• Tidak ada hasil yang ditemukan

program studi pendidikan biologi - SIMAKIP

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "program studi pendidikan biologi - SIMAKIP"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pemikiran kreatif siswa dalam memecahkan masalah lingkungan di sekitar mereka. Artikel ini diawali dengan hasil penilaian berpikir kreatif mahasiswa Pendidikan Biologi semester 1 kemudian dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir kritis melalui alat angket. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi nilai berpikir kreatif siswa antara lain faktor ekonomi, prestasi non akademik, pengalaman teknik lingkungan yang otentik, keterbukaan dalam keluarga untuk mengemukakan pendapat dalam mengambil keputusan dalam keluarga.

PENDAHULUAN

Hal ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang mencakup wawasan dengan unsur-unsur yang luas. Ada tiga komponen utama yang berkaitan dengan kreativitas antara lain: keterampilan berpikir kreatif, keahlian (pengetahuan teknis, prosedural dan intelektual) dan motivasi. Keterampilan berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah ditunjukkan dengan mengajukan ide-ide yang berbeda dari solusi pada umumnya.

Munandar (2012) menyatakan kreativitas atau berpikir kreatif secara operasional dirancang sebagai proses yang tercermin dalam fluiditas, fleksibilitas dan orisinalitas dalam berpikir. Oleh karena itu, pemecahan masalah lingkungan memerlukan ide-ide kreatif dari lingkungan rumah dan sekolah. Kemampuan berpikir kreatif memerlukan metode yang memberikan iklim munculnya ide-ide dengan tantangan yang menarik baik di rumah maupun di sekolah.

Banyak penelitian tentang berpikir kreatif yang berkaitan dengan penguasaan materi (Rahayu, 2011; Amtiningsih, 2018; Sari, 2018, Astuti, 2017) dan masih perlu dicermati bagaimana kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah kehidupan, khususnya lingkungan. sekitar siswa. . Kemampuan berpikir kreatif dalam pendidikan lingkungan melalui pembentukan keterampilan pemecahan masalah sangat berguna dalam memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan. Siswa mendapatkan suasana proses belajar yang alami melalui kerja dan pengalaman langsung di lingkungan sekolah.

Berdasarkan kognisi dan proses berpikir, Munandar memaparkan beberapa ciri siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif dalam proses pembelajaran, yaitu: kemampuan berpikir lancar, menghasilkan banyak ide, memecahkan masalah atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban, kemampuan berpikir adaptif, menghasilkan ide, jawaban atau pertanyaan yang berbeda, mampu melihat masalah dari perspektif yang berbeda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda, mampu mengubah cara pendekatan atau cara berpikir. Keterampilan berpikir orisinal, kemampuan membuat ekspresi baru dan unik, memikirkan cara ekspresi yang tidak biasa, kemampuan membuat kombinasi bagian atau elemen yang tidak biasa, detail. elaboration), untuk dapat mengembangkan dan memperkaya ide atau produk, menambah atau mengelaborasi detail dari suatu objek, ide atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. Menurut Henriksen (2017), kemampuan berpikir kreatif dapat digali dalam kesempatan untuk menerima banyak ide, bertukar ide tanpa batasan dalam upaya berpikir secara luas dan mendalam tentang solusi dari masalah-masalah praktis. Davis dalam Munandar (2012) melihat tiga kegunaan utama tes kreativitas, yaitu... untuk mengidentifikasi siswa berbakat kreatif untuk program bagi anak berbakat, untuk tujuan penelitian dan untuk tujuan konseling.

Tes kreativitas dalam penelitian dapat digunakan dengan dua cara: a) untuk mengidentifikasi orang kreatif dan membandingkannya dengan orang biasa. Tes kreativitas dapat membantu konselor, guru, orang tua, dan siswa itu sendiri untuk mengenali dan memahami bakat kreatif siswa yang tersembunyi. Canel (2015) menguji keefektifan program 11 minggu yang ditujukan untuk meningkatkan kreativitas dan keterampilan konseling kreatif calon konseling, berdasarkan model pemikiran kreatif Guilford, dan poin dari empat perspektif, yaitu: Kefasihan, Fleksibilitas, orisinalitas, dan elaborasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Sani (2013) mengemukakan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide yang tidak biasa, berkualitas tinggi dan sesuai dengan tugas. Pemikiran kreatif setiap orang akan berbeda dan berkaitan dengan cara berpikirnya saat mendekati masalah. Berpikir kreatif terkait dengan pengetahuan yang dimiliki seseorang yang relevan dengan gagasan atau usaha kreatif yang diajukan.

Berdasarkan proses kognitif dan berpikir, Munandar mengklarifikasi beberapa ciri siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif dalam proses pembelajaran, yaitu: Kemampuan berpikir lancar, menghasilkan banyak ide, memecahkan masalah atau pertanyaan, menawarkan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal-hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban, kemampuan berpikir yang luwes, menghasilkan ide-ide yang berubah-ubah, jawaban atau pertanyaan, kemampuan untuk melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda, penelitian terhadap banyak alternatif atau arah yang berbeda, kemampuan untuk mengubah cara pendekatan atau cara berpikir. . Keterampilan berpikir orisinal, kemampuan menghasilkan ekspresi baru dan unik, memikirkan cara ekspresi yang tidak biasa, kemampuan membuat kombinasi bagian atau elemen yang tidak biasa, merinci (elaborasi), kemampuan mengembangkan dan memperkaya ide atau produk, menambahkan atau merinci detail objek, ide, atau situasi agar lebih menarik. Menurut Henriksen (2017), kemampuan berpikir kreatif dapat dieksplorasi dalam peluang mendapatkan banyak ide, bertukar ide tanpa batas yang dalam.

METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif, distribusi kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Mahasiswa memiliki kecakapan yang cukup (62%) dalam aspek pemecahan masalah lingkungan sekitar kampus. Siswa memiliki keterampilan yang cukup (49%) dalam orisinalitas untuk memecahkan masalah lingkungan di sekitar rumahnya.

Ide-ide baru yang muncul terkait dengan kemampuan berpikir fleksibel, dan menurut Gulford (2009), sifat fleksibilitas terkait dengan produksi transformasi dalam bentuk ide-ide yang berbeda dan berkontribusi terhadap hal tersebut. Menurut Amtiningsih et al (2016), kemampuan berpikir awalnya memerlukan pengembangan aspek kelancaran dan keluwesan terlebih dahulu; jika kedua aspek tersebut tidak terpenuhi, maka akan sulit untuk mencapai kemampuan berpikir asli siswa. Faktor-faktor lain yang diteliti pengaruh potensialnya terhadap kemampuan berpikir kreatif antara lain faktor ekonomi, lingkungan tempat tinggal, nilai akademik (IPK) mahasiswa, pengalaman mahasiswa yang otentik, kebebasan berekspresi keluarga, dan prestasi non-akademik.

Pada golongan bawah yaitu siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif di bawah rata-rata pada penelitian ini, orang tua berpenghasilan di atas Rp 5 juta mencapai 37,50%. Berdasarkan uji Withney U-mann diperoleh nilai signifikan sebesar 0,022 yang menunjukkan adanya perbedaan kondisi ekonomi masyarakat kelas bawah dan kelas atas. Baik siswa kelas bawah maupun kelas atas sebagian besar tinggal di lingkungan perkotaan, sedangkan siswa dengan kemampuan berpikir kreatif di atas rata-rata berasal dari keluarga yang tinggal di lingkungan perkotaan.

Berdasarkan uji Withney U-mann diperoleh nilai signifikan sebesar 0,187 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan lingkungan hidup antara kelas bawah dan kelas atas. Terutama kegiatan informasi dan lingkungan dilakukan untuk siswa dan siswa yang terkait dengan program pendidikan. di perkotaan, selain masalah lingkungan seperti objek pembelajaran seperti pencemaran sungai, bankir, pencemaran kendaraan lebih banyak terjadi di perkotaan. Di kelas bawah, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di kelas bawah mendapat nilai rata-rata di atas 3,00 sebanyak 18 siswa. Pada kelas atas, siswa kelas atas ini hampir semuanya memiliki indeks pencapaian kompetensi dengan indikator memuaskan hingga sangat memuaskan. Berdasarkan uji mandiri diperoleh nilai signifikan sebesar 0,061 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa kelas bawah dan kelas atas Hardiman (2018) menemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara keterampilan berpikir kreatif dengan prestasi belajar.

Di kelas bawah, tidak semua siswa memiliki pengalaman akademik dalam kegiatan langsung mengolah limbah daun menjadi kompos. Berdasarkan uji Withney U-mann diperoleh nilai signifikansi 0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan pengalaman akademik kelas bawah dan kelas atas. Pengalaman akademik berupa pengelolaan lingkungan secara langsung cenderung dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. . Berdasarkan uji Mann Whitney-U diperoleh nilai signifikansi 0,02 yang menunjukkan adanya perbedaan keterbukaan pada lingkungan keluarga kelas rendah dan kelas tinggi. Di kelas atas, semua siswa memiliki keluarga yang terbuka satu sama lain, yaitu selalu berdiskusi dengan anggota keluarga lainnya sebelum mengambil keputusan.

Namun bukan berarti siswa tersebut tidak memiliki kegiatan di bidang non akademik, di kelas atas 70,83% siswa memiliki prestasi di bidang non akademik di bidang seni, olahraga dan pendidikan non formal lainnya. Berdasarkan uji Mann Whitney-U diperoleh nilai signifikan 0,00 yang menunjukkan adanya perbedaan prestasi non akademik antara kelas bawah dan kelas atas.

Tabel 2. Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif   Aspek                  Presentase         Kategori
Tabel 2. Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Aspek Presentase Kategori

KESIMPULAN DAN SARAN

LUARAN YANG DICAPAI

RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI

Meningkatkan berpikir kreatif melalui inkuiri terbimbing dikombinasikan dengan brainstorming pada materi tercemar air Meningkatkan berpikir kreatif melalui inkuiri terbimbing Aplikasi gabungan brainstorming pada materi tercemar air. Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif Dengan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Gentan SD Negeri Ngaglik Sleman. Pengaruh pendidikan pemecahan masalah terhadap berpikir kreatif pada siswa SMA Negeri 2 Kota Sari.

Pembelajaran IPA dengan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar dan berpikir kreatif siswa.

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Kemampuan Berpikir Kreatif    Jumlah Siswa      Presentase         Kategori
Tabel 2. Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif   Aspek                  Presentase         Kategori
Gambar 1. Grafik Taraf ekonomi kelas rendah dan kelas tinggi
Gambar 2. Grafik tempat tinggal kelas bawah dan kelas atas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan kemampuan berpikir kreatif tersebut dapat dikatakan merata pada semua indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif siswa, misalnya pada kemampuan-kemampuan mencetuskan