Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Keseshatan Universitas Kusuma Husada Surakarta 2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK PNEUMONIA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN FISIOLOGIS
KESEIMBANGAN SUHU TUBUH
Amelia Septianingrum1, Endang Zulaicha Susilaningsih2
1Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Universitas Kusuma Husada Surakarta
2Dosen Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Universitas Kusuma Husada Surakarta
Email: [email protected] ABSTRAK
Pneumonia merupakan infeksi pernapasan akut yang menyerang paru-paru.
Penyebabnya yaitu virus, bakteri, jamur, atau paparan bahan kimia. Pneumonia sering ditandai dengan demam, hal ini disebabkan karena adanya peradangan atau inflamasi yang terjadi pada paru-paru. Tujuan studi kasus ini untuk mengetahui gambaran dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis keseimbangan suhu tubuh. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah satu orang pasien anak dengan pneumonia dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis suhu tubuh diruang Merpati RSUD Simo Boyolali. Penelitian ini menggunakan alat thermometer air. Hasil studi menunjukan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien anak pneumonia dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis keseimbangan suhu tubuh dengan masalah keperawatan hipertermia yang dilakukan tindakan keperawatan merendam kaki dengan air hangat (warm water footbath) dengan waktu 15 menit saat suhu tubuh tinggi selama 3 hari, didapatkan hasil terjadi penurunan suhu tubuh pada hari pertama suhu 38˚C turun menjadi 37,8˚C hari kedua 37,8˚C turun menjadi 36,8˚C. Tindakan warm water footbath efektif dalam menurunkan suhu tubuh pasien anak dengan demam.
Kata kunci : Warm Water Footbath, Anak, Pneumonia, Suhu Tubuh.
Nursing Study Program Of Diploma 3 Programs Faculty Of Health Sciences University Of Kusuma Husada Surakarta 2022
NURSING CARE FOR CHILDREN WITH PNEUMONIA IN FULFILLMENT OF THE PHYSIOLOGICAL NEED OF BODY TEMPERATURE BALANCE
Amelia Septianingrum1, Endang Zulaicha Susilaningsih2
1Student of Nursing Study Program of Diploma 3 Programs, University of Kusuma Husada Surakarta
2Lecturer of Nursing Study Program of Diploma 3 Programs, University of Kusuma Husada Surakarta
Email: [email protected]
ABSTRACT
Pneumonia is an acute respiratory infection caused by viruses, bacteria, fungi, or exposure to chemicals. It is frequently represented by fever due to lung inflammation. This study aimed to illustrate the implementation of nursing care for children with pneumonia in fulfillment of the physiological need of body temperature balance. It adopted descriptive with a case study method. The subject was one pediatric patient with pneumonia in fulfillment of the physiological need of body temperature in the Merpati room at Simo Boyolali Hospital. The study on the nursing care management in a pediatric patient with pneumonia in fulfillment of the physiological need of body temperature balance with hyperthermia nursing problems carried out by warm-water footbath nursing actions in 15 minutes for three days could reduce body temperature from 38˚C to 37.8˚C on the day first.
The second day obtained a reduction from 37.8˚C to 36.8˚C. The warm-water footbath is effective for the body temperature of pediatric patients with fever.
Keywords: Warm-Water Footbath, Children, Pneumonia, Body Temperature.
PENDAHULUAN
Pneumonia adalah infeksi pernapasan akut yang menyerang paru- paru. Paru-paru terdiri dari kantung- kantung kecil yang disebut alveoli, yang terisi udara ketika orang sehat bernapas.
Ketika seseorang menderita pneumonia, alveoli dipenuhi dengan nanah dan cairan yang membuat penapasan terasa menyakitkan dan membatasi asupan oksigen (WHO, 2019). Menurut Mandan (2019), tanda gejala yang dapat muncul dari pneumonia adalah demam menggigil. Demam ini merupakan tanda adanya inflamasi atau peradangan yang terjadi di dalam tubuh penderita pneumonia. Hal ini menyebabkan hipotalamus dalam tubuh bekerja dengan memberi respon dengan menaikkan suhu tubuh. Demam yang terjadi pada penderita pneumonia bisa mencapai 38,8ᵒC sampai 41,1ᵒC.
Anak usia sekolah yaitu anak dengan usia 6-12 tahun, dalam masa ini merupakan masa peralihan dari pra- sekolah ke sekolah dasar. Disebut juga dengan masa peralihan kanak-kanak akhir ke masa pra-pubertas. Dengan kita mengetahui tugas perkembangan anak sesuai usianya maka sebagai orang tua atupun gurunya dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan dalam setiap perkembangan agar tidak terjadi
penyimpangan perilaku (Sabani &
Fatmaridha, 2019).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit dengan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Penyakit ini merupakan penyebab dari 4 juta kasus kematian pada balita. Kejadian pada bayi atau balita di Indonesia diperkirakan mencapai 10-20% per tahunnya (Siregar, 2020). Badan Pusat Statistik (2019), mencatat prevalensi pneumonia di Indonesia mencapai 57,2% sedangkan di Jawa Tengah sebesar 3,61%, kemudian prevalensi pneumonia di Boyolali sebesar 2,1% atau sekitar 55 kasus pneumonia ditemukan.
Upaya untuk mengatasi pneumonia pada anak dapat dilakukan dengan beberapa teknik nonfarmakologi untuk menurunkan suhu tubuh pada anak demam yaitu dengan cara tepid sponge atau teknik seka. Teknik tepid sponge ini menggunakan air hangat dan hasilnya lebih efektif menurunkan suhu dibandingkan dengan mengompres dengan air hangat. Tetapi teknik tepid sponge ini membuat anak-anak tidak nyaman sehingga jarang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga (Wardiyah et al, 2016). Terdapat cara yang mudah untuk menurunkan demam pada anak yaitu dengan merendam kaki dengan air hangat. Merendam kaki merupakan salah
satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami demam (Potter & Perry, 2012).
Merendam kaki dengan menggunakan air hangat dengan suhu 40ᵒC-43ᵒC dapat mengeluarkan keringat dari dalam tubuh. Keringat tersebut dapat menurunkan demam yang terjadi pada anak pnuemonia, efek dari merendam kaki dengan menggunakan air hangat lainnya yaitu menimbulkan rasa nyaman atau rileks, mengurangi rasa lelah. Jika suhu tubuh kembali ke batas normal maka akan mengurangi resiko kejang pada anak dan komplikasi (Genc &
Conk, 2008).
Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk mengajukan kasus pneumonia sebagai proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Anak Pneumonia Dalam Kebutuhan Fisiologis Keseimbangan Suhu Tubuh.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan motode pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah satu orang pasien anak dengan pneumonia dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis suhu tubuh diruang Merpati RSUD Simo dilaksanakan pada tanggal 17 Januari
2022 sampai 29 Januari 2022.
Pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta studi dokumentasi.
HASIL STUDI KASUS
Studi kasus dipilih 1 orang klien sebagai subyek studi, sesuai dengan kriteria inklusi yaitu klien anak dengan pneumonia usia 6-12 tahun. Subyek studi kasus ini adalah An.M berusia 10 tahun, berjenis kelamin laki-laki, beragama Islam dan beralamat Wates, Simo, Boyolali, nomor register 1105xxxxxx, diagnosa medis Pneumonia. Pengkajian dilakukan pada tanggal 20 Januari 2022 jam 11.00 WIB dengan hasil sebagai berikut DS: klien mengatakan badan terasa demam, disertai batuk-batuk, merasakan nyeri sendi, otot, tulang saat demam. DO: klien tampak lemah. Ibu klien mengatakan klien demam sejak 5 hari yang lalu disertai batuk-batuk, merasakan nyeri sendi, nyeri otot, dan nyeri tulang saat demam. Pada tanggal 20 Januari 2022 klien dibawa ke IGD RSUD Simo pukul 06.38 WIB kemudian klien diobservasi dan dicek suhu yaitu 38,8ᵒC Nadi: 110 x/m, RR: 33 kali per menit.
Diberikan infus Ringer Laktat 30 tetes per menit, injeksi Paracetamol 400 mg, kemudian klien dipindah ke bangsal anak Merpati pukul 09.10 WIB dicek suhu
35 36 37 38 39
Kamis Jum'at
Evaluasi Suhu Tubuh (ᵒC)
Sebelum Sesudah
kembali hasilnya 38ᵒC Nadi: 110 kali per menit RR: 32 kali per menit, oleh dr. L Sp.A infus diganti Asering 30 tetes per menit makro, diberikan injeksi ceftriaxone 1 x 200 mg intravena.
Berdasarkan data hasil pengkajian yang muncul, penulis menegakkan diagnosa keperawatan hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan suhu tubuh diatas normal. Hal ini sesuai dengan batasan karakteristik diagnose hipertermia yang ditandai dengan gejal 80-100% yaitu suhu tubuh diatas normal, kulit teraba hangat (PPNI, 2017).
Pada hari pertama Kamis, 20 Januari 2022 hasil yang diperoleh yaitu klien mengatakan badan terasa demam, suhu: 37,8ᵒC , nadi: 110 kali per menit , RR: 35 kali per menit, Pada hari kedua Jum’at, 21 Januari 2022 hasil yang diperoleh yaitu Klien mengatakan nyaman, berkeringat, suhu: 36,8ᵒC , nadi:
100 kali per menit, RR: 35 kali per menit, Pada hari ketiga Sabtu, 22 Januari 2022 hasil yang diperoleh yaitu Klien mengatakan badan sudah tidak demam, suhu: 36,6ᵒC , nadi: 110 kali per menit, RR: 30 kali per menit.
Berikut adalah diagram penurunan suhu sebelum dan sesudah tindakan rendam kaki air hangat.
38˚C 37,8˚C 37,8˚C 36,8˚C
Berdasarkan diagram tersebut maka diketahui terdapat penurunan suhu tubuh pada hari kamis dari suhu 38˚C menjadi 37,8˚C dan pada hari jum’at dari suhu 37.8˚C menjadi 36,8˚C sehingga rata-rata penurunan suhu pada kedua hari tersebut sebesar 1,2ᵒC.
PEMBAHASAN STUDI KASUS Dari data observasi didapatkan klien mengalami demam selama 5 hari, hasil pengkajian dengan suhu 38ᵒC respirasi rate 32 kali per menit dan nadi 105 kali per menit. Menurut Sodikin, 2012 anak dalam keadaan sehat mempunyai suhu tubuh normal berkisar pada 36,5-37,5ᵒC sedangkan suhu tubuh jika anak demam yaitu ≥37,5ᵒC.
Manifestasi yang terjadi pada pasien dengan Pneumonia salah satunya adalah demam, demam ini biasanya mencapai 39,5-40,5ᵒC. Demam merupakan kondisi suhu tubuh berada di atas normal (Wardiyah et al, 2016).
Berdasarkan data hasil pengkajian yang muncul, penulis menegakakan
diagnosa keperawatan hipertermia berhubungan dengan proses penyakit. hal ini sesuai dengan batasan karakteristik diagnosa hipertermia yang ditandai dengan gejala 80-100% yaitu suhu tubuh diatas normal 38ᵒC, kulit teraba hangat, takipnea, respiration rate (RR) 32 kali per menit, nadi 110 kali per menit (PPNI, 2017).
Berdasarkan diagnosa keperawatan Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit, penulis mencantumkan outcome untuk mengukur tingkat keberhasilan asuhan keperawatan yaitu setelah dilakukan 3x24 jam diharapkan hipertemia membaik dengan kriteria hasil sesuai dengan SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) Termoregulasi (L.14134): suhu tubuh membaik, suhu kulit membaik (PPNI, 2018).
Intervensi keperawatan disusun berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) Manajemen Hipertermia (I.15506): Observasi:
identifikasi penyebab hipertermia, monitor suhu tubuh, monitor kadar elektrolit, monitor haluaran urine.
Edukasi: anjurkan tirah baring.
Terapeutik: sediakan lingkungan yang dingin, longgarkan atau lepaskan pakaian, basahi dan kipasi permukaan tubuh, lakukan pendinginan eksternal (rendam kaki air hangat), Kolaborasi:
pemberian injeksi intravena (PPNI, 2018).
Intervensi keperawatan pada klien pneumonia adalah merendam kaki dengan air hangat 40ᵒC selama 15 menit untuk menurunkan suhu tubuh (Wulaningrum & Ardianti, 2021). Dari segi fisiologis, air hangat dapat memberikan dampak kesehatan yang baik untuk tubuh yaitu melancarkan sirkulasi darah (Hardianti dkk, 2018).
Pemberian obat antipiretik parasetamol juga diberikan 4 jam sebelum tindakan non farmakologi ini dilakukan. Parasetamol bertahan di dalam tubuh dalam waktu 4-6 jam.
Penggunaan antipiretik parasetamol dianjurkan untuk menurunkan demam untuk mengurangi ketidaknyamanan (Lubis & Lubis, 2016).
Implementasi hari pertama Kamis, 20 Januari 2022 pukul 07.00 WIB di IGD diberikan injeksi paracetamol 400 mg intravena didapatkan respon klien S:
klien mengatakan badan demam, O:
suhu: 38,8ᵒC nadi: 110x/m RR: 32x/m . lalu setelah di pindahkan ke bangsal anak Merpati pada pukul 11.00 WIB dilakukan tindakan kolaborasi yaitu pemberian injeksi ceftriaxone 1x200 mg intravena , didapatkan respon klien S:
klien mengatakan sakit di area yang terpasang infus O: tidak ada plebitis, tidak terlihat tanda alergi terhadap obat.
Kemudian mengobservasi suhu tubuh melalui aksila didapatkan respon klien S:
klien mengatakan badan masih terasa demam O: suhu 38ᵒC. tindakan keperawatan selanjutnya melakukan rendam kaki air hangat pukul 11.20 WIB didapatkan respon klien S: klien mengatakan demam berkurang O: suhu 37,8ᵒC (pengukuran melalui aksila), akral hangat.
Implementasi hari kedua Jumat, 21 Januari 2022 melakukan tindakan keperawatan yang pertama yaitu memonitor suhu tubuh pukul 11.30 WIB didapatkan respon klien S: klien mengatakan demam berkurang, O: suhu : 37,8ᵒC , N: 100 kali per menit, RR: 35 kali per menit. Tindakan kolaborasi yang dilakukan yaitu pemberian injeksi paracetamol 400mg intravena didapatkan respon klien S: klien mengatakan demam turun, O: suhu 37,8ᵒC. tindakan ketiga merendam kaki dengan air hangat didapatkan respon klien S: klien mengatakan nyaman, berkeringat O:
suhu 36,8ᵒC (pengukuran melalui aksila).
Implementasi ketiga hari Sabtu, 22 Januari 2022 yaitu melakukan tindakan keperawatan pertama yaitu memonitor suhu tubuh pukul 10.00 WIB didapatkan respon klien S: klien mengatakan badan sudah tidak demam lagi, O: suhu 36,6ᵒC , N: 100 kali per menit, RR:30 kali per menit.
Air hangat 40ᵒC dapat menurunkan suhu tubuh karena pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika panas menstimulasi hipotalamus dan hipotalamus akan menurunkan refleks untuk vasodilatasi.
Sistem efektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh oblongata dari tangkai otak dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior, sehingga terjadilah vasodilatasi. Vasodilatasi inilah yang menyebabkan kehilangan energi atau panas melalui kulit meningkat (berkeringat). Diharapkan yang akan terjadi penurunan suhu tubuh menjadi normal (Djuwarijah, 2009). Perendaman dilakukan pada kaki karena pembuluh darah terbesar berada di kaki, setelah dilakukan perendaman maka mengakibatkan set point termostatik hipotalamus mengatur ulang perpindahan suhu yang tinggi ke suhu yang rendah (Wulaningrum & Ardianti, 2021).
Penggunaan parasetamol dalam tindakan ini juga berpengaruh dalam menurunkan suhu. Parasetamol merupakan obat analgesik-antipiretik dengan sedikit efek antiinflamasi yang digunakan secara luas di kalangan masyarakat (Dewi & Nugroho, 2016).
Walaupun bersifat lemah parasetamol
merupakan penghambat biosintesis prostagnlandin dengan menghambat pelepasan enzim siklooksigenase yang merubah asam arakidonat menjadi prostaglandin. Parasetamol diabsorpsi cepat melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan masa paruh plasma 1-3 jam.
Berdasarkan hasil evaluasi keperawatan menunjukan bahwa ada pengaruh pemberian tindakan rendam kaki air hangat selama 15 menit dalam menurunkan panas. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti dan Ambarwati (2013), menunjukan hasil suhu tubuh pasien sebelum dilakukan tindakan rendam kaki air hangat adalah 38,9ᵒC mengalami penurunan menjadi 37,9ᵒC. Disimpulkan bahwa pemberian rendam kaki air hangat efektif untuk menurukan suhu tubuh pada pasien anak usia sekolah.
KESIMPULAN
Pengelolaan asuhan keperawatan pada anak pneumonia dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis keseimbangan suhu tubuh tindakan yang dilakukan adalah pemberian tindakan rendam kaki air hangat bersuhu 40˚C dengan waktu 15 menit selama 3 hari saat suhu tubuh tinggi, didapatkan hasil terjadi penurunan
suhu tubuh pada hari pertama suhu 38˚C turun menjadi 37,8˚C hari kedua 37,8˚C turun menjadi 36,8˚C sehingga rata-rata penurunan suhu pada kedua hari tersebut sebesar 1,2ᵒC.
SARAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan pneumonia, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khusunya dibidang kesehatan antara lain:
a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengelola rumah sakit dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit khususnya pasien anak dengan pneumonia dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis keseimbangan suhu tubuh.
b. Bagi Perawat
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan meningkatkan kualitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara komperhensif dan profesionalisme perawatan untuk berperan aktif dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan pneumonia dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis keseimbangan suhu tubuh.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan bahan kajian sumber informasi dan reverensi ilmu dalam pemberian asuhan keperawatan pasien anak dengan pneumonia dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis keseimbangan suhu tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2019). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Dewi, P, G., & Nugroho, T, E. (2016).
Pengaruh Pemberian Analgesic Kombinasi Parasetamol Dan Tramadol Terhadap Kadar Kreatinin Serum Tikus Wistar.
Jurnal Kedokteran Diponegoro.
Vol. 5 No. 4 pp 917-925
Djuwarijah. (2009). Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan Kompres Air Hangan Dan Kompres Plester Pada Anak Dengan Demam Di Ruang Kanthil Rumah Sakit Umum Daerah Banyuwangi.
Diakses pada tanggal 24 April
2022, dari
http://digilib.ump.ac.id/files/dis k1/16/jhptump-a-djuwariyah- 758-1-efektivi-.pdf
Genc, R., Conk, Z., (2008). Impact of effective nursing interventions to the fatigue syndrome in children
who receive chemotherapy.
Cancer Nurs. 31. (4): 312-17.
Hardianti, I., Nisa, K., & Wahyudo, R.
(2018). Manfaat Metode Perendaman dengan Air Hangat dalam Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi.
Medula. Vol. 8 No. 1 pp. 61-64
Lubis, I. N. D., & Lubis, C.P. (2016).
Penanganan Demam pada Anak.
Sari Pediatri. Vol. 12, No. 6 pp.
409-418
Mandan, A. N. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Penderita Pneumonia Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Muhammad, I., Alvarino., Puar, N., &
Bachtiar, H. (2013). Perbedaan Efektivitas Parasetamol Oral Dengan Tramadol Oral Sehingga Tatalaksana Nyeri Pasca Operasi Transurethral Resection Of The Prostate. Jurnal Kesehatan Andalas. 2. (1):38-41.
Potter, A. P., & Perry, G.A. (2012).
Fundamental Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi
Dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI
Sabani., & Fatmaridha. (2019).
Perkembangan Anak-anak Selama Masa Sekolah Dasar (6- 7 tahun). Jurnal Kependidikan.
8. (2): 89-100.
Siregar, A. D. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia pada Balita Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padangsidimpuan.
Jurnal Ilmiah Kohesi, Vol. 4 no.
2.
Wardiyah, A., Setiawati,S., & Setiawan, D. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat dan Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami Demam di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Jurnal Ilmu Keperawatan (Journal of Nursing Science).
<https://doi.org/10.21776/ub.jik.
2016.004.01.5>
World Health Organization (2019).
Pneumonia. Diakses pada tanggal 24 April 2022, dari https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/pneumonia Wulanningrum, D. N., & Ardianti, S.
(2021). Keefektifan Rendam Kaki Air Hangat Dalam Penurun Suhu Tubuh Pada Anak Demam 6-12 Tahun. Jurnal of Advanced Nursing and Health Scien