PENDAHULUAN
RumusanMasalah Dan BatasanMasalah
Apa pengertian penjahit dan penjahit dalam kaitannya dengan pengumpulan sisa bahan jahit di Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma. Mengingat luasnya pembahasan di atas, maka penulis membatasi pada praktik pengumpulan sisa bahan jahit dari penjahit di Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma dengan mengambil 3 desa yaitu Desa Padang Pelasan, Desa Air Periukan dan Desa Lubuk Gilang.
TujuanDan KegunaanPenelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran baru dalam ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan pemikiran masyarakat di Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma.
PenelitianTerdahulu
Yang membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah saya lebih fokus menurut Hukum Ekonomi Islam, permasalahannya adalah pengambilan bahan sisa jahitan oleh penjahit dan praktek jahitan sisa, dimana penjahit tidak mengembalikan sisa jahitan tersebut kepada pelanggan di Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma. Oleh karena permasalahan inilah maka penulis akan melakukan penelitian mengenai pengambilan sisa bahan jahit penjahit yang dikaji menurut hukum ekonomi Islam (studi kasus di Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma). Mengenai apa yang membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan penulis lakukan, saya lebih fokus menurut Hukum Ekonomi Islam, yang mengambil permasalahan. Hukum Kepemilikan Pakaian Tertinggal Menurut Wahbah Az Zuhaili (Studi Kasus di Desa Pematang Sei Baru Kecamatan Tanjungbalai Kab.
MetodePenelitian
Lokasi ini terletak di Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma. Pemilihan lokasi penelitian ini dikarenakan penerapannya tidak sesuai dengan teori dan praktek pengambilan bahan sisa jahit oleh penjahit, karena sisa bahan jahit yang diperjualbelikan belum resmi menjadi milik penjahit. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah penjahit dan order jahit di Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, melalui observasi lapangan, wawancara mendalam mengenai penelitian. Responden yang diwawancarai adalah penjahit dan order jahit 16.
SistematikaPenulisan
Teknik analisis yang digunakan peneliti adalah model Miles dan Huberman, dimana analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah pengumpulan data dalam jangka waktu tertentu. Penelitian, penelitian pendahuluan, landasan teori, metode penelitian dan sistem penulisan yang fungsinya membawa pembaca pada substansi pembahasan permasalahan ini. Bab II Pembahasan pada bab ini berisi kajian teoritis yang bertujuan untuk mengetahui pertanyaan umum mengenai pengertian hak milik, pembagian hak milik, jenis kepemilikan, alasan dan cara memperoleh kepemilikan, Hikmah Kepemilikan.
KAJIAN TEORI
PembagianHakMilik
Macam-MacamKepemilikan
Praktek pengambilan sisa bahan jahit oleh penjahit ditinjau menurut hukum ekonomi Islam (studi kasus di Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma). Akad yang digunakan dalam praktek pengambilan sisa bahan jahit oleh masyarakat Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma hanya menggunakan akad secara lisan atau langsung. Adapun sisa jahitannya masih milik saya, saya sudah mengetahuinya sejak lama, saya pernah bertanya kepada penjahit tentang bahan sisa, namun penjahit tidak pernah menawarkan sisa jahitan bahkan mengembalikan sisa jahitan tersebut.” 74.
Hasil wawancara dengan kakak Visca Cici Julianti 22 tahun pegawai swasta : “Saya sudah 1 tahun menjahit disini, dari awal saya masih SMA karena saya memilih untuk menjahit bersama Bu persis seperti yang kita inginkan, jarak tempuh yang ditempuh ke rumah Bu Winarni berjarak sekitar 2 kilo dari rumah saya, jika bahan baju saya kurang, Bu Winarti akan memberitahu saya, dan saya pun bertanya kepada Bu Winarni tentang sisa bahan jahitnya, saya tidak tahu sisa jahitannya. masih milikku, dan Bu Winarti, kalau masih ada lagi akan kuberitahu dan akan dikembalikan.”78 Hasil wawancara dengan Suster Rodita, 26 tahun IRT: “Saya sudah lama menjahit di sini, di dulu aku dipuja waktu SMA, karena aku menjahit di rumah Bu 85. Saya sudah mengetahui hal ini sejak lama, saat itu saya juga menanyakan sisa bahan kepada penjahit, namun penjahit tersebut tidak pernah menawarkan sisa jahitan bahkan mengembalikan sisa jahitan tersebut. Hasil wawancara dengan Ibu Diana 38 tahun IRT : “Saya sudah 3 tahun menjahit disini. Saya memilih menjahit bersama Ibu Winarni, seorang penjahit di Desa Air Periukan. Ibu Winarni jaraknya sekitar 2 kilo dari rumah saya, jika bahan baju saya kurang, maka ibu winarti akan memberitahu saya, dan saya pernah bertanya kepada winarni tentang sisa bahan jahitannya, karena saya tahu sisa bahan jahitan itu masih milik saya, dan ibu winarti saya akan memberi tahu jika lebih dan itu kembali.”86.
Demikian hasil wawancara dengan Lidia Gusnin, mahasiswi UNIB berusia 22 tahun: “Saya sudah 2 tahun menjahit disini, saya memilih menjahit di rumah Bu Lela, seorang penjahit di Desa Air Periukan untuk buat.jahitannya sangat rapi,dia bisa membuat model baju apa saja yang kita mau,jarak saya pergi ke rumah ibu lela,sekitar 2kilo dari rumah saya,karena saya tahu sisa jahitan masih milik saya,saya pernah bertanya kepada penjahit tentang sisa bahan, tapi penjahitnya tidak.Demikian pula hasil wawancara dengan Lesmi, 58, IRT: “Saya sudah 5 tahun menjahit di sini. Aku memilih untuk tinggal bersama Ny. Rumah Winarni, seorang penjahit di Desa Air Periukan, sedang menjahit. Jahitannya sangat rapi. Saya berangkat ke rumah Bu Winarni yang berjarak sekitar 3 kilo dari rumah saya, jika bahan baju saya kurang, Bu Winarti akan memberitahu saya, dan saya pun bertanya kepada Bu Winarni tentang sisa jahitannya, karena saya tahu sisa jahitannya adalah masih properti. Saya dan Bu Winarti akan saya sampaikan jika lebih maka akan dikembalikan. 90. Mengenai sisa jahitan masih milik saya, saya sudah mengetahuinya sejak lama, namun pemotong tidak pernah menawarkan sisa jahitan, saya juga bertanya kepada pemotong tentang sisa bahan, tetapi pemotong tidak pernah menawarkan sisa jahitan dan bahkan mengembalikan sisa jahitan untuk saya.”95.
2. Evaluasi Hukum Ekonomi Islam Terhadap Pengambilan Bahan Jahit Sisa Oleh Penjahit Studi Kasus Di Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma. Analisis Praktek Pengambilan Bahan Jahit Sisa Studi Kasus Pada Penjahit Di Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma. Analisis Revisi Hukum Ekonomi Islam Terhadap Pengambilan Bahan Jahit Sisa Oleh Penjahit (Studi Kasus Di Kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma).
SebabDan Cara MemperolehKepemlikan
HikmaKepemilikan
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
KeadaanPendudukdan Mata Pencarian
Hasil wawancara dengan Ibu Haryati, 42 tahun, IRT: “Saya menjahit bersama Ibu Lela, seorang penjahit di desa Air Periukan, selama hampir 3 tahun, karena jahitannya bagus dan bahan jahitannya kurang bagus. mahal, jarak dari rumah sekitar 3 kilo, selalu milik saya, saya tahu sisa jahitan itu milik saya, saya tidak pernah meminta dan penjahit tidak mengembalikannya kepada saya, pernah saya meminta sisa bahan kepada penjahit, tetapi penjahit tidak pernah mengembalikan sisa bahan untuk menjahit, padahal hanya tersisa sedikit.” 79. Kalau sisa bahan jahitnya masih milik saya, saya sudah mengetahuinya sejak lama, namun penjahit tidak pernah menawarkan sisa bahan jahitnya, dan saya pun berusaha meminta sisanya, padahal bahannya masih ada, tapi kata penjahitnya sudah tidak ada lagi bahan untuk menjahit. 81. Hasil wawancara dengan Septi Wedianti, 20 tahun: “Saya sudah cukup lama menjahit di sini, pertama saya membuat seragam keluarga, karena dulu saya menjahit di rumah Dewi Putri, seorang penjahit di desa Padang Pelasan sekitar 1 kilo dekat rumah saya, Soal sisa bahan jahitnya masih milik saya sebenarnya saya tidak tahu kalau itu milik saya, saya malah coba tanya sisanya tapi penjahit bilang bahannya sudah selesai, meskipun saya melihat di kotak bahwa bahan saya tertinggal di dalamnya.
Sedangkan untuk sisa bahan jahitnya masih milik saya, saya tidak tahu apakah sisa bahan jahit tersebut masih milik saya, namun penjahit tidak pernah mengembalikan sisa bahan jahit tersebut kepada saya, padahal saya sudah menanyakan sisa bahan jahit tersebut namun tetap saja. bukankah saya tidak kembali, saya pun merasa dirugikan dalam menjahit karena tidak memiliki kejujuran sisa jahitannya. 84. Mengenai bahan yang tersisa, itu masih milik saya, saya tidak tahu apakah itu milik saya yang tersisa, karena penjahit tidak pernah menawarkan bahan yang tersisa, padahal yang tersisa tidak banyak, saya sendiri saya merasa bosan dengan penjahitan tersebut. karena tidak ada kejujuran pada sisa bahan jahit. Demikian pula hasil wawancara dengan kakak Riani Tiara Ulsi Pina, 26 tahun: “Saya sudah 2 tahun menjahit disini sejak saya mulai menjadi seorang penjahit. Guru, saya mau, jarak yang saya tempuh ke rumah Ibu Lela, jaraknya dari rumah saya sekitar 1 kilogram, kalau bahan baju saya hilang, Ibu Lela akan memberitahu saya, saya juga bertanya kepada ibu saya tentang sisanya. bahan jahit.
Sedangkan untuk sisa jahitannya masih milik saya, saya sudah mengetahuinya sejak lama, namun pemotongnya tidak pernah menawarkan sisa jahitannya, padahal sisa jahitannya tidak banyak, saya juga bertanya kepada penjahit tentang sisa kain kecuali pemotongnya. tidak pernah mengembalikan sisa jahitan 92 Hasil wawancara dengan Ibu Ruhaini 56 tahun IRT: “Saya sudah setahun menjahit di sini karena menjahit di rumah Ibu Dewi Putri, seorang penjahit di desa Padang Pelasan, jaraknya cukup dekat. rumah saya sekitar 1 kilo. Sedangkan untuk sisa kain jahitannya masih milik saya, saya juga menanyakan sisa kain tersebut kepada penjahit namun pihak pemotong tidak pernah menawarkan sisa kain tersebut bahkan mengembalikan sisa kain yang dijahit tersebut, berapa pun sisanya. bahan jahit yang saya punya 93. Berdasarkan beberapa wawancara diatas, penulis merasa perlu mengkonfirmasi dan meminta tanggapan langsung kepada penjahit yang ada di Kecamatan Air Periukan yang mengambil 3 desa yaitu Desa Padang Pelasan, Desa Air Periukan, dan Lubuk Gilang Desa, tentang bagaimana sistem hak kepemilikan atas sisa bahan jahit. Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa alasan kepemilikan sisa bahan jahit oleh penjahit adalah:
Mereka tidak membiarkan penjahit menggunakan kembali sisa pakaian tersebut, bahkan mereka mencoba bertanya kepada penjahit, namun penjahit tidak mengembalikan bahan sisa jahitan tersebut. Penjahit adalah milik penjahit, sisa bahan jahit tetap harus menjadi milik penjahit, bukan milik penjahit. Setelah penulis melakukan observasi dan penelitian terhadap perolehan bahan jahit sisa, maka penulis memberikan saran sebagai berikut.