QURAN PROJECT BASED LEARNING (Q-PBL)-STEAM GRASP SENSAI KHAWA TEBUIRENG 19 LOMBOK
ISLAMIC BOARDING SCHOOL
Pesantren Sains Tebuireng 19 Lombok adalah Lembaga Pendidikan yang kekhususan pada pemahaman al-Qur’an dan al-Hadits, sains kealaman (natural science) dan interaksinya pendekatan “Sains Islam dengan paradigma integrative interkonektif. dalam kerangka tiga perspektif yaitu perspektif teks (hadarat an-nas), perspektif ilmu pengetahuan (hadarat al-‘ilm) dan perspektif filosofis yang kritis dan transformatif (hadarat al-falsafah). Dari hadarah tersebut melahirkan pola single entity, isolated entities, dan interconnected yang pada akhirnya melahirkan generasi qurani yang memiliki kemampuan kecakapan abad 21, yaitu ways of thinking, ways of working, tools for working and skills for living in the word.
Konsep Quran Project Based Learning Sensai Khawa Tebuireng 19 Lombok?
Quran Project Based on Qur’an (Q-PBQ) adalah yang merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik atau masalah dengan metode problem solving GRASP. Peserta didik secara konstruktif melakukan kajian ayat-ayat Quran (metode Lisanan Sitta) dengan pendekatan saintific untuk untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan hal-hal teknis atau sains (STEAM). STEAM education diterapkan karena pendidikan pada abad ke-21 sudah memasuki era digital, sehingga harus terus berkreasi dan berinovasi.
Ada beberapa alasan mengapa Sensai Khawa Tebuireng 19 Lombok menerapkan model pembelajaran Q-PBL ini dalam kurikulum pesantren dengan berbagai kelebihannya, yaitu problem solving (melatih santri untuk mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi), self directed learning (memupuk dan melatih rasa tanggung jawab, inisiatif dan kebebasan untuk belajar mandiri dan menentukan mana dulu yang akan dipelajari), life long learning (konsep belajar sepanjang hayat, sebagai usaha memupuk kesadaran belajar yang berkelanjutan dan tiada henti), identifikasi dan evaluasi sumber belajar (dengan berbagai sumber belajar santri dituntut untuk mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi sumber belajar yang tersebar bebas dari berbagai media dan sumber), critical thinking (melatih santri untuk berpikir kritis dengan kemampuan analisa, evaluasi dan sintesa), creative thinking (melatih kemampuan daya kreasi santri dalam menciptakan hal-hal baru), real world connection (melatih santri untuk mengkoneksikan konsep yang diperoleh dalam pembelajaran untuk dapat diaplikasikan dalam penyelesaian permasalahan di dunia nyata), cooperative dan collaborative learning (melatih santri dengan kemampuan bekerjasama dan berkolaborasi dengan sesama/orang lain), peer learning (melatih santri untuk belajar bersama rekan sejawat, dimana santri akan mencoba mengajarkan sesuatu yang diketahui kepada orang lain sehingga dengan mengajarkan tersebut kemampuan dan pengetahuan santri akan semakin terasah), refleksi (santri berlatih untuk mampu mengemukakan dan menceritakan kembali atas pengalaman belajar yang telah mereka peroleh). Lewat berbagai keterampilan tersebut, santri tidak hanya belajar hal-hal yang sifatnya keilmuan saja namun dilatih pula dalam pengembangan Life Skills dalam dirinya.
Mini Pilot, Langkah Revolusi Berskala Kecil Tapi Nyata
Tidaklah mudah untuk membawa perubahan yang besar pada sistem yang mapan. Untuk itulah perlu serangkaian kegiatan pembuktian, tentu saja dengan perubahan yang tidak terlalu signifikan serta memanfaatkan sumber daya yang minim, namun hasilnya dapat dilihat secara nyata. Team Teacher (terdiri dari 2 atau 3 orang) sesuai dengan kelompok mata pelajarannya di kurikulum sekolah menggagas pembelajaran berbasis proyek ini. mulai membahas tema proyek yang akan diterapkan dalam satu semester. Pilih sebuah proyek yang riil menjadi kebutuhan di dunia nyata.Dalam kegiatan mini pilot (percobaan kecil) ini usahakan membuat satu buah proyek untuk satu semester dulu, hal ini bertujuan agar siswa merasa ringan dalam mengikuti ujicoba ini, ya! satu proyek untuk satu semester dulu.
Saya ambil contoh misalnya pada semester 1, dengan tema proyek “Efektivitas Media Tanam (Sampah Organik) untuk Mempercepat Pertumbuhan pada Tanaman”. Selanjutnya pilihlah Mata pelajaran yang saling berkorelasi dan dibutuhkan dalam melakukan pengembangan proyek, seperti mata pelajaran IPA, Pra Karya, dan Mapel Agama. Guru mata pelajaran IPA, Pra Karya, dan Agama berkolaborasi sesuai dengan bidangnya masing-masing untuk merancang dan mendesain pembelajaran berbasis proyek sesuai dengan tema proyek yang telah disepakati tersebut.
Tema Proyek Dokumentasi Manfaat
Baru Pemecahan
Masalah (solusi) Unjuk Kerja Karya
(Produk Riset) Karya Tulis Ilmiah Poster
Vidio
Individu Kelompok Gerakan yang Kontinyu
Mendesain Pembelajaran Proyek berbasis Quran
Tahapan dalam Project Based on Qur’an Sensai Khawa Tebuireng 19 Lombok sebagai berikut . 1. Tahapan Project Based on Qur’an: Menentukan Masalah atau Topik
Peserta didik Bersama fasilitator (guru) menentukan permasalahan atau topik apa yang akan dijadikan riset atau proyek. Analisis pendekatan masalah menggunakan metode problem solving GRASP, yaitu Goal (Tujuan), Role (peran siswa yang dihubungkan dengan dunia nyata/real world), Audience (peserta dalam aktivitas pembelajaran), Set of Activities (rangkaian kegiatan dalam aktivitas pembelajaran) dan Product (produk/hasil/artefak pembelajaran) dengan rincian rencana kegiatan sebagai berikut.
Goal/Tujuan: Untuk memberikan keterampilan kepada para santri bagaimana efektivitas media tanam sampah organik terhadap percepatan pertumbuhan pada tanaman.
Role/Peran: Santri akan berperan sebagai persiset yang bekerja dalam sebuah tim dengan pembagian tugas yang jelas.
Audience: Guru (fasilitator), santri, dan pihak-pihak terkait.
Set of Activities/Kumpulan Kegiatan: Santri mengumpulkan informasi melalui kegiatan literasi, pengumpulan bahan dan media proyek, unjuk kerja karya (produk) riset.
Product/Hasil: Dokumen hasil proyek bias berupa makalah ilmiah, Karya tulis ilmiah, poster, video, dan lain-lain.
2. Tahapan Project Based on Quran: Mengkaji Ayat yang Terkait Masalah atau Topik
Setelah ditentukan topik atau masalah, maka selanjutnya adalah mencari teori-teori yang dijadikan dasar pemikiran plus solusi dalam memecahkan masalah yang ditemukan dari ayat-ayat al quran dengan Metode “Lisanan Sitta” yang dibimbing oleh guru atau ustadz yang bertugas sebagai fasilatator. Pembelajaran di kelas (in door) dan Out door berlangsung kolaboratif, kooperatif, dan komunikatif,
3. Tahapan Proejct Based on Qur’an: Pelaksanaan Riset atau Proyek
Sebelumnya Team Santri membuat sistematika rancangan penelitian (research) atau Action Plan atau ada yang menyebutnya Unit Plan dimana didalamnya mencantumkan Tujuan Pembelajaran, Standar Kompetensi, Detail Aktifitas, Alat & Bahan Ajar, Lembar Kerja, Metode Evaluasi, dll. Riset dilaksanakan secara mandiri oleh peserta didik dengan pemantauan dari fasilitator (guru).
4. Tahapan Project Based on Qur’an: Membuat Pelaporan Hasil Riset atau Proyek
Hasil riset atau proyek akan dilaporkan secara tertulis. Untuk jenjang SMP bentuk laporannya adalah makalah. Jenjang SMA pelaporannya berbentuk karya tulis ilmiah (KTI).
Peserta didik mempertanggungjawabkan hasil riset lewat publikasi di sosial media dan presentasi di depan tim guru.
Peran Guru dalam Aktifitas Pembelajaran Proyek Berbasis Quran
Dalam kegiatan Q-PBL ini, peran guru adalah sebagai fasilitator pembelajaran dan membangun komunitas pembelajaran. Peran guru adalah: Pertama, mempersiapkan skenario yang akan dibahas pada tiap sesi dan mengatur silabus mata pelajaran. Jumlah sesi disesuaikan dengan cakupan materi, output, dan outcome dari pembelajaran. Kedua, secara bertahap mempersiapkan materi pembelajaran dalam bentuk modul ataupun file elektronik dan memberikan beberapa sumber antara lain buku referensi dan link website. Ketiga, sebagai fasilitator, guru mendorong para santrinya untuk mengekplorasi pengetahuan yang telah mereka miliki dan menentukan pengetahuan yang diperlukan selanjutnya. Keempat, sebagai evaluator. Walaupun peran guru tidak lagi dominan dalam pelaksanaan pembelajaranQ-PBL, namun guru tetap bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembelajaran. Untuk itu secara berkelanjutan guru perlu mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan melakukan perbaikan segera bilamana diperlukan baik dari sisi content maupun proses.
Guru (ustadz) sebagai fasilitator juga harus menyediakan waktu untuk mendampingi santrinya dalam menyelesaikan penugasan yang diberikan, termasuk menjadi narasumber yang siap kapanpun dan menyediakan berbagai media komunikasi, seperti email, web, blog, forum diskusi, dan chatting untuk memberi dukungan teknis kepada para santrinya dalam usaha menyelesaikan studinya. Sedangkan peran santri (peserta didik) adalah secara umum dalam pembelajaran proyek berbasis quran adalah mempersiapkan diri untuk belajar secara mandiri dan bekerja secara kelompok, memiliki komitmen penuh untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada, serta berperan aktif dalam diskusi yang ada di perkuliahan.
Proses Evaluasi dalam Pembelajaran Proyek Berbasis Quran
Proses penilaian atau evaluasi dalam Q-PBL haruslah bersifat valid/absah, dapat dipercaya/reliable dan fair/adil. Dalam konteks ini para santri juga harus mampu untuk belajar mengevaluasi pekerjaan dan apa yang dilakukannya dengan melakukan self assessment. Santri juga harus mampu untuk belajar menyediakan umpan balik yang membangun atas hasil pekerjaan orang lain/peserta didik lain (biasa disebut dengan peer-assessment). Terdapat dua metode penilaian yaitu Formative Evaluation dan Summative Evaluation.
Evaluasi formatif adalah metode penilaian yang dilakukan pada saat berlangsungnya proses /aktivitas pembelajaran yang menyediakan umpan balik sewaktu-waktu untuk mengukur hasil pekerjaan santri. Sedangkan evaluasi summatif adalah penilaian pada saat proyek telah berakhir/atau dilakukan di akhir proyek. Hasil penilaian formatif dapat pula dijadikan sebagai bahan untuk penilaian summatif.
Perangkat penilaian otentik yang sering digunakan dalam Q-PBL untuk menilai proses dan performa santri adalah dalam bentuk Rubrik. Rubrik merupakan bentuk penilaian formatif sebagai panduan penilaian untuk mengukur kinerja santri berdasarkan berbagai kriteria yang disepakati bersama. Rubrik juga merupakan panduan kerja untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang biasanya telah diberikan kepada santri pada saat awal pelajaran. Lewat rubrik inilah santri dapat melakukan penilaian pekerjaannya sendiri (self- assessment) dan mampu menilai pekerjaan siswa lain (peer-assessment). Jadi bukan lagi hanya mendapatkan nilai berupa angka dan huruf tanpa mendapatkan umpan balik yang membangun seperti yang terjadi sekarang.
‘ALA KULLI HAAL
Penerapan Quran Project Based Learning (Q-PBL)-STEAM GRASP dengan metode Lisanan Sitta (Literasi-Sains-Human Community) yang digagas oleh Pesantren Sain Khairul Wadi (Sensai Khawa) Tebuireng 19 Lombok adalah sebuah terobosan ide-ide baru dalam dunia pendidikan yang mengusung konsep Integratif dan Interkonektif dalam satuan pendidikan dan kepesantrenan akan mampu untuk menghasilkan santri/santriwati yang memiliki keterampilan aplikatif dan siap kerja karena ketika belajar sekolah/madrasah ataupun di pondok pesantren, mereka telah dilatih untuk menyelesaikan permasalahan dalam dunia nyata. Kreatifitas dan inovasi dari staf pengajar yang terlibat sangat diperlukan untuk menghasilkan pembelajaran yang inovatif, kreatif, aktif dan menyenangkan supaya santri bebas dari tekanan, bebas menuangkan ide, menemukan hal-hal baru, dan mampu berfikir kritis dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas lulusan untuk siap bersaing di masa depan. Penerapan Q-PBL di Sensai Khawa Tebuireng 19 Lombok tidak hanya dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan santri, namun sebagai upaya untuk penguatan nilai-nilai karakter kenabian (Lisanan Sidqon
‘Aliya) yang siap membentuk Human Community Rahmatan Lil ‘Alamiin.