PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana status kepemilikan kain daur ulang pada kalangan penjahit di Kecamatan Belawa ditinjau dari sudut pandang hukum Islam, dengan sub topik permasalahan sebagai berikut.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis
- Teori Kepemilikan
- Teori ‘Urf
- Teori Hibah, Sedekah dan Hadiah
- Teori Hukum Islam
Kepemilikan juga merupakan hubungan seseorang dengan suatu harta yang diakui syariat, yang membuatnya mempunyai kuasa khusus atas harta itu, sehingga ia dapat melakukan upaya hukum terhadap harta itu, kecuali ada halangan terhadap syariat.' 11. Kepemilikan juga berarti hubungan seseorang dengan suatu harta yang diakui syariat, yang menjadikannya mempunyai kuasa khusus atas harta itu, sehingga ia dapat melakukan perbuatan hukum terhadap harta itu, kecuali ada halangan syariat. Seperti jual beli, hibah, ijarah (sewa), yang dibenarkan syara’ dan tidak bertentangan dengan asas dan kaidahnya.
Sedangkan hukum syariat yang ditentukan keduanya adalah izin al-shari bagi manusia untuk mempergunakannya dengan cara langsung dipakai, dipakai atau ditukarkan. Sedangkan hukum syariah mengenai rumah adalah hukum syariah yang ditentukan penggunaannya yaitu izin menempatinya. 2.2.1.5.4 Melindungi diri dari terjerumus pada hal-hal yang dilarang syara dalam memiliki harta benda.
Adapun hukum 'urf fāsid tidak perlu ditegakkan, karena menegakkannya berarti menentang pernyataan syara, atau membatalkan hukum syara'. 2.2.4.1.3 Hukum Islam di bidang budidaya diatur sedemikian rupa dalam Al-Quran dan Al-Sunnah; Dengan kata lain, jika ada masalah, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari sumber dalilnya dalam Al-Quran.
Jika dasar hukumnya tidak ada dalam Al-Qur'an maka harus mencari dalilnya dalam sunnah, jika dasar hukumnya ada dalam sunnah maka harus memenuhi ketentuan hukumnya. Dalam pengertian formal, sumber hukum Islam antara lain Al-Qur'an dan Hadits Nabi (sebagai sumber syariat). Berbagai dalil menunjukkan bahwa Al-Qur'an berasal dari Allah dan merupakan mukjizat yang mampu menundukkan manusia dan tidak mungkin ditiru.
Al-Qur’an sebagai sumber pokok yang mengatur di dalamnya hanya aturan-aturan hukum secara umum, karena firman Allah dalam Q.S. Tafsiran ayat di atas adalah, (sebenarnya kita) lafaz nahnu menyatukan atau menguatkan makna yang terdapat pada nama inna, atau sebagai fashl (yang menurunkan Adz-Dzikr) dalam Al-Qur'an (dan sesungguhnya kita benar-benar). memeliharanya ) daripada penggantian, perubahan, penambahan dan pengurangan. 59. Yang jelas, adalah suatu usaha atau usaha yang sungguh-sungguh dengan menggunakan segala kemampuan yang ada, dilakukan oleh orang-orang (pengacara) yang memenuhi syarat untuk merumuskan garis hukum yang belum jelas atau belum ada ketentuan dalam Al-Qur’an. dan Sunnah Nabi.
Kebanyakan ulama fiqih sepakat bahwa sumber utama hukum Islam pada prinsipnya adalah Al-Qur'an dan Hadits.
Tinjauan Konseptual (Penjelasan Judul)
Ijtihad (dalam bahasa Arab) berasal dari perkataan 'jahada', yang bermaksud bersungguh-sungguh atau mengerahkan seluruh kekuatan untuk mencuba. Orang yang berijtihad dipanggil mujtahid.63 Kaedah atau cara yang berbeza digunakan untuk ijtihad termasuklah ijma’, qiyās, istidlal, al-masālih al-mursalah, istihsān, istishāb dan urf.64. Barangan terpakai yang biasanya berupa sisa kering yang tidak mempunyai nilai ekonomis, seperti: plastik, kertas/kadbod, zink, besi/tin, kayu, habuk papan, sisa tekstil, dll.
Sedangkan kain bekas yang dimaksud di sini adalah kain sisa yang masih mempunyai nilai dan dapat dijadikan pakaian, misalnya untuk membuat pakaian anak. Hukum Islam adalah suatu sistem aturan yang berdasarkan wahyu Allah SWT dan Sunnah Nabi mengenai perilaku mukallaf (orang yang dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat seluruh umatnya.
Bagan Kerangka Pikir
Daur ulang adalah proses pengolahan kembali suatu produk menjadi bahan dasar, yang kemudian diolah menjadi produk baru. Sesuai dengan judul penelitian yang membahas tentang “Status Kepemilikan Penjahit Kain Daur Ulang di Desa Sappa Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo (Analisis Hukum Islam)”, maka untuk memudahkan penelitian ini penulis membuat suatu kerangka kerja.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Desa Sappa Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih tiga bulan (persiapan proposal penelitian untuk penyusunan temuan penelitian) untuk memperoleh data-data yang diperlukan, bertempat di Desa Sappa Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo.
Fokus Penelitian
Jenis dan Sumber Data yang digunakan (Primer dan Skunder)
Teknik Pengumpulan Data
Sedangkan untuk data yang tidak diperoleh dari wawancara, teknik ini menggunakan wawancara mendalam tidak terstruktur. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara yang menjawab pertanyaan tersebut. Wawancara adalah suatu situasi peran interpersonal tatap muka dimana seseorang yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan kepada responden yang dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian.78 Metode ini digunakan untuk memperoleh data dari penjahit dan konsumen dalam mengenai kepemilikan. status kain daur ulang menurut hukum Islam.
Metode ini merupakan pengumpulan data berdasarkan dokumentasi, yang dalam arti sempit berarti pengumpulan data lisan dalam bentuk tertulis. Penulis menggunakan metode dokumentasi untuk memperoleh data letak geografis, jumlah penduduk desa, kondisi desa dan kondisi fasilitas, serta mengumpulkan data melalui uraian lengkap mengenai kondisi dokumentasi sehubungan dengan pembahasan proposal skripsi ini. Metode dokumentasi merupakan suatu metode yang menggunakan bahan-bahan klasik untuk meneliti perkembangan tertentu, yaitu untuk menjawab pertanyaan atau permasalahan tentang apa, mengapa, mengapa dan bagaimana.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara kepada penjahit dan konsumen mengenai status kepemilikan sisa barang jahit di tempat penjahit tersebut berada. Pertanyaan selanjutnya bagi penjahit adalah apakah sudah ada kesepakatan antara penjahit dan konsumen mengenai sisa barang yang dijahit. Sisa kain yang dijahit tidak lepas dari persoalan hak milik, yang telah dijelaskan lebih detail pada bab sebelumnya.
Dari beberapa pernyataan di atas yang dilakukan oleh para pedagang, terlihat juga pernyataan dari konsumen mengenai sisa nitrogen. Sementara itu, Ny. Pernyataan Rahma mengenai sisa nitrogen dilihat dari hasil wawancara dengan peneliti sebagai berikut. Dari banyaknya pernyataan penjahit dan konsumen mengenai sisa nitrogen, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penjahit mengetahui bahwa sisa kain hasil jahit adalah hak milik konsumen, sehingga penjahit menawarkan kembali sisa kain tersebut kepada konsumen, namun rata-rata konsumen melakukannya. bukan . tidak peduli jika mereka memberikannya secara gratis.-sisa nitrogennya saja dan serahkan ke pemotongnya padahal ada salah satu penjahit yang tidak menawarkan sisa nitrogennya kepada konsumen, alasannya adalah konsumen tidak meminta. sisa nitrogen. debu apakah sisa debunya besar atau kecil dan mereka menganggap konsumen tidak memerlukannya.
Melihat hasil kain sisa yang diberikan kepada penjahit oleh konsumen, peneliti menanyakan kepada penjahit mengenai kegunaan kain sisa dari hasil wawancara dengan Ibu Jumriah sebagai berikut. Berdasarkan hasil wawancara secara keseluruhan mengenai hak kepemilikan sisa kain jahit tersebut, peneliti menemukan bahwa sebagian besar konsumen mengetahui bahwa mereka masih mempunyai hak atas sisa kain jahit tersebut. Namun konsumen tidak mengambilnya sehingga penjahit menawarkan sisa barangnya kembali kepada konsumen, namun rata-rata konsumen tidak memperdulikannya atau memberikan sisa barang yang jumlahnya sedikit kepada penjahit secara cuma-cuma, sebagian besar meninggalkan barang sisa tersebut. digunakan kembali di penjahit.
Mayoritas dari mereka masih menawarkan sisa bahan jahit kepada konsumen, namun konsumen memberikan sisa bahan jahit tersebut kepada penjahit, padahal ada salah satu penjahit yang tidak menawarkan sisa bahan jahit kepada konsumen, dengan alasan konsumen tidak pernah meminta sisa bahan jahit tersebut. , atau sisa debu yang besar atau besar berukuran kecil dan mereka menganggap konsumen tidak membutuhkannya. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumen tidak memperdulikan sisa bahan baik yang berukuran besar maupun kecil, sehingga penjahit juga tidak menawarkan kembali sisa nitrogen tersebut kepada konsumen dan hal inilah yang terjadi pada masyarakat Desa Sappa yang melakukan hal tersebut. tidak memberikan sisa nitrogen baik kepada konsumen maupun penjual pakaian, karena sudah menjadi kebiasaan mereka. Konsumen merelakan kain sisa penjahitan karena jumlah sedikit atau sisa kain sedikit, sedangkan penjahit telah mengetahui bahwa konsumen telah merelakan kain sisa penjahitan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sisa barang format kecil diperoleh karena kebiasaan ('urf) penjahit dan konsumen tidak memperdulikan sisa barang pada saat menjahit, dan sisa barang format besar diperoleh dengan cara hadiah (sumbangan) dari konsumen. Penjahit bebas mendaur ulang sisa barang jahit karena konsumen telah memberikan sisa tersebut kepada penjahit secara cuma-cuma dan konsumen tidak pernah meminta kembali sisa tersebut. Penjahit bebas mendaur ulang kain sisa jahitan tersebut karena konsumen memberikan kain sisa tersebut kepada penjahit secara cuma-cuma, sehingga penjahit mempunyai hak penuh atas kain sisa jahitan tersebut.
Potongan kain yang berukuran kecil diperoleh karena kebiasaan penjahit ('urf') dan konsumen tidak memperdulikan kain sisa hasil penjahitan, sedangkan sisa kain yang berukuran besar diperoleh melalui pemberian (subsidi) dari konsumen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bagaimana keabsahan hak milik kain sisa jahitan di Desa Sappa Kecamatan
Bagaimana ketentuan hukum mengenai kain sisa yang di daur ulang oleh
PENUTUP
Saran
Penjahit wajib mengembalikan bahan sisa penjahitan kepada konsumen, meskipun nantinya konsumen akan memberikannya kepada penjahit. Bagi konsumen, sebaiknya memberitahukan langsung kepada penjahit bahwa ia merelakan kain sisa hasil jahitannya. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara keduanya, padahal kebiasaan yang berlaku adalah konsumen menyerahkan sisa kain kepada penjahit jika konsumen tidak mengambilnya.
Menjadi Peneliti Kualitatif: Pendekatan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Temuan Penelitian bagi Mahasiswa dan Peneliti Awal Bidang Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora. Tinjauan Hukum Islam Tentang Akad Jual Beli Pakaian Sisa Hasil Jahitan (Studi pada Delia Busana Bandar Lampung). Pengantar Penelitian Pendidikan untuk Pengembangan Tenaga Kependidikan dan Tenaga Kependidikan Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Arti Kepemilikan Milikiyah, Penyebab, Jenis dan Hikmah Kepemilikan https://www.bacaanmadani.com/2017/09/pengertian-ownership-milkiyah-sebab.html?m=1.(15 Maret 2019).