• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH "

Copied!
174
0
0

Teks penuh

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana praktek gadai peralatan rumah tangga di Desa Padang Hangat Kecamatan Kaur Tengah Kabupaten Kaur dan mengkaji peraturan perundang-undangan ekonomi syariah terhadap praktek gadai di Desa Padang Hangat Kecamatan Kaur Tengah Kabupaten Kaur. Daerah. Bagaimana praktek gadai peralatan rumah tangga di Desa Padang Hangat Kecamatan Kaur Tengah Kabupaten Kaur. Untuk mengetahui tinjauan peraturan perundang-undangan ekonomi syariah terhadap praktek gadai di Desa Padang Hangat Kecamatan Kaur Tengah Kabupaten Kaur.

Perspektif Rumah Tangga Terhadap Hukum Ekonomi Syariah (Studi Kasus di Desa Padang Hangat Kecamatan Kaur Tengah Kabupaten Kaur).

Tabel 1.1  Informasi Penelitian
Tabel 1.1 Informasi Penelitian

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Penelitian Terdahulu

Metode Penelitian

Sistematika Penulisan

KAJIAN TEORI

Pengertian Gadai Rahn

Dalam pengertian istilah berarti penguasaan sejumlah harta tertentu yang diserahkan sebagai jaminan hak, dan sejumlah harta yang bersangkutan dapat diambil kembali pada waktu penebusannya. Ulama Hanabillah mengartikan ar-rahn sebagai harta yang dijadikan jaminan atas utang yang dijaminkan. Apabila pihak yang memikul utang tidak sanggup melunasinya, maka utang itu dibayar dengan hasil penjualan harta benda yang dijadikan jaminan utang yang dijaminkan.

Sifat Gadai

Sekiranya syarat-syarat tersebut tidak selaras dengan kontrak, seperti syarat-syarat yang tidak mempunyai faedah atau tujuan, maka kontrak gadaian adalah sah tetapi syarat-syaratnya adalah batal (batal). Para ulama bersepakat bahawa syarat marhun (barang yang digadai) adalah sama dengan syarat jual beli. Ini bermakna sebarang barangan yang dijual secara sah juga dicagarkan secara sah. Hanafiah menyatakan secara terperinci syarat-syarat marhun adalah seperti berikut. Pendapat ini juga merupakan pendapat Ibnu Abi Lail, An-Nakha‟i Auza‟i dan Abu‟Tsaur.. Syafi‟iyah selain menyatakan syarat-syarat dalam akad jual beli, sah juga dalam akad gadai dan disepakati , oleh fuqaha sebagaimana yang telah Penulis yang dikemukakan di atas juga mengemukakan syarat-syarat yang terperinci bagi akad gadaian, antara lain: 1) Perkara yang dicagarkan mestilah dalam bentuk aina (benda). yang boleh dijual beli secara sah, walaupun hanya disifatkan sebagai salam, ia tidak faedah dan bukan hutang, iaitu faedah tidak dicagarkan secara sah, kerana manfaat itu akan hilang sedikit, syarat ini. juga diturunkan dari Hanabilah.

Malikiyah mengemukakan syarat-syarat umum, yaitu walaupun segala sesuatu yang diperjualbelikan itu halal, ia juga digadaikan, namun ada pengecualiannya, yaitu pada barang-barang yang mengandung gharar (penipuan) karena belum jelas, sebagaimana hal. SH. janin. dalam kandungan dalam hal demikian, walaupun barang itu tidak halal untuk diperjualbelikan, namun halal untuk dijaminkan. 44. Marhun adalah suatu barang yang dijadikan jaminan oleh rahin, para ulama fiqih sepakat mewajibkan marhun sebagai syarat suatu barang dalam jual beli, agar barang yang dijual itu memenuhi hak murtahin. Pendapat ulama mazhab Imam Maliki dan Imam Syafi’i yang hanya menekankan pada ketentuan gadai, yang mensyaratkan keabsahan barang yang diperjualbelikan oleh pengikut kedua mazhab tersebut, adalah segala sesuatu yang dapat diambil atau dijual, dapat digadaikan, dihibahkan, atau diserahkan, oleh karena itu menurut mereka barang-barang seperti binatang ternak, binatang melata, hamba-hamba, dirham, dinar, tanah dan barang-barang lainnya sepanjang halal untuk diperjualbelikan adalah halal. juga untuk pion.

Selain syarat-syarat tersebut, para ulama fiqih sepakat bahwa ar-rahn dianggap sempurna jika barang yang dihibahkan sah di tangan pemberi pinjaman, jika agunan berbentuk benda tidak. bergerak, misalnya rumah dan tanah, maka rumah dan tanah itu tidak perlu dihibahkan, hanya surat jaminan tanah atau surat-surat rumah saja yang disimpan oleh debitur 48 4) Syarat Kesempurnaan Rahn (memegang. Jumhur ulama, yang membolehkan penjamin dengan barang yang tidak seluruhnya atau sebagian sepanjang sah untuk diperjualbelikan.Kebanyakan ulama membolehkan asalkan bisa diserahterimakan, sedangkan barang yang ada di rumah tidak termasuk barang kecuali ada penjelasannya. .

Pada prinsipnya, barang gadaian mestilah milik rahin, tetapi ulama Mahzab membenarkannya menggadaikan barang yang dipinjam dengan persetujuan pemiliknya. f) Mengikrarkan tirkah (mesti jenazah) Ulama Hanafiyah Malikiyah dan Hanabilah menghalalkan berikrar dengan tirkah jika mayat bebas dari hutang manakala ulama Syafi'iyah berpendapat tidak boleh menggadaikan sebahagian daripada harta tirkah. g) Gadai barang mudah rosak. Ulama Hanabi percaya bahawa mencagarkan barang yang mudah rosak adalah dibenarkan jika ikatan itu berkemungkinan kukuh apabila penggadai mahu ia kering. Barang tersebut hendaklah dijemur atau dijual segera jika dikhuatiri akan rosak. h) Buku pajak gadai.

Hukum Dan Ketentuan Gadai

Perjanjian gadai adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu pihak yang beruntung atau pemberi gadai dengan pihak yang berhutang atau pegadaian dan pihak yang menghibahkan utangnya atau penerima gadai. Apabila rukun-rukun itu terpenuhi, segala sesuatunya sesuai dengan ketentuan syariah dan dilaksanakan oleh orang yang mempunyai kualifikasi untuk melakukan muamalah, maka akad gadai itu sah. Mayoritas ahli hukum berpendapat bahwa rahn berkaitan dengan seluruh hak atas barang yang digadaikan dan bagian-bagian lainnya. Artinya: jika seseorang menggadaikan suatu harta tertentu dan kemudian melunasi sebagiannya, maka seluruh harta yang dijaminkan itu tetap menjadi miliknya. tangan pemegang gadai sampai orang yang menggadaikan harta itu melunasi utangnya.

Alasannya, barang yang digadaikan merupakan jaminan atas suatu utang, sehingga jika utang tersebut musnah maka kewajiban membayar utang tersebut juga ikut musnah. Hal ini sesuai dengan pengertian hakikat gadai itu sendiri, yaitu sebagai amanah atas suatu utang yang harus dibayar, apabila debitur tidak mampu membayar utang orang yang berhutang. Oleh karena itu, barang gadai dapat dijual untuk membayar hutang, dengan cara mewakili penjualannya kepada orang yang adil dan dapat dipercaya.

Artinya, yang memberi barang gadai (rahin) belum menguasai barang yang digadaikan dan barang yang digadaikan itu kembali ke dalam penguasaan orang yang menggadaikannya dengan melunasi utangnya. Berdasarkan hal tersebut, maka tidak boleh tersirat dalam akad gadai untuk memberikan upah kepada murtahin untuk biaya pemeliharaan harta yang digadaikan karena hal tersebut merupakan kewajibannya. Pendapat ulama Malikiyah hampir sama dengan pendapat ulama Hanabilah di atas, bahwa jika rahin didasarkan pada akad fasid, maka murtahin lebih mempunyai hak atas barang tersebut dibandingkan orang yang mempunyai debitur lain.

Hak Dan Kewajiban Para Pihak Penerima Gadai

  • Hak Dan Kewajiban Murtahin
  • Hak Dan Kewajiban Para Pihak Penerima Gadai

Pertambahan Jaminan (Borg)

Ulama Hanafi percaya bahawa penambahan yang berlaku dalam Borg yang merangkumi rahn berkait rapat dengan rahn, seperti buah-buahan, susu, dll. atau yang berasingan seperti kanak-kanak, haiwan, adalah tambahan yang tidak berkaitan dengan rahn, seperti upah. milik rahini. Ulama Maliki berpendapat bahawa kemasukkan dalam rahn ialah sesuatu yang dihasilkan terikat dan tidak terpisah seperti lemak, atau yang terpisah tetapi terikat seperti kanak-kanak dan lain-lain. Mengenai sesuatu yang bukan asli daripada penciptaan borg atau imejnya tidak termasuk dalam borg, sebagai buah yang dihasilkan oleh pokok atau yang tidak dihasilkan sebagai sewa rumah, atau hasilnya.

Menurut Ulama Syafi'iyah, segala tambahan daripada rahn, sama ada lahir dari hutang atau tidak, berkaitan hutang atau tidak, semuanya melibatkan rahn dan dengan itu hukuman untuk sesuatu.

Berakhirnya Akad Gadai

Hutang itu dilepaskan oleh murtahin dengan pelbagai cara termasuk kaedah hiwalah (memindahkan hutang kepada pihak lain). Disebabkan murtahin atau hilangnya ahliyatul ada, seperti muflis, gila atau sakit Menurut mazhab Maliki, ikatan berakhir dengan kematian rahin sebelum pinjaman diterima dengan susah, yang membawa kepada kematian.

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Keadaan Desa Padang Hangat

Sarana Dan Prasarana Desa Padang Hangat

Berikut ini dapat disebutkan dan dijelaskan sedikit tentang sarana dan prasarana yang ada di Desa Padang Hangat, antara lain: a.Sebagai sarana meningkatkan rasa percaya diri warga desa Padang Hangat yang mayoritas beragama Islam, dalam hubungannya dengan Allah SWT. Masyarakat Desa Padang Hangat, Kecamatan Kaur Tengah, telah membangun sarana ibadah berupa masjid dan tempat pembuangan sampah.

Berdasarkan data yang ada di Desa Padang Hangat Kecamatan Kaur Tengah, jumlah data yang terkumpul ada 2, yang dapat dirinci sebagai berikut. Sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi dalam menjalankan kehidupan sehari-hari khususnya dalam melakukan hubungan antara warga kampung gudeg padang dengan warga luar kampung gudeg padang tidak menjadi masalah karena jalan di sekitar kampung gudeg padang kecamatan kaur tengah sudah tidak ada masalah lagi. baik untuk pengguna kendaraan seperti truk, mobil, sepeda, sepeda motor, sehingga memudahkan dalam berkomunikasi dengan wilayah manapun di luar kecamatan Kaur Tengah.

Keadaan Sosial Desa Padang Hangat

Keadaan Ekonomi Desa Padang Hangat

Visi Dan Misi Desa Padang Hangat

Praktek penggadaian peralatan rumah tangga yang terjadi pada masyarakat desa Padang Hangat dengan memberikan jaminan atas barang-barang rumah tangga di Murtahin yang barangnya dalam kondisi bekas pakai atau. Ibu-ibu komunitas Padang Hangat lebih suka menggadaikan barang-barang rumah tangganya kepada orang lain atau tetangga dengan sengaja. Analisis Praktek Penghalangan Peralatan Rumah Tangga di Desa Padang Hangat Kecamatan Kaur Tengah Kabupaten Kaur.

Diketahui, akad transaksi gadai dilakukan dengan cara meminjam uang untuk menjaminkan barang-barang rumah tangga pada masyarakat Desa Padang Hangat, Kecamatan Kaur Tengah, Kabupaten Kaur. Dari sekian banyak kasus yang terjadi di Desa Padang Hangat, Kecamatan Kaur Tengah, Kabupaten Kaur, terdapat 10 pasangan Rahin yang menjaminkan peralatan rumah tangga kepada Murthin, memberikan jaminan atas peralatan rumah tangga berharga yang memiliki nilai jual kembali. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, kegiatan gadai barang-barang berharga rumah tangga dan barang-barang yang mempunyai nilai jual terjadi pada kalangan ibu rumah tangga di masyarakat Desa Padang Hangat, Kecamatan Kaur Tengah, Kabupaten Kaur.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kegiatan penggadaian barang-barang rumah tangga yang berharga dan mempunyai nilai jual kembali terjadi di kalangan masyarakat Desa Padang Hangat, Kecamatan Kaur Tengah, Kabupaten Kaur, namun kemudian pada tanggal yang telah ditentukan untuk pengembalian barang tersebut. hal-hal. Rahin tak mau membayar utangnya, namun memerintahkan Murtahin menjual barang yang dijadikan jaminan. Perspektif Hukum Ekonomi Syariah Pada Peralatan Rumah Tangga di Desa Padang Hangat Kecamatan Kaur Tengah Kabupaten Kaur. Akad gadai peralatan rumah tangga masyarakat Desa Padang Hangat Kecamatan Kaur Tengah Kabupaten Kaur telah sesuai (sah) dengan hukum ekonomi syariah karena seluruh syarat dan rukun telah terpenuhi dalam akad.

Dalam praktek penggadaian perlengkapan rumah tangga di kampung hangat Padang, berdasarkan ketentuan mengenai barang yang dijadikan jaminan dalam pembelian, terlihat bahwa jaminan berupa perlengkapan rumah tangga diperbolehkan secara hukum. Namun dari segi tujuannya, menggadaikan peralatan rumah tangga dilarang karena pihak Rahin diuntungkan dari gadai tersebut dan pihak Murtahin merasa dirugikan.

Tabel 5  Informal
Tabel 5 Informal

Pelaksanaan Praktek Gadai Peralatan Rumah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambar

Tabel 1.1  Informasi Penelitian
Tabel 5  Informal

Referensi

Dokumen terkait

5.2 Analysis The paper discuss about how Greyhound and Kloset build up their brand in detail, followed by the customer based-brand equity model along with the four steps and six

"It is widely distributed in the south-eastern region of central South America comprising south-eastern Bolivia, Paraguay, southern Brazil, Uruguay, and southern and central Argentina"