• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS TEKS CERITA FANTASI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA KELAS 7C SMP BSS

N/A
N/A
Syafira Nurfa`Izah

Academic year: 2023

Membagikan "PROPOSAL KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS TEKS CERITA FANTASI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA KELAS 7C SMP BSS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL

KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS TEKS CERITA FANTASI MELALUI MEDIA GAMBAR PADA KELAS 7C SMP BSS

Disusun Oleh:

Syafira Nurfa’izah 20511070111103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2023

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Teks cerita fantasi merupakan luaran dari pembelajaran pada sekolah,terutama pada tingkatan sekolah menengah pertama. Cerita fantasi adalah pengembangan dari teks cerita narasi yang dapat dijadikan sebuah cerita fiktif. Dalam menulis cerita fantasi, siswa mengandalkan daya imajinasinya ketika membayangkan sesuatu yang tidak terjadi di kehidupan nyata. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan ruang imajinatif dalam pikiran siswa. Cerita fantasi harus menjadi bagian cerita yang diajarkan dan dipraktikkan untuk ditulis anak-anak dalam pembelajaran menulis kreatif karena sebenarnya dunia bermain anak penuh dengan fantasi (Kurniawan, 2014). Tentunya,dalam pengajarannya harus diterapkan secara efektif agar siswa dapat menghasilkan produk teks cerita fantasi yang menarik. Produk tersebut dihasilkan melalui keterampilan menulis pada siswa.

Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan.

Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis (Resmini, 2008: 116).

Sedangkan Robert Lado (Resmini, 2008: 116) mengatakan menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya.

Keterampilan menulis merupakan merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang sangat penting, di samping keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca, baik selama seseorang mengikuti pendidikan di berbagai jenjang maupun dalam kehidupannya di masyarakat ( Saddhono (2014). Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan sebuah keterampilan berbahasa yang harus dikuasai karena dengan menulis dapat menuangkan pikiran melalui sistem bahasa agar dapat dibaca atau dimengerti orang lain. Mengingat tentang pentingnya peranan menulis, guru harus melatih siswa aktif, kreatif, dan ekspresif. Salah satu pembelajaran menulis yang membutuhkan tingkat kreatif dan penuh ekspresif adalah menulis cerita fantasi. Selain siswa dibimbing untuk mengetahui teks cerita fantasi,siswa juga harus memiliki keterampilan menulis yang baik dalam menghasilkan produk teks cerita fantasi.

Pada materi pembelajaran Bahasa Indonesia keterampilan menulis teks cerita

(3)

fantasi menjadi salah satu kendala yang sering terjadi,karena meskipun di umur siswa yang memiliki daya imajinasi tinggi,namun guru juga harus memberikan stimulus atau gambaran kepada siswa dalam menulis teks cerita fantasi. Tidak hanya memberikan ilmu atau materi mengenai teks cerita fantasi dan kaidah kebahasaan dalam teks cerita fantasi yang perlu diberikan kepada siswa,namun juga bagaimana cara memancing ide imajinasi siswa harus dipikirkan secara baik,agar siswa dapat menuangkan imajinasinya dalam sebuah karya tulis.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di lapangan, peneliti menemukan beberapa permasalahan terkait kesulitan siswa dalam pembelajaran menulis cerita fantasi. Permasalahan yang dialami siswa diantaranya yaitu siswa kesulitan dalam menemukan ide, menentukan pilihan kata, mengembangkan alur dan menentukan tema ketika menulis cerita fantasi. Di samping itu, pemanfaatan media dalam proses pembelajaran masih terbilang kurang. Hal ini berpengaruh kepada hasil belajar siswa dalam menulis teks cerita fantasi.

Melihat kondisi demikian, maka perlu adanya alternatif pembelajaran agar siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam menghasilkan sebuah cerita fantasi. Salah satu alternatif yang dapat diterapkan adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran berupa media gambar. Media merupakan salah satu komponen terpenting dalam proses belajar mengajar agar tercapainya tujuan pembelajaran.

Penggunaan media pembelajaran sangat membantu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan kemudahan bagi guru dalam menyampaikan pesan serta isi materi pembelajaran (Rimawati (2017). Upaya yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan belajar peserta didik ialah penggunaan media ajar yang akan mempermudah pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan.

Media pembelajaran terbagi menjadi tiga macam yaitu media visual, audio, dan audiovisual. Dalam penerapannuya,media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan (Arsyad, 2015). Pembelajaran yang paling berhasil adalah mereka yang memanfaatkan masukan visual maupun auditoris (Brown (2008) . Pembelajar visual cenderung menyukai gambar, tabel, dan informasi grafis lain. Grafis berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan (Arsyad, 2015).

(4)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana penerapan media gambar yang digunakan dalam menulis teks cerita fantasi?

1.2.2 Bagaimana kemampuan siswa dalam menulis teks cerita fantasi?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mendeskripsikan penerapan media gambar yang digunakan dalam menulis teks cerita fantasi.

1.3.2 Mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menulis teks cerita fantasi

(5)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan memberikan pemaparan tentang penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Oleh karena itu,agar penelitian dapat diketahui keasliannya perlu dilakukan tinjauan Pustaka. Berikut merupakan penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

1) Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Budi Surono (2021) dengan judul Kemampuan Menulis Cerita Fantasi dengan Menggunakan Media Gambar pada Siswa Tunagrahita Ringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis cerita fantasi dengan menggunakan media gambar pada siswa tunagrahita ringan berkategori sangat mampu dengan skor rata-rata 4 yang berada pada interval 4 - 5,00 dan memperoleh indeks penilaian 80,6 yang terdapat pada interval skor 70-84 dengan predikat baik. Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran menulis cerita fantasi menjadi lebih baik dengan menggunakan media gambar.

2) Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Agusrita,dkk (2020) dengan judul Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Keterampilan Menulis Puisi Di Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan penggunaan media gambar dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan menulis dan membaca puisi siswa kelas IV. Berdasarkan hasil rekapitulasi pada siklus I pembelajaran I dapat dilihat nilai persentase keterampilan menulis siswa sebesar 55% terjadi peningkatan pada siklus I pembelajaran II nilai keterampilan menulis siswa sebesar 65% dengan kategori cukup dan adanya peningkatan pada siklus II pembelajaran III dimana hasil keterampilan menulis puisi dengan nilai persentase 90% dengan kategori sangat baik. Berdasarkan hasil belajar tersebut, maka dapat dikatakan bahwa penggunakan media gambar dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas IV.

Perbedaan pada penelitian ini yaitu penggunaan atau penerapan media gambar berbeda,yaitu dengan menggunakan teks cerita fantasi bergambar yang diberikan kepada siswa,memberikan stimulus dengan menunjukkan gambar,dan selain menulis teks cerita fantasi,siswa juga harus menyertakan

(6)

gambar pada hasil teks cerita fantasi agar daya imajinasi siswa dapat maksimal.

2.1.2 Landasan Teori

Penelitan ini menguatkan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang telah dikemukakan. Teori yang digunakan adalah (1) menulis (2) cerita fantasi (3) media gambar.

1) Menulis

Menulis merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa selain dari menyimak, berbicara, dan membaca. Menurut Tarigan (2008:21) menulis adalah menurunkan dan melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh ssesorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Semi (2009:7) memaparkan bahwa menulis merupakan proses yang kreatif. Sebagai suatu proses yang kreatif, menulis harus mengalami suatu proses yang secara sadar dilalui dan secara sadar pula dilihat dengan hubungan satu dengan yang lain, sehingga berakhir pada satu tujuan yang jelas. Menurut Suparno dan Yunus (2003:13) menulis adalah suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya.

Menulis sebagai suatu cara berkomunikasi, komunikasi di dalam arti yang luas sebagai suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan, yang pasti terjadi sewaktu-waktu bila manusia ingin berhubungan satu sama lain.

Proses komunikasi berlangsug melalui tiga media, yaitu visual (nonverbal), lisan, dan tulisan.

2) Cerita Fantasi

Cerita fantasi ialah karangan yang memaparkan terjadinya peristiwa, dalam bentuk cerita yang bukan sebenarnya terjadi melainkan peristiwa rekaan pengarang. Peristiwa itu adalah peristiwa fiktif, tidak benar-benar terjadi.

Rusyana (1991: 64) meskipun demikian karena kepandaian pengarang dalam menyusun unsur-unsurnya, dan memberikan latar belakang serta gambaran yang meyakinkan, maka orang yang membaca cerita itu merasa bahwa peristiwa itu benar-benar terjadi. Bahkan sering pembaca merasa terlibat dan terbawa arus emosi kedalam peristiwa buatan itu. Cerita fantasi ialah cerita

(7)

khayalan, bayangan, rekaan, yang berdasarkan bukan kejadian yang sesugguhnya. (WJS. Poerwadarminta, kamus umum bahasa Indonesia, edisi ketiga, 2003:329).

Dalam penelitian ini yang dianalisis yaitu unsur-unsur teks cerita fantasi,struktur,dan kaidah kebahasaan. Berikut merupakan uraian dari masing- masing rubrik penilaian yang digunakan.

a. Unsur – Unsur Teks Cerita Fantasi

Cerita merupakan suatu organisasi yang didukung oleh berbagai unsur yang terjalin satu sama lain sehingga terbentuk sebuah cerita. Menurut Rusyana (1991: 65) unsur yang membangun cerita fantasi adalah sebagai berikut : a) Tema adalah segala hal, baik benda mati maupun makhluk hidup yang dijadikan topik karangan cerita. Aminuddin (1995: 91) berpendapat bahwa tema adalah sesuatu mendasari atau menggerakkan penulis untuk mengarang. b) Alur atau plot agaknya lebih baik dibatasi sebagai sebuah interrelasi fungsional antara unsur-unsur fantasi yang sekaligus menandai urutan bagian dari keseluruhan fantasi. Alur ditandai dengan puncak atau klimaks dari pebuatan dramatis dalam rentang laju cerita itu (Keraf, 1991:

145) c) Penokohan adalah pelaku mengemban peristiwa dalam sebuah fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita tersebut dengan tokoh sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku disebut penokohan (Aminuddin, 1995: 79) d) Latar ialah peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis (Aminuddin, 1995:67) e) Sudut pandangan adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya (Aminuddin, 1995: 90) f) Amanat merupakan gagasan dari renungan pengarang yang secara halus dicoba disajikan kembali kepada pembaca cerita (Rusyana, 1991: 74).

b. Struktur Teks Cerita Fantasi

c. Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Fantasi 3) Media Gambar

Fungsi utama media adalah sebagai alat bantu pengajaran yang mampu mempengaruhi keadaan iklim kelas dan lingkungan belajar yang efektif.

Menurut Zulkifly (Resmini, 2008 : 208) bahwa media dapat befungsi sebagai sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang ikiran,

(8)

perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Hidayat dan Rahmina (Resmini, 2008 : 208) mengemukakan fungsi media sebagai berikut (a) sebagai alat bantu untuk menciptakan situasi belajar yang efektif, (b) sebagai bagian integral dari keseluruhan situasi belajar, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar, (c) alat peraga yang mengacu kepada tujuan pengajaran, (d) sebagai pelengkap suatu proses belajar mengajar untuk menarik perhatian siswa, (e) untuk mempercepat dan memperlancar jalannya pengajaran, sehingga siswa mudah untuk memahami, (f) untuk meningkatkan hasil dan mutu belajar.

Menurut Arsyad (Resmini, 2008 : 210) prinsip-prinsip penggunaan media gambar/foto, diuraikan sebagai berikut : (a) kesederhanaan mengacu kepada jumlak elemen yang terkandung dalam suatu media visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa untuk menangkap dan memahami pesan yang disajikan media visual tersebut. Teks yang menyertai bahan visual harus dibatasi. Kalimat-kalimatnya juga harus ringkas, tetapi padat dan mudah dimengerti. (b) keterpaduan mengacu kepada hubungan yang terdapat diantara elemen-elemen media visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-elemen itu harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan, sehingga media visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal dan dapat membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya. (c) penekanan, konsep yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang menjadi pusat perhatian siswa. Dengan menggunakan ukuran, hubunganhubungan, perspektif, warna atau ruang penekanan dapat diberikan kepada unsur terpenting. (d) keseimbangan bentuk atau pola yang dipilih, sebaiknya memberikan persepsi keseimbangan, meskipun tidak seluruhnya simetris. Pengembangan media visual memerlukan daya imajinasi yang lebih tinggi. (e) bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan minat dan perhatian. Oleh karena itu pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam penyajian pesan, informasi atau isi pelajaran perlu di perhatikan

(9)

BAB III

MEODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian

3.2 Data dan Sumber Data 3.2 Teknik Pengumpulan Data 3.3 Instrumen Pengumpulan Data 3.4 Teknik Analisis Data

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang ditemukan adalah kemampuan menulis karangan narasi siswa sebelum menggunakan media gambar seri berkategori cukup , kemampuan menulis karangan

Rendahnya kemampuan siswa menulis cerita karangan disebabkan oleh guru di sekolah MI DDI I Palopo belum menerapkan media dan model pembelajaran yang pas dalam

Oleh karena itu, untuk memberikan edukatif kepada peserta didik peneliti menggunakan media film pendek untuk memberikan stimulus pada peserta didik dalam menyajikan teks

Hasil penilaian ahli asesmen, ahli pembelajaran sastra, dan praktisi terhadap Tugas Menulis Kreatif Cerita Fantasi dengan Stimulus Rangsang Diri menunjukkan hasil

Hasil penelitian kemampuan menulis cerita inspiratif berdasarkan media visual siswa kelas IX SMP Negeri 4 Kota Bengkulu mendapatkan nilai rata-rata sebesar 61,2 dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) adanya perbedaan kemampuan menulis cerita pendek antara pembelajaran menulis cerita pendek yang menggunakan media

Pembahasan Hasil Pembelajaran Menulis Teks Cerita Fantasi Siswa Kelas VII V SMP Katolik Rajawali dengan Menggunakan Media Animasi Berdasarkan hasil analisis data pretest pada

2.3.Hipotesis Penelitian Adanya perbedaan yang signifikan dalam kemampuan menulis cerita fantasi oleh siswa/siswi kelas VII SMP Negeri 1 Simanindo sebelum dan sesudah menggunakan