• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi : Hukum Ekonomi Syari’ah (HESy) Jurusan : Syari’ah dan Ekonomi Islam

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Program Studi : Hukum Ekonomi Syari’ah (HESy) Jurusan : Syari’ah dan Ekonomi Islam"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana syirkah inan diimplementasikan dalam operasional di BMT An-Naafi'. Berangkat dari latar belakang permasalahan yang diangkat dan dikaji secara mendalam, implementasi Syirkah Inan dalam operasional koperasi syariah di BMT An-Naafi' Batanghari Lampung Timur.

Pengertian Syirkah Inan

Para pihak syirkah inan tidak diwajibkan menyerahkan seluruh sumber uangnya sebagai sumber dana modal. Makna Syirkah Inan adalah jika salah satu pihak dalam dua serikat pekerja tersebut meninggalkan pihak lain untuk menafkahkan hartanya, baik hadir maupun tidak.

Dasar Hukum Syirkah

Dan sesungguhnya kebanyakan orang yang bersatu padu, sebahagiannya berlaku zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, dan mereka ini amat sedikit"6. Dan mereka ini amat sedikit." Wa inna katsiram minal khulatha-i (dan sesungguhnya ramai di antara orang-orang yang bergabung), iaitu ramai di antara orang-orang yang bergabung dan menjadi rakan kongsi.

Syarat dan Rukun Syirkah Inan

Dari landasan hukum mengenai Syirkah Inan di atas, baik dari Al-Qur'an maupun Al-Hadits, dapat dipahami bahwa Islam telah mengatur perikatan (syirkah) dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan, serta tata cara melakukan perikatan dan pelaksanaan perikatan tersebut. antara satu pihak dengan pihak lain dalam persatuan untuk mencapai nilai-nilai yang baik dan mendapatkan pandangan yang baik tentang persatuan (syirkah) itu sendiri dan yang terpenting adalah mendapatkan berkah dan ridha dari Allah SWT. Keluarkan kata-kata yang menunjukkan persetujuan setiap anggota kepada pihak yang akan mengelola properti.

Koperasi Syariah

  • Pengertian Koperasi Syariah
  • Dasar Hukum Koperasi Syariah
  • Tujuan Koperasi Syariah
  • Operasional Koperasi Syariah
  • BMT Sebagai LKM Berbadan Hukum Koperasi Syariah

Prinsip usaha koperasi syariah didasarkan pada konsep gotong royong dan tidak dimonopoli oleh salah satu pemilik modal. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa Koperasi Syariah adalah usaha ekonomi yang terorganisasi dan mempunyai tujuan sosial yang menggunakan prinsip-prinsip dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip yang sesuai dengan ajaran Agama Islam. Secara hukum, koperasi syariah diatur dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, karena baik koperasi syariah maupun BMT masih dalam satu payung hukum atau dasar hukum yang sama, maka UU Perkoperasian berbunyi sebagai berikut.

Dari uraian di atas dijelaskan bahwa konsep operasional koperasi syariah adalah penggunaan akad syirkah mufawadhah dimana pelaksanaan konsep ini dilakukan di awal atau pada saat investasi awal (tabungan pokok). Koperasi syariah mulai ramai diperbincangkan ketika Baitul Maal Wattamwil mulai tumbuh dan berkembang di Indonesia. Lembaga BMT yang menjadi landasan kegiatan ekonomi masyarakat berdasarkan undang-undang RI no. 25 Tahun 1992 berhak menggunakan badan hukum koperasi, perbedaannya dengan koperasi konvensional terletak pada aspek teknis operasionalnya, koperasi syariah melarang bunga dan menjaga etika moral dengan melihat aturan dan dilarang dalam menjalankan usahanya. 31.

Jenis dan Sifat penelitian

Sumber Data

Sumber Data Primer

Sumber Data Sekunder

Sumber data berasal dari buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan koperasi syariah dan syirkah mufawadah, seperti karangan Nur S. Buchori dalam bukunya Koperasi Syariah, Gufron A, Mas' Adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, Imam Mustafa, Fiqh Muamalah Kontemporer, Ascarya , Akad dan Produk Perbankan Syariah, Chairuman Pasaribu, Hukum Akad dalam Islam. Serta beberapa referensi lain yang berhubungan dengan Syirkah Mufawadhah dan dokumen terkait profil dan RAT BMT An-Naafi'.

Sumber Data Tersier

Teknik Pengumpulan Data

Wawancara

Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh peneliti yang bertindak sebagai pewawancara untuk memperoleh informasi dari pihak yang diwawancarai (interview). Interview atau wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk memperoleh informasi dari wawancara tersebut. Dalam hal ini digunakan wawancara terbimbing bebas, dimana pewawancara telah membawa petunjuk yang hanya berupa ringkasan topik atau objek yang akan dijadikan pertanyaan untuk mewawancarai Kepala BMT An-Naafi', pengelola BMT An-Naafi' , anggota yang ikut dalam pengelolaan BMT An-Nafi', maupun anggota pasif (hanya menyumbang dana.

Teknik ini digunakan untuk mengetahui penerapan syirkah dalam suatu akad dalam operasional BMT An-Naafi' tentang hukum syirkah mufawadhah.

Dokumentasi

Teknik Penjamin Keabsahan Data

Bandingkan apa yang orang katakan tentang situasi penelitian dengan apa yang mereka katakan sepanjang waktu. Triangulasi dengan metode memiliki dua strategi yaitu, pertama, mengecek derajat kepercayaan temuan hasil penelitian dari teknik pengumpulan data yang berbeda. Triangulasi dengan peneliti yaitu menggunakan peneliti atau pengamat lain untuk mengecek kembali tingkat kepercayaan data.

Triangulasi dengan teori didasarkan pada asumsi bahwa fakta dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Untuk menjamin keabsahan data digunakan teknik triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan memeriksa derajat keterandalan suatu data. Dalam hal ini, narasumber yang peneliti gunakan untuk mengecek ulang data kepercayaan adalah pihak-pihak dari BMT An-Naafi', baik ketua, pengurus, maupun anggota pengurus bersama.

Teknik Analisa Data

Profil BMT An-Naafi’ Batanghari

  • Sejarah dan Perkembangan BMT An-Naafi’ Batanghari
  • Visi dan Misi BMT An-Naafi’ Batanghari Visi BMT An-Naafi’ Batanghari
  • Struktur Organisasi BMT AN-NAAFI’ Batanghari
  • Tugas dan Fungsi Pengurus di BMT An-Naafi’ Batanghari

Visi dan Misi BMT An-Naafi' Batanghari Visi BMT An-Naafi' Batanghari: Visi BMT An-Naafi' Batanghari. BMT An-Naafi' yaitu membantu masyarakat mengembangkan usahanya dan membantu masyarakat menghindari praktek ribawi. Struktur organisasi di atas menjelaskan kedudukan dan tingkatan dalam operasional bisnis di BMT An-Naafi'.

Manajemen memiliki tugas yang sangat penting dalam menjalankan operasional di BMT An-Naafi', manajemen memiliki tugas untuk mengawasi setiap proses operasional agar para manajer dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Manajemen memiliki tanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan BMT An-Naafi, baik kegiatan di dalam maupun di lapangan. Manajemen juga bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh manajer dalam menjalankan operasional di BMT An-Naafi'.

Sistem Operasional Pada BMT An-Naafi’ Batanghari

Hak dan Kewajiban Anggota

Selain itu, anggota juga bertanggung jawab atas segala hal yang berkaitan dengan BMT An-Naafi' baik berupa aset atau kekayaan dan juga nama baik BMT An-Naafi'. Menurut Abdi Muhsinin selaku pengelola BMT An-Naafi', bagi anggota yang ikut bekerja dalam operasional melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan bagiannya masing-masing, namun tidak semua anggota di BMT An-Naafi' ikut serta dalam melaksanakan pekerjaannya, ada juga anggota yang hanya menyetor dalam penyertaan modal dan kemudian menyerahkannya kepada RAT. Anggota wajib ikut menjaga kinerja usaha dan nama baik BMT An-Naafi' dan anggota juga memiliki hak untuk memilih baik usulan maupun permohonan kepada BMT An-Naafi' pada RAT.10.

Anggota memiliki hak dan kewajiban mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan BMT An-Naafi'. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa setiap anggota memiliki hak dan kewajiban dalam kegiatan operasional di BMT An-Naafi', anggota berhak mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan BMT An-Naafi'.

Hak dan Kewajiban Pengelola

Menurut Abdi Muhsinin, pengelola BMT An-Naafi' secara keseluruhan memenuhi kriteria yang diinginkan pengelola untuk dapat melakukan suatu pekerjaan. Pengelola adalah klien yang berperan penting dalam mengelola operasional di BMT An-Naafi', pengelola bertugas mengelola operasional dengan modal yang diberikan oleh anggota agar aliran modal dan kegiatan operasional dapat berjalan dengan lancar. Pembagian kerja antar manajer didasarkan pada kebijakan manajemen, direksi tidak menganjurkan agar setiap anggota atau manajer melakukan tugas ganda atau tugas yang bukan merupakan pekerjaannya.

Pembagian kerja antara anggota pasif dan aktif adalah bahwa bagi anggota aktif pekerjaan dilakukan tidak hanya sebagai anggota, tetapi juga sebagai pegawai atau pengurus. Anggota aktif berpartisipasi dalam manajemen dan proses operasional, sedangkan untuk anggota pasif tidak banyak pekerjaan yang dilakukan oleh anggota pasif. Anggota pasif hanya mengikuti RAT, tetapi baik anggota aktif maupun pasif memiliki hak yang sama atas segala sesuatu yang berhubungan dengan BMT An-nafi'. 17.

Sisa Hasil Usaha (SHU)

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa pembagian kerja antara anggota dan pengurus harus sesuai dengan porsinya masing-masing, dan anggota serta pengurus tidak dianjurkan untuk melakukan pekerjaan di luar tanggung jawabnya tanpa sepengetahuan atau anjuran ketua atau pengelolaan. . Sisa hasil usaha (SHU) merupakan bagian dari operasional BMT An-Naafi' karena SHU merupakan puncak atau tujuan dari operasional yang dilakukan oleh anggota. Pembagian sisa hasil usaha berdasarkan laporan RAT tahun 2015 pada BMT An-Naafi' dilakukan pada akhir tahun setelah RAT, dimana seluruh sisa hasil usaha dibagi rata kepada seluruh anggota, sesuai dengan jumlah RAT tahun 2015 Modal sampai tahun 2015 adalah Rp. Rp.

169.642, sisa hasil usaha ini dibagi sama rata dengan jumlah yang sama antara satu anggota dengan anggota lainnya, kemudian diberikan kepada seluruh anggota, baik anggota aktif maupun anggota pasif. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa pembagian sisa laba usaha dibagikan pada setiap akhir tahun, sisa laba usaha tahun 2015 sebesar Rp. kemudian dibagikan kepada seluruh anggota BMT An-Naafi' secara merata baik kepada anggota aktif maupun anggota pasif dengan jumlah yang sama dan dibagi antara satu anggota dengan anggota lainnya.

Implementasi Syirkah Inan Pada BMT An-Naafi’ Batanghari

Kegiatan operasional di BMT An-Naafi', dimana pembagian modal usaha antar anggota dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan Syirkah Inan, maka pembagian modal wajib dibagikan secara merata kepada seluruh anggota dengan nilai yang telah ditetapkan. Setiap anggota wajib menyerahkan modal atau simpanan berupa SIMPOKSUS, SIMPOK dan TABUNGAN WAJIB dengan nominal yang ditentukan oleh BMT An-Naafi'. Pembagian penyertaan modal yang dilakukan sesuai dengan prinsip Syirkah Inan dimana seluruh modal di atas harus dipenuhi oleh setiap anggota dengan jumlah yang sama antara seorang anggota dengan anggota lainnya.

Pembagian sisa hasil usaha pada BMT An-Naafi' sudah dapat dilaksanakan sesuai Syirkah Inan, masing-masing anggota mendapatkan bagian yang sama dalam pembagian hasil usaha antara satu pihak dengan pihak lainnya. Pembagian sisa hasil usaha berdasarkan laporan RAT tahun 2015 pada BMT An-Naafi’ dilakukan setiap akhir tahun kepada RAT dimana seluruh sisa hasil usaha dibagi rata kepada seluruh anggota, menurut RAT tahun 2015 sisa hasil usaha pendapatan usaha adalah Rp. . Sisa dari hasil usaha ini dibagi sama rata dengan jumlah yang sama antara satu anggota dengan anggota lainnya, kemudian diberikan kepada semua anggota, baik anggota aktif maupun anggota pasif.

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Zie ook Abu Bakar Ahmad bin Husain al-Baihaqi, Syu'b al-Iman li, )Digital Library, al-Maktabah al-Syamilah al-Isdar al-Sani, 2005), VI/78 hadith nummer 11206. Imam Syafi' i Abu Abdullah Muhammad bin Idris, Samenvatting van het Boek van Al-Umm boek 2 deel 3, vertaald door Imron Rosadi, Amirudin, Imam Awaluddin, uit de originele titel Mukhtasar Kitab Al Umm fi Al Fiqh, Jakarta: Pustaka Azam, 2014. Suryabrata , Sumardi Research Methodology, Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2012 Shaykh al-'Allamah Muhammad bin 'Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqh van de vier scholen.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan Dari analisis data yang peneliti lakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa dalam bagi hasil usaha bersama syirkah inan yang dilakukan oleh kedua pihak pemilik