• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PENELITIAN PEMANFAATAN LIMBAH MARMER SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA BETON MUTU TINGGI

N/A
N/A
Hylos YT

Academic year: 2023

Membagikan "PROPOSAL PENELITIAN PEMANFAATAN LIMBAH MARMER SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA BETON MUTU TINGGI"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN LIMBAH MARMER SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA BETON MUTU TINGGI

OLEH:

MUHAMMAD NAFIPUTRA RACHMANDA 1921152076

JURUSAN TEKNIK SIPIL BANGUNAN GEDUNG PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR TAHUN 2023

(2)

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan Penelitian...2

D. Manfaat Penelitian...2

BAB IILANDASAN TEORI...3

A. Beton Mutu Tinggi...3

B. Kajian yang Relevan...11

BAB IIIMETODE PENELITIAN...12

A. Jenis Penelitian...12

B. Tempat dan Waktu Penelitian...12

C. Diagram Alur Penelitian...13

D. Bahan Material...14

E. Peralatan Penelitian...14

F. Langkah Kerja...15

G. Tahapan Persiapan...27

H. Persiapan Benda Uji...29

I. Pembuatan Campuran Beton...28

J. Uji Slump...28

K. Pembuatan dan Perawatan Benda Uji...28

L. Pengujian Kuat Tekan...28

M. Teknik Analisis Data...29 DAFTAR PUSTAKA

(3)

A. Latar Belakang

Beton merupakan sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan semen sebagai bahan pengikat, serta perawatan yang mudah, mudah diproduksi, ekonomis dan material penyusunnya banyak tersedia di alam.

Beton sacara masif diawali permulaan pada abad 19, dan merupakan awal era beton yang sampai sekarang di kembangkan seabagi teknologi beton oleh masyarakat.

Seiring dengan perkembangan teknologi material, khususnya teknologi beton yang terus digunakan guna memenuhi kebutuhan beton pada berbagai jenis konstruksi yang terus meningkat, serta pengembangan material konstruksi yang cukup tepat dan baik untuk memperoleh kekuatan dan daya tahan beton yang tinggi sehingga dapat mengurangi biaya konstruksinya.

Limbah marmer salah satu material bahan bangunan yang dipergunakan juga sebagai bahan finising dalam dunia konstruksi / pembuat penutup lantai atau yang lebih dikenal dengan nama tegel.

Proses pengelolahan limbah pertama dilakukan yaitu pemotongan sebanyak 2 tahapan, tahapan pertama pemotongan bongkahan batu besar, tahapan selanjutnya pemahatan atau pensekrapan tahapan ini adalah tahapan pembentukan dari kerajinan marmer menjadi bentuk yang diinginkan. Tahapan berikutnya

1

(4)

adalah tahap pemolesan, Tahapan ini ada proses penghalusan proses penyesuaian tingkat kehalusan kerajinan sesuai yang diinginkan, Tahapan terakhir adalah tahap pengeringan yang kedua, tahapan akhir ini menggunakaan bantuan sinar matahari dalam proses pengeringannya kerajinan yang telah jadi dikumpulkan disatu ruangan yang terbuka agar kerajinan marmer yang telah jadi dapat terpapar sinar matahari.

Pemanfaatan limbah marmer pun menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, salah satunya digunakan sebagai bahan alternatif pengganti agregat pada beton Kabupaten Pangkep merupakan salah satu daerah penghasil marmer terbesar di Indonesia. Pabrik pengolahan marmer terus berproduksi dan meninggalkan banyak limbah marmer yang berupa pecahan dengan ukuran yang bervariasi yaitu berbentuk cubical dan beberapa partikel halus. Dengan terus berproduksinya pabrik pengolahan batu marmer maka limbah marmer juga akan terus bertambah.

Oleh karena itu saya sebagai peneliti tertarik untuk mengangkat judul sebagai pemanfaatan limbah marmer sebagai bahan pengganti kerikil.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik Limbah Marmer untuk agregat beton ?

2. Berapakah nilai Kuat Tekan Beton yang dihasilkan dari Limbah Marmer sebagai agregat kasar pada beton mutu tinggi ?

3. Bagaimana komposisi design campuran pada mutu k,300, k350, k400 ?

(5)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui karakteristik Limbah Marmer untuk agregat beton . 2. Untuk mengetahui nilai Kuat Tekan Beton yang dihasilkan dari Limbah

Marmer sebagai agregat kasar pada beton mutu tinggi.

3. Untuk mengetahui komposisi design campuran pada mutu k,300, k350, k400.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik teoritis maupun praktis. Secara teoritis penelitian ini akan memberikan pengetahuan dan pemahaman lebih mengenai penggunaan limbah granit pengganti kerikil terhadap karakteristik beton baik dari kelebihan dan kekurangannya, sehingga perkembangan terknologi beton bisa lebih ditingkatkan mutu dan kualitasnya.

(6)

A. Beton Mutu Tinggi

Beton mutu tinggi adalah Beton dengan perlakuan khusus dan persyaratan yang seragam yang tidak dapat selalu dicapai secara rutin hanya dengan penggunaan material konvensional dan pencampuran secara normal, penempatan dan cara perawatannya. Kita juga bisa mengenal beton mutu tinggi dari karakteristiknya antara lain:

1. Kekuatan awal tinggi (Beton yang kekuatan rencananya bisa

dicapai dalam waktuyang lebih awal dari pada beton normal).

2. Modulus elastisitas tinggi (modulus elastisitas yang lebih tinggi berarti beton dapat menahan tegangan yang lebih tinggi).

3. Kekuatan abrasi tinggi (Beton dengan kekuatan abrasi tinggi dapat dipenuhi oleh beberapa faktor, utamanya penggunaan bahan bahan terpilih, proporsi campuran, capaian kekuatan, dan pelaksanaan).

Sifat - Sifat Beton Mutu Tinggi

1. Mudah dalam penempatan

2. Sifat – sifat mekanik jangka panjang 3. Kekuatan awal

4

(7)

4. Keteguhan 5. Stabilitas volume

6. Masa jangka panjang dalam lingkungan yang berat Spesifikasi beton Mutu Tinggi

1. Memiliki kuat tekan mutu beton yang tinggi

2. Memiliki aregat yang berkualitas

3. Tahan terhadap korosi.

1. Material – Material Penyusun Beton

Agregat kasar berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat kasar ini menjadi komponen beton yang paling berperan dalam menentukan besarnya. Sama seperti halnya agregat halus, agregat kasar berdasarkan asalnya juga dibagi menjadi dua yaitu agregat alami yang diperoleh dari sumber alam dan agregat buatan yang diperoleh dari hasil industri pemecah batu.

A. Limbah Marmer

Batuan marmer ini merupakan salah satu jenis batuan metamorf atau malihan, dimana proses terbentuknya batu marmer ini karena diakibatkan oleh proses metamorfosis batu kapur atau batu gamping. Batu ini diperoleh dari peralihan suhu dan juga tekanan yang bermacam-macam yang

(8)

diberikan oleh alam dengan gaya endogen, yang mentebabkan batuan gamping menjadi rekristalisasi sehingga membentuk berbagai fliasi atau non foliasi.

Marmer mempunyai corak atau pola tertenu dan mempunyai beragam warna yang mengombinasinya, hal inilah yang membuat marmer indah dan cocok digunakan sebagai bahan untuk dekorasi bagunan. Selain itu juga karena batu marmer mempunyai sifat yang tahan lama

B. Semen

Semen adalah bahan hidrolis yang bertindak sebagai pengikat agregat.

Hidrolis berarti jika semen bereaksi dengan air akan berubah menjadi pasta.

Reaksi kimia antara semen dengan air akan menghasilkan panas dan sifat kekerasan pada pasta semen (proses hidrasi) dan membentuk suatu batuan massa dan tidak larut dalam air (Susanti, 2011).

Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan beton. Semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya (Susanti, 2011).

Semen berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa yang padat. Selain itu juga mengisi rongga-rongga di antara butiran agregat. Perekatan ini terjadi akibat adanya reaksi semen dengan air

(9)

yang sering dikenal dengan istilah proses hidrasi beton (Susanti, 2011).

Tipe-tipe semen portland dan penggunaanya dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1. Tipe-tipe semen portland dan penggunaannya

(Sumber: Susanti, 2011) N

o Tipe

Semen Penggunaan

1 Tipe I Semua bangunan beton yang tidak akan mengalami perubahan cuaca yang dahsyat atau dibangun dalam lingkungan korosif

2 Tipe II Untuk bangunan yang menggunakan pembetonan secara massal, seperti dam, panas hidrasi tertahan dalam bangunan untuk jangka waktu yang lama

3 Tipe III Untuk pembetonan musim dingin 4 Tipe IV Pembetonan massal

5 Tipe V untuk bangunan di air yang mengandung sulfat atau air laut

C. Air

Menurut (Eko Siswanto, 2019) Air adalah bahan dasar pembuatan beton. Fungsi air dalam pembuatan beton untuk membuat semen bereaksi dan sebagai bahan pelumas antara agregat kasar dan halus. Untuk membuat semen bereaksi hanya dibutuhkan air sekitar 25%- 30% dari berat semen tersebut. Tetapi pada kenyataan dilapangan apabila faktor air semen.

Kelebihan air inilah yang berfungsi sebagai pelumas agregat, sehingga membuat adukan mudah dikerjakan. Tetapi seiring dengan semakin mudahnya pengerjaan, maka akan menyebabkan beton menjadi porus, maka kuat tekan beton juga akan menurun.

Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan

(10)

beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang dihasilkan (Mulyono, 2005).

Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekutan beton.

Menurut (Pramono dan Suryadi, 1998), dalam pemakaian air untuk beton itu sebaiknya air memenuhi syarat sebagai berikut:

a.

Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter

b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton lebih dari 15 gram

c. Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter

D. Beton

Beton adalah campuran dari agregat halus dan agregat kasar (pasir, granit atau jenis agregat lainnya) dengan semen yang dipersatukan oleh air dalam perbandingan tertentu Karena hidrasi semen oleh air, adukan tersebut akan mengeras/membatu dan memiliki kekerasan dan kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Nilai kekuatan serta daya tahan (durability) beton dipengaruhi antara lain oleh perbandingan dan mutu

(11)

bahan penyusun beton, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperature dan kondisi perawatan pengerasannya.

Ditinjau dari berat isi beton, beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200 – 2500 kg/m3 yang menggunakan agregat alam yang pecah atau tanpa dipecah yang tidak menggunakan bahan tambahan (SNI 03 – 2847 – 2002). Kuat tekan beton normal berkisar antara 28-60 MPa pada umur beton 28 hari. Penggunaan beton mutu normal banyak dipakai untuk konstruksi-konstruksi sederhana seperti perumahan dan bangunan gedung yang tidak terlalu tinggi dimana kebutuhan kuat tekan tidak terlalu besar. (Reza Adeputra Polii, 2015)

Kelemahan dalam penggunaan beton mutu normal yaitu kekuatan yang kecil dan sifat khusus yang terbatas. Sifat-sifat khusus yang diinginkan antara lain tahan terhadap agresi kimiawi, kedap air, tahan terhadap pengaruh lingkungan dimana beton tersebut dipakai.

E. Slump Test

Slump merupakan pengukuran tingkat konsistensi dari adonan beton yang baru dibuat sebelum digunakan. Slump test dilakukan untuk mengecek kemampuan beton ketika diaplikasikan pada pembuatan struktur atau bangunan.tinggi dari adukan dalam kerucut terpancung terhadap tinggi adukan setelah cetakan diambil. Slump merupakan pedoman yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelecekan suatu adukan beton, semakin tinggi tingkat kekenyalan maka semakin mudah pengerjaannya (nilai workability tinggi)

(12)

Bila tidak terjadi crumbling atau collapse maka slump adalah indikasi kelembutan (softness) sebagai lawan kekakuan (stiftness) dari campuran.

Runtuh (collapse) sering terjadi pada beton yang kurang pasir (lean), menandakan rendahnya kohesi dan rendahnya kemampuan beton segar untuk berdeformasi plastis.

Uji slump berguna untuk mengecek adanya perubahan dari kadar air, bila material dan gradasi agregat adalah seragam. Bila jumlah air adalah konstan maka slump test berguna untuk menunjukkan adanya perbedaan pada gradasi atau adanya perbandingan berat yang salah.

F. Nilai Slump

Tujuan dari pengujian slump adalah untuk mengetahui tingkat kemudahan pengerjaan beton yang dinyatakan dalam nilai tertentu. Slump didefinisikan sebagai besarnya penurunan ketinggian pada pusat permukaan atas beton yang diukur segera setelah cetakan uji slump diangkat. Pengujian slump dilakukan dengan menggunakan alat berbentuk kerucut terpancung yang memikiki diameter lubang atas 10 cm, diameter lubang bawah 20 cm, tinggi 30 cm serta dilengkapi dengan kuping untuk mengangkat beton segar dan tongkat pemadat berdiameter 1,6 cm sepanjang 60 cm. Nilai slump dipengaruhi oleh faktor air semen. Semakin tinggi fas maka nilai slump akan semakin tinggi yakni menggunakan banyak air dan sedikit semen, sehingga pasta semen lebih encer dan mengakibatkan nilai slump lebih tinggi. Semakin besar nilai slump test berarti adukan beton semakin mudah dikerjakan.

(13)

Pengujian slump ini dengan cara destruktif digunakan untuk mengetahui kuat tekan pada beton yang dicampur dengan bahan limbah granit dan agregat kasar yang digabungkan dengan agregat alam kemudian akan dibandingkan dengan beton normal

G. Kuat Tekan Beton

Kuat tekan beton dipengaruhi antara lain oleh kekuatan, tekstur permukaan, kebersihan, bentuk partikel dan ukuran maksimum agregat pembentuk beton.

Kuat tekan beton didapatkan dengan menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban tertentu atas benda uji silinder sampai hancur. Kuat tekan masing- masing benda uji ditentukan oleh tegangan-tegangan tekan tertinggi (f’c) yang dicapai benda uji pada umur 28 hari akibat beban tekan selama percobaan yang dinyatakan dengan satuan N/mm2 atau MPa (Mega Pascal)

Nilai uji tekan yang diperoleh dari setiap benda uji akan sering berbeda cukup jauh karena beton merupakan material heterogen, yang kekuatannya dipengaruhi oleh proporsi campuran, bentuk dan ukuran, komposisi material pembentuk beton, perbandingan airsemen dan kepadatan, umur beton, jenis dan jumlah semen, sifat agregat, kecepatan pembebanan serta kondisi pada saat pengujian.

B. Kajian yang Relevan

Penelitian ini dilakukan oleh Muh.Nafiputra.R (2019) untuk menganalisis pemanfaatan penggunaan limbah pecahan marmer sebagai

(14)

sebagai bahan agregat kasar (marmer) pada beton mutu tinggi. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian bersifat eksperimental terhadap “Pemanfaatan limbah marmer sebagai agregat kasar pada beton mutu tinggi” untuk mengevaluasi seberapa besar manfaat penggunaan limbah marmer terhadap kuat tekan campuran beton.

Penelitian ini dilakukan agar mampu mendapatkan pengetahuan kuat tekan beton yang di campur dengan bahan limbah marmer. Metode yang digunakan yaitu eksperimen yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan karakteristik dari limbah batu marmer seabgai agregat kasar terhadap kuat tekan campuran beton mutu tinggi.

(15)

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik di Universitas Negeri Makassar. Dan lokasi pengambilan Limbah marmer diambil di Kabupaten Pangkep dengan metode eksperimen dengan melakukan variabel pencampuran Limbah marmer sebagai mana penelitian ini memiliki tujuan dalam memperoleh hasil berbentuk data hasil percobaan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat pelaksanaan proses penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Negeri Makassar Sulawesi Selatan. Selama kurun waktu 2 bulan. Adapun agregat halus ( pasir ) dan agregat kasar ( marmer ) yang di ambil dari pangkep

13

(16)

C. Diagram Alur Penelitian

Prosedur Alur penelitian dimulai dari tahap analisis yaitu menganalisa kebutuhan yang di perlukan dalam memahami Studi literatur. Selanjutnya pada tahapan observasi, kebutuhan dari hasil analisis tersebut diubah menjadi data yang lebih spesifik. Untuk proses persiapan material dan bahan.

Selanjutnya, tahap perencanaan pembuatan campuran yaitu Pasir, Marmer, Semen dan Air untuk pembuatan benda uji. Beton yang telah di buat kemudian dilakukan Uji Slump Test, Tahap uji Kuat Tekan Beton dimulai menggunakan alat Compression Test untuk melihat tingkat kekuatan yang dihasilkan. Dari hsil analisa dapat kita ketaahui berapa angka Kuat Tekan Beton yang dihasilkan.

Diagram Alur Penelitian

(17)

D. Bahan Material

Bahan – bahan yang digunakan antara lain : 1. Agregat Halus (Pasir)

2. Agregat Kasar (Marmer) yang berasal dari pangkep

3. Semen Portland Tipe I. yang digunakan yaitu Semen Tonasa Kemasan 50 kg. Yang berfungsi sebagai bahan pengisi dan pengikat campuran.

4. Air bersih yang digunakan dari rumah yaitu Air PAM yang bersumber dari PDAM Kota Makassar.

(18)

E. Tahapan Persiapan

Pada tahap ini seluruh bahan dan peralatan untuk pembuatan benda uji silinder harus dipersiapkan terlebih dahulu agar proses pembuatan dapat berjalan dengan lancar, bahan-bahan harus diuji dengan standar yang sesuai dengan syarat- syarat di dalam SNI.

Pada tahap persiapan dilakukan langkah-langkah berikut:

1. Tahap I : Pemeriksaan agregat halus, meliputi : uji dan analisis sesuai SK SNI yaitu analisa saringan, kadar air, kadar air Saturated Surface Dry (SSD), kadar lumpur, berat jenis.

2. Tahap II : Pemeriksaan agregat kasar, meliputi : uji dan analisis sesuai SK SNI yaitu analisa saringan, kadar air, kadar lumpur, berat isi, berat jenis.

3. Tahap III : Mix design dengan metode SNI setelah semua data yang diperlukan pada pemeriksaan bahan campuran diperoleh.

F. Metode pengujian material

(19)

PEMERIKSAAN BERAT JENIS AGREGAT HALUS 1. ALAT DAN BAHAN

1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam pemeriksaan berat jenis agregat halus adalah sebagai berikut :

1. Timbangan dengan ketelilian 0,1 gram = 1 buah 2. Cetakan kerucut (Sand Conocal Mould) = 1 buah

3. Lap kering = 1 buah

4. Talang = 1 buah

5. Piknometer = 1 buah

1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan berat jenis agregat halus yaitu contoh pasir.

2. PROSEDUR PECOBAAN 2.1 Persiapan

a. Menimbang talang dalam keadaan kosong.

b. Memasukkan benda uji pasir kedalam talang, kemudian di timbang sebanyak 250 gram untuk sempel pertama dan 250 gram untuk sempel ke dua.

c. Merendam pasir selama 24 jam.

2.2 Pelaksanaan

a. Mengangkat pasir yang sudah direndam lalu dihamparkan ke atas lap kering untuk mencapai kondisi SSD (Saturated Surface Dry) atau kering permukaan.

b. Untuk mengetahui kondisi SSD digunakan sand conical mould. Dengan cara memasukkan pasir kedalam mould yang berbentuk kerucut sebanyak 3 lapis. Setiap lapisan dipadatkan. Lapisan 1 dan 2 dipadatkan dengan 8 kali tumbukan. Lapisan 3 dipadatkan dengan 9 kali

(20)

tumbukan.

c. Sisa diatas mould diratakan, lalu mould diangkat perlahan-lahan dan tegak lurus.

d. Pasir yang tertinggal, mengalami runtuh setengah maka contoh tersebut

SSD.

e. Menimbang tabung piknometer dalam keadaan kosong (W1).

f. Memasukkan pasir SSD pada piknometer lalu ditimbang (W2).

g. Memasukkan air kedalam piknometer tersebut hingga pada batas tertentu, lalu di putar-putar beberapa menit hingga timbul gelembung udara yang ada dalam picnometer.

h. Menimbang berat piknometer + air + pasir (W3) i. Mengeluarkan air dari tabung tersebut secara hati-

hati lalu memasukkan kedalam oven selama 24 jam.

j. Menimbang berat contoh kering dalam piknometer (W4).

k. Mengosongkan picnometer, kemudian memasukkan hingga batas tertentu.

l. Menimbang berat piknometer + air (W5).

PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT HALUS 1. ALAT DAN BAHAN

1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam pemeriksaan berat volume agregat halus adalah sebagai berikut :

a. Timbangan = 1 buah

b. Mould = 1 buah

c. Tongkat pemadat = 1 buah

d. Wadah = 1 buah

e. Kuas = 1 buah

f. Jangka sorong = 1 buah

(21)

g. Mistar perata = 1 buah Bahan

Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan berat volume agregat halus adalah pasir

2. PROSEDUR PERCOBAAN 2.1 Tahap Persiapan

1. Menimbang berat mould dalam keadaan kosong 2. Memasukkan benda uji kedalam oven selama 24 jam

dengan suhu 110º

3. Mengukur diameter dan tinggi mould 4. Menghitung volume mould.

2.2Tahap pelaksanaan 1. Kondisi Gembur

• Menimbang mould dalam kondisi kosong (W1)

• Memasukkan pasir kedalam mould yang telah di oven selama 24 jam dengan suhu 110º hingga penuh , kemudian ratakan dengan mistar perata.

• Menimbang dan mencatat berat mould dan isinya (W2).

• Menghitung berat batu pecah ( W3 = W2 - W1) 2.2.1 Kondisi Padat

1. Menimbang mould dalam kondisi kosong (W1).

2. Memasukkan pasir kedalam mould yang telah di oven selama 24 jam dengan suhu 110º dengan 3 lapisan yang kira-kira sama tebalnya, masing – masing lapisan dipadatkan dengan menggunakan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tumbukan.

3. Menimbang dan mencatat berat volume mould dan isinya( W2).

4. Menghitung berat pasir ( W3 = W2 – W1).

(22)

PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT HALUS 3. ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

Alat yang digunakan dalam pemeriksaan berat volume agregat halus adalah sebagai berikut :

h. Timbangan = 1 buah

i. Mould = 1 buah

j. Tongkat pemadat = 1 buah

k. Wadah = 1 buah

l. Kuas = 1 buah

m. Jangka sorong = 1 buah

n. Mistar perata = 1 buah

Bahan

Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan berat volume agregat halus adalah pasir

4. PROSEDUR PERCOBAAN 4.1 Tahap Persiapan

1. Menimbang berat mould dalam keadaan kosong 2. Memasukkan benda uji kedalam oven selama 24 jam

dengan suhu 110º

3. Mengukur diameter dan tinggi mould Menghitung volume mould.

4.2Tahap pelaksanaan 2.2.2 Kondisi Gembur

1. Menimbang mould dalam kondisi kosong (W1) 1. Memasukkan pasir kedalam mould yang telah di oven

selama 24 jam dengan suhu 110º hingga penuh , kemudian ratakan dengan mistar perata.

(23)

2. Menimbang dan mencatat berat mould dan isinya (W2).

3. Menghitung berat batu pecah ( W3 = W2 - W1).

2.2.3 Kondisi Padat

1. Menimbang mould dalam kondisi kosong (W1).

2. Memasukkan pasir kedalam mould yang telah di oven selama 24 jam dengan suhu 110º dengan 3 lapisan yang kira-kira sama tebalnya, masing – masing lapisan dipadatkan dengan menggunakan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tumbukan.

3. Menimbang dan mencatat berat volume mould dan isinya( W2).

4. Menghitung berat pasir ( W3 = W2 – W1).

PEMERIKSAAN ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS 1. ALAT DAN BAHAN

1.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan analisa saringan agregat halus yaitu :

a. Oven 1 buah b. Timbangan 1 buah c. Alat penggetar 1 buah d. Talang 1 buah

e. Saringan 4.75 mm 1 buah f. Saringan 2.36 mm 1 buah g. Saringan 1.19 mm 1 buah h. Saringan 0.59 mm 1 buah i. Saringan 0.297 mm 1 buah j. Saringan 0.149 mm 1 buah k. Pan 1 buah

1.2Bahan

Bahan yang digunakan yaitu pasir yang telah dikeringkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110º C

2. PROSEDUR PELAKSANAAN

(24)

2.1 Persiapan

a. Menimbang talang dalam keadaan kosong.

b. Membersihkan saringan dalam keadaan kosong.

c. Memasukkan benda uji kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 110º C.

2.2 Pelaksanaan

a. Menimbang benda uji sebanyak 1500 gram (W1).

b. Menimbang saringan dalam kondisi kosong (W2).

c. Memasukkan benda uji kedalam susunan saringan dengan susunan saringan dimulai dari saringan terkecil diatasnya sampai pan dibawahnya (4.75 mm, 2.36 mm, 1.2 mm, 0.6 mm, 0.3 mm, 0.15 mm, dan PAN).

d. Menyaring dengan menggunakan alat penggetar selama ±30 menit.

e. Menimbang masing-masing saringan beserta benda uji yang ada tersisa didalamnya dan dicatat beratnya (W3).

f. Menghitung benda uji yang tertinggal pada masing-masing saringan (W4 = W3– W2).

PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS ALAT DAN BAHAN

1.1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan kadar lumpur agregat halus yaitu:

a. Talang = 1 buah

b. Oven = 1 buah

c. Timbangan = 1 buah

d. Wadah tempat air = 1 buah e. Saringan No.200 = 1 buah 1.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan kadar lumpur yaitu:

a. Pasir

1. Sampel 1 = 250 gram

2. Sampel 2 = 250 gram

(25)

b. Air

1. Sampel 1 = 2 liter

2. Sampel 2 = 2 liter

2. PROSEDUR PERCOBAAN 2.1. Persiapan

a. Menimbang berat talang ( W1 ).

b. Memasukkan benda uji kedalam talang lalu ditimbang ( W2 ).

c. Menghitung berat benda uji ( W3 = W2 – W1 ).

d. Masukkan air bersih ke dalam talang yang berisi agregat halus.

e. Benda uji ditiriskan lalu dimasukkan kedalam oven selama 24 jam sampai beratnya tetap.

2.2. Pelaksanaan

a. Menimbang berat talang dan benda uji setelah dioven ( W4 ).

b. Menghitung berat benda uji kering oven ( W5 = W4 – W1 ).

PEMERIKSAAN BERAT JENIS AGREGAT KASAR 1. ALAT DAN BAHAN

1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam pemeriksaan berat jenis agregat kasar adalah sebagai berikut :

1. Timbangan = 1 buah

2. Keranjang = 1 buah

3. Oven = 1 buah

4. Lap kering = 1 buah

5. Talang = 1 buah

6. Ember = 1 buah

1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan berat jenis agregat kasar adalah kerikil sebanyak 3000 gr

(26)

2. PROSEDUR PECOBAAN

1. Menimbang kerikil sebanyak 3000 gram

2. Merendam kerikil yang telah ditimbang tadi ke dalam ember selama24 jam

3. Mengeluarkan benda uji dari dalam ember yang telah direndamselama 24 jam

4. Menghamparkan ke atas lap

5. Mengelap benda uji sampai kondisi SSD ( Saturated Surface Dry) atau kondisi dimana agregat jenuh air tapi permukaannya kering

6. Menimbang benda uji sampai dengan 3000 gram 7. Menimbang keranjang kosong di udara

8. Memasukkan benda uji SSD ke dalam keranjang

PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT KASAR 1. ALAT DAN BAHAN

1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam pemeriksaan berat volume agregat kasar yaitu

a. Timbangan = 1 buah

b. Mould = 1 buah

c. Tongkat pemadat = 1 buah

d. Wadah = 1 buah

1.2Bahan

Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan berat volume agregat kasar adalah batu pecah yang telah di oven.

(27)

2. PROSEDUR PERCOBAAN 2.1 Tahap Persiapan

1. Menimbang berat mould dalam keadaan kosong 2. Menyiapkan benda uji

3. Mengukur diameter dan tinggi mould 4. Menghitung volume mould.

2.2 Tahap Pelaksanaan 2.2.1Kondisi gembur

1. Menimbang mould dalam kondisi kosong (W1) 2. Memasukkan batu pecah kedalam oven

selama 24 jam dengan suhu 110º . 3. Memasukkan batu pecah kedalam

mould hinggapenuh, kemudian ratakan dengan mistar perata.

4. Menimbang dan mencatat berat mould dan isinya (W2).

5. Menghitung berat batu pecah ( W3 = W2 - W1).

2.2.2 Kondisi padat

1. Menimbang mould dalam kondisi kosong (W1).

2. Memasukkan batu pecah kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 110º

3. Memasukkan batu pecah kedalam mould dengan 3 lapisan yang kira-kira sama tebalnya, masing – masing lapisan dipadatkan dengan menggunakan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tumbukan.

4. Menimbang dan mencatat berat volume mould dan isinya( W2).

5. Menghitung berat batu pecah ( W3 = W2 – W1) PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT KASAR

1. ALAT DAN BAHAN

(28)

Latar Belakang

Peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan kadar air agregat kasar yaitu:

a. Timbangan dengan ketelitian 0,001 kg.

b. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanaskan sampai (110±5)0C.

c. Talang logam sebagai wadah berkapasitas 5 kg unruk mengeringkan benda uji.

2.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan kadar air agregat kasar yaitu contoh batu pecah 2-3 = 4000 gram dan batu pecah 1-2 = 4000 gram

2. PROSEDUR PEMERIKSAAN a. Menyiapkan alat dan bahan b. Menimbang berat talang (W1)

c. Memasukkan benda uji ke dalam talang lalu di timbang (W2).

d. Menghitung berat benda uji sebelum oven (W3 = W2 – W1).

e. Memasukkan benda uji ke dalam oven pada suhu (110±5)0C sampai beratnya tetap ; yang dimaksud dengan beratnya tetap yaitu keadaan berat benda benda uji selama 3X proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut-turut, tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih besar daripada 0,1%. (pemanasan yang dilakukan dalam pemeriksaan ini selama 24 jam).

f. Menghitung kembali berat talang di tambah berat benda uji setelah oven (W4).

g. Menghitung berat benda uji setelah oven (W5).

PEMERIKSAAN ANALSISIS SARINGAN AGREGAT KASAR 1. ALAT DAN BAHAN

(29)

1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam pemeriksaan analisa saringan agregat kasar yaitu:

a. Timbangan 1 buah

b. Talang 1 buah

c. Saringan 75 mm 1 buah

d. Saringan 37,5 mm 1 buah

e. Saringan 19 mm 1 buah

f. Saringan 12,5 mm 1 buah

g. Saringan 9,50 mm 1 buah

h. Saringan 6,70 mm 1 buah

i. Saringan 4.75 mm 1 buah

j. Pan 1 buah

k. Alat penggetar 1 buah

1.2Bahan

Bahan yang digunakan yaitu batu pecah yang telah dikeringkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110º C

2. PROSEDUR PERCOBAAN 2.1 Tahap persiapan

1. Menimbang talang dalam keadaan kosong 2. Membersihkan saringan dalam keadaan kosong

3. Memasukkan benda uji kedalam oven selam 24 jam dengan suhu 110ºC

2.2Pelaksanaan

1. Menimbang benda uji sebanyak 3000 gram ( W1).

2. Menimbang saringan dalam kondisi kosong (W2 )

3. Memasukkan benda uji ke dalam susunan saringan dengan susunan saringan dimulai dari yang terkecil diatasnya sampai pan di bawahnya (75 mm, 37,5 mm, 19 mm, 12,5 mm, 9.5 mm, 6.7 mm, 4.75 mm dan pan ).

4. Menyaring dengan menggunakan tangan selama ± 15 menit.

(30)

5. Menimbang masing – masing saringan beserta benda uji yang ada tersisa di dalamnya dan dicatat beratnya (W3 ).

6. Menghitung benda uji yang tertinggal pada masing – masing saringan ( W4 = W3 )

PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR 1. ALAT DAN BAHAN

1.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan kadar lumpur agregat Kasar yaitu:

a. Timbangan = 1 buah b. Talang = 1 buah c. Oven = 1 buah 1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan kadar lumpur agregat \ Kasar adalah kerikil

2. PROSEDUR PERCOBAAN 2.1 Persiapan

1. Memasukkan benda uji ke dalam oven selama ± 24 jam dengan Suhu 110º.

2. Mengeluarkan benda uji dari dalam oven lalu biarkan hingga dingin.

3. Menimbang benda uji kering oven dengan berat tertentu (W1).

4. Mencuci benda uji yang sudah ditimbang hingga bersih.

2.2 Pelaksanaan

1. Memasukkan kembali benda uji yang sudah di cuci ke dalam Oven selama ± 24 jam dengan suhu 110º.

2. Mengeluarkan benda uji dari dalam oven lalu biarkan hingga dingin.

3. Menimbang kembali benda uji yang sudah di oven (W2).

4. Menghitung berat benda uji yang sudah di oven (W3).

(31)

5. Menghitung kadar lumpur yang terkandung dalam agregat.

G. Mix Design

Rencana campuran yang digunakan mengacu pada metode SNI 03-6468-2000 tentang tata cara pembuatan rencana campuran beton mutu tinggi.

H. Trial Mix

Percobaan campuran beton yang sudah melalui pengujian laboratorium mengenai sifat karakteristik dari bahan-bahan pembuatan beton seperti semen, pasir dan marmer.

I. Uji Slump

Metode pengujian slump beton segar mengacu pada SNI 03 – 1972 – 1990.

Pengujian slump yang dalam penelitian dengan cara penamabahan air atau pengurangan air untuk menghasilkan slump sebagaimana yang diinginkan

J. Pembuatan dan Perawatan Benda Uji

Pembuatan dan Perawatan benda uji benda uji beton menggunakan metode SNI 03-4810-1998 tentang metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di lapangan. Benda uji dibuat dengan bentuk silinder beton 15 x 30 dalam cm.

Masing – masing benda uji 2 buah berdasarkan nilai slump yang direncanakan.

K. Pengujian Beton

Pengujian beton dilakukan pada sampel beton, sampel ini akan diberi tekanan hingga mengalami kehancuran.

(32)

L. Teknik Analisis Data

Analisis Statisitik Deskriptif yakni metode - metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu himpunan data sehingga memberikan infomasi, yang bertujuan untuk menentukan rata – rata maximum, minimum standar deviasi dan diagram balok atau histogram. Pertama dilakukan pada data awal berupa observasi dan melukakan survey lokasi tempat pengambilan material sehingga dapat mengumpulkan data yang akan digunakan mengembangkan penelitian.

Selanjutnya dilakukan pengumpulan data berupa material yang akan dilakukan pengujian. Jenis data yang akan di peroleh dari hasil penelitan nantinya adalah Data data Kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil uji coba lapangan.

Dalam proses uji coba atau validasi pengujian. Nilai yang diperoleh kemudian di nilai rata-rata kuat tekan nya.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi : a. Angka pantul beton.

b. Sudut pengambilan.

c. Nilai slump.

d. Kuat tekan silinder beton umur 28 hari.

Data tersebut kemudian dianalisis dan disajikan secara deskriptif kuantitatif dalam bentuk grafik serta tabel untuk mengetahui hubungan antara angka pantul dan kuat tekan beton

(33)

M. Persiapan Benda Uji

Penelitian dilakukan dalam 7 tahapan yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap I : persiapan bahan-bahan dan alat-alat penelitian, yang meliputi pemeriksaan ketersediaan peralatan dan melakukan penyediaan bahan pembentuk beton.

2. Tahap II : pemeriksaan kusalitas bahan-bahan penelitian,

3. Tahap III : melakukan perencanaan campuran (mix design) berdasarkan data yang diperolah dari penelitian tahap II, diteruskan pembuatan adukan beton, pengujian nilai slump dan dilanjutkan dengan pembuatan benda uji normal dengan penentuan fc’ beton yang dihasilkan dan pembuatan beton dengan pencetak dimensi silinder 15 cm x 30 cm.

4. Tahap IV : perawatan benda uji beton dengan cara merendam dalam bak air.

5. Tahap V : pengujian kuat tekan yang dilakukan pada umur 28 hari.

6. Tahap VI : analisa terhadap hasil yang diperoleh dari pengujian slump dan kuat tekan.

7. Tahap VII: menarik kesimpulan dan saran.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Hamsi, Alfian. Amal dan Saleh,Malang. Pemanfaatan Limbah Marmer Sebagai Pengganti Agregat Kasar Pada Campuran Aspal Beton Terhadap KarakteristikMarshall.

Hunggurami dan E.Bolla,2012. Penggunaan Limbah Marmer Dari Gunung Batu Naitapan Kabupaten Timor Tengah Selatan Sebagai Alternatif Pengganti AgregatPadaCampuran Beton.

Kurnia,Shanti(2013). PengaruhMarmer Sebagai BahanPengisi Beton.

Mulyono,2004. Teknologi Beton.Penerbit ANDI. Yogyakarta

Zuraidah dan Jatmiko,2007. Alternatif Pengganti Agregat Kasar Dalam Beton Menggunakan Batu Marmer.

Andoyo. 2006. Pengaruh Penggunaan Abu Terbang(Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan dan Serapan Air pada Mortar. Skripsi Tugas Akhir Jenjang S-1 Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang

Fandhi Hernando. 2009. Perencanaan Campuran Beton Mutu Tinggi dengan Penambahan Superplasticizer dan Pengaruh Penggantian Sebagian Semen dengan Fly Ash. Jurnal Tugas Akhir Jenjang S-1 Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Fitria dan Asna, 2003, Tinjauan Pemakaian Superplasticizer Pada Beton Mutu Tinggi Terhadap Kuat Desak Dan Kadar Optimum. Jurnal Tugas Akhir Jenjang S-1 FTSP UII, Yogyakarta

Hadi, S. (2000). Pengaruh Ukuran Butir dan Komposisi Abu Terbang PLTU sebagai Pengisi dan Pozolan. Surabaya.

snianto, S. 2005. Pengaruh Variasi Perawatan Beton Terhadap Mutu Beton Fly Ash. Jurnal Tugas Akhir Jenjang S-1 FTSP UII, Yogyakarta.

Kariadi, E. 2005. Pemakaian variasi Bahan Tambah Gula Murni dan Abu Arang Briket Pada campuran beton Mutu Tinggi. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Mulyono T, 2003, Teknologi Beton, Andi Offset, Yogyakarta.

(35)

Dengan Penambahan Fly Ash PadaPerendaman Air Laut. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Ratmaya Urip. 2003. Teknologi Semen dan Beton: Fly Ash, Mengapa Seharusnya Dipakai pada Beton. Gresik. PT. Semen Indonesia dan PT. Varia Usaha Beton

Hustim, Muralia, Pemanfaatan Limbah Marmer Sebagai Bahan Pengisi (FILLER) pada Campuran Beton Aspal Lapis Permukaan Jalan., http: //

www.LPUnhas.go.id,2005.

Zuraidah, S; Arif, R. “Pengaruh Penggunaan Limbah Pecahan Marmer Sebagai Alternatif Pengganti Agregat Kasar Pada Kekuatan Beton”, Jurnal Rekayasa Perencanaan Vol. 3 No. 3 Juni 2007.

Aditya, Candra”Pengaruh Penggunaan Limbah Pasir Onyx sebagai Bahan

Pengganti Pasir Pada Kuat Lentur, Rembesan dan Penyerapan Air Genteng Beton ” Jurnal Ilmiah ”Widyateknika” Vol. 18 No. 2 / Oktober 2010 Hal.

7 - 13 Fakultas Teknik Universitas Widyagama, Malang, 2010

Utami, Sri , “Pemanfaatan Limbah Marmer Untuk Pembuatan Paving Stone”

Jurnal Neutron, Vol.10, No.2, Agustus 2010: 54 – 59. 2010.

Aditya, Candra, “Penggunaan Limbah Pasir Onyx Sebagai Substitusi Pada Pembuatan Paving Block”, Laporan Penelitian, Fakultas Teknik Universitas Widyagama, Malang, 2011.

Aditya, Candra, “Pemanfaatan Limbah Marmer dan Onyx sebagai Bahan Bangunan Ramah Lingkungan”, Laporan Penelitian tahun 1, Universitas Widyagama, Malang, 2013.

Aditya, C., Halim, A., Chauliah, P., “Waste Marble Utilization from Residue Marble Industry as a Substitution of Cement and Sand within Concrete Rooftile Production”, International Journal of Engineering Research, Volume No.3, Issue No.8, pp : 501-506.2014

Referensi

Dokumen terkait

3 Wonosobo, 56351 Telp 0286 321 873 Email: suko34497@gmail.com Abstrak Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar

Maksud : Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan berat isi dan dengan kuat tekan dari Beton yang akan dibuat dengan menggunakan agregat halus pasir, agregat kasar