• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Skripsi Teddy Revisi L (3)

N/A
N/A
Silmii Fadhlurrohman

Academic year: 2025

Membagikan "Proposal Skripsi Teddy Revisi L (3)"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TERAPI NATURE SOUND TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA REMAJA DI SMK MUHAMMADIYAH HAURWANGI

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Studi S1 Keperawatan

Oleh

Nama : Teddy Maulana Rahman NPM : 12.21.0130

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

SEKOLAHTINGGIKESEHATANINDONESIA(STKINDO) WIRAUTAMA BANDUNG 2025

(2)

NPM : 12.21.0130

Telah Disetujui Sebagai Usulan Penelitian Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Sarjana

Pembimbing I Pembimbing II

Yayat Hidayat, M.kep Np3 : 37131186058

Asep Solihat, M.Kep NIDN : 3401809401

Mengetahui

Ketua Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan

Yulia Rais, S.Kp.,M.Kep

Np3 : 3731186026

(3)

i

(4)

REMAJA DI SMK MUHAMMADIYAH

HAURWANGI” dalam penyusunan proposal skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari semua pihak sehingga proposal skripsi ini bisa diselesikan tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr.H.Abdul Somad., M. Pd selaku Ketua Sekolah Tinggi Kesehatan Indonesia (STKINDO) Wirautama Bandung

2. Ruhayati, S.STM.Keb selaku Wakil ketua I Bidang kurikulum Akademis Sekolah Tinggi Kesehatan Indonesia (STKINDO) Wirautama Bandung.

3. Andini Gita Azzahra, S.Ikom.,M.M selaku Wakil ketua II Bidang Keuangan dan SDM Sekolah Tinggi Kesehatan Indonesia (STKINDO) Wirautama Bandung.

4. Dr. Yusnan Yusuf, S. Pd., M.Si.,M.Mkes selaku Wakil ketua III Bidang Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Kesehatan Indonesia (STKINDO) Wirautama Bandung.

(5)

5. Yulia Rais, S.Kp.,M. Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan 6. Dosen Pembimbing satu, Yayat Hidayat, M.Kep., yang dengan

penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, arahan, dan kritik yang sangat berarti. Tanpa bimbingan beliau, penulis tidak akan mampu menyelesaikan

ii

(6)

tidak akan mampu menyelesaikan proposal ini dengan tepat waktu. Terimakasih atas segala waktu dan perhatian yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Pengampu Mata Ajar Keperawatan di STKINDO Wirautama, yang telah memberikan ilmu, pengalaman, dan wawasan selama proses perkuliahan, sehingga penulis memiliki bekal dalam menyusun dan memahami materi skripsi ini.

9. Kepada nenek dan kakek (alm) selaku Orang Tua dari peneliti yang selalu memberikan kasih sayang, doa, serta dukungan moral dan materi yang tiada henti. Terimakasih atas segala pengorbanan, semangat, kasih yang selalu mengiringi langkah penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini dan peneliti berhasil mengatasi semua tantangan yang ada di hidup ini.

Terimakasih telah menjadi orang tua yang sempurna

10. Bapak kepala sekolah dan guru-guru SMK Muhammadiyah Haurwangi yang telah memberikan izin dan dukungan penuh dalam pelaksanaan penelitian ini. Terimakasih atas kesempatan

(7)

yang diberikan untuk melakukan penelitian ini di lingkungan yang mendukung.

11. Rekan-rekan Sejawat yang senantiasa memberikan dukungan moral dan semangat selama penyusunan proposal skripsi ini. Terimakasih atas

iii

(8)

yang sangat berharga yang mereka berikan.

Bandung, 15 Mei 2025

Teddy Maulana Rahman

(9)

iv

(10)

DAFTAR BAGAN...viii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian...7

E. Kerangka Pemikiran...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...11

A. Definisi Konsep... 11

1. Konsep Remaja...11

2. Konsep Kualitas Tidur...16

3. Konsep Nature Sound...29

B. Kerangka Konsep... 34

C. Hasil Penelitian Sebelumnya...36

D. Peran Perawat...39

(11)

E. Hipotesis... 45

v BAB III METODOLOGI PENELITIAN...46

A. Jenis Penelitian... 46

B. Variabel Penelitian...46

C. Populasi dan Sampel Penelitian...47

D. Definisi Konseptual dan Operasional...49

E. Intrumen Penelitian...50

F. Prosedur Penelitian...52

G. Teknik pengolahan data...53

H. Analisa Data...54

I. Etika Penelitian... 57

J. Lokasi dan Waktu Penelitian...58

DAFTAR PUSTAKA...59

LAMPIRAN... 61

(12)
(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Hasil penelitian sebelumnya...36 Tabel 3. 1 Definisi operasional...49

(14)
(15)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. 1 Kerangka pemikiran...10

Bagan 2. 1 Kerangka konsep...35

Bagan 3. 1 Skema Rancangan penelitain...46

Bagan 3. 2 Variabel penelitian...47

(16)
(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Perhitungan G Power...48

(18)
(19)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Persetujuan Judul / Topik / Lokasi Penelitian Lampiran 2 Surat Keterangan

Lampiran 3 Surat Permohonan Dosen Pembimbing Lampiran 4 Surat Ketersediaan Pembimbing Lampiran 5 Surat Permohonan Studi Pendahuluan dan Izin Penelitian

ke Kesbangpol Kabupaten Cianjur

Lampiran 6 Surat Permohonan Studi Pendahuluan dan Izin Penelitian ke Sekolah SMK Muhammadiyah Haurwangi

Lampiran 7 Keterangan dari Kesbangpol Kabupaten Cianjur Lampiran 8 Surat Dari SMK

Muhammadiyah Haurwang

Lampiran 9 Surat Kesediaan Menjadi Responden (INFORMED CONSENT) Lampiran 10 Lembar Kuesioner

Lampiran 11 Bukti Izin

Penggunaan Kuesioner Lampiran 12 Surat Pernyataan Plagiasi Lampiran 13 Bukti Pengecekan Plagiasi Lampiran 14 Catatan Bimbingan

(20)
(21)

BA B I PENDA HULUA N

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa yang ditunggu-tunggu dan mendebarkan ketika mereka menyadari bahwa mereka dapat mencapai hal-hal yang tidak dapat mereka lakukan saat masih anak- anak. Bahkan, individu sering kali percaya bahwa mereka memiliki kebebasan untuk memilih dan dapat menjalankan kehidupan mereka sendiri. Karena perubahan fisik dan psikologis yang dialami pria dan wanita selama masa remaja, masa ini juga sering disebut sebagai masa yang rentan, di mana hal- hal positif maupun negatif dapat terjadi. Karena perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada masa ini, masa remaja merupakan tahap yang krusial dalam perkembangan manusia. (Shakespeare et al., 2021)

Menurut World Health Organization (WHO) Remaja adalah penduduk dengan rentang usia 10-19 tahun. Menurut Peraturan Kesehatan Indonesia nomor

25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dengan rentang usia 10-18 tahun.

(22)

dimulai dari usia 14-16 tahun, dan remaja akhir dimulai dari usia 17- 19 tahun (Safitri et al., 2024)

(23)

2

Kualitas tidur pada remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti status kesehatan, lingkungan, gaya hidup, stres, diet, aktivitas fisik, obat-obatan, dan perilaku sleep hygiene (Nugraha et al., 2023). Tingkat stres yang tinggi menimbulkan sikap tetap waspada pada saat menjelang tidur maupun terbangun di malam hari sehingga terjadi disregulasi siklus tidurbangun (Deshong, 2022).

Selain itu, menurut Suni et al. (2022), Kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi kematangan emosional pada remaja sehingga sulit dalam mengendalikan emosi (reaktif) dan meningkatkan risiko konflik interpersonal, menimbulkan kantuk yang berlebihan di siang hari sehingga rentan mengalami cedera dan bahkan kematian saat beraktivitas, meningkatkan risiko masalah kesehatan mental (kecemasan, depresi, bipolar, dan lain-lain) dan risiko bunuh diri (Awanis et al., 2023)

Musik nature sound (suara alam) berbeda dengan jenis musik lainnya karena musik ini hanya menggunakan suara alam dan bukan alat musik untuk menghasilkan suara. Ada banyak manfaat dari nature sound untuk kesehatan manusia, baik secara mental maupun fisik. Menurut Fitri et al. (2016), memberikan musik nature sound misalnya suara angin dan air yang mengalir kepada orang yang mengalami kurang tidur merupakan strategi intervensi yang belum

(24)

tidur. Keuntungan dari nature sound juga dapat membuat orang merasa

(25)

3

lebih nyaman dan tenang. Menurut Weekly et al. (2018), mendengarkan suara alam dapat membuat orang merasa lebih nyaman dan tenang (Shakespeare et al., 2021). Menurut Wijayanti, Johan, Rochana, Anggorowati, dan Chasani (2016), kemajuan teknologi perekaman suara telah mendorong terciptanya genre musik baru yang disebut “musik nature sound”, yang mengombinasikan musik klasik dengan suara-suara ambien, yaitu susunan suara yang dibuat oleh hewan, burung, sungai, angin, hujan, dan laut atau samudra. Dalam hal ini, nature sound dicirikan oleh berbagai tempo, nada, dan ritme yang sering kali lambat atau tidak tiba-tiba bernada tinggi. Sejauh ini, aplikasi suara alam yang

tersedia untuk diunduh di Android dan iPhone telah terbukti untuk mengurangi stres, meningkatkan ketenangan, dan

membantu kejernihan mental. (Shakespeare et al., 2021).

Suara hujan memiliki karakteristik yang lembut, ritmis dan alami sehingga mampu memberikan efek menenangkan bagi fikiran dan tubuh untuk menjadi lebih rileks. Selain memiliki manfaat dalam mengurangi tekanan akibat stres, terapi dengan menggunakan suara hujan ini juga dapat meningkatkan kualitas tidur menjadi lebih baik (Zahro et al., 2025). Durasi 45 menit dipilih berdasarkan hasil

(26)

rileks, sehingga pikiran individu dipenuhi perasaan tenang dan dapat menghilangkan stress. Dengan demikian individu akan lebih mudah untuk tertidur dengan nyenyak (Shakespeare et al., 2021).

Data United Nations Childern’s fund (UNICEF) Indonesia tentang profil

(27)

5

remaja tahun 2021 didapatkan data jumlah populasi penduduk Indonesia yaitu 270.203.917 jiwa dimana 17% adalah remaja usia 10-19 tahun, remaja usia 10-14

tahun 51% dan usia 15-19 tahun 49%. Didapatkan jumah remaja sebanyak 46 juta jiwa dengan jumlah laki laki 52% dan jumlah perempuan 48% United Nations Children’s Fund (Putri & Utama, 2024). Pada tahun 2021 terdapat enam provinsi dengan jumlah sebaran populasi remaja terbanyak di Indonesia. Enam provinsi tersebut adalah Jawa Barat (18%), Jawa Timur (16%), Jawa Tengah (16%), Sumatera Utara (5%), Banten (4,6%), DKI (4,1%).

Berdasarkan jenis kelamin, remaja laki-laki lebih banyak daripada remaja perempuan, yaitu 52% dibanding 48%. (BPS & UNICEF, 2021)

Berdasarkan data dari BPS jumlah remaja mencapai jumlah 30% dari jumlah penduduk di Indonesia, hal ini dapat menjadi aset bagi suatu bangsa apabila remaja dapat menunjukan potensi yang positif, namun sebaliknya hal ini dapat juga menjadi petaka dan masalah apabila remaja menunjukan potensi yang negatif (Uli et al., 2018). Berdasarkan data dari badan pusat statistik pada tahun 2021 jumlah remaja usia 10-14 tahun sebanyak 22.115,9 jiwa, usia 15-19 tahun sebanyak 22. 200,3 jiwa, usia 20-24 tahun sebanyak 22.577,3

(28)

usia 15 19 tahun jumlah laki-laki sebanyak 11. 445,2 jiwa dan pada perempuan sebanyak 10. 755,1 jiwa, usia 20-24 jumlah laki-laki sebanyak 11.588,2 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 10.989,2 jiwa (Putri & Utama, 2024)

Provinsi Jawa Barat memiliki jumlah penduduk usia 15 -19 tahun adalah 2.089.930 laki-laki dan 1.961.354 perempuan.

Berdasarkan kelompok usia jumlah

(29)

7

penduduk provinsi jawa barat adalah 1.972.683 laki-laki dan 1.886.541 perempuan dan Kelompok umur 10-14 tahun: 2.006.495 laki-laki dan 1.904.206 perempuan. (Badan Pusat Statistik, 2023).

Menurut data Riset Kesehatan Data Nasional (Riskesdas) 2018, dilaporkan bahwa sekitar 43,7% penduduk yang berusia 12-18 tahun mengalami gangguan pola tidur. Di Indonesia, hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja putri kurang tidur dibandingkan dengan remaja laki-laki (71,3% berbanding 66,4%). Mengenai korelasi yang ada diantara aktivitas fisik dengan kualitas tidur, provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan proporsi penduduk yang kurang aktivitas fisik tertinggi di Indonesia, sebanyak 47,8% penduduk tercatat kurang melakukan aktivitas fisik (Nugraha et al., 2023).

Kabupaten Cianjur memiliki jumlah penduduk yang berusia 15-19 tahun adalah 162.88 ribu jiwa. Berdasarkan kelompok usia jumlah penduduk Kabupaten Cianjur adalah umur 10–14 tahun:

245.16 ribu jiwa (9,48%) dan usia 15-19 tahun:

162.88 ribu jiwa (6,3%). (Badan Pusat Statistik, 2024)

Beberapa hasil penelitian sebelumnya seperti William Shakespeare et al., 2021 yang berjudul “Efektivitas Nature Sound terhadap Penurunan Insomnia” hasil Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi dengan desain one group pretest-post test,

(30)

windows. Hasil uji hipotesis pada penelitian ini menunjukkan ada perbedaan tingkat insomnia sampel saat sebelum mendengarkan nature sound dengan setelah mendengarkan nature sound. Sementara itu, penelitian Yenny Safitri et al., 2024 dengan judul “Pengaruh Terapi Nature Sound terhadap Kualitas Tidur Tn. N dengan Non Stemi

(31)

9

Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru”. Hasil kuesioner Pittsburg Sleep Quality Indexs (PSQI) dengan skor 5 (baik). Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan, klien diberikan terapi nature sounds pada pukul 21:00 WIB dan tertidur pada pukul 21:30 WIB.

Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan oleh peneliti di SMK Muhammadiyah Haurwangi dengan cara mengisi kuesioner PSQI ke 15 remaja dari kelas X 5 orang, kelas XI 5 orang dan kelas XII 5 orang untuk mengetahui gangguan kualitas tidur pada remaja di dapatkan hasil 10 remaja yang mengalami gangguan kualitas tidur buruk dan 5 remaja lainnya tidak mengalami gangguan kualitas tidur dan data paling banyak ada di kelas XII sebanyak 5 orang sedangkan dari kelas X ada 2 orang dan kelas XI ada 3 orang yang mengalami kasus gangguan kualitas tidur buruk.

Dengan adanya permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Efektivitas Terapi Nature Sound terhadap Kualitas Tidur Remaja di SMK Muhammadiyah Haurwangi”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh efektivitas terapi nature sound terhadap

(32)
(33)

11

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi Pengaruh terapi nature sound terhadap kualitas tidur remaja.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

a. Mengidentifikasi kualitas tidur remaja sebelum di lakukan terapi nature sound

b. Mengidentifikasi kualitas tidur remaja sesudah di lakukan terapi nature sound

c. Mengidentifikasi Pengaruh terapi nature sound terhadap kualitas tidur remaja

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengetahuan dan wawasan bagi kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kesehatan, terutama di bidang keperawatan komunitas yang berfokus pada edukasi

(34)
(35)

13

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Penelitian Bagi Penulis

Temuan penelitian ini diharapkan dapat membantu para peneliti untuk mendapatkan lebih banyak pemahaman, wawasan, dan pengalaman dalam mengaplikasikan teori yang telah saya pelajari di perkuliahan, terutama dalam bidang keperawatan komunitas mengenai pengaruh efektivitas terapi nature sound terhadap kualitas tidur pada remaja.

b. Bagi Masyarakat

Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat mengedukasi dan memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang isu-isu pola tidur remaja dan dapat menerapkan terapi nature sound (suara alam).

c. Bagi Profesi Keperawatan

Temuan penelitian ini diharapkan dapat membantu para perawat untuk lebih memberikan pemahaman kepada remaja, khususnya mereka yang mengalami gangguan pola tidur.

d. Bagi Institusi pendidikan

Diharapkan bahwa penelitian ini akan memberikan bahan kepustakaan dalam program keperawatan, khususnya di wilayah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia

(36)

e. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan bahwa penelitian ini dapat menjadi sumber referensi, dapat membantu mengembangkan teori dan konsep yang terkait dengan topik

(37)

15

penelitian ini dan memberikan hasil penelitian yang dapat digunakan acuan bagi peneliti selanjutnya

E. Kerangka Pemikiran

Wicaksono (2019) mendefinisikan kualitas tidur sebagai suatu kondisi dimana seseorang merasa puas dengan tidurnya dan tidak menunjukkan gejala- gejala gangguan tidur. Faktor-faktor kualitas tidur meliputi kedalaman dan kelengkapan saat Anda tidur, serta faktor kuantitas tidur meliputi lama tidur, waktu yang dibutuhkan untuk tertidur, dan frekuensi terbangun (Nugraha et al., 2023)

Tubuh dan otak berkembang secara signifikan selama masa remaja dan melakukan transisi ke masa dewasa. Tidur yang berkualitas sangat penting untuk pertumbuhan mental, fisik, sosial, dan emosional yang mendalam (Suryana et al., 2022)

Terapi nature sound (suara alam) merupakan pengobatan non- farmakologis yang dapat meningkatkan sensasi kenyamanan, ketenangan, dan relaksasi, dengan menggunakan suara alam seperti angin, hujan, burung, laut, sungai, dan hewan, (Wulandari et al., 2023)

(38)
(39)

17

Bagan 1. 1 Kerangka pemikiran

Faktor yang mempengaruhi terhadap kualitas tidur :

1. Aktivitas fisik

2. Stress akademik

3. Faktor lingkungan 4. Insomnia

: yang di teliti : yang tidak diteliti

Sumber : Zahra putri, 2022

Solusi jenis terapi : 1. Terapi nature

sound (suara alam) 2. Gamelan

3. Instrumental Kualitas tidur

Hasil ukur : 1. Baik 2. Buruk

(40)

A. Definisi Konsep 1. Konsep Remaja

a. Definisi Remaja

Kata remaja berasal dari kata latin adolescent yang berarti pertumbuhan menjadi dewasa. Remaja yang tumbuh dan berkembang di era milenium saat ini akan terpapar dengan kemajuan teknologi yang memudahkan mereka untuk mengakses berbagai informasi yang mereka butuhkan. Masa remaja merupakan suatu tahap pertumbuhan dan perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang, di mana mereka akan mengalami berbagai perubahan dalam dirinya, baik secara fisik maupun psikis, serta dalam peran sosialnya di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (Rezania, 2018).

b. Batasan Karakteristik Remaja

Golinko (1984) dalam “Agina Amalia Putri (2021)”

mengatakan bahwa tidak mudah untuk menggambarkan

(41)

remaja secara tepat, karena banyak sekali sudut pandang yang dapat digunakan. Apabila melihat secara usia, World Health Organization (WHO) mengelompokkan remaja sebagai individu yang berada dalam rentang usia 10-19 tahun. Anggapan ini setara dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 yang mendefinisikan remaja dalam rentang usia 10-18 tahun (Pusdatin, 2017).

11

(42)

(Amalia Putri, 2021)

Yudrik Jaja (2011) dalam “Agina Amalia Putri (2021)” juga berpendapat jika masa remaja dimulai saat usia 12 tahun dan berakhir ketika usia 20 tahun. Sudut pandang terkait rentang usia remaja juga dapat dilihat berdasarkan perkembangan psikologis pada diri seseorang. Robert J.

Havighurst (1967) dalam (Muri`ah et al., 2020) berpendapat jika masa remaja saat rentang usia 12-18 tahun. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa ketika individu berada dalam rentang usia 10-19 tahun (Amalia Putri, 2021).

c. Perkembangan Remaja

(Bawono, 2023) Masa remaja sesuai dengan tahun- tahun sekolah menengah. Masa remaja adalah fase yang mengumpulkan banyak minat karena karakteristik spesifik dan peranannya penting dalam kehidupan orang-orang dalam masyarakat dewasa. Perkembangan remaja dibagi menjadi dua fase, yaitu sebagai berikut :

1) Masa remaja awal (11, 12-13, atau 14 tahun)

Pada titik ini, individu mulai meninggalkan peran seorang anak dan berusaha untuk berkembang

(43)

13

sebagai individu yang berbeda yang independen dari orangtuanya. Penerimaan bentuk dan kondisi fisik, serta adanya kesesuaian yang signifikan dengan teman sebaya adalah titik fokus dari tahap ini.

(44)

2) Masa remaja pertengahan (13 atau 14-17 tahun)

Tahap ini dibedakan oleh munculnya kapasitas kognitif baru. Remaja pada usia ini sangat membutuhkan teman. Teman sebaya terus memainkan peran penting, tetapi telah mampu menjadi lebih mandiri. Remaja mulai mendapatkan kematangan perilaku, belajar mengatur impulsivitas dan membuat penilaian awal tentang tujuan karir yang akan dicapai selama periode ini. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi sangat penting bagi individu (Ajhuri, 2019).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fase- fase perkembangan remaja bahwa pada tahap awal perkembangan remaja, remaja masih bingung tentang apa yang terjadi pada mereka, dan mereka masih gelisah dengan perubahan fisik dan psikologis dalam diri mereka sendiri. Namun, selama tahap pertengahan dari pertumbuhan remaja, remaja cenderung merasa nyaman dengan situasi mereka dan mulai percaya bahwa mereka memiliki teman dan pengalaman yang sama dengan remaja lainnya.

(45)

15

Menurut (Suryana et al., 2022) ada beberapa ahli yang mengemukakan masa perkembangan remaja yaitu : 1) Jean Piaget

Masa remaja dalam teori perkembangan kognitif Piaget adalah tahap transisi dari memanfaatkan pemikiran konkret secara operasional menjadi menggunakan pemikiran formal secara operasional.

Remaja menjadi sadar akan keterbatasan kecerdasan mereka. Mereka bergumul

(46)

dengan gagasan yang asing bagi mereka. Baik Inhelder dan Piaget mengakui bahwa perubahan otak terkait pubertas mungkin diperlukan untuk kemanjuan kognitif remaja.

Menurut Piaget, fase operasional formal adalah langkah terakhir dari perkembangan kognitif. Periode ini dimulai untuk anak muda pada usia sebelas tahun (pada masa pubertas) dan berlangsung hingga dewasa.

Kemampuan untuk berpikir secara abstrak, bernalar secara rasional, dan membuat kesimpulan dari pengetahuan yang ada dari tahapan ini. Cinta, bukti rasional, dan nilai semuanya dapat dipahami saat ini.

Dia tidak melihat hal-hal dalam warna hitam dan putih, melainkan dalam “gradasi abu-abu”. Menurut penyebab biologis, tahap ini berkembang selama masa pubertas (ketika perubahan penting lainnya terjadi), menunjukkan fisiologis, kognitif, penalaran moral, pertumbuhan psikoseksual, dan perkembangan sosial ke dunia orang dewasa.

Berdasarkan fase-fase yang ditunjukkan di atas adalah mungkin untuk menyimpulkan bahwa teori

(47)

17

perkembangan kognitif Piaget adalah perubahan pada setiap individu. Perubahan struktur kognitif yang muncul sebagai akibat dari tekanan biologis untuk beradaptasi dengan lingkungan.

2) Erik H. Erikson

Erikson mendefinisikan tahap remaja awal pada masa pubertas dan berakhir pada usia 18-20 tahun.

Masa remaja ditandai oleh

(48)

kecenderungan terhadap ketidakpastian identitas. Dalam persiapan untuk dewasa, ia berusaha membangun dan menunjukkan identitas diri, sifat-sifat yang unik untuk dirinya sendiri dengan bantuan kemampuan dan keterampilannya. Dorongan untuk membangun dan mengungkapkan identitas diri pada remaja seringkali begitu kuat dan luar biasa sehingga bukan hal yang aneh bagi lingkungan mereka untuk menganggapnya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dukungan dari konstruksi identitas diri yang kuat dari satu pihak sering ditempa oleh kesetiaan kawan dan toleransi yang tinggi terhadap kelompok sebaya. Mereka memiliki pembagian tugas diantara kelompok-kelompok sebaya, dan mereka sering cukup patuh pada tugas-tugas yang dibagikan untuk setiap anggota.

Menurut Erikson, tahap ini sangat penting karena mengharuskan individu untuk mencapai tingkat identifikasi ego, yang menurut mereka mengetahui siapa dia dan bagaimana seseorang memasuki masyarakat.

Anak-anak pada tingkat ini mungkin merasa seolah-olah mereka telah menjadi bagian dari kehidupan orang lain.

(49)

19

Semuanya terjadi karena mereka bisa mengetahui siapa dia.

3) Elizabeth B. Hurlock

Hurlock, mengemukakan bahwa istilah remaja berasal dari kata latin “adolescentia” yang berarti

“tumbuh dewasa” atau “tumbuh hingga dewasa”, orang- orang di zaman kuno memandang pubertas dan remaja tidak berbeda dengan periode lain yang dalam rentang

(50)

hidup anak dianggap dewasa ketika ia mampu bereproduksi.

Masa remaja adalah usia dimana individu berbaur ke dalam masyarakat (orang dewasa), usia dimana anak- anak tidak lagi merasa di bawah tingkat yang lebih tua tetapi pada tingkat yang sama, setidaknya dalam hal integrasi. Orang dewasa dalam masyarakat memiliki aspek yang efektif. Perubahan otak remaja memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam interaksi sosial orang dewasa yang merupakan elemen umum dari tahap perkembangan ini (Suryana et al., 2022).

2. Konsep Kualitas Tidur a. Definisi Tidur

Widhiyanti et al (2017) dalam “Agina Amalia Putri (2021)” mendefinisikan tidur sebagai suatu keadaan tidak sadar yang dibuktikan dengan menurunnya persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan. Perubahan kesadaran ini terjadi secara terus menerus dan berulang untuk menyimpan energi dan menjaga kesehatan. Tidur dikarakteristikkan dengan penurunan tingkat kesadaran

(51)

21

yang beragam, penurunan respon tubuh terhadap stimulus ekternal, dan perubahan proses fisiologis tubuh. (Amalia Putri, 2021).

b. Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga sesorang tersebut tidak merasa lelah, mudah terangsang dan

(52)

gelisah, lesu dan aptasi, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, dan sering aspek kebiasaan tidur seseorang, termasuk kualitas tidur, latensi tidur, efesiensi tidur, dan gangguan tidur. Dibawah usia 18 tahun merekomendasikan waktu tidur yang ideal untuk remaja adalah 8-10 jam per malam. Tidur normatif remaja usia 15–

18 tahun memiliki nilai durasi 7,4 jam (Nasori &

Wulandari, 2017).

Mardjono et al, 1994 dalam “prof I.G.N.G Ngoerah, 2022” Tidur adalah proses aktif yang merupakan keadaan fisiologik yang ditentukan oleh aktivitas sinkronisasi bagian ventral substansia retikularis medulla oblongata. Jadi tidur merupakan suatu derajad kesadaran di bawah keadaan awas waspada (I.G.N.G.Ngoerah, 2022).

Menurut Kushariyadi kualitas tidur merupakan kenikmatan dan kenyamanan seseorang terhadap tidur, sehingga dalam kondisi tidur tersebut tidak akan memperlihatkan perasaan lelah, gelisah, dan lesu, dalam kondisi tidur juga seseorang tidak akan terlihat ada tanda hitam di sekitar mata bagian bawah, mata bengkak,

(53)

23

konjungtiva pada mata merah, mata terasa perih, sakit dibagian kepala dan sering mengantuk. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas tidur juga disebabkan dari usia, dengan bertambah nya usia kualitas tidur ikut menurun (Firdausi, 2020).

c. Fisiologi Tidur

Menurut Widhiyanti et al., 2017 Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak, yaitu Reticular Activating System (RAS)

(54)

dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS berlokasi pada batang otak teratas dan terdiri atas sel-sel khusus yang bertugas untuk mempertahankan kewaspadaan dan tidur, memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan. Neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepinephrine dalam keadaan sadar.

Sedangkan BSR akan melepaskan serum serotonin pada saat tidur (Amalia Putri, 2021).

d. Klasifikasi Tidur

Menurut De Niet G et al, 2009 dalam “Annisa Rahmawati, 2020” mengatakan bahwa pada hakekatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu dengan gerakan bola mata cepat atau biasa disebut Rapid eye movement (REM), dan tidur dengan gerakan bola mata lambat atau biasa disebut Non – Rapid eye movement (NREM) (Firdausi, 2020).

1) Tidur REM

Tidur REM (Rapid eye movement) Merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal tersebut bisa disimpulkan bahwa seseorang dapat tidur dengan nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan

(55)

25

kedua bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ini ditandai dengan mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak-balik), sekresi lambung meningkat, tanda tanda orang yang mengalami kehilangan tidur REM yaitu, cenderung hiperaktif, emosi sulit terkendali, nafsu makan bertambah, bingung dan curiga.

(56)

2) Tidur NREM

Merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur. Tanda-tanda tidur NREM ini antara lain: mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan pernapasan turun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat.

Pada tidur NREM ini mempunyai empat tahap masing-masing tahap ditandai dengan pola perubahan aktivitas gelombang otak

a) Tahap I

Merupakan tahap tranmisi dimana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan kekanan, kecepatan jantung dan pernapasan menurun secara jelas, seseorang yang tidur pada tahap ini dapat dibangunkan dengan mudah.

b) Tahap II

(57)

27

Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menerus. Tahap ini ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, pernapasan turun dengan jelas. Tahap II ini berlangsung sekitar 10 – 15 menit.

c) Tahap III

Merupakan tahap fisik yang lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara menyeluruh.

Kecepatan jantung, pernapasan, dan

(58)

proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem saraf parasimpatis. Seseorang yang tidur pada tahap III ini sulit untuk dibangunkan.

d) Tahap IV

Merupakan tahap dimana seseorang tersebut tidur dalam keadaan rileks, jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai dan sulit dibangunkan.

e. Mekanisme Tidur

Menurut Damn TT at all 2008 dalam “Annisa Rahmawati, 2020” Tidur NREM dan REM berbeda berdasarkan kumpulan parameter fisiologis. NREM ditandai oleh denyut jantung dan frekuensi pernafasaan yang stabil dan lambat serta tekanan darah yang rendah. NREM adalah tahapan tidur yang tenang. REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan tiba-tiba, peningkatan saraf otonom dan mimpi. Pada tidur REM terdapat fluktuasi luas dari tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas. Keadaan ini disertai dengan penurunan tonus otot dan peningkatan aktivitas otot involunter. REM disebut juga aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh yang lumpuh atau tidur paradox

(59)

29

(Firdausi, 2020).

Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5-20 menit, ratarata timbul setiap 90 menit dengan periode pertama terjadi 80-100 menit setelah seseorang tertidur. Tidur REM menghasilkan pola EEG yang menyerupai tidur NREM tingkat I dengan gelombang beta, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat rendah, frekuensi jantung dan nafas tidak teratur

(60)

dan pada mata menyebabkan gerakan bola mata yang cepat atau REM, dan lebih 22 sulit dibangunkan daripada tidur gelombang lambat atau NREM (Firdausi, 2020).

Pengaturan mekanisme tidur dan bangun sangat dipengaruhi oleh sistem yang disebut Reticular activity system. Bila aktivitas Reticular activity system ini meningkat maka orang tersebut dalam keadaan sadar jika aktivitas Reticular activity system menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur (Firdausi, 2020).

f. Aspek Dalam Kualitas Tidur

Menurut (Fauziah et al., 2023) aspek dalam Kualitas Tidur Menurut Buysee (1988) kualitas tidur dipengaruhi beberapa aspek sebagai berikut:

1) Kualitas tidur subyektif / subjective sleep

Kualitas tidur subjektif adalah penilaian retrospektif individu terhadap pengalaman tidur pada malam hari yang dirasakannya (Lo et al., 2018).

Kualitas tidur secara subjektif dapat dinilai oleh individu berdasarkan betapa segar ketika bangun di pagi hari, gangguan tidur yang dialami, dan kemudahan untuk memulai tidur yang dirangkum secara umum

(61)

31

(Fauziah et al., 2023).

2) Latensi tidur / sleep latency

Latensi tidur merupakan waktu yang dibutuhkan seseorang dari keadaan terjaga hingga tertidur lelap.

Latensi tidur yang normal memerlukan waktu 15 menit (Fitri et al., 2012). Apabila seseorang memiliki latensi tidur yang lama maka kualitas tidurnya tergolong

(62)

rendah (Fauziah et al., 2023).

3) Durasi tidur / sleep duration

Menurut National Sleep Fondation, normal durasi tidur remaja adalah 8–10 jam dengan kompensasi durasi tidur minimal 7 jam dan maksimal 11 jam. Kurangnya durasi tidur dari kebutuhan dapat mempengaruhi kualitias tidur, penurunan kualtas sistesis protein, kantuk di siang hari, dan penurunan konsentrasi (Fauziah et al., 2023).

4) Lama tidur efektif di tempat tidur / habitual sleep efficiency Habitual sleep efficiency merupakan komponen untuk menilai seberapa lama waktu seseorang dari pertama kali berada di tempat tidur, tertidur lelap hingga bangun di pagi hari. Individu akan melaporkan pukul berapa mereka sudah di posisi tidur, pukul berapa mereka memulai tidur, dan pukul berapa mereka bangun di pagi hari (Fauziah et al., 2023).

5) Gangguan tidur / sleep disturbance

Dalam tidurnya, individu akan melewati fase tidak nyenyak, mulai nyenyak, nyenyak,dan nyenyak sekali. Tidur yang nyenyak menandakan tidur nya tidak

(63)

33

mengalami gangguan internal, seperti keinginan untuk BAK atau suhu tubuh yang panas, dan gangguan eksternal, seperti lingkungan yang kurang kondusif (Nashori & Diana, 2005). Dengkuran yang ditimbulkan pada seseorang saat tidur juga menunjukkan adanya gangguan tidur yang disebabkan adanya hambatan jalan udara pada jalur nafas (Fauziah et al., 2023).

(64)

6) Penggunaan obat tidur / sleep medication

The American Academy of Sleep Medicine (AASM) mendukung adanya peningkatan terhadap kualitas tidur dan kesehatan tidur seseorang. Usaha peningkatan tersebut dapat dilakukan melalui advokasi, edukasi, maupun penggunaan medikasi (Ramar et al., 2018). Namun, perlu adanya indikasi dan diagnosis khusus yang dilakukan sebelumnya untuk penggunaan obat tidur. Penggunaan obat tidur seperti zolpidem dan triazolam sering di gunakan untuk mengatasi masalah tidur seperti insomnia (Fauziah et al., 2023).

7) Gangguan di siang hari / daytime dysfunction

Penelitian mengungkapkan adanya hubungan gangguan tidur terhadap kehidupan siswa di siang hari.

Siswa yang menderita gangguan tidur memiliki kesulitan untuk bangun di pagi hari, tidak hadir pada saat kelas, terlambat memulai kelas, mengantuk pada saat mengikuti proses belajar mengajar, dan penurunan pada prestasi akademik (Fauziah et al., 2023).

g. Dampak Kualitas Tidur

Kualitas tidur yang buruk berdampak terhadap

(65)

35

perubahan jam biologis tubuh yang menekan produksi alami melatonin yang penting untuk siklus tidur bangun normal. Selain itu, terjadi penurunan kinerja otak, penurunan konsentrasi, melemahnya daya ingat dan memori belajar, dan mempengaruhi kemampuan metabolisme tubuh.

Dalam penelitiannya, Lumantow (2016) menunjukkan ada hubungan terhadap kualitas yang

(66)

buruk terhadap rasa kantuk keesokan harinya, perasaan lesu, dan juga perubahan tekanan 29 darah. Kualitas tidur yang buruk berhubungan juga beberapa penyakit seperti obesitas, diabetes, penyakit kardiovaskular, dan mortalitas (Safitri et al., 2024).

h. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur

Menurut (Amalia et al., 2023) ada tiga faktor penentu dalam kualitas dan kuantitas tidur diantara nya adalah fakotr fisiologis, psikologis dan lingkungan, di bawah ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur diantaranya :

1) Penyakit fisik

Penyakit fisik yang dapat menyebabkan masalah tidur biasanya muncul ketika ada salah satu organ tubuh yang mengalami nyeri, ketidak-nyamanan (mis:

kesulitan bernafas) atau mengalami masalah psikologis, seperti kecemasan atau depresi. Seseorang dengan perubahan seperti itu mempunyai masalah kesulitan tidur atau tetap tidur.

2) Obat-obatan atau substansi

Menurut PDR 1990 ada sekitar 584 resep obat

(67)

37

atau obat bebas yang memiliki efek samping mengantuk, ada sekitar 486 menulis insomnia, dan sekitar 281 obat yang menyebabkan kelelaha( Busye, 1991 dalam potter et al., 2005). Mengantuk dan deprivasi tidur adalah efek samping medis yang umum.

(68)

. Medikasi yang diresepkan untuk tidur seringkali memberi banyak masalah daripada keuntungan. Orang dewasa muda dan dewasa tengah dapat bergantung pada obat tidur untuk mengatasi penyakit kroniknya, dan efek kombinasi dari beberapa obat dapat mengganggu tidur secara serius. L-triptofan, suatu protein alami ditemukan dalam makanan seperti susu, keju dan daging, dapat membantu orang tidur.

3) Gaya hidup

Pekerjaan dan kegiatan harian seseorang akan mempengaruhi pola tidur. Pekerjaan yang pergantian shift nya tidak teratur (misalnya, 2 minggu siang dan 1 minggu malam) akan membuat waktu tidur terganggu dan susah untuk menyesuaikan nya kembali dimana biasanya tidur pada pukul 22.00, tetapi di minggu tersebut adalah jadwal kerjanya, juga sebaliknya pada jam 09.00 yang biasa nya kerja di pakai untuk tidur, kesulitan dalam berkonsentrasi selama waktu kerja mungkin sering terjadi dan juga akan mengalami rasa mengantuk pada saat bekerja.

4) Stress emosional

(69)

39

Rasa cemas dan stres dapat membuat kualitas tidur menurun dimana biasanya seserang akan mengalami cemas dan setres ketika mengalami masalah pribadi, keluarga atau di lingkungan sekitar, setres dan cemas tersebut dapat membuat seseorang tegang dan sering kali mengarah pada frustasi dan depresi apabila tidak tidur. setres berkepanjangan juga dapat menyebabkan kualitas tidur buruk.

(70)

5) Lingkungan

Tempat tidur yang nyaman dan terhindar dari kebisingan juga mempengaruhi seseorang untuk tidur.

sirkulasi udara dan cahaya yang baik sangat penting untuk tidur yang tenang. Suara juga mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang di perlukan untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur (Webster et al., 1986). Suara yang rendah lebih sering membangunkan orang seseorang yang sedang tidur pada tahap 1, selain itu suara yang keras dapat membangunkan seseorang yang sedang tidur pada tahap 3 dan 4. Sebagian orang membutuhkan ketengangan untuk tidur, sementara yang lainnya lebih suka suara sebagai pengantar tidur.

6) Kegiatan Fisik Yang Berat

Kegiatan yang tidak melelahkan atau olahraga yang sedang akan meningkatkan kualitas tidur seseorang, ketika kegiatan tersebut atau latihan nya berat dan ekstrem makan akan membuat sulit tidur, hal tersebut sering menjadi masalah bagi remaja

7) Makanan Yang Dikonsumsi

(71)

41

Salah satu faktor yang mengganggu jam tidur seseorang adalah makan-makanan yang berat dan berbumbu pada malam hari karena tidak dapat di cerna langsung oleh tubuh dan menggangu aktivitas tidur.

Pemulihan tersebut dapat memakan waktu sekitar 2 minggu, jika masalah tidurnya dari makanan dan diet.

Menurut Hauri dan Linde (1990) Ketika orang sehat maka kualitas tidurnya akan bagus dan juga

(72)

kebiasaan pola makan yang baik sangat penting bagi kesehatan serta dapat meningkatkan kualitas tidur seseorang .

i. Gangguan Tidur

Menurut Naylor et al,1994 dalam Potter et al,2005 Gangguan tidur merupakan salah satu kondisi dimana jika tidak di obati maka akan menyebabkan masalah insomnia, parasomnia dan rasa mengantuk pada saat beraktivitas (I.G.N.G.Ngoerah, 2022).

1) Insomnia

Insomnia adalah gejala yang dialami oleh seseorang yang mengalami kesulitan tidur, sering terbangun dari tidur dan tidur singkat atau tidur nonrestoratif (Potter et al., 2005). Seseorang yang mengalami insomnia merasakan rasa kantuk yang berlebihan di siang hari dan kuantitas dan kualitas tidurnya buruk. Namun seringkali seseorang tidur lebih banyak dari yang disadarinya. Insomnia sering berkaitan dengan kebiasaan yang buruk. Apabila kondisi berlanjut, ketakutan tidak dapat tidur dapat cukup menyebabkan keterjagaan.

(73)

43

2) Apnea Tidur

Apnea tidur merupakan gangguan kurang nya aliran oksigen yang masuk melalui jidung dan mulut selama 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga jenis apnea tidur : apnea sentral, obstruktif dan campuran.

3) Narkolepsi

Narkolepsi merupakan gangguan mekanisme yang mengatur keadaan

(74)

bangun dan tidur. Pada siang hari seseorang yang mengalami Narkolepsi merasakan kantuk berlebih dan beresiko untuk jatuh. Tidur REM dapat terjadi dalam 15 menit saat tidur. Katalepsi atau kelemahan otot yang tiba-tiba di saat emosi sedang kuat seperti marah, sedih dan tertawa dapat terjadi kapan saja di siang hari

4) Deprivasi tidur

Deprivasi tidur merupakan gangguan yang dihadapi oleh seseorang akibat dari kesulitan dalam memulai tidur dan mempertahankan tidur yang cukup. Tingkat keparahan gejala sering berkaitan dengan durasi deprivasi tidur.

Memperbaiki faktor-faktor yang mengganggu pola tidur adalah terapi ya efektif untuk deprivasi tidur (Potter et al., 2005).

5) Parasomnia

Parasomnia merupakan gangguan tidur yang lebih banyak terjadi pada anak di bandingkan dengan orang dewasa. Sindrom kematian bayi sudden infant death syndrome (SIDS) berkaitan dengan sleep apnea, hipoksia, dan aritmia jantung yang di sebabkan oleh sesuatu yang tidak normal terjadi di dalam sistem saraf otonom yang

(75)

45

dimanifestasikan selama tidur.

j. Pengukuran Kualitas Tidur

1) Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI)

Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) merupakan instrumen yang dikembangkan oleh Busyee tahun 1989.

PSQI terdiri atas 7 komponen penilaian dan dapat mengukur kualitas tidur baik dan buruk

(76)

(Awanis et al., 2023).

2) The Pittsburgh Sleep Diary (PghSD)

The Pittsburgh Sleep Diary merupakan instrument penilaian kualitas tidur dalam bentuk diari yang dikembangkan sejak tahun 1994. Instrumen PghSD terdiri atas 23 item pertanyaan dengan 6 poin penilaian. Pengisian instrument PghSD dilakukan selama dua minggu dengan waktu pagi hari setelah bangun tidur dan malam hari sebelum tidur. (Awanis et al., 2023)

3. Konsep Nature Sound b. Definisi

Terapi nature sounds adalah terapi non farmakologi yang menggunakan suara alam seperti angin, hujan, burung, laut, sungai, dan hewan yang mampu membuat perasaan menjadi nyaman, tenang, dan rileks (Safitri et al., 2024).

Musik dengan suara-suara alam (nature sound) bukanlah bagian dari musik klasik. Jenis musik ini merupakan inovasi yang muncul berkat kemajuan teknologi teknologi rekaman modern. Nature sound music

(77)

47

menggabungkan unsur musik klasik dengan suara alam, seperti deburan ombak, desiran angin di pepohoan, atau suara-suara lainnya. Komposisi musik ini dirancang untuk menciptakan nuansa yang membawa pendengarnya lebih dekat dengan suasana alami (Shakespeare et al., 2021).

(78)

c. Manfaat terapi nature sound

Mendengarkan musik suara alam akan terjadi penurunan kecemasan yang dimanifestasikan adanya peningkatan kenyamanan, sehingga seseorang akan merasa rileks dan seringkali pasien akan tampak terlihat mengantuk selama diberikan musik. Alunan musik yang diberikan pasien akan ditangkap oleh telinga, selanjutnya dikirim ke otak terutama sistem saraf pusat kemudian memodulasi opioid endogen dan oksitosin sehingga menurunkan hormon noradrenalin (Wulandari et al., 2023).

Alam sangat memberikan manfaat lebih damai daripada lingkungan lain terutama dalam memulihkan kemampuan mengarahkan perhatian, artinya lingkungan alam yang menangkap perhatian secara sederhana dengan membatasi perhatian yang diarahkan pada suatu stimulus.

Penyajian alam ini bisa dalam bentuk alam langsung ataupun melihat gambar melalui video gambar alam. Arti damai bukan semata-mata hanya ketenangan yang muncul pada seseorang tetapi alam tersebut akan mempengaruhi kendali kognitif sehingga akan meningkatkan kinerja pada tugas sehari-hari. Alam dipenuhi dengan rangsangan yang

(79)

49

menarik, secara sederhana dapat meraih perhatian yang memungkinkan kemampuan untuk mengarahkan perhatian dari atas ke bawah dan mendapat kesempatan untuk mengisi kembali stimulus (Wulandari et al., 2023).

Musik suara alam dapat menstimulasi akson-akson yang terdapat dalam serabut saraf ascendens menuju neuron-neuron RAS. Stimulus ditransmisikan ke bagian lapisan luar otak yaitu pada korteks serebral,

(80)

sistem limbik akan terstimulus menghasilkan sekresi feniletilamin, yang berperan banyak pada suasana hati (mood) seseorang. Stimulus suara musik pada saraf otonom tersebut menyebabkan sistem saraf parasimpatis berada diatas sistem saraf simpatis sehingga merangsang gelombang otak alfa yang menghasilkan kondisi nyaman pada seseorang (Wulandari et al., 2023).

Musik suara alam juga memberikan stimulus sehingga muncul gelombang alfa, delta dan theta.

Gelombang alfa merupakan pintu masuknya pikiran bawah sadar dimana informasi akan masuk kedalam pikiran bawah sadar, pada kondisi ini otak memproduksi hormon serotonin dan endorphin sehingga menyebabkan seseorang merasa lebih nyaman, tenang dan bahagia. Gelombang delta memberikan tanda bahwa kondisi pasien berada dalam keadaan sangat nyaman karena dalam keadaan ini gelombang otak semakin melambat sehingga terjadi kondisi tidur yang sangat dalam pada pasien, sedangkan gelombang tetha berperan saat pelepasan stress, karena otak mengeluarkan melatonin, catecholamine dan Arginine- Vasopressin (AVP) yang memberikan rasa nyaman di

(81)

51

seluruh tubuh (Wulandari et al., 2023).

Musik dengan suara alam memiliki keungggulan dalam membangkitkan emosi positif serta meningkatkan suasana hati, khusus nya pada kalangan remaja. Dampak ini secara tidak langsung dapat mendukung proses perbaikan diri dari aspek klinis, terutama dalam menurunkan tingkat nyrei dan kecemasan yang di rasakan individu.

(82)

Stimulus musik mampu mengaktivasi ssitem limbik bagian otak dalam pengaturan emosi sehingga ketika sistem ini teraktivasi, individu cenderung menunjukan perilaku yang lebih rileks. Selain itu, paparan terhadap alunan musik juga dapat merangsang peningkatan produksi molekul nitric oxide (NO) dalam tubuh. Molekul ini berfungsi dalam mengatur tonus pembuluh darah, yang berkontribusi terhadap penurunan tekanan darah dan munculnya respon fisiologis berupa relaksaasi serta pengurangan tingkat kegelisahan (Wulandari et al., 2023).

d. Jenis terapi nature sound

Elemen musik meliputi bunyi/suara, irama, birama, melodi, harmoni dirancang untuk menfasilitasi komunikasi, hubungan pembelajaran, mobilisasi, ekspresi dan tujuan terapeutik lain sehingga dapat memenuhi kebutuhan fisik, emosional, mental, sosial dan kemampuan berpikir.

Mendengarkan musik dapat menurunkan tekanan darah, menurunkan tingkat kecemasan, depresi, dan dapat membantu memberikan kenyamanan, kualitas tidur menjadi lebih baik serta mengurangi pikiran yang jenuh selama proses perawatan. (Wulandari et al., 2023).

(83)

53

Alunan musik bertema suara alam seperti air terjun, suara angin, kicauan burung dan suara hujan dapat menstimulasi otak untuk memproduksi endorphin, hasil yang diperoleh antara lain menurunkannya (tekanan darah, denyut jantung, jumlah pernapasan), mengontrol emosional atau meminimalkan rasa takut dan cemas sehingga proses tidur

(84)

e. Cara Kerja terapi nature sound

Terapi musik memiliki pendekatan yang bersifat unik dan universal, karena terbukti efektif dalam mendukung pencapaian berbagai tujuan terapeutik, seperti menurunkan tingkat stres, meningkatkan ketahanan terhadap penyakit dan cedera, mengurangi gejala depresi, kecemasan, dan serta memperbaiki kualitas tidur. Selain itu, terapi musik juga berperan dalam mendorong perilaku hidup sehat dan mempercepat kemajuan proses pemulihan serta pengobatan pada seseorang (schou, 2008). Musik dengan unsur suara alam turut berkontribusi dalam mengurangi persepsi terhadap suara-suara lingkungan yang mengganggu, maupun pikiran-pikiran yang menimbulkan kecemasan, sehingga dapat mengurangi gangguan pada proses tidur.

Sejumlah penelitian mengenai musik sebagai terapi menunjukan adanya konvergensi atau kesesuaian temuan terkait manfaat teurapetiknya. Diantara input sensorik seperti halnya terapi musik suara alam dan output saraf yang mengatur stress dan rasa tidak nyaman (Firdausi, 2020).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh susanne

(85)

55

pada tahun 2011, tubuh manusia secara alami memperoduksi zat analgetik endogen seperti enfkefalin, endorfin, dan dinorfin. Proses relaksasi berperan dalam mengirimkan sinyal ke hipotalamus untuk menurunkan produksi neuropeptida, yang pada gilirannya menstimulasi sistem saraf simpatis guna menciptakan kondisi fisiologis yang rileks dan nyaman. Dari aspek

(86)

neurofisiologis, keunggulan musik dengan unsur alam juga tampak dalam kemampuanya menstimulasi akson-akson serabut saraf asendens menuju neuron-neuron pada sistem aktivasi retikular (Reticular Activating System/RAS).

Rangsangan ini kemudian ditransmisikan ke area korteks serebral dan sistem limbik, yang akan menginduksi sekresi feniletilamin, suatu senyawa yang berperan penting dalam mengatur suasana hati, khususnya menjelang tidur (Safitri et al., 2024).

B. Kerangka Konsep

Menurut prof.Dr. Soekidjo Notoatmodjo, S,K.M., M.Com.H. (2018) kerangka konsep merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep yang lainnya atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin di teliti. Kerangka konsep juga dapat diartikan sebagai kerangka berpikir yang digunakan untuk memecahkan masalah.

Kerangka Konseptual berikutnya akan memberikan penjelasan tentang pengaruh terapi nature sound terhadap kualitas tidur remaja

(87)

57

Bagan 2. 1 Kerangka konsep

Keterangan : : Yang diteliti

: Yang tidak diteliti : Berpengaruh

Sumber : (Nasori & Wulandari, 2017), (Amalia et al., 2023), (Safitri et al., 2024).

Farmakologis : 1. Benzodiazepine 2. Non

benzodiazepine 3. Miscellaneous sleep promoting agent

Perempuan

1. Kualitas tidur baik 2. Kualitas tidur buruk Faktor yang kualitas tidur pada remaja :

1. Penyakit fisik 2. Obat-obatan/substansi 3. Gaya hidup

4. Stress emosional 5. Lingkungan

6. Latihan fisik dan kelelahan 7. Asupan makanan dan kalori

Tatalaksana

Nonfarmakologis : 3. Terapi nature 1. Gamelan 2. Instrumental laki-laki

Kualitas tidur pada remaja

Dampak kualitas tidur yang buruk:

1. Penurunan kinerja otot 2. Penurunan konsentrasi 3. Melemahnya daya ingat dan

memori belajar

4. Mempengaruhi metabolisme tubuh Remaja kelas X, XI dan

XII

(88)

Tabel 2. 1 Hasil penelitian sebelumnya

Penulis, tahun Jurnal Judul Hasil

William Shakespe area¹, Widyastu tib², Ahmad Ridfahc³, 2021

Yenny Safitri¹, Dewi Sulastri Juwita², Murlianis³, Alda Depi Arie⁴, 2024

Tri Suraning Wulanda ri¹, Ratna Kurniawa ti², Vina Azizatul Ilmiyah³, 2023

Jurnal Psikologi Terapan dan Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan

Universitas Tuanku Tambusai

Akademi Keperawatan Alkautsar Temanggung

Efektivitas nature sound terhadap penurunan insomnia

Pengaruh Terapi Nature Sound Terhadap Kualitas Tidur Tn. N Dengan Non Stemi Di Rsud Arifin Achmad Pekanbaru

The Effects of Nature Sounds Music on Anxiety Relief in Post- Stroke Patients

(89)

59

Hasil uji hipotes is pada peneliti an ini menunj ukkan ada perbed aan tingkat insomn ia sampel

saat sebe lum men deng arka n natu re soun d deng an setel ah men

dengarkan nature sound.

Selanjutnya penelitian ini menyimpulk an bahwa mendengarka n nature sound dapat menurunkan tingkat insomnia individu.

Hasil kuesioner Pittsburg Sleep

Quality Indexs (PSQI) dengan skor 5 (baik).

Berdasarkan

hasil monitoring yang dilakukan, klien diberikan terapi Hasil

Penelitian dari 17 responden, 11 responden dengan tingkat kecemasan sedang dengan 64,7% dan sisanya mengalami

(90)

Hilalliyah1, Lily Herlinah2, 2021

Indonesian Journal of Nursing Science and Practice

Pengaruh Terapi Musik Suara Alam Terhadap Kejadian Insomnia Pada Lanjut Usia Di Balai Rehabilitasi Sosial Lanjut

sedangkan uji beda

diperoleh nilai p sebesar 0,000 yang bermakna dan terdapat perbedaan kecemasan baik sebelum atau sesudah diberikan musik suara alam

(nature sounds music) Design

penelitian Pre Post Test with Kontrol Group design dengan analisa data paired sample t test. Hasil skala insomnia rating scale sebelum dilakukan terapi music suara alam dengan kriteria

(91)

61

inso mnia berat seban yak 12 orang deng an prese ntase

100 .0%

, dan hasi l skal a ins om nia

rating scale sesudah dilakukan terapi musik suara alam dengan kriteria insomnia sedang

sebanyak 4 orang dengan presentasi 33.3% dan responden yang mengalami kriteria insomnia ringan sebanyak 8

(92)

tasi 66.7%.

Hasil penelit ian menun jukan bahwa ada hubun gan antara insom nia denga n terapi musik suara alam pada lansia denga n P Value

= 0,000 (p<0,0 5).

(93)

63

D. Peran Perawat

Menurut (Susanto et al., 2023), pusat data dan informasi kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia (2017) menyebutkan bahwa peranan perawat secara umum adalah sebagai berikut:

2. Care provider (pemberi asuhan)

Care provider yaitu dalam memberi pelayanan berupa asuhan keperawatan perawat dituntut menerapkan keterampilan berpikir kritis dan pendekatan sistem untuk penyelesaian masalah serta pembuatan keputusan keperawatan dalam konteks pemberian asuhan keperawatan komprehensif dan holistik berlandaskan aspek etik dan legal.

3. Manager dan Community leader (pemimpin komunitas)

Manager dan Community leader yaitu dalam menjalankan peran sebagai perawat dalam suatu komunitas/kelompok masyarakat, perawat terkadang dapat menjalankan peran kepemimpinan, baik komunitas profesi maupun komunitas sosial dan juga dapat menerapkan kepemimpinan dan manajemen keperawatan dalam asuhan klien.

4. Educator

Educator yaitu dalam menjalankan perannya sebagai

(94)

yang menjadi tanggung jawabnya.

5. Advocate (Pembela)

Advocate yaitu dalam menjalankan perannya perawat diharapkan dapat mengadvokasi atau memberikan pembelaan dan perlindungan kepada pasien

(95)

65

atau komunitas sesuai dengan pengetahuan dan kewenangannya.

6. Researcher

Researcher yaitu dengan berbagai kompetensi dan kemampuan intelektualnya perawat diharapkan juga mampu melakukan penelitian sederhana di bidang keperawatan dengan cara menumbuhkan ide dan rasa ingin tahu serta mencari jawaban terhadap fenomena yang tejadi pada klien di komunitas maupun klinis. Dengan harapan dapat menerapkan hasil kajian dalam rangka membantu mewujudkan Evidence Based Nursing Practice (EBNP). (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Dalam penelitian ini perawat memiliki peran penting dalam mempromosikan kebiasaan tidur yang sehat melalui berbagai strategi. Berikut adalah penjelasan komprehensif mengenai peran tersebut, disertai contoh dan implementasi yang detail.

1. Mendidik Pasien tentang Praktik Kebersihan Tidur yang baik Pendidikan tentang kebersihan tidur yang baik sangat penting untuk membantu pasien mengembangkan kebiasaan tidur yang sehat. Berikut adalah beberapa aspek utama yang perlu ditekankan dalam edukasi pasien:

(96)

ritme sirkadian tubuh. Ini berarti tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari, bahkan pada akhir pekan.

a. Contoh: Perawat menyarankan seorang pasien untuk tidur pada pukul 10 malam setiap malam dan bangun pada pukul 6 pagi setiap pagi.

(97)

67

b. Implementasi: Perawat dapat membuat jadwal tidur bersama pasien dan memantau kepatuhan mereka terhadap jadwal tersebut melalui buku harian tidur.

3. Menciptakan Lingkungan Tidur yang nyaman

Lingkungan tidur yang kondusif sangat penting untuk tidur yang nyenyak. Hal ini mencakup suhu ruangan, kebisingan, dan pencahayaan.

a. Contoh: Perawat menyarankan pasien untuk menjaga suhu kamar yang sejuk, menggunakan tirai gelap untuk menghalangi cahaya, dan menggunakan earplug atau mesin suara putih untuk mengurangi kebisingan.

b. Implementasi: Perawat bisa membantu pasien mengatur kamar tidur mereka dan memberikan tips praktis untuk meningkatkan kenyamanan.

4. Menghindari Stimulan Sebelum Tidur

Stimulan seperti kafein, nikotin, dan alkohol dapat mengganggu tidur. Edukasi ini penting agar pasien memahami dampak negatif stimulan pada tidur.

a. Contoh: Perawat menjelaskan kepada pasien bahwa minum kopi atau teh di sore hari dapat membuat mereka sulit tidur di malam hari.

(98)

dan memberikan alternatif yang lebih aman.

(99)

69

5. Rutinitas Sebelum Tidur

Membentuk rutinitas yang menenangkan sebelum tidur dapat membantu tubuh dan pikiran bersiap untuk tidur.

a. Contoh: Perawat menyarankan pasien untuk melakukan kegiatan relaksasi seperti membaca buku, mandi air hangat, atau latihan pernapasan sebelum tidur.

b. Implementasi: Perawat dapat memberikan panduan tentang teknik relaksasi dan membantu pasien memilih aktivitas yang paling sesuai.

6. Berkolaborasi dengan Profesional Kesehatan Lainnya a. Evaluasi dan Manajemen Kondisi Medis

Banyak kondisi medis yang dapat mengganggu tidur, seperti sleep apnea, penyakit jantung, dan nyeri kronis. Perawat perlu bekerja sama dengan dokter dan spesialis untuk mengidentifikasi dan m

Referensi

Dokumen terkait