PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2021
Analisis Kepatuhan Perawat Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Masa Pandemi Covid 19 Diruang Rawat Inap RS Dr.Oen Solobaru
Wara kuntari ¹), Wahyuningsih Safitri²), Maria Wisnu Kanita³)
1)Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program SarjanaUniversitas Kusuma Husuda Surakarta
2,3) Dosen Program Studi Keperawatan Program Sarjana Universitas Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan alat untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa kepatuhan perawat dirawat inap dalam penggunaan Alat Pelindung diri di masa Pandemi Covid 19.
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.Populasi yang digunakan adalah perawat rawat inap RS Dr. OEN SoloBaru dengan jumlah 60 perawat.Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik acidental sampling yaitu tehnik pengambilan sampel yang kebetulan ada.
Hasil pnelitian menunjukan bahwa 88.4% perawat patuh dalam penggunaan Alat Pelindung Diri.Dan 11.6%tidak patuh dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
Dari 11,6% yang tidak patuh dalam penggunaan APD didapatkan 2 perawat tidak patuh dalam penggunaan sarung tangan saat melakukan tindakan yang berisiko terpapar cairan tubuh pasien, dan ada 4 perawat menggunakan sarung tangan saat melakukan tindakan yang tidak ada resikoterpapar cairan tubuh pasien, dimana yang betul tidak perlu menggunakan sarung tangan.
Dalam penggunaan masker masih ada 1 perawat yang tidask menggunakan masker N95, saat melakukan tindakan yang menghasilkan aerosol.
Kesimpulan penelitian ini adalah perawat belum semuanya patuh dalam menggunakan Alat pelindung Diri di masa Pandemi Covid 19, hal ini dikarenakan ketakutan yang luar biasa di masa Pandemi ini, sehingga kadang penggunaan Alat Pelindung Diri tidak sesuai dengan Transmisinya.
Kata kunci : Kepatuhan, Perawat, Masa Pandemi, Covid-19 Daftar Pustaka : 13
ABSTRACT
Personal Protective Equipment (PPE) is a tool to protect someone whose function is to isolate part or all of the body from potential hazards in the workplace. This study was conducted to analyze the compliance of hospitalized nurses in the use of personal protective equipment during the Covid 19 pandemic.
The research used in this study is quantitative research. The population used is inpatient nurses at Dr. Hospital. OEN Solo Baru with a total of 60 nurses.
Sampling in this study used an accidental sampling technique, namely a random sampling technique.
The results of the study showed that 88.4% of nurses were obedient in the use of Personal Protective Equipment. And 11.6% did not comply with the use of Personal Protective Equipment (PPE).
Of the 11.6% who did not comply with the use of PPE, it was found that 2 nurses did not comply with the use of gloves when performing actions that risk exposure to the patient's body fluids, and there are 4 nurses who use gloves when performing actions that do not have a risk of exposure to the patient's body fluids, which is correct. no need to use gloves.
In the use of masks, there is still 1 nurse who does not use an N95 mask when performing actions that produce aerosols.
The conclusion of this study is that nurses are not all obedient in using Personal Protective Equipment during the Covid 19 Pandemic, this is due to extraordinary fear during this Pandemic, so that sometimes the use of Personal Protective Equipment is not in accordance with the transmission.
Keywods : Obedience, Nurse, Pandemic Period, Covid-19 Daftar Pustaka : 13
PENDAHULUAN
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan alat untuk melindungi seseorang yang fungsinyamengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa kepatuhan perawat dirawat inap dalam penggunaan Alat Pelindung diri di masa Pandemi Covid 19.
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.Populasi yang digunakan adalah perawat rawat inap RS Dr.
OEN SoloBaru dengan jumlah 60 perawat.Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik acidental sampling yaitu tehnik pengambilan sampel yang kebetulan ada.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Undang Undang Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan dijelaskan bahwa definisi keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
Sedangkan definisi perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun luar negeri yang diakui pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- undangan.
Pelayanan keperawatan juga merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan kepada individu, kelompok, atau masyarakat dalam keadaan sehat maupun sakit (Kemenkes, 2017).
Perawat adalah tenaga yang bekerja secara profesional memiliki kemampuan, kewenangan dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan keperawatan (Wardah, Febriani, Dewi, 2017).
Menurut Tondok (2013), kepatuhan (compliance) adalah sikap mau mentaati dan mengikuti suatu spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan jelas yang diterbitkan oleh organisasi yang berwenang. Menurut Neufelt (dalam Kusumadewi, 2012) kepatuhan adalah kemauan mematuhi sesuatu dengan takluk atau tunduk.
Perilaku masyarakat untuk cenderung mengikuti peraturan ini disebut sebagai kepatuhan (obedience).
Namun tidak semua masyarakat memiliki sikap patuh. Adapun pro dan kontra dalam menyikapi peraturan kerap terjadi di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari munculnya pelanggaran yang dilakukan oleh anggota masyarakat.
Menurut Blass (dalam Kusuma- wardani, 2012) kepatuhan adalah menerima perintah - perintah dari orang lain. Kepatuhan dapat terjadi dalam bentuk apaun selama individu tersebut menunjukan perilaku taat terhadap sesuatu atau seseorang.
Dapat disimpulkan bahwa kepatuhan adalah sikap seseorang mau mentaati, mengikuti, mematuhi serta menerima suatu spesifikasi, standar atau aturan yang diatur dengan jelas yang diterbitkan oleh organisasi yang berwenang.
Ada tiga dimensi kepatuhan terhadap peraturan yaitu :
1). Mempercayai (belief.)
Kepercayaan terhadap tujuan dari kaidah-kaidah bersangkutan, terlepas dari perasaan atau nilainya terhadap kelompok atau pemegang kekuasaan ataupun pengawasnya.
2). Menerima (accept).
Menerima norma atau nilai-nilai. Seseorang dikatakan patuh
apabila yang bersangkutan menerima baik kehadiran norma-norma ataupun nilai-nilai dari suatu peraturan tertulis maupun tidak tertulis. Dalam kaitannya dalam penggunaan Alat Pelindung Diri apabila pekerja menerima perintah dari atasan untuk menggunakan Alat Pelindung Diri adalah untuk menjaga keselamatan setiap pekerja.
3). Melakukan (act).
Melakukan sesuatu atas perintah atau diperintah orang lain.
Artinya adalah penerapan norma-norma atau nilai-nilai itu dalam kehidupan. Seseorang dikatakan patuh jika norma-norma atau nilai itu dilaksanakannya maka dapat dikatakan bahwa ia patuh.
“Belief“ dan “accept”
merupakan dimensi kepatuhan yang terkait dengan sikap dan “act”
merupakan dimensi kepatuhan yang terkait aspek tingkah laku patuh pada seseorang. Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan patuh apabila sudah mempercayai, menerima dan melakukan sesuatu yang diperintah oleh orang lain.
Menurut Arikunto dalam buku Budiman (2013) kategori tingkat kepatuhan pengetahuan sebagai berikut:
1. Tingkat kepatuhan kategori baik jika nilainya ≥ 75%.
2. Tingkat kepatuhan kategori cukup jika nilainya ≥ 56 – ≤ 74 %.
3. Tingkat kepatuhan kategori kurang jika nilainya ≤ 56 %.
Alat Pelindung Diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang dipakai petugas untuk memproteksi diri dari bahaya fisik kimia biologi/bahan infeksi (PMK No. 27 tahun 2017).
Tujuan pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membran
mucosa dari risiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta kulit yang tidak utuh dan selaput lendir dari pasien kepetugas dan sebaliknya(PMK No. 27 Tahun 2017).
Indikasi penggunaan APD adalah jika kita melakukan tindakan yang memungkinkan tubuh atau membran mukosa terkena atau terpecik darah atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien terkontaminasi dari petugas.
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu strategi untuk memecah atau memutus rantai infeksi.
Pemakaian APD merupakan salah satu komponen dalam kewaspadaan standar (PMK No 27 tahun 2017).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu jenis penelitian yang berlandaskan pada filsafat potivisme digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu (Sugiono, 2018;8) dengan tipe pendekatan model observasi non eksperimental yaitu penelitian yang tidak memberikan intervensi kepada objek dan hanya mengamati kejadian yang sudah ada (Hidayat, 2017).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif yaitu merupakan penelitian yang di dalamnya tidak ada analisis hubungan antarvariabel, tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang membutuhkan jawaban di mana, kapan, berapa banyak dan analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif (Hidayat, 2017).
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiono, 2011). Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang rawat inap RS Dr. OEN SOLO BARU, yaitu perawat dari ruang Tjan Timur, Tjan Barat, Gedung Kwee Han Thiong, Gedung Anak dan Gedung Ibu Rumah Sakit Dr.
OEN SOLO BARU berjumlah 125 orang, dengan tingkat pendidikan minimal D3 dan Ners.
HASIL PENELITIAN
Peneliti membagi kelompok karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan terakhir, disini peneliti juga melampirkan data mengenai karakteristik umur dan juga lama kerja responden.
Jenis Kelamin Responden Jumlah Prosentase(%)
Perempuan 48 80
Laki - laki 12 20
Total 60 100
50
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden (Kuesioner Pengetahuan dan Observasi Kepatuhan) berdasarkan Jenis Kelamin
Dari jenis kelamin, karakteristik responden didapatkan seperti berikut di mana kebanyakan adalah perawat berjenis kelamin perempuan yaitu 48 (80%) dan ada 12 (20%) responden berjenis kelamin laki-laki.
Dari pendidikan terakhir yang ditempuh oleh tenaga kesehatan yang berada di rawat inap kebanyakan adalah D3 Keperawatan sebanyak 54 orang dan S1 Ners sebanyak 3 orang, kemudian S1 Keperawatan ada 3 orang, mereka dalam proses pendidikan Ners.
Pendidikan Terakhir Responden Jumlah Prosentase(%)
S1 Ners 3 90
D3 Keperawatan 54 5
S1 Keperawatan 3 5
Total 60 100
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden (Kuesioner Pengetahuan dan
Observasi Kepatuhan) berdasarkan Pendidikan Terakhir
Dari pendidikan terakhir yang ditempuh oleh tenaga kesehatan yang berada di rawat inap kebanyakan adalah D3 Keperawatan sebanyak 54 orang dan S1 Ners sebanyak 3 orang, kemudian S1 Keperawatan ada 3 orang, mereka dalam proses pendidikan Ners.
No Kategori (tahun) Nilai
1 20-30 28
2 31-40 21
3 41-50 11
Mean 32.16
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Umur
Responden (Kuesioner Pengetahuan dan Observasi Kepatuhan)
Umur dari responden yang berada dirawat inap bervariasi, dapat dilihat ditabel berikut ini, dimana perawat yang paling muda berusia 24 tahun dan paling senior berusia 49 tahun dan didapatkan rata-rata usia 32, 6 tahun.
No Kategori (tahun) Nilai
1 Kurang dari 5th 18
2 Lebih dari 5 th 42
Mean 11,6
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Lama Kerja Responden (Kuesioner Pengetahuan dan Observasi Kepatuhan)
4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian a. Kepatuhan Perawat Rawat Inap Dalam Penggunaan APD.
Kepatuhan Perawat Rawat Inap Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di RS Dr. OEN SOLO BARU.
Kepatuhan Penggunaan APD Jumlah Prosentase (%)
Patuh 53 88.4
Tidak Patuh 7 11,6
Total 60 100
Tabel 4.5 Tingkat Kepatuhan Perawat Rawat Inap Dalam Penggunaan APD
Dari Tabel 4.5 di peroleh bahwa 7 perawat (11,6%) di rawat inap tidak patuh dalam penggunaan APD pada tindakan yang dilakukan, sedangkan
53 (88,4%) perawat di rawat inap patuh dalam penggunaan APD pada tindakan yang dilakukan. Frekuensi terbanyak pada kategori patuh sehingga dapat disimpulkan bahwa kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada perawat dirawat inap RS Dr.
OEN SOLO BARU sebagian besar adalah patuh.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa dari 4 tindakan perawat di rawat inap yang diobservasi, sebanyak 7 tindakan (11,66%) masuk dalam kategori tidak patuh.dan sebanyak 53 tindakan (88.34%) patuh.
Dari 53 tindakan yang patuh dalam penggunaan Alat Pelindung Diri terdiri dari memasang infus ada (21) yang patuh, melepas infus semua patuh dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (9), Injeksi IV per infus hanya (19) yang patuh dalam penggunaan Alat Pelindung Diri, sedang tindakan yang menghasilkan aerosol ada (4) yang patuh dalam penggunaan Alat Pelindung Diri.
Dari tindakan menggunakan sarung tangan pada pemasangan infus didapatkan 2 perawat tidak menggunakan sarung tangan, karena memasang infus pada anak anak, hal ini disebabkan susah pada saat mencari vena pada anak-anak.
Sedangkan ada 4 perawat yang menggunakan sarung tangan pada saat melakukan injeksi intra vena melalui infus, dimana seharusnya tidak perlu menggunakan sarung tangan saat melakukan injeksi melalui infus.
Dari penggunaan masker ada 1 perawat yang tidak patuh dalam menggunkan masker N95 pada saat melakukan tindakan yang menghasilkan aerosol. Mereka hanya menggunakan masker bedah tanpa menganti masker N95.
No Tindakan Kategori Frekuensi Presentase (%)
1. Memasang Infus Patuh 21 91,3
2 Memasang infus Tidak
patuh 2 8,69
3 Melepas infus Patuh 9 100
4 Injeksi IV per infus Patuh 19 82,6
5 Injeksi IV per infus Tidak
Patuh 4 17,3
6 Tindakan yang
menghasilkan aerosol Patuh 4 80
7 Tindak yang menghasilkan aerosol
Tidak
patuh 1 20
Hal kebiasaan juga dikemukakan oleh penelitian Siburian (2012) dalam Kamaluddin (2015) bahwa alasan perawat tidak menggunakan APD adalah karena perawat sudah terbiasa tidak menggunakan APD. Terlebih di masa Pandemi Covid 19 ini, masih ada perawat yang berlebihan dalam menggunakan APD, hal ini dikarenakan ketakutan yang tidak beralasan, karena takut tertular penyakit pasien, tanpa melihat transmisi penyakitnya, sehingga menggunakan alat pelindung diri berlebihan. Pada penelitian Chrysmadani (2011) dalam Amrullah (2014) bahwa ada hubungan bermakna antara motivasi, ketersediaan alat dan kepribadian dalam bekerja dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan alat pelindung diri dalam bekerja.
Interaksi Profesional juga merupakan salah satu hal yang mempengaruhi kepatuhan. Dalam hal ini disebutkan dalam penelitian Rahaju (2011) bahwa meskipun secara individu, perawat mampu melakukan perilaku pemakaian APD tanpa dukungan dari pimpinan tetapi komitmen pimpinan masih dibutuhkan agar dapat memotivasi perawat yang menjadi bawahannya.
Didukung juga oleh penelitian Arifin dan Susanto (2012) bahwa faktor pengawasan pemakaian APD dengan kepatuhan penggunaan berhubungan bermakna. Hal ini juga ditemukan oleh peneliti ketika melakukan observasi, beberapa responden ketika akan melakukan
tindakan sering bercanda dengan mengatakan bahwa “pakai APD dulu ah yang lengkap soalnya lagi di awasi”
atau “pakai APD dulu ah ben nilaine apik”. Hal tersebut dapat diartikan bahwa mereka diawasi oleh seseorang yang membuat mereka segan, hal ini meningkatkan kepatuhan mereka.
Perubahan model kerja juga merupakan hal yang bisa menjadi salah satu pengaruh dalam kepatuhan seseorang, perawat yang bekerja di rawat inap tidak selalu dari awal bekerja di rawat inap. Awalnya mungkin mereka bekerja di IGD atau di poli ketika mereka bekerja di rawat inap mereka harus merubah model kerja mereka juga merubah perilaku karena menyesuaikan tempat baru dan peraturan yang baru. Demikian juga dengan halnya di masa Pandemi Covid 19 ini, petugas ada yang tetap seperti kebiasaan yang dulu, atau malah over protektif dalam pemakaian APD.
KESIMPULAN
1. Karakteristik responden berdasarkan umur, maka umur 20 - 30 tahun ada 46,7% responden, sedangkan umur 31 - 40 tahun ada 35%, dan umur 41- 50 tahun ada 18.3%.
2. Tingkat kepatuhan perawat rawat inap dimasa Pandemi Covid 19 di RS Dr. OEN SOLO BARU adalah 88,4%.
3. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, maka 80% responden adalah perempuan, sedangkan 20%nya
adalah laki - laki.
4. Karakteristik responden berdasarkan masa kerja, 30%
responden bermasa kerja kurang dari 5 tahun, sedangkan 70% dengan masa kerja lebih dari 5 tahun.
5. Karakteristik berdasarkan pendidikan, maka hasilnya 90%
berpendidikan D3 keperawatan, sedangkan 5% berpendidikan S1
keperawatan, dan 5%
berpendidikan Ners.
6. Tingkat kepatuhan perawatan dirawat inap selama masa Pandemi Covid 19 di RS Dr. OEN SOLO BARU adalah 88,4%.
7. Kepatuhan perawat dalam penggunaan Alat Pelindung Diri berdasarkan umur maka pada umur dibawah 30 tahun lebih tidak patuh dalam penggunaan Alat Pelindung Diri.
8. Perawat laki-laki lebih patuh dalam penggunaan Alat Pelindung Diri dirawat inap bila dibandingkan dengan perawat perempuan.
9. Perawat dengan masa kerja lebih dari 5 tahun lebih patuh dalam penggunaan Alat Pelindung Diri, dibandingkan dengan perawat dengan masa kerja kurang dari 5 tahun.
10. Perawat dengasn pendidikan S1 keperawatan dan Ners lebih patuh dalam penggunaan Alat Pelindung Diri, dibandingkan dengan perawat yang berpendidikan terakhir D3
Keperawatan.
Bagi perawat disarankan untuk patuh dalam penggunaan Alat Pelindung Diri dalam melaksanakan proses kerja serta memanfaatkan fasilitas dan menggunakan Alat pelindung diri(APD) yang disediakan oleh rumah sakit yang sesuai dengan transmisinya, atau yang sesuai dengan jenis bahaya serta kebutuhan dalam masing masing jenis tindakannya.
Angka kepatuhan pemakaian Alat Pelindung Diri baik maka perawat dapat terhindar dari resiko terpapar kuman dari pasien. Mengaktifkan peran dan fungsi IPCLN dalam pengawasan penggunaan Alat Pelindung Diri.
DAFTAR PUSTAKA
CDC. 2020. Asymtomatic and presymtomatic SARS-CoV-2 infections in residents of long–term care skilled nursing facility. King County.
Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2020.
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi ke-5. 5 ed: Kementerian Kesehatan RI.
Hidayat, A.A. 2017. Metedologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmojo.2013.Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Notoatmodjo .2012. Metodologi Penelitian Kesehatan/ Soekidjo Notoatmojo–Ed. Rev. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nur Salam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Edisi4.
Jakarta : Rineka Cipta.
PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI, Pedoman Tatalaksana COVID-19. Edisi 2. Agustus 2020.
Peraturan Mentri Kesehatan No 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas pelayanan Kesehatan.
Rekomendasi Standart Penggunaan APD untuk penanganan COVID 19 di Indonesia Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID 19, Maret 2020.
Sugiono. 2011. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabet.
UNDANG UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 38
TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN.
WHO. Clinical management of severe acute respiratory infection when novel coronavirus
(2019-nCoV) infection is suspected. Geneva: World Health Organization; 2020, Contract No:
WHO/nCoV/Clinical/2020.3.