliti akan turut melakukan wawancara dengan Manajer Nautika, Port Captain dan administrasi Port Captain tersebut.

Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif ini menggunakan analisis terhadap data berupa informasi, yaitu berupa data wawancara yang diuraikan dalam bentuk kata-kata, kemudian akan dikaitkan dengan data, sehingga memperoleh gambaran yang sudah ada dan sebaiknya bila dibandingkan dengan teori yang ada.

Penelitian ini menganalisa data dari hasil pengumpulan data meliputi hal sebagai berikut: 1). Analisa Standar Operasional Prosedur ( SOP ) dalam pengajuan annual servis. 2). Analisa prosedur pelaksanaan annual sevis alat keselamatan dan alat pemadam

(8)

kebakaran. 3). Dokumen yang wajib dilampirkan dalam pengajuan annual servis.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT. Salam Pacific Indonesia Lines Surabaya untuk mengumpulkan data secara objektif. Kemudian untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang latar belakang objek penelitian ini dikemukakan secara sistematis. Awal perjalanan bermula pada tahun 1970 dengan dibentuknya PT. Samudera Pacific sebagai perusahaan jasa pengangkutan barang antar pulau. Pada tahun 1980 terdapat kapal pertama yang menandai awal mula lahirnya perusahaan pelayaran Nasional bernama PT. Samudera Pacific Indah Raya (SPIR). Di tahun 1984 perusahaan mengakuisisi saham PT. Salam Sejahtera yang berlokasi di Samarinda dan memindahkan kantor pusatnya ke Surabaya sebagai tanda lahirnya PT.

Salam Pacific Indonesia Lines. Di tahun 1996 PT. Salam Pacific Indonesia Lines mengembangkan usaha bisnisnya yang bermula sebagai kapal curah menjadi pengiriman yang lebih efisien mengunakan container. Di tahun 2017 PT. Salam Pacific Indonesia Lines meluncurkan mySPIL sebagai aplikasi pertama di industri pelayaran dan logistik untuk menerapkan digitalisasi yang meningkatkan customer experience.

Pembahasan

Prosedur Pelaksanaan Annual Servis Alat-alat Keselamatan

1. Prosedur Dalam Mengajukan Annual Servis

Dalam prosedur annual servis alat-alat keselamatan dan alat pemadam

kebakaran di atas kapal sesuai standar SOLAS.

a. Mualim I melakukan inspeksi dokumen alat-alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran dan dibantu oleh Mualim III mengenai kondisi alat keselamatan beserta sertifikatnya, setiap alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran tercantum masa berlakunya di masing-masing sertifikat.

b. Dalam hal ini sertifikat peralatan tersebut dikeluarkan oleh perusahaan jasa servis alat-alat keselamatan dan disetujui oleh Syahbandar di perusahaan tempat dilaksanakan annual servis.

c. Mualim I segera membuat laporan hasil inspeksi alat-alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran yang telah dilakukan secara rinci dan tertulis kepada nahkoda.

d. Selanjutnya Nahkoda meneruskan laporan tersebut kepada pihak kantor agar diketahui dan ditindaklanjuti temuan ketidaksesuaian, yaitu kondisi peralatan yang rusak ataupun masa berlaku sertifikat yang habis masa berlakunya.

e. Manajer Nautika menindaklanjuti laporan tersebut melalui port captain untuk segera dilakukan annual servis alat-alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran.

f. Prosedur untuk annual servis adalah port captain mengirimkan e-mail permintaan penawaran harga servis peralatan-peralatan tersebut kepada perusahaan jasa servis alat-alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran.

g. Dan jika sudah ada kesepakatan harga maka port captain akan membuat LOKK (Lembar Order Kerja Kontraktor) dan menyampaikan ke perusahaan tersebut agar segera dilakukan

(9)

annual servis.

h. Setelah mengajukan LOKK (Lembar Order Kerja Kontraktor), maka LOKK tersebut diteruskan ke vendor atau perusahaan jasa servis alat-alat keselamatan dan untuk dikerjakan servis alat-alat keselamatan tersebut sesuai dengan order.

i. LOKK (Lembar Order Kerja Kontraktor) ini sebagai dasar bagi vendor jasa servis alat-alat keselamatan untuk mengerjakan order kerja.

j. Dan untuk mengajukan tagihan jika order kerja sudah diselesaikan.

2. Pelaksanaan Annual Servis Alat- alat Keselamatan

Dalam pelaksanaan annual servis alat-alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran di atas kapal sesuai standar SOLAS. Menurut Fenru (Divisi Port Captain PT Salam Pacific Indonesia Lines) dalam pengajuan annual servis alat-alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran di atas kapal sesuai standar SOLAS tentunya wajib melampirkan berbagai jenis dokumen yang dibutuhkan dan bukti, bahwa alat-alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran tersebut rusak di kapal PT.

Salam Pacific Indonesia Lines. Ada berbagai jenis dokumen yang wajib diberikan guna pelaksanaan pengajuan annual servis, antara lain :

a. Setelah melakukan inspeksi dokumen alat-alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran mengenai kondisi alat-alat keselamatan beserta sertifikatnya dan di setiap alat keselamatan tercantum masa berlakunya di masing-masing sertifikat. Melengkapi dokumen dan alat-alat keselamatan dengan kondisi rusak dan sertifikatnya expire, untuk segera diajukan dan dibuatkan penawaran ( Lembar Order Kerja Kontraktor ).

b. Penawaran Harga, Melakukan

penawaran harga dengan pengerjaan Lembar Order Kerja Kontraktor dengan melampirkan tanggal, objek kerja dengan nama kapal, nama perusahan jasa servis alat-alat keselamatan beserta kode supplier, barang dan alat-alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran seperti:

1) Alat pemadam kebakaran ( Fire extinguisher, CO2 system ) 2) SCBA ( Self Contained

Breathing Apparatus )

3) EEBD ( Emergency Escape Breathing Apparatus )

4) ILR ( Inflatable Liferaft )

5) HRU ( Hydrostatic Release Unit) 6) Sertifikat alat-alat keselamatan

dan alat pemadam kebakaran c. Diajukan ke Direksi dan disetujui

kemudian di infokan ke vendor perusahaan jasa alat servis alat-alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran. Kemudian vendor perusahaan jasa servis alat-alat keselamatan mengerjakan dan pekerjaan dinyatakan selesai baru di terbitkan Invoice, sertifikat lama dan sertifikat baru, berita acara kapal, foto/dokumentasi kerusakan barang, serah terima pengembalian.

d. Setelah penawaran harga dan disetujui oleh Direktur kemudian diajukan ke finance dan diberi surat tanda terima tagihan untuk perusahaan jasa servis alat-alat keselamatan.

e. Melakukan pembayaran terhadap perusahaan jasa servis alat-alat keselamatan.

3. Kendala Dalam Annual Servis Alat-alat Keselamatan

Dalam proses annual servis tentunya ada Standart Operasional Prosedur ( SOP ) yang harus dipenuhi, Menurut Erliyanto ( Manajer Nautika di PT Salam Pacific Indonesia Lines ) : a. ABK melaporkan secara tertulis

kepada pihak kantor terkait hasil

(10)

inspeksi dokumen alat-alat keselamatan setelah mengetahui kondisi dan sertifikat sudah expire.

b. Sepanjang keadaan segera memberikan segala informasi atau dokumen yang mungkin diperlukan untuk penyelesaian data tersebut.

c. Pihak kantor menindaklanjuti laporan tersebut dan pihak kantor mengirim permintaan penawaran harga servis peralatan kepada vendor atau perusahaan jasa alat servis peralatan tersebut dan jika sudah ada kesepakatan harga, maka segera diajukan dan diproses untuk di setujui oleh direksi.

4. Dokumen Dalam Annual Servis Alat-alat Keselamatan

Dalam proses pengajuan annual servis alat-alat keselamatan ternyata ada persyaratan yang dipenuhi. Dalam pengajuan annual servis alat-alat keselamatan tentunya wajib melampirkan berbagai jenis dokumen yang dibutuhkan guna sebagai bukti bahwa alat-alat keselamatan tersebut rusak dan sertifikatnya sudah habis masa berlakunya di kapal PT Salam Pacific Indonesia Lines. Ada berbagai jenis dokumen yang wajib diberikan guna proses pengajuan annual servis alat-alat keselamatan, antara lain

a. Invoice

Invoice adalah surat yang berisi perhitungan mengenai barang barang yang dijual. Manfaat utama invoice adalah sebagai tanda bukti sebuah transaksi. Di dalam invoice, dituliskan secara rinci banyaknya barang yang dikirim, harga barang, serta potongan harga jika ada, dan dilengkapi dengan jumlah akhir dari perhitungan biaya atau harga yang dibayarkan oleh pembeli. Jumlah perhitungan akhir ini disebut sebagai harga invoice.

b. Sertifikat

Sertifikat alat keselamatan pelayaran

adalah pelaksanaan kegiatan pengujian, pemeriksaan dan penilaian terhadap alat-alat keselamatan pelayaran menurut ketentuan dan prosedur tertentu sesuai dengan ketentuan Nasional atau Internasional yang terkait beserta perubahannya. Dalam pengajuan annual servis alat-alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran terdapat sertifikat lama dengan sertifikat yang baru.

5. Pengaruh Alat-alat Keselamatan Terhadap Keselamatan Pelayaran

Alat-alat keselamatan kapal adalah alat-alat keselamatan yang penting bagi keselamatan pelayaran di atas kapal. Pentingnya menjaga keselamatan di atas kapal sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya bahaya atau kecelakaan, maka perlu disiapkan barang-barang keselamatan yang dapat digunakan. Oleh sebab itu alat-alat keselamatan di atas kapal sangat berpengaruh terhadap kelancaran operasional kapal dan juga membantu menjamin keselamatan jiwa pelaut di atas kapal dan muatan.

a. Pengaruh kurangnya perawatan pada alat-alat keselamatan

Kenyataan di lapangan dari deskripsi data yang berhasil disusun menunjukkan beberapa faktor seperti kurang terampilnya SDM di atas kapal dan ketidakdisiplinan dalam melaksanakan perawatan alat-alat keselamatan, belum memenuhi persyaratan sesuai standar ISM CODE maupun petunjuk perawatan yang berlaku. Hal ini dapat dilihat pada alat-alat keselamatan di kapal yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Selain itu, seperti dalam kelengkapan alat-alat keselamatan di kapal sering mendapat hambatan yang disebabkan faktor ekonomi. Dalam penekanan biaya perawatan alat-alat

(11)

keselamatan, seringkali perusahaan membatasi jumlah pembaruan dari alat-alat tersebut yang telah melampaui masa kadaluarsa dan karenanya sebagai seorang yang pernah bekerja di kapal, penulis pernah mendapatkan suatu alat yang yang telah kadaluarsa masa berlakunya tetapi tetap diletakkan pada tempatnya dan tentunya bila dibutuhkan sewaktu-waktu alat tersebut tidaklah dapat bekerja secara optimal sesuai dengan fungsinya.

b. Pengaruh kurangnya ABK mengoperasikan kapal

Masih ada saja kecelakaan yang terjadi di kapal disebabkan oleh faktor kesalahan manusia. Ini berarti kualitas SDM (pelaut) patut dipertanyakan. Faktor alam mencapai 20%, yaitu kejadian di luar kemampuan manusia, misalnya adanya topan atau gelombang besar.

Sedangkan faktor kesalahan manusia mencapai 80% yang berarti juga ikut andilnya pihak perusahaan dan instansi perhubungan laut dalam melaksanakan tugasnya. Kecelakaan yang terjadi di kapal merupakan suatu kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Kejadian yang tidak terduga karena di balik peristiwa kecelakaan itu tidak terdapat unsur kesengajaan, terlebih direncanakan, tetapi murni karena kesalahan manusia. Peristiwa kecelakaan pun mengakibatkan kerugian materil maupun penderitaan dari yang ringan sampai yang paling berat terjadi pada si korban (ABK).

c. Pengaruh belum lancarnya operasional alat-alat keselamatan Salah satu sertifikat yang harus ada di atas kapal yang merupakan satu persyaratan kapal laik laut adalah sertifikat keselamatan yang

dikeluarkan oleh Dirjen Hubla dimana isinya menerangkan dan mengharuskan bahwa semua alat- alat keselamatan di kapal harus selalu ada dan dalam keadaan baik serta siap dalam penggunaannya.

Bila peralatan tersebut dalam keadaan tidak baik dan tidak siap, maka kapal tersebut belum boleh memiliki sertifikat keselamatan, sehingga kapal dikatakan belum laik laut. Dalam kalimat tersebut di atas dapat diartikan bila sewaktu-waktu terjadi musibah di atas kapal, maka peralatan tersebut dapat bekerja dengan baik, langsung dapat digunakan dan dalam proses kerjanya dari alat tersebut telah sesuai, dalam arti tidak terjadi kemacetan, tidak terjadi kelambatan reaksi yang diharapkan. Peralatan keselamatan yang canggih dan modern tidak mempunyai arti apa- apa bila alat-alat keselamatan ini tidak dapat dijalankan dan tidak siap digunakan karena kurangnya pengetahuan keselamatan dan tidak baiknya perawatan terhadap alat-alat keselamatan tersebut. Di dalam peraturan khususnya SOLAS 1974 tidak hanya mengatur mengenai konstruksi dan stabilitas kapal saja, tetapi juga tindakan-tindakan dan upaya-upaya pengawasan dan perawatan alat-alat keselamatan.

6. Penyelesaian Annual Servis Alat- Alat Keselamatan

Setelah proses pengajuan annual servis alat-alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran serta dilakukan pemeriksaan terhadap dokumen pendukung yang disampaikan atau diberikan oleh vendor perusahaan jasa servis alat-alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran, maka pihak kantor akan menyimpulkan apakah annual servis itu valid atau tidak.

(12)

Annual servis dinyatakan valid apabila dokumen pendukung annual servis yang disampaikan membuktikan kebenaran terjadinya annual servis tersebut akibat dari suatu kejadian yang dijamin dalam ketentuan annual servis alat- alat keselamatan PT. Salam Pacific Indonesia Lines dan memenuhi seluruh syarat. Apabila dokumen annual servis tidak valid, maka annual servis alat-alat keselamatan tidak dapat diproses.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti dengan judul

“Analisis Prosedur Pelaksanaan Alat- Alat Keselamatan dan Alat Pemadam Kebakaran di Atas Kapal Sesuai Standar SOLAS di PT Salam Pacific Indonesia Lines”. Disimpulkan bahwa :

1. Prosedur pelaksanaan annual servis sudah dilaksanakan dengan baik, sebelum sertifikatnya expire.

2. Dampakmya sangat berpengaruh terhadap kelancaran operasional kapal dan juga membantu menjamin keselamatan jiwa pelaut di atas kapal dan muatan.

Saran

Saran bagi penelitian “Analisis Prosedur Pelaksanaan Annual Servis Alat- alat Keselamatan dan Alat Pemadam Kebakaran di Atas Kapal Sesuai Standar SOLAS di PT Salam Pacific Indonesia Lines” sebagai berikut.

1. Melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan dalam pengajuan annual servis alat-alat keselamatan dan alat pemadam kebakaran di atas kapal sesuai standar SOLAS di PT.

Salam Pacific Indonesia Lines, sehingga dalam proses dan validasi annual servis alat keselamatan agar tidak ada kendala, jika dokumen yang dilampirkan lengkap.

2. Lebih meningkatkan kerapian dalam penanganan dokumen pengajuan annual servis alat-alat keselamatan

yang masuk, hingga dokumen yan siap dikirim ke bagian finance, karena sering terjadi dokumen yang sudah dikirim di finance tidak sesuai dengan tanda terima.

3. Tim Port Captain yang berada di kantor lebih mendisiplinkan anak buah kapal agar tidak lalai dalam pengecekan alat-alat keselamatan dan Tim Port Captain ada juga yang berada di dermaga, yaitu Mualim II yang mendisiplinkan anak buah kapal yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

BA Setiono. (2019). Peningkatan Daya Saing Sumber Daya Manusia Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0, Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 9 Issue 2 Pages 179-185.

Beni Agus Setiono, Sapit Hidayat.

(2022). Influence of Service Quality with the Dimensions of Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy and Tangibles on Customer Satisfaction, International Journal of Economics, Business and Management Research, Volume 6 Issue 09 Pages 330-341.

Bunging, Burhan. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif “Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi”.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Chaffey, Dave. (2008). E- Marketing dan Internet Marketing Definition. Diakses dari http://www.davechaffey.com/Inte rnet-Marketing/C1-

Introduction/Emarketing-

Internet-markeitng-%20definition Darminto, Dwi Prastowo dan Rifka

Julianty. (2012. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi.

Edisi Ketiga. Yogyakarta.

Enni Sustiyatik, Beni Agus Setiono.

(2019) Pengaruh Product, Price,

(13)

Promotion, dan Place Terhadap Loyalitas Konsumen, Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 10 Issue 1 Pages 75-8

Komaruddin. (2001). Ensiklopedia Manajemen, Edisi ke 5. Jakarta.

Bumi Aksara. Kotler, Keller.

(2009). Manajemen Pemasaran.

Penerbit Erlangga. Jakarta.

MC Maryati. (2008). Manajemen Perkantoran Efektif. Yogyakarta:

UPP STIM YKPN.

Moleong, L. J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ridwan. (2004). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.

Salim, Peter dan Yenny Salim. ( 2002).

Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press.

Sekaran, Uma. (1992). “Research Methods for Business”. Third Edition. Southern Illionis University.

SPIL. (2021). Tentang SPIL. Diakses dari ttps://www.spil.co.id/tentang- spil , 11 Juli 2021.

Sugiyono. ( 2013), Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

ALFABETA.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Suhardjanto, Djoko. Miranti, Laras.

(2009). Indonesian Environmental Reporting Index dan Karakteristik Perusahaan. Jurnal Universitas Islam Iindonesia. Vol. 13, No. 1, 1-17.

Sukandarrumidi. (2002). Metode Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wursanto, Ig. (1987). Etika Komunikasi Kantor. Jakarta:Pustaka Dian.

Referensi

Dokumen terkait