PENGARUH PACKAGING DAN REBRANDING MINUMAN LET’S CAO TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI KOTA
SURABAYA
PROPOSAL TUGAS AKHIR
Disusun oleh:
Vince Cavanaugh Baskoro NIM : 22934020018
PROGRAM STUDI D3 PERHOTELAN AKADEMI PARIWISATA MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2024
ii
PENGARUH PACKAGING DAN REBRANDING MINUMAN LET’S CAO TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI KOTA
SURABAYA TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menempuh Gelar Ahli Madya Pariwisata (A.Md.Par)
Disusun oleh:
Vince Cavanaugh Baskoro NIM: 22934020018
PROGRAM STUDI D3 PERHOTELAN AKADEMI PARIWISATA MAJAPAHIT
MOJOKERTO
2024
iii
LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR
PENGARUH PACKAGING DAN REBRANDING MINUMAN LET’S CAO TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI KOTA SURABAYA
Disusun Oleh : Vince Cavanaugh Baskoro
NIM : 22934020018 Telah Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Endang Sri R. S.E., M.Mpar Drs.Efendi, M.Pd
Mengetahui,
Asisten Direktur 1 Bidang Pendidikan
Hedy Wahidin Saleh,SH,MBA,M.Si.Pa NIDN: 9907011464
iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Tugas Akhir ini telah diujikan dan disahkan dihadapan Komisi Penguji Program Studi D3 Perhotelan, Akademi Pariwisata Majapahit, Mojokerto.
Pada Hari : Tanggal : Pukul : Telah Disahkan Oleh :
Dosen Penguji I Dosen Penguji II
Mengetahui,
Direktur Akademi Pariwisata Majapahit
Ir. Juwono Saroso M.M., M.MPar NIDN: 072911660
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Vince Cavanaugh Baskoro NIM : 22934020018
Program Studi : D3 Perhotelan
Judul Tugas Akhir PENGARUH PACKAGING DAN REBRANDING MINUMAN LET’S CAO TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI KOTA SURABAYA Dengan ini menyatakan bahwa hasil penelitian ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya.
Apabila ternyata di kemudian hari penelitian ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan atas karya orang lain, maka saya bersedia bertanggung jawab sekaligus menerima sanksi.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaaan sadar dan tidak dipaksakan.
Mojokerto, 17 Januari 2024
Vince Cavanaugh Baskoro NIM : 22934020018
vi
PRAKATA
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat nya penulis dapat menyelesaikan penelitian tugas akhir yang berjudul PENGARUH PACKAGING DAN REBRANDING MINUMAN LET’S CAO TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI KOTA SURABAYA.
Penulis menyadari dalam penulisan tugas akhir ini masih banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Besar harapan penulis penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu memberikan saya kekuatan dan pencerahan dalam mengerjalan tugas akhir ini.
2. Ir. Juwono Saroso, M.M., M. Mpar, selaku Direktur dari Akademi Pariwisata Majapahit Mojokerto.
3. Hedy Wahidin Saleh, S.H., MBA., M.Si.Par selaku Wakil Direktur 1 bidang Pendidikan Akademi Pariwisata Majapahit Mojokerto.
4. Endang Sri R. S.E., M.Mpar selaku Dosen Pembimbing 1 dalam penyusunan tugas akhir ini.
5. Drs.Efendi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing 2 dalam penyusunan tugas akhir ini.
6. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam setiap langkah penulis.
7. Pemilik lets cao yang telah membantu dalam memberikan ilmu dan informasi yang dibutuhkan oleh penulis.
vii
8. Seluruh staff pengajar Akademi Pariwisata Majapahit yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan di Akademi Pariwisata Majapahit.
9. Teman-teman yang memberin semangat dan motivasi selama proses pembuatan tugas akhir ini kepada penulis.
10. Pihak-pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per-satu.
Mojokerto, Penulis
viii
PENGARUH PACKAGING dan REBRANDING TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA PRODUK LETS CAO di KOTA SURABAYA
ABSTRAK
Usaha minuman di era sekarang memiliki persaingan yang sangat ketat. Maka dari itu pemilik brand
“let’s cao” memiliki strateginya sendiri untuk menghadapi persaingan ini. Adapun strategi tersebut adalah melalui packaging dan rebranding minuman cincau yang mereka jual.
Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian ini ingin menjawab apakah strategi packaging dan rebranding dapat berpengaruh ke minat beli konsumen minuman brand let’s cao?
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh dari strategi tersebut terhadap minat beli konsumen. Penulis memilih jenis penelitian kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner ke beberapa responden yang tentunya sebagai konsumen let’s cao. Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi packaging dan rebranding berpengaruh positif terhadap variabel minat beli konsumen minuman let’s cao, dengan pengaruh packaging yang lebih dominan ketimbang rebranding.
ABSTRACT
Beverage businesses in today's era have very tight competition.
Therefore, the owner of the "let's cao"
brand has its own strategy to face this competition. The strategy is through packaging and rebranding of the grass jelly drinks they sell. Based on these conditions, this study wants to answer whether packaging and rebranding strategies can affect consumer purchasing interest in let's cao brand drinks? This study aims to determine the effect of these strategies on consumer purchasing interest. The author chose a quantitative type of research by distributing questionnaires to several respondents who were of course let's cao consumers. The results of the study showed that packaging and rebranding strategies had a positive effect on the variable of consumer purchasing interest in let's cao drinks, with the influence of packaging being more dominant than rebranding
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR ... iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... viii
1.1 Latar Belakang Masalah ... viii
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 2
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
1.5.1 Manfaat Praktis ... 3
1.5.2 Manfaat Teoritis ... 4
BAB II KAJIAN TEORI DAN METODE PENELITIAN ... 5
2.1 Kajian Teori... 5
2.1.2 Penelitian Terdahulu ... 21
2.1.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 22
2.1.4 Pengajuan Hipotesis Penelitian ... 23
2.2 Metode Penelitian ... 23
2.2.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 23
2.2.2 Populasi dan Sampel ... 25
2.2.3 Jenis dan Sumber Data ... 25
2.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 26
2.2.5 Variable dan Definisi Konsep ... 26
2.2.6 Uji Kelayakan Instrumen ... 28
2.2.7 Teknik Analisis Data ... 29
2.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
2.3.1 Tempat Penelitian ... 30
2.3.2 Waktu Penelitian ... 30
x
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32
3.1 Hasil Penelitian ... 32
3.1.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 32
3.1.2 Deskripsi Responden ... 32
3.2 Analisis Data ... 35
3.2.1 Hasil Analisis Uji Validitas ... 35
3.2.2 Hasil Uji Reabilitas / Reliability ... 39
3.3 Hasil Uji Regresi ... 41
3.4 Hasil Uji Hipotesis Koefisien ... 42
BAB IV PENUTUP ... 43
4.1 Kesimpulan ... 43
4.2 Saran ... 43
DAFTAR RUJUKAN ... 44
LAMPIRAN ... 47
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ... 21
Tabel 2. 2 Variabel dan Definisi Konsep ... 26
Tabel 2. 3 Waktu Penelitian ... ...31
Tabel 3. 1 Jenis Kelamin Responden...33
Tabel 3. 2 Profesi Responden ... 34
Tabel 3. 3 Jumlah Pendapatan Responden ... 34
Tabel 3. 4 Frekuensi Pembelian Responden ... 35
Tabel 3. 5 Hasil Uji Validitaas Packaging ... 35
Tabel 3. 6 Hasil Uji Validitas Rebranding ... 37
Tabel 3. 7 Hasil Uji Validitas Minat Beli ... 38
Tabel 3. 8 Hasil Uji Realibility Packaging ... 39
Tabel 3. 9 Hasil Uji Reliability Rebranding ... 39
Tabel 3. 10 Hasil Uji Reliability Minat Beli ... 40
Tabel 3. 11 Hasil Uji Regresi ... 41
Tabel 3. 12 Anova Uji Regresi ... 41
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Desain kemasan plastik ... 11
Gambar 2. 2 Rebranding perusahaan twitter menjadi x ... 16
Gambar 2. 3 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 22
Gambar 2. 4 Desain Penelitian Korelasi ... 24
Gambar 3. 1 Hasil Uji Hipotesis Koefisien...42
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Draft Kuesioner ... 47
Lampiran 2 Gambaran Brand Let’s Cao ... 50
Lampiran 3 Tabulasi Data Kuesioner ... 50
Lampiran 4 Lembar SPPTA ... 53
Lampiran 5 Lembar Absen Pembimbing ... 54
Lampiran 6 Lembar Absen Pembimbing 2 ... 54
Lampiran 7 Biodata Penulis ... 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam budaya dan makanan tradisional. Seperti kue klepon, putu dan lainnya. Tidak hanya makanan, negara Indonesia juga terkenal akan warisan minuman tradisionalnya mulai dari yang hangat sampai yang dingin. Salah satu warisan minuman dingin tradisional khas yang cukup terkenal di Indonesia adalah es cincau. Minuman ini terbuat dari perasan daun cincau yang dikentalkan serta didiamkan hingga mengeras teksturnya.
Cincau memiliki tekstur kenyal seperti agar – agar. Es yang satu ini disajikan dengan larutan gula merah, dan santan. Memiliki rasa yang cenderung manis serta gurih dari santan membuat minuman ini digemari berbagai khalayak orang. Tidak hanya orang tua, melainkan para remaja juga menyukai minuman tradisional ini.
Lets Cao adalah brand cincau yang didirikan oleh sekelompok mahasiswa / i dari Universitas Kristen Petra. Brand ini mulai didirikan pada tahun 2023 dan sampai sekarang masih aktif berjualan. Lets Cao memiliki strategi berjualan dengan cara yang cukup unik. Merk ini membeli bahan cincau jadi dari pedagang di pinggir jalan, kemudian dikemas menggunakan packaging yang menarik lalu di rebranding kemudian produk mereka dijual melalui event – event bazaar di mall. Mereka juga memperkenalkan produk nya melalui media sosial dan platform media sosial yang mereka gunakan adalah Instagram. Lets Cao mendesain packaging dengan bentuk yang menarik dengan tujuan ingin lebih menggaet minat para pembelinya. Strategi ini di nilai cukup menguntungkan beberapa pihak, tidak hanya pelaku usaha yang meng rebranding, melainkan juga pedagang cincau yang memproduksi cincau
2
tersebut. Hal ini secara tidak langsung juga membantu pedagang kecil untuk mendapat keuntungan. Strategi ini juga tidak hanya sekedar mendesain dan mengemas suatu produk, namun juga tetap harus melakukan quality control terhadap produk yang dijual agar rasa cincau yang dijual tidak mengecewakan para pembelinya.
Berdasarkan penjelasan di atas dan setelah melihat strategi berjualan yang cukup unik dan menguntungkan. Peneliti tertarik untuk meneliti strategi marketing yang satu ini. Dengan ini peneliti mengusung judul penelitan PENGARUH PACKAGING DAN REBRANDING MINUMAN LET’S CAO TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN DI KOTA SURABAYA.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang dapat dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah packaging minuman Let’s Cao berpengaruh terhadap minat beli konsumen di kota Surabaya ?
2. Apakah rebranding minuman Let’s Cao berpengaruh terhadap minat beli konsumen di kota Surabaya?
3. Apakah packaging dan rebranding minuman Let’s Cao secara bersama-sama mempengaruhi minat beli konsumen di kota Surabaya?
1.3 Batasan Masalah
Melalui rumusan masalah yang sudah terbentuk, agar penelitian ini tidak melebar kemana – mana. Maka peneliti membatasi :
1. Pada rumusan masalah , peneliti membatasi pada desain kemasan dari segi nilai estetika dan nilai fungsional kemasan Let’s Cao.
3
2. Peneliti membatasi strategi rebranding hanya pada pembuatan logo serta penamaan sebuah brand yaitu Let’s Cao yang dipromosikan melalui media sosial bernama Instagram.
3. Untuk rumusan masalah 1 dan 2, peneliti membatasi Batasan wilayah penelitian hanya di kota Surabaya
1.4 Tujuan Penelitian
1. Ingin mengetahui seberapa pengaruh strategi packaging pada minuman Let’s Cao terhadap minat beli konsumen di kota Surabaya.
2. Ingin mengetahui seberapa pengaruh strategi rebranding pada minuman Let’s Cao terhadap minat beli konsumen di kota Surabaya.
3. Ingin mengetahui seberapa pengaruh strategi packaging dan rebranding secara bersamaan pada minuman Let’s Cao terhadap minat beli konsumen di kota Surabaya.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi kepada : A. Penulis
Berkaitan dengan strategi packaging dan rebranding terhadap peningkatan minat beli konsumen / masyarakat.
B. Produsen
Sebagai masukan agar tujuan dalam meningkatkan mknat beli konsumen terhadap produk Let’s Cao dapat tercapai.
C. Akademi Pariwisata
4
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa yang akan meneliti mengenai pengaruh strategi packaging dan rebranding dalam Upaya meningkatkan minat beli konsumen.
1.5.2 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dukungan keterkaitan variabel yang selama ini diungkapkan dalam teori atau sebaliknya, serta hasil penelitian ini akan memberikan pandangan yang sama atau berbeda terhadap teori yang sudah ada.
5
BAB II
KAJIAN TEORI DAN METODE PENELITIAN
2.1 Kajian Teori
Kajian teori merupakan suatu hal yang penting di dalam penelitian. Hal ini memuat penjelasan, serta uraian variabel variabel yang akan diteliti. Pada penelitian ini, peneliti membahas kajian teori mengenai packaging, rebranding, dan minat beli konsumen yang menjadi fokus pada penelitian kali ini.
2.1.1 Variabel
Dalam penelitian ini, penulis meneliti tiga variabel yang menjadi fokus dari penelitian ini. Ketiga variabel tersebut antara lain
A. Packaging
a. Definisi Packaging atau Kemasan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kemasan memiliki arti hasil mengemas atau bungkus pelindung barang dagangan (niaga). (KBBI Daring).
Menurut Kementerian Negara Koperasi Usaha Kecil dan Menengah pada tahun 2009 kemasan dapat dijelaskan sebagai ilmu, seni, dan teknologi yang memiliki fungsi sebagai penjagaan suatu produk agar tetap terlindungi dari mulai proses pengiriman, penyimpanan, sampai proses penjualan. (Widiati, p. 70). Kotler dan Amstrong (2012) dalam (Syahmardi & Johannes, 2019;3) mendefinisikan packaging sebagai packaging involves designing and producing the container or wrapper for a product yang artinya kemasan mencakup tahap desain dan produksi dengan fungsi utama nya untuk menjaga keamanan produk sehingga produk tersebut tetap terlindungi. Berdasarkan ketiga definisi di atas, kemasan dapat
6
diartikan secara sederhana sebagai sesuatu yang berfungsi untuk melindungi produk sampai di tangan konsumen.
b. Peranan dan Fungsi Packaging
Packaging menjadi salah satu peranan dalam menunjukan suatu identitas atau informasi sebuah brand dengan mempertimbangkan kejelasan, kemudahan pemahaman, dan daya ingat yang optimal. (Widiati, p. 70). Bagi Titik Wijayanti (2012) dalam (Syahmardi & Johannes, 2019, p. 3), Kemasan memiliki tujuan dan fungsi tertentu bagi sebuah produk yaitu pemberi keindahan dan keamanan agar tidak rusak saat dijual atau bahkan pada saat proses pendistribusian ke pengguna.
Dari keterangan para ahli di atas dapat diartikan kemasan memiliki peranan bukan hanya sebagai pelindung melainkan juga untuk menambah keindahan suatu produk yang akan dijual ke konsumen.
c. Aspek Packaging
Pada umumnya aspek kemasan terdiri dari fungsi, estetika, dan lain sebagainya. Hal ini didapatkan melalui riset, pemikiran kreatif, serta referensi dari desain yang sudah ada. Selain itu ada beberapa aspek juga yang perlu diperhatikan dalam packaging atau kemasan, antara lain yaitu daya tarik kemasan. Menurut (Wirya 1999 dalam Firmansyah, 2019, Hlm 193) daya tarik visual dibagi menjadi dua yaitu; daya tarik visual dan daya tarik praktis.
Daya Tarik visual mencakup warna, bentuk, merk/logo, teks atau tulisan, ilustrasi, dan tata letak. Daya tarik visual melibatkan hal estetika dimana hal ini berhubungan dengan emosi dan psikologis yang terletak dibawah sadar seorang manusia. Estetika dapat membuat sebuah produk menjadi berbeda dari para kompetitor nya.
7
Sementara untuk daya tarik praktis merupakan daya tarik yang mengacu pada efisiensi kemasan yang ditargetkan kepada konsumen, distributor, pengecer.
misalnya daya tarik kemudahan untuk penyimpanan sebuah produk. Beberapa daya tarik praktis (fungsional) lain nya seperti kemampuan kemasan untuk melindungi produk dari kontaminasi, kemudahan dalam membawa, menggenggam kemasan, memfasilitasi konsumen untuk menghabiskan sebuah produk kemudian melakukan pengisian ulang atau refill produk tersebut.
d. Indikator dan Dimensi Kemasan
Menurut (Philip Kotler 2005 dalam Putri 2016, Hlm 9) indikator sebuah kemasan antara lain ;
1. Desain, merupakan sebuah faktor yang berkontribusi dalam membentuk tingkat kepercayaan terhadap suatu produk.
2. Warna, memberikan representasi atau makna tertentu pada sebuah produk. Hal yang paling mudah dilihat oleh konsumen adalah aspek warna, dan warna sendiri dapat menjadi sebuah penonjol bagi suatu produk. maka warna dapat disimpulkan sebagai indikator yang cukup penting untuk menajadi faktor pembeda dari merek - merek lainnya.
3. Ukuran dan bentuk , hal ini bergantung pada produk apa yang akan dikemas, serta mempertimbangkan kondisi penjual dalam hal pemajangan dan penggunaan dari suatu produk.
Nillson & Ostrom (2005) dalam Cahyorini & Rusfian (2011) (dicuplik dari Susatyo 2017: 78) mengatakan bahwa desain kemasan terdiri dari 3 dimensi, antara lain : desain grafis, struktur desain, informasi produk.
8 1. Desain Grafis
Desain grafis merujuk pada aspek visual pada suatu kemasan yang terdiri dari empat unsur yaitu : nama merek, tipografi, warna, dan gambar. Nilsson &
Ostrom, 2005 ) dalam Cahyorini & Rusfian (2013) ) (dicuplik dari Susatyo 2017: 79).
a. Nama Merek
Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika nama merek dapat didefinisikan sebagai identitas yang terdiri dari nama, istilah, simbol, desain, atau gabungan dari semuanya yang memiliki tujuan untuk membedakan suatu produk atau layanan dari satu penjual atau sekelompok penjual dengan penjual yang lain nya, serta menjadi sebuah pembeda bagi para competitor nya. Kotler & Keller (2012) (dicuplik dari Susatyo 2017: 79).
b. Tipografi
Tipografi merupakan seni dan ilmu untuk memilih huruf dalam ruang dengan maksud dan tujuan tertentu, serta menciptakan sebuah kenyamanan bagi para pembacanya. Tipografi juga dianggap sebagai Bahasa visual untuk komunikasi yang lebih efektif melalui huruf – huruf yang ditulis.
c. Warna
Menurut literatur pemasaran, warna pada kemasan dapat mempengaruhi perasaan dan perilaku emosional dari para konsumen. (Mustikiwa & Marumbwa, 2013 dalam Susatyo 2017: 79). Warna dalam sebuah kemasan dapat menggambarkan, serta menampilkan fitur – fitur yang mencolok dari suatu merek.
Dengan demikian warna menjadi sebuah pesan spesifik untuk sebuah merek yang pada akhirnya dapat membentuk proposisi penjualan yang unik. (Asadhollahi &
9
Givee 2007 yang dikutip oleh Mustikiwa & Marumbwa 2013 dalam Susatyo 2017:
79).
d. Gambar
Menurut Klimchuck & Krasovec 2007 yang dikutip oleh Cahyorini &
Rusfian 2013 dalam Susatyo 2017: 79) gambar mencakup berbagai elemen seperti ilustrasi, foto, symbol, bahkan karakter. Adapun fungsi daripada gambar ini adalah untuk menarik perhatian, menyampaikan ide dengan lebih jelas, serta mengilustrasikan fakta – fakta yang diungkapkan secara verbal.
1. Struktur Desain
Struktur desain merujuk pada aspek – aspek fisik pada sebuah kemasan yang meliputi tiga indikator utama, antara lain :
a. Bentuk
Menurut (Smith 1993 dalam Cahyorini & Rusfian, 2013 yang dikutip dari Susatyo 2017: 79) bentuk kemasan dapat mempengaruhi dalam meningkatkan keamanan suatu produk. Hal ini termasuk dalam pada saat menyentuh, menuangkan, dan menyimpan produk tersebut. Selain itu penelitian dari (Nilsson & Ostrom 2005 yang dikutip oleh Cahyorini
& Rusfian, 2013 dalam Susatyo 2017: 79) menyebutkan bahwa bentuk yang simple cenderung lebih menarik ketimbang bentuk kemasan yang rumit.
b. Ukuran
Ukuran adalah sebuah penilaian terhadap jumlah suatu objek, waktu, dan situasi berdasarkan aturan yang sudah ditetapkan (http://www.mediabpr.com/kamusbisnis-bank/ukuran.aspx).
10 c. Material
Pemilihan bahan pada sebuah kemasan sudah ada sejak zaman dulu, dimana pada mulanya orang – orang menggunakan bahan – bahan seperti daun, kulit hewan, dan tas. Menurut Smith (1993 dalam Susatyo 2017: 79) bahan pada sebuah kemasan dapat mempengaruhi cara konsumen dalam menilai kualitas suatu produk. Sedangkan menurut Shimp (2000 dikutip dari Susatyo 2017: 79) bahan kemasan tanpa disadari oleh mereka dapat berpengaruh pada emosi dan perasaan tertentu pada konsumen.
2. Informasi Produk
Menurut penelitian dari Silayoi & Speece 2005 dalam Susatyo 2017: 79-80) salah satu tujuan kemasan adalah untuk menyampaikan informasi produk.
Informasi yang tercantum pada produk dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam proses pembelian nya. Beberapa informasi penting yang biasa tercantum dalam informasi produk adalah nama produk, pembuat produk, alamat pembuat produk, informasi gizi dan komposisi, izin depkes atau instansi yang terkait, masa kadaluarsa.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa kemasan tidak hanya berfungsi sebagai alat pelindung dari sebuah produk, melainkan juga sebagai identitas yang dimiliki oleh suatu produk. Adapun dimensi – dimensi yang terkait di dalam kemasan memiliki peran dalam membentuk kemasan yang menarik dan baik. Semakin kemasan menarik maka berkemungkinan besar juga suatu produk menarik seorang konsumen untuk membeliproduk tersebut.
11
Gambar 2. 1 Desain kemasan plastik
E. Contoh Kemasan atau Packaging
Berdasarkan Buku Pemasaran Produk dan Merk edisi Agustus 2019 Hlm 190 karya Dr. Muhammad Anang Firmansyah, S.E.,M.M. menyebutkan bahwa bahan kemasan yang digunakan hingga pada saat ini adalah sebagai berikut : 1. Plastik
Plastik merupakan jenis bahan kemasan yang paling mudah kita temui saat ini.
Hal ini dikarenakan banyak nya penggunaan bahan plastik sebagai bahan dasar sebuah kemasan, tentunya hal ini berdampak buruk pada lingkungan karena banyak nya sampah plastik yang kita hasilkan dari kemasan – kemasan ini.
2. Kertas
Selain plastik ada juga kertas yang dapat digunakan sebagai bahan kemasan suatu produk. Namun, tidak semua kertas boleh digunakan sebagai pembungkus, salah satu contoh nya adalah kertas bekas (kertas majalah, koran, dll). Hal ini dikarenakan kertas yang mengandung tinta jika terkonsumsi oleh manusia dapat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Sumber : wiratech.co.id
12 3. Kaleng
Pada umumnya kaleng digunakan sebagai alat pembungkus minuman.
Biasanya pada suhu tertentu kandungan gizi yang terdapat pada suatu minuman yang terbungkus oleh kaleng dapat hilang. Pada penggunaanya, kaleng harus dilapisi timah putih dengan sistem pelapisan sangat ketat dan tidak boleh ada lubang pori sekecil apa pun. Kaleng juga harus dilapisi dengan enamel jika digunakan untuk membungkus minuman yang mudah menyebabkan korosi.
4. Styrofoam
Styrofoam merupakan bahan kemasan yang diragukan keamanannya sebagai pembungkus makanan. Bahan kemasan ini menjadi berbahaya karena ada zat styrene yang diproses menggunakan bahan kimia bernama benzene didalamnya, dimana bahan kimia ini dapat berdampak negatif untuk kesehatan manusia. Meski begitu styrofoam tetap digunakan dengan alasan harga nya yang murah dipasaran.
5. Gelas
Kemasan yang aman untuk produk minuman adalah gelas. Meski begitu ada beberapa gelas yang akan pecah pada suatu suhu tertentu.
B. Rebranding a. Definisi
Secara etimologi kata “rebrand” berasal dari dua kata yaitu; “re” dan
“brand”. Re berarti “lagi” atau “ulang”, yang dapat diartikan sebagai tindakan dilakukan kembali. Sementara kata “brand” berarti nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi yang diberikan dengan tujuan untuk
13
mengidentifikasi 6 barang dan jasa untuk membuat diferensiasi dari kompetitornya (Muzellec & Lambkin, 2006 dalam Rizky 2021: 177). Pada dasarnya rebranding merupakan proses dimana sebuah merek atau produk yang sudah ada melakukan pembaharuan brand atau citra. Moote (2013, Hlm 48) mengatakan bahwa rebranding biasanya dilakukan karena konsumen sudah lupa akan citra dari merek yang sudah ada atau konsumen hanya mempertahankan ingatan yang lemah pada merek tersebut. Selain itu, (Larslong dalam Budi 2010 Hlm 37) mengemukakan bahwa rebranding perlu dilakukan bila konsumen sudah terlanjur memiliki persepsi buruk pada sebuah perusahaan.
b. Peranan Rebranding
Lee at all (2014 dalam Marco;1453) mengatakan bahwa rebranding memiliki peranan cukup penting dalam membawa dampak positif dan sangat dianjurkan bagi perusahaan atau merek yang sudah terlanjur dinilai buruk oleh konsumen nya. Hal ini diperkuat juga oleh pernyataan Argenti (2010; 160) yang menjelaskan bahwa rebranding dapat menutupi sebuah citra negatif dari sebuah merek. (Sementara Tjiptono, 2008 dalam Dany 2016: 6) mengungkapkan bahwa adapun yang melatarbelakangi strategi rebranding pada suatu perusahaan adalah :
1. Memperbaiki brand image 2. Bagian dari merger atau akusisi 3. Pembaharuan portofolio merk 4. Bagian dari de-merger
5. Pendukung strategi baru perusahaan
14 c. Tahapan Tahapan Rebranding
Didalam rebranding ada beberapa tahapan tahapan yang perlu dilakukan, antara lain :
1. Repositioning
Goi dan Goi (2011 dalam Marco;1456) mengatakan bahwa repositioning merupakan elemen penting dalam tahapan rebranding, dimana brand melakukan perubahan posisi citra mereka kembali terhadap persepsi para konsumen.
2. Renaming
Renaming merupakan pemberian nama baru dimana hal ini ditujukan bahwa suatu perusahaan telah melakuan perubahan strategi, maupun fokus pada perusahaan nya.
3. Redesigning
Redesigning berfokus pada aspek tangible atau dapat dilihat dan dirasakan dan fokus pada hal estetika pada suatu produk (seperti logo, jingle,dan lain sebagai nya).
4. Relaunching
Secara garis besar relaunching adalah pengkomunikasian perubahan kepada para konsumen. Hal ini menjadi tahap terakhir dalam sebuah kegiatan Rebranding (Muzellec, Doogan & Lambkin 2003, hlm. 31- 40)
d. Macam – Macam Rebranding
Menurut Muzellec dan Lambkin (dalam Diky 2017;18) rebranding terbagi menjadi dua, yaitu rebranding evolusioner dan rebranding revolusioner.
15
rebranding evolusioner merupakan perubahan secara kecil yang dilakukan oleh perusahaan, biasanya dimulai dari perubahan logo atau slogan.
Sedangkan rebranding revolusioner adalah perubahan besar yang biasa dimulai dari perubahan nama, logo dan slogan sebuah perusahaan.
e. Elemen Rebranding
Pada strategi rebranding yang dilakukan terhadap suatu produk maka ada beberapa elemen yang tercakup di dalamnya seperti:
1. Elemen Fisik Brand
Menurut Kotler & Pfoertsch (2006: 92 dalam Diky 2017;7), elemen fisik brand merupakan suatu aspek visual dan terkadang menyangkut hal hal fisik yang membedakan antara suatu produk maupun layanan satu dengan yang lain.
2. Nama
Menurut Kotler & Pfoertsch (2006: 95 dalam Diky 2017;7) Nama merupakan aspek utama dan akan menjadi identitas suatu produk.
Sehingga pemberian nama harus dilakukan dengan cermat, karena berhubungan dengan pemegang kepentingan. Dengan menciptakan nama yang tepat akan berpengaruh terhadap kesadaran konsumen dalam menyadari suatu merek. (Keller, 1993 dalam Diky 2017;7).
3. Logo
Logo merupakan representasi visual dari suatu perusahaan. Selain itu, logo juga menjadi pencermin nilai - nilai perusahaan dan ciri khas nya, serta juga memiliki fungsi penting untuk pemasaran. (Kotler &
Pfoertsch, 2006: 98 1993 dalam Diky 2017;7-8).
16 4. Slogan
Slogan bertujuan untuk mendukung citra merek yang telah dirancangkan suatu perusahaan melalui nama dan logo. Slogan harus mencerminkan nilai – nilai emosional dan fungsional bagi target pemirsa yang dituju. (Kotler & Pfoertsch, 2006: 101 dalam Diky 2017;8).
5. Warna
Menurut Shimp (2003:308 dalam Diky 2017;8), Warna memiliki peran yang cukup penting dalam menyampaikan pesan kepada calon konsumen. hal ini juga termasuk pada kualitas produk, dan warna memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan psikologis bagi calon konsumen.
Berikut merupakan contoh contoh dari perubahan ulang pada brand atau rebranding yang dilakukan oleh Twitter.
Gambar 2. 2 Rebranding perusahaan twitter menjadi x Sumber : infokomputer.grid
17 C. Minat Beli Konsumen
a. Definisi
Kotler dan Keller (2016;181 dalam Pratiwi 2022) menjelaskan bahwa minat beli konsumen merupakan kondisi dimana seseorang ingin membeli dan memilih sebuah produk berdasarkan pada pengalaman penggunaan, atau pengalaman mengkonsumsi. Kurnia (2010 dalam Edwin; Stephanie 2020: 36) berpendapat bahwa minat beli adalah sesuatu yang muncul dari keinginan konsumen untuk memiliki suatu produk. Hal ini dipengaruhi oleh hasil pengamatan konsumen terhadap suatu produk. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Penitasari, (2017 dalam Edwin; Stephanie 2020:
36) bahwa minat beli dapat didefinisikan sebagai dorongan rasa untuk ingin memiliki atau mendapatkan suatu barang serta jasa. Ini merupakan representasi pemikiran para konsumen yang mencerminkan niat untuk membeli sebuah produk dengan merek tertentu.
Dari pendapat ahli diatas dapat diartikan bahwa minat beli konsumen merupakan sebuah situasi dimana seseorang atau biasa disebut konsumen menginginkan sebuah barang atau jasa , hasil dari analisis bahkan pengalaman mereka saat menggunakan barang atau jasa pada suatu merek tertentu.
b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi minat beli menurut Kotler dan Keller (2012: 137) adalah sebagai berikut :
1. Motivasi
Kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu hal , guna mengurangi ketegangan yang mereka rasakan.
18 2. Persepsi
Proses dimana seseorang mengambil sebuah keputusan, Menyusun, serta memahami informasi yang diterima untuk membentuk pemahaman yang signifikan.
3. Pengetahuan
Hasil pembelajaran seorang individu yang mencakup perubahan sebagaimana akibat dari adanya sebuah pengalaman.
4. Keyakinan dan Pendirian
Suatu hal yang diperoleh individu dari melakukan tindakan dan belajar.
c. Dimensi Minat Beli
Menurut Kotler dan Keller (2012:503 dalam Muhammad 2011:17) dimensi minat beli dapat dipahami melalui model stimulasi AIDA yang menggambarkan beberapa stimulus yang mungkin dialami konsumen terhadap suatu rangsangan yang diberikan oleh pemasar. Antara lain sebagai berikut :
1. Perhatian (Attention)
Dalam tahap ini konsumen pernah mendengar atau melihat suatu produk yang dihasilkan dari suatu perusahaan. Tahap ini ditandai dengan adanya perhatian seseorang terhadap sebuah merek ketika melihat untuk pertama kali nya.
2. Minat (Interest)
19
Tahap dimana seseorang mulai ada rasa minat akibat dari penjelasan yang terperinci pada produk tersebut. Pada saat ini konsumen tertarik akan promosi yang dilakukan oleh perusahaan.
3. Kehendak (Desire)
Konsumen mempelajari serta memikirkan yang pada akhirnya meningkatkan hasrat untuk membeli produk dari suatu perusahaan.
4. Tindakan (Action)
Pada tahap ini konsumen sudah mengambil Keputusan positif terhadap suatu produk akibat dari pada promosi yang dilakukan oleh perusahaan. Di tahap ini konsumen sudah melewatkan tahap desire Berdasarkan penjelasan sebelumnya mengenai model AIDA , dimensi minat beli konsumen mencakup respon melalui tahapan – tahapan tertentu. antara lain perhatian, minat, kehendak, dan yang paling akhir adalah tindakan.
d. Indikator Minat Beli
Menurut Ferdinand dalam Mayasari (2019) yang dicuplik oleh Dedi (2021:103) terdapat beberapa indikator dalam minat beli konsumen, antara lain :
1. Minat transaksional
Individu yang memiliki kecenderungan melakukan pembelian produk.
2. Minat referensial
Seorang individu yang cenderung memberikan rekomendasi produk kepada orang lain.
3. Minat preferensial
20
Perilaku seseorang yang tercermin melalui perilaku yang menunjukan preferensi yang kuat terhadap suatu produk tertentu.
4. Minat eksploratif
Minat ini menunjukan kecenderungan individu dalam mencari informasi tentang produk yang diminati.
2.1.2 Hubungan Antar Variabel
A. Hubungan Packaging Let’s Cao Terhadap Minat Beli Konsumen
Julianti (2014: 16 dalam Anie; I Made 2021:3) mengatakan bahwa ketika pelanggan memutuskan untuk membeli sebuah produk yang belum pernah mereka beli sebelumnya, alasan mereka membeli produk tersebut bervariasi.
Beberapa mungkin karena hasil rekomendasi atau mungkin tertarik karena penampilan kemasan produk tersebut menarik.
Penjelasan ini tentu menunjukan bahwa adanya keterkaitan atau hubungan yang penting antara kemasan dan produk dengan keputusan minat beli seorang konsumen.
B. Hubungan Rebranding Let’s Cao Terhadap Minat Beli Konsumen
Kwak dan Kang (2009 dalam Alya; Mahfudz 2023:3) berpendapat bahwa perubahan desain logo pada suatu perusahaan dapat menjadi suatu hal yang sangat penting, karena perubahan tersebut dapat menyebabkan dampak yang signifikan bagi desain produk dagang yang tentunya pada akhirnya akan mempengaruhi minat beli konsumen serta penjualan produk.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa rebranding logo dari sebuah perusahaan dapat menimbulkan dampak dan memiliki keterkaitan pada minat beli konsumen pada suatu produk tersebut.
21
C. Hubungan Packaging dan Rebranding Let’s Cao Terhadap Minat Beli Konsumen
Dengan menggunakan desain kemasan, perusahaan dapat memiliki kemampuan untuk meningkatkan nilai suatu produk terhadap elemen dari nilai merek dan branding. ( Erlyana, 2018 dalam Anie; I Made 2021:2). Berdasarkan penjelasan dari atas desain kemasan dapat meningkatkan nilai branding pada suatu produk. Bahkan ketika suatu perusahaan ingin melakukan rebranding, pada umumnya perusahaan tersebut juga akan mendesain ulang kemasan produk mereka agar supaya tercipta citra baru pada konsumen mereka.
Rebranding dan hasil desain kemasan atau packaging yang baru ini tentu berkaitan dan berhubungan dengan tujuan perusahaan untuk meningkatkan minat beli konsumen yang ditargetkan oleh perusahaan tersebut.
2.1.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
Nama,Tahun, Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Dany Christiantanto, 2016 PENGARUH REBRANDING TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN SALATIGA.
Meneliti seberapa pengaruh strategi rebranding yang dilakukan oleh Abby’s Coffee house terhadap minat beli konsumen.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan
kuesioner yang dibuat oleh peneliti lalu disebarkan ke customer Abby’s Coffee house
Dari hasil pengamatan serta penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi rebranding yang
dilakukan oleh Abby’s Coffee House
berpengaruh positif
terhadap minat beli customer.
Noshratina Alyani, 2019
Pengaruh Kemasan
(Packaging) Terhadap Minat Beli Konsumen
Meneliti mengenai pengaruh suatu kemasan terhadap minat beli
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan angket
Hasil dari penelitian ini adalah
kemasan
22 Tahun 2017-2018 Home
Industry Cutecake Jl. Nyai Enat Palangkaraya
konsumen yang dilakukan oleh Home Industry Cutecake di Palangkaraya.
pada populasi yang di
tuju. memiliki
pengaruh dalam
mempengaruhi minat beli konsumen.
Promosi menggunakan kemasan yang menarik juga dapat
dilakukan oleh perusahaan berskala home industry.
Jagat Dikta Pratiksa; Rahmat Hidayat 2020, PENGARUH
REBRANDING DAN
PUBLIC RELATION
TERHADAP MINAT
BELI ULANG KONSUMEN ARGO CHERIBON PT KERETA API
INDONESIA (PERSERO) DAERAH OPERASI 3 CIREBON TAHUN 2020
Menganalisa pengaruh dari strategi rebranding dan public relation terhadap minat beli ulang konsumen
pada Argo
Cheribon PT Kereta Api Indonesia
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data penyebaran kuesioner pada konsumen yang telah menaiki argo cheribon
Hasil daripada penelitian ini adalah
rebranding dan public relation memiliki pengaruh terhadap minat beli ulang konsumen sebesar 81,5%
sementara 18,5%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
2.1.3 Kerangka Pemikiran Teoritis
Menurut Suriasumantri (2017 dalam Sugiyono yang dicuplik dari Syifa; Susi 2020: 120) Kerangka berpikir merupakan sebuah penjelasan awal pada fenomena – fenomena yang menjadi fokus permasalahan.
Packaging Let’s Cao
Minat beli konsumen Rebranding
Let’s Cao
H1
H3 H2
Gambar 2. 3 Kerangka Pemikiran Teoritis
23 2.1.4 Pengajuan Hipotesis Penelitian
H1 : Packaging minuman Let’s Cao berpengaruh terhadap minat beli konsumen.
H2 : Rebranding minuman Let’s Cao berpengaruh terhadap minat beli konsumen
H3 : Packaging dan Rebranding minuman Let’s Cao berpengaruh terhadap minat beli konsumen
2.2 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana data dikumpulkan dengan menggunakan instrument atau alat ukur. Hasil metodologi penelitian kuantitatif berupa hipotesis, kemudian dianalisis dengan statistik atau angka dalam pengumpulan data. statistik, dan hipotesis pada umumnya ditemukan pada survei dan eksperimen. Peneliti akan menyebarkan pernyataan dan akan diisi oleh populasi menggunakan parameter angka 4-1 (sangat benar, benar,tidak benar, sangat tidak benar) . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi lalu data yang diambil adalah data sekunder.
2.2.1 Jenis dan Desain Penelitian
Silaen (2018 dalam Raka 138) berpendapat bahwa desain penelitian adalah keseluruhan kerangka kerja yang meliputi seluruh tahapan dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian. Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian kuantitatif dengan metode penelitian survei. Metode penelitian ini adalah salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya ialah sistematis, terstruktur dan terencana dengan jelas sejak awal hingga pada pembuatan desain untuk Penelitiannya.
24
Sugiyono (2017:8) mengemukakan bahwa: metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan pada populasi atau sempel tertentu, pengumpulan data yang menggunakan instrumen penelitian, analisis data yang bersifat kuantitatif, dengan tujuan untuk mengaju pada hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan metode survei, dimana peneliti mendapatkan informasi dari responden dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan desain penelitian korelasi adalah sebagai berikut:
Packaging (x1)
Rebranding (x2) Minuman Let’s Cao
Minat Beli (Y)
Pengumpulan data : - Observasi - Kuesioner - Studi pustaka
Teknik Analisis Data
Kesimpulan dan Saran Gambar 2. 4 Desain Penelitian Korelasi
25 2.2.2 Populasi dan Sampel
Sugiyono (2014 dalam Nidiya; Risnita; M.Syahran Hlm 26) Populasi dapat dipandang sebagai sekumpulan objek atau subjek yang memiliki kualitas serta karakteristik sebagaimana telah ditetapkan oleh peneliti untuk diselidiki. Sementara sampel merupakan sebagian dari populasi tersebut.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 60 orang responden yang diambil dari rata-rata jumlah pelanggan Let’s Cao di Surabaya.
Berdasarkan jumlah pelanggan tersebut maka ditentukan jumlah sampel berdasarkan rumus Solvin (Umar 2002). Secara matematis rumus Slovin dijabarkan berikut:
n = N / (1 + N.e2)
= 120 1 + 120 (0,052)
= 92,3076 dibulatkan menjadi 100 orang n : Jumlah sampel
N: Jumlah populasi e : Tingkat Kesalahan 5%
1 : Angka konstan
2.2.3 Jenis dan Sumber Data
Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
2.2.3.1 Data Primer
26
Data primer merupakan data yang didapat melalui pengumpulan secara langsung yang dilakukan oleh peneliti kepada objek teliti. Didapatkan dari hasil observasi, dokumentasi, dan kuesioner.
2.2.3.2 Data Sekunder
Data sekunder memiliki definisi data yang didapatkan melalui sumber sumber literatur, jurnal, dan artikel yang sudah ada.
2.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara penyebaran kuesioner yang akan diukur menggunakan uji validitasdan reabilitas sehingga penelitian ini akan menghasilkan data yang valid dan reliable. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut memang sudah tepat mengukur apa yang seharusnya diukur. dengan kata lain instrumen tersebut sudah akurat dan dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat atau metode ukur. Sedangkan instrument yang reliable merupakan instrumen yang ketika kita pergunakan berulangkali akan menghasilkan data yang sama pula.
2.2.5 Variable dan Definisi Konsep
Tabel 2. 2 Variabel dan Definisi Konsep
Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Skala Dimensi Indikator
Packaging
Usaha atau strategi yang dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan informasi
mengenai produk yang ada di
Desain Grafis
Struktur Desain
Warna Kemasan Merk Ilustrasi Layout
Bentuk
Rating Scale 1-4
27 dalamnya.
(Wijayanti 2012 dalam Waried
2018) Informasi
Produk
Ukuran Material Label
Rebranding
Menurut Tevi dan Otubanjo (2013 dalam Rifyal 289- 290) Rebranding didefinisikan sebagai proses berkelanjutan akibat dari suatu perusahaan
menerima perubahan
dinamika pada bisnis nya, sehingga suatu perusahaan
merubah identitas dengan tujuan berkembang atau bertahan.
Renaming Redesign
Repositioning
Relaunching
Nama Tampilan Logo Citra
Media Komunikasi
Rating Scale 1-4
Minat Beli
Minat beli dapat dijelaskan sebagai dorongan atau keinginan yang datang dari konsumen untuk ingin memiliki dan mebeli suatu produk
(Ferdinand 2016 dalam Silvania;
Muhammad; Ira 2022:2037)
Perhatian
Minat
Kehendak
Tindakan
Mencari Informasi Ingin mengetahui produk Minat Transaksion al
Minat Eksploratif Minat Preferensial Minat Referensial Ingin Membeli Ingin Memiliki Melakukan Pembelian
Rating Scale 1-4
28 2.2.6 Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrumen merupakan proses uji yang digunakan untuk menilai sejauh mana data yang diperoleh dari kuesioner sesuai dengan penelitian yang diharapkan. (Sugiyono 2019:363 dalam Devinta;Anita;Tri;Leonard : 10) Di dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas untuk menguji data yang telah diperoleh dari kuesioner.
1. Uji validitas
Uji validitas merupakan uji yang menentukan sejauh mana suatu instrumen pengukuran benar benar tepat mengukur apa yang di inginkan, dengan kata lain uji validitas membantu mengukur kebenaran data yang diujikan yang diperoleh dari instrument terhadap apa yang sebenarnya ingin dinilai. (Ghozali 2013 dalam Devinta;Anita;Tri;Leonard : 10).
a) sig Thitung > Ttabel, maka instrumen valid.
b) sig Thitung < Ttabel, maka instrumen tidak valid
jika Thitung lebih besar dari Ttabel maka instrumen dapat dikatakan valid.
2. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengukur konsistensi respon yang diberikan responden dalam mengisi kuesioner. ketika respon dari responden konsisten dan stabil sepanjang waktu maka kuesioner dapat dianggap dapat dipercaya. (Ghozali 2013 dalam Devinta;Anita;Tri;Leonard : 10).
1) ketika > 0,60, maka data dianggap reliabel.
2) ketika < 0,60, maka data dianggap tidak reliabel
3. Persamaan linier berganda (multiple linier regression method)
29
Persamaan linier berganda (multiple linier regression method) digunakan untuk menguji model pengaruh serta hubungan variabel bebas yang jumlahnya lebih dari satu terhadap satu variabel terikat. Menurut Ghozali (2018) “model analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan serta besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat”. Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 +b2X2 + e Dimana:
Y : kepuasan a : Konstanta
b : Koefisien regresi X1 : Harga
X2 : Kualitas ε : error (kesalahan) 2.2.7 Teknik Analisis Data
Uji hipotesis untuk penelitian ini menggunakan uji simultan atau uji F dan uji parsial atau uji T
A. Uji Hipotesis
1. Uji Simultan (Uji F)
Uji simultan (uji F) bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara bersama-sama antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Langkah-langkah uji F dilakukan sebagai berikut:
Ho: b1 = b2 = 0, yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
30
Ha: b1 ≠ b2 ≠ 0, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
2. Uji Parsial (Uji T)
Uji parsial (uji T) digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Langkah-langkah yang digunakan untuk pengujian T:
H0: bi = 0, yang berarti tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y H1: bi ≠ 0, yang berarti adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y
Tingkat keyakinan yang digunakan adalah sebesar α = 5%, sehingga uji T yang dilakukan dengan membuat hipotesis sebagai berikut:
Apabila nilai signifikan <α 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Apabila nilai signifikan >α 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak
2.3 Tempat dan Waktu Penelitian 2.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di salah satu stand brand Lets Cao yaitu di Mall Galaxy Mall JL Dharmahusada Indah Timur Mulyorejo Surabaya.
2.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama ±5 bulan dalam kurun waktu Januari- Juni 2024.
31
Tabel 2. 3 Waktu Penelitian
32
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
3.1.1 Deskripsi Objek Penelitian 3.1.1.1 Profil Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di satu tempat yaitu di booth Let’s Cao yang terletak di bazar yang terletak di Pakuwon Mall Surabaya Lt. G. Let’s Cao sendiri memiliki visi dan misi untuk menciptakan produk cincau yang terdengar tradisional agar menjadi produk yang modern melalui desain pengemasan yang kekinian. Selain itu, mereka juga mendesain booth dengan hiasan – hiasan yang estetik guna menarik pelanggan kalangan remaja hingga dewasa.
3.1.1.2 Profil Produk
Produk yang dijual saat ini hanya satu , yakni minuman es cincau dengan santan serta gula merah. Pembeli juga dapat memilih adanya penambahan dawet atau tidak. Sesuai dengan nama brand nya yaitu “Let’s Cao” penjual untuk saat ini hanya memiliki satu produk saja dan belum ingin menambah menu lain nya. Namun meski begitu, tidak menutup kemungkinan mereka akan terus berinovasi untuk menambah varian – varian minuman cincau kedepannya.
3.1.2 Deskripsi Responden
Peneliti menargetkan 60 responden, namun hingga saat ini jumlah responden yang terkumpul berjumlah 75 responden. Hal ini sudah melebihi target penulis dan cukup bagi peneliti. Penulis mencantumkan frekuensi pembelian yang dilakukan
33
pada produk es cincau Let’s Cao dan penulis juga mencantumkan usia serta jenis kelamin responden.
Spesifikasi responden dalam penelitian ini adalah:
• Responden : Pembeli minuman Let’s Cao
• Jumlah : 75 orang
• Jenis Kelamin : Pria dan Wanita
Deskripsi mengenai responden sebagai berikut :
3.1.2.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari 75 responden berdasarkan jenis kelamin yang mengisi penilaian pada kuesioner, maka diperoleh data yang tersaji dalam tabel berikut :
Tabel 3. 1 Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan data pada tabel diatas maka dapat diketahui bahwa jumlah responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 68 % dan laki-laki 32 %.
3.1.2.2 Responden Berdasarkan Pekerjaan
Dari 75 responden berdasarkan jenis kelamin yang mengisi penilaian pada kuesioner, maka diperoleh data yang tersaji dalam tabel berikut :
No Jenis Kelamin Jumlah Presentase
1. Pria 24 32 %
2. Wanita 51 68 %
Total 75 100 %
34
Tabel 3. 2 Profesi Responden
No Pekerjaan Jumlah Presentase
1. Wirausaha 16 21,3 %
2. Mahasiswa/i 34 45,3 %
3. Pegawai 24 32 %
4. Lainnya 1 1,3 %
Total 75 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah responden terbanyak ada pada mahasiswa/i sebanyak 45,3 % , lalu pegawai sebanyak 32 % , kemudian wirausaha sebanyak 21,3 %, dan terakhir lainnya sebanyak 1,3 %.
3.1.2.3 Responden Berdasarkan Pendapatan per Bulan
Dari 75 responden berdasarkan jenis kelamin yang mengisi penilaian pada kuesioner, maka diperoleh data yang tersaji dalam tabel berikut :
Tabel 3. 3 Jumlah Pendapatan Responden
No Pendapatan Jumlah Presentase
1. <5 Juta 45 60 %
2. 5 Juta – 10 Juta 27 36 %
3. >10 Juta 3 4 %
Total 75 100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui berdasarkan pendapatan per bulan jumlah responden terbanyak ada pada pendapatan <5 Juta yakni sebanyak 60 %, lalu 5 – 10 Juta sebanyak 36 %, kemudian >10 Juta sebanyak 4 %.
3.1.2.4 Responden Berdasarkan Frekuensi Pembelian
Dari 75 responden berdasarkan jenis kelamin yang mengisi penilaian pada kuesioner, maka diperoleh data yang tersaji dalam tabel berikut :
35
Tabel 3. 4 Frekuensi Pembelian Responden
No Frekuensi Jumlah Presentase
1. 1 Kali 16 21,3 %
2. 2 Kali 23 30,7 %
3. >2 Kali 36 48 %
Total 75 100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan tingkat frekuensi pembelian jumlah responden terbanyak ada pada frekuensi pembelian >2 kali yakni sebanyak 48 %, lalu frekuensi pembelian 2 kali sebanyak 30,7 %, kemudian frekuensi pembelian 1 kali sebanyak 21,3 %.
3.2 Analisis Data
3.2.1 Hasil Analisis Uji Validitas
Hasil penelitian ini dilakukan pada 75 responden untuk menilai ketepatan instrumen alat ukur terhadap variabel yang telah ditentukan. Variabel tersebut antara lain packaging dengan indikatornya yaitu desain, warna, komposisi dan bentuk. Rebranding dengan indikatornya antara lain logo, nama, serta identitas visual. Kemudian yang terakhir minat beli dengan indikatornya yaitu minat transaksional, minat referensial, dan minat preferensial.
a. Packaging
Tabel 3. 5 Hasil Uji Validitaas Packaging
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 TOTAL
P1 Pearson Correlation
1 1.000** .035 .075 .247* .321** .219 .540**
Sig. (2-tailed) .000 .763 .523 .032 .005 .059 .000
N 75 75 75 75 75 75 75 75
36
P2 Pearson Correlation
1.000** 1 .035 .075 .247* .321** .219 .540**
Sig. (2-tailed) .000 .763 .523 .032 .005 .059 .000
N 75 75 75 75 75 75 75 75
P3 Pearson Correlation
.035 .035 1 .098 .192 .177 .108 .459**
Sig. (2-tailed) .763 .763 .403 .099 .129 .358 .000
N 75 75 75 75 75 75 75 75
P4 Pearson Correlation
.075 .075 .098 1 .303** .102 .102 .512**
Sig. (2-tailed) .523 .523 .403 .008 .382 .382 .000
N 75 75 75 75 75 75 75 75
P5 Pearson Correlation
.247* .247* .192 .303** 1 .292* .299** .699**
Sig. (2-tailed) .032 .032 .099 .008 .011 .009 .000
N 75 75 75 75 75 75 75 75
P6 Pearson Correlation
.321** .321** .177 .102 .292* 1 .214 .617**
Sig. (2-tailed) .005 .005 .129 .382 .011 .065 .000
N 75 75 75 75 75 75 75 75
P7 Pearson Correlation
.219 .219 .108 .102 .299** .214 1 .573**
Sig. (2-tailed) .059 .059 .358 .382 .009 .065 .000
N 75 75 75 75 75 75 75 75
TOTAL Pearson Correlation
.540** .540** .459** .512** .699** .617** .573** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 75 75 75 75 75 75 75 75
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil R hitung dari P1 dan P2 adalah .540 , dan P3 adalah .459 , kemudian P4 adalah .512 , P5 adalah .699 , P6 .617 , P7 menghasilkan .573. Hal ini dapat dinyatakan valid jika dibandingkan dengan R tabel dengan jumlah n atau responden sebanyak 75 orang dengan R yaitu 0.227.