• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROCEEDING SEMINAR NA SIO NAL P R OCEED IN G

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PROCEEDING SEMINAR NA SIO NAL P R OCEED IN G"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

Pada tahun 2017, sosialisasi ini kami kemas dalam acara Seminar Nasional yang merupakan rangkaian kegiatan UNS SME’s SUMMIT & AWARDS ke-6 dengan tema: “Peningkatan daya saing UMKM berbasis ekonomi kreatif di era Masyarakat Ekonomi ASEAN”. Peningkatan Daya Saing UMKM Berbasis Ekonomi Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”, yang turut serta dalam Seminar Nasional. Seminar Nasional ini mengangkat tema “Peningkatan Daya Saing UMKM Berbasis Ekonomi Kreatif Di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” dan terselenggara atas kerja sama Pusat Kajian Pendampingan Koperasi dan UMKM (PSP-KUMKM) LPPM UNS Solo dengan Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia.

Kegiatan Seminar Nasional ini merupakan rangkaian kegiatan UNS SME SUMMIT & AWARDS yang sudah memasuki tahun ke-6.

PENUTUP

Sinergi negara sebagai penggabung/konsolidasi ekspor produk UKM, indikator geografis dan ekonomi kreatif (PKE Paket IX). 6 Perkembangan Industri Kreatif dan Persaingan Pasar Bebas Global dalam Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) dalam Menghadapi Bonus Demografi 2045 di Indonesia. 4 Pengembangan usaha mikro melalui pelatihan telemarketing terintegrasi pada website di Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Aneka Karya dan Kriya Sejahter.

12 Diversifikasi Produk Sebagai Upaya Strategi Pemasaran Produk Olahan Jagung (Kasus UKM Marning Desa Sidomukti Kecamatan Jenawi Karanganyar). Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Pengembangan UMKM oleh PT Pertamina RU II Sungai Pakning).

INTRODUCTION

DEVELOPMENT OF SMALL AND MEDIUM-SIZED ENTERPRISES (SMEs) IN MALAYSIA UNDER THE ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC). In ASEAN, cooperation between SME development began as far back as 1995, when the promotion of SME development became one of the priority areas in terms of political focus and resources. The ASEAN SME Agencies Working Group (SMEWG), which consists of representatives from ASEAN SME agencies, was formed to formulate policies, programs and activities on SME development.

The SMEWG serves as a consultation and coordination forum to ensure the development of small and medium-sized enterprises within the ongoing ASEAN integration process and supports the establishment of the ASEAN Economic Community. The purpose of this paper is to give an overview of the strategies, initiatives, programs, challenges and how small and medium enterprises (SMEs) in Malaysia are embracing all the opportunities and challenges under the establishment of AEC in 2015. to have insight and foresee the huge potential of AEC is a great threat to SMEs in the region.

Second, evaluation of the existing initiatives, programs, opportunities and challenges facing Malaysia SMEs and third, way forward, suggestions on the direction of SMEs under the AEC framework.

BACKGROUND

Under the Eleven Malaysia Plan (11MP) 2015 to 2020, the Government of Malaysia, through the SME Corporation Malaysia (SME Corp. Malaysia) as the agency charged with coordinating and managing the SME Master Plan, is making strong efforts to empower and equip SMEs with the necessary capabilities. and the ability to face the challenges of an increasingly competitive business environment. Therefore, SME Corp has focused on implementing six High Impact Programs (HIPs) that are critical to the success of the plan. Judicious implementation of the SME Master Plan under the Eleven Malaysia Plan is said to be a key success in achieving developed country status.

For the manufacturing sector, SMEs are defined as firms with sales turnover not exceeding RM50 million or number of full-time employees not exceeding 200. While SMEs for the services and other sectors are defined as firms with sales turnover not exceeding RM20 million or number of full-time employees not exceeding 75. Based on the Economic Census 2011 officially released in September 2012, the distribution of business establishment for SMEs in Malaysia is 90% in service sector or 580,985 establishment, 6% or 37,861 establishment in manufacturing sector and 3% or 19,238 establishment in construction sector.

In terms of SME size, micro-enterprises control approx. 77% of all SMEs in Malaysia followed by small enterprises (20%) and medium enterprises (3%). With this very strong fundamental development, the ongoing trade liberalization through the ASEAN Economic Community (AEC) is expected to open. Now that Malaysia is entering the final stage of its journey towards developing nation status, it is imperative that SMEs rise to these challenges and find new niches in the Fourth Industrial Revolution for SMEs to undertake a greater role in the country's development process.

CHALLENGES

The action plan aims to strengthen engagement with SMEs, including micro-enterprises, in an increasingly competitive economic environment. The aim of the action plan is to prepare SMEs for the current challenges in the era of globalization and to support the growth and development of SMEs towards creating globally competitive and innovative SMEs by 2025. To achieve the above stated goals and objectives of the AEC and to To meet these challenges, NSDC has come up with few strategies and programs to ensure that these challenges are kept in check and the opportunities are secured.

STRATEGIES, INITIATIVES, PROGRAMMES AND INCENTIVES

  • BRAND DEVELOPMENT
  • BUSINESS ACCELERATOR PROGRAMME
  • GO-EX PROGRAMME
  • DIGITAL MALAYSIA
  • FINANCING PROGRAMMES

The Malaysian government is highly committed in providing the necessary infrastructure for SME development, thus providing a leading economic boost to Malaysian SMEs. For example, in the 2016 Budget, the government has set aside a total of RM9.5 billion for the long-term development of SMEs, including RM107 million under the SME Master Plan to continue implementing the above-mentioned High Impact Programmes. The program involves both mental and physical endurance, and participants will be exposed to the landscape and challenges of the business world.

To ensure the success of the program, SME Corp is providing RM15,000 in the form of a grant to assist them in starting the business. The program is one of the High Impact Programs (HIP) of the SME Master Plan and developed as part of the government's initiatives to guide and strengthen the export growth of Malaysian SMEs. MATRADE was appointed as the implementing agency of the program to encourage local SMEs to become more resilient and competitive in the international market.

The objectives of the program are to increase the number of qualified and high performing Bumiputera SMEs with export market potential and to create network and supply chain among Bumiputera SMEs. One of the biggest challenges faced by the SMEs in going global is limited access to financing facilities. The fund for this Scheme is channeled by the Government of Malaysia via SME Corporation Malaysia to MIDF for the implementation of the Scheme.

WAY FORWARD

This scheme assists existing as well as newly started companies with project, construction and working capital financing.

Saat ini produk berbahan dasar kulit ikan pari semakin populer baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Ikan pari (Dasyatis sp) merupakan salah satu jenis ikan yang banyak ditemukan di perairan laut tropis seperti Indonesia. Dengan demikian, ikan pari dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku (bahan baku) industri kulit, yang dimanfaatkan dalam industri kerajinan sepatu, tas, dompet, ikat pinggang, dan lain-lain, yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Kemungkinan pemanfaatan kulit ikan pari sangat didukung dengan tingginya populasi ikan pari yang tersebar di seluruh perairan Indonesia. IKM WB (Putih Biru) dan IKM Zawa merupakan 2 IKM yang bergerak di bidang produksi kulit ikan pari. IKM white blue mempunyai 2 jenis produk kulit ikan pari yaitu produk kulit kerak (tanned leather) dan juga mengolah kulit samak tersebut menjadi berbagai jenis produk jadi (dompet). Bahan bakunya adalah kulit ikan pari segar dengan jenis batu halus yang diperoleh dari dengan harga yang terjangkau, kualitas bahan baku yang diperoleh bagus dan persediaan relatif melimpah. Proses produksi di IKM Hvid Blå terbagi menjadi 2 bagian yaitu 1) proses pembuatan kerak kulit (tanning) dan 2) proses pembuatan produk jadi (dompet wanita, dompet pria dan dompet STNK).

Kulit ikan pari dipadukan dengan kulit sapi dan tas wanita diproduksi dengan berbagai model dan ukuran. Lebih banyak melakukan pemasaran kepada pedagang yang membawa produk ke IKM Zawa, hal ini menyebabkan pemasaran IKM Zawa kurang berkembang, hanya terbatas pada pelanggan yang sudah ada saja. Sama halnya dengan IKM WB, penetapan harga jual produk IKM Zawa mengikuti harga jual di pasaran, tanpa memperhitungkan HPP.

Figure 1: ASEAN SME Working Group
Figure 1: ASEAN SME Working Group

Dalam pelaksanaan kegiatan ini digunakan metode workshop dan pendampingan kepada usaha kecil dan menengah dalam menyelesaikan permasalahan yang teridentifikasi pada setiap aspek. Kegiatan pelatihan dilakukan sedemikian rupa agar UKM memahami materi yang dibutuhkan sebagai solusi mengatasi permasalahan. Sedangkan kegiatan pendampingan dilakukan untuk membimbing UKM dalam memanfaatkan materi yang diperoleh dalam pelatihan dalam usahanya, sehingga tujuan kegiatan dapat tercapai.

Oleh karena itu dirancanglah tanning drum yang sesuai dengan karakteristik kulit ikan pari dengan dimensi sesuai kapasitas produksi IKM. Dengan desain drum baru ini, IKM akan lebih efisien karena tidak boros dalam penggunaan bahan penolong penyamakan maupun pewarnaan. Selain itu, bagian penyamaknya tidak banyak yang rusak karena pengaduknya didesain berbentuk sirip, berbeda dengan drum aslinya yang pengaduknya berbentuk peniti. Untuk IKM Putih Biru ditujukan pada pengembangan produk kerajinan tangan, dimana desain buatan tangan lebih disukai oleh pangsa pasar ekspor.

Sementara itu, IKM Zawa diarahkan untuk mendesain ulang tasnya dengan menggunakan material full leather sehingga tercipta desain baru yang dipadukan dengan kulit sapi. Maka terciptalah desain-desain baru dimana studded leather hanya digunakan sebagai aksesoris atau variasi pada tas agar tampilannya semakin elegan. IKM White Blue berkesempatan mengikuti New York Now 2017 yaitu acara pameran produk kerajinan IKM Indonesia yang diselenggarakan oleh KJRI New York.

Dengan mengirimkan proposal dan portofolio ke Badan Ekonomi Kreatif, dari 160 proposal yang dikirimkan IKM berkulit putih. Pemilik IKM Putih Biru mengikuti pelatihan di salah satu industri kulit buatan tangan untuk mempelajari cara membuat karya kulit dengan teknik buatan tangan. Berbekal keterampilan yang diperolehnya, ia diharapkan mampu mengembangkan desain produk dari IKM Putih Biru. Pada tahun ke-1 pelaksanaan program IbPE bagi pengrajin Kulit Ikan Pari, kegiatan difokuskan pada upaya peningkatan kualitas produksi dengan tetap melakukan upaya pengembangan pemasaran ekspor.

Referensi

Dokumen terkait