PROSES KREATIF SISWA HOMESCHOOLING DALAM PENCIPTAAN MUSIK MELALUI PEMBELAJARAN GITAR
(STUDI KASUS : KELAS GITAR SANGGAR REGENERASI)
Pelangi Dienna Deyane Sasmita
Mahasiswa Program Studi Etnomusikologi Institut Seni Indonesia Surakarta E-mail: [email protected]
ABSTRACT
Guitar learning was held in formal institutions such as schools, generally only give basic theoreti- cally teaching about music or just how to play a musical instrument well. It was often found in many place who provided music courses. However, in the case of the Sanggar Regeneration guitar class, beside organizing guitar lesson, The students also facilitated to produce musical project.
Guitar learning in the Sanggar Regeneration were conducted by mentors to homeschooling stu- dents of PKBM Semesta Ilmu in the City of Depok, West Java. The following research show that the guitar learning process not only include by the transmission process of mentors but also practice of creativity section inside. In this case, knowledge between mentors and homeschooling students is carried out and becomes continuous learning. The highlight of this guitar learning is a change in behavior in the form of students’ ability to play the guitar. Through this guitar learning process students are also active and critical, so that students’ creativity can emerge based on their practice and experience. This has an impact on students and is developed into innovative products, one of which is the music of the homeschooling student.
Keywords: Learning, Guitar, Transmission and Creativity
ABSTRAK
Pembelajaran gitar yang diadakan di lembaga formal seperti sekolah, umumnya hanya memberikan pengajaran dasar secara teoritis tentang bermusik atau sekadar cara memainkan alat musik dengan baik.
Hal serupa kerap pula ditemui di banyak tempat kursus musik. Namun, pada kasus kelas gitar Sanggar Regenerasi, disamping melakukan pembelajaran gitar, para siswa sering kali mampu menghasilkan produk kreatif berupa karya musik. Pembelajaran gitar di kelas gitar Sanggar Regenerasi dilakukan oleh mentor kepada siswa sekolah rumah (homeschooling) PKBM Semesta Ilmu. Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran gitar di Sanggar Regenerasi turut meliputi proses transmisi dan kreativitas di dalamnya. Dalam hal ini, pengalihan pengetahuan antara mentor dan siswa homeschooling dilakukan dan menjadi pembelajaran yang berkelanjutan. Puncak dari pembelajaran gitar ini ialah adanya perubahan perilaku berupa kemampuan siswa dalam bermain gitar. Melalui proses pembelajaran gitar ini siswa juga dituntut aktif dan kritis, sehingga kreatifitas siswa dapat muncul berdasarkan praktik dan pengalamannya.
Hal ini berdampak terhadap siswa dan dikembangkan menjadi produk-produk kreativitas, salah satunya ialah karya musik dari siswa homeschooling tersebut.
Kata kunci: Pembelajaran, Gitar, Transmisi dan Kreativitas
1. PENDAHULUAN
Dewasa ini, alat musik berdawai string ataupun nylon menjadi sangat dominan digunakan oleh kalangan musisi barat maupun etnik di seluruh penjuru dunia. Salah satu wujud paten dari alat musik dawai yang menglobal ini adalah gitar. Alat musik ini menjadi banyak diminati, boleh jadi, karena harganya yang terjangkau dan tergolong mudah untuk dipelajari. Siapa saja dapat membunyikannya bahkan fasih untuk memainkannya, mulai dari anak usia dini, remaja, dewasa hingga lanjut usia.
Tergolong sebagai alat musik harmonis, gitar menjadi populer digunakan dan disandingkan dengan alat musik lainnya. Gitar dapat dimainkan secara instrumental ataupun berfungsi sebagai pengiring dari sebuah lagu yang dinyanyikan, baik itu solo maupun grup (contohnya ensamble gitar atau band). Gitar juga dapat dikatakan sebagai alat musik melodis, sebab sebagai alat musik, gitar dapat memainkan melodi utama dari sebuah lagu atau karya musik dengan cara memetik satu persatu dawainya.
Guna membiasakan diri dalam memainkan git ar, tak jarang seseo rang memerlukan pembelajaran secara intensif, disiplin dan konsisten.
Pembelajaran ini mengacu pada latihan yang bisa dilakukan secara mandiri (otodidak) ataupun mengikuti pembelajaran dalam kursus tertentu.
Adapun dengan memanfaatkan situs jejaring internet, materi-materi pembelajaran gitar dalam situs-situs web berbasis tulisan maupun video sudah sangat mudah untuk didapatkan. Namun, melakukan latihan dengan mengikuti pembelajaran di tempat-tempat kursus tertentu, juga memiliki keuntungan lebih.
Informasi dapat dipastikan tersampaikan secara baik, dan menghindari miss interpretasi, karena pembelajaran gitar dilakukan secara langsung oleh pengajar kepada pembelajar.
Dari sini dapat dikat akan bahwa pembelajaran alat musik gitar umumnya dilakukan oleh lebih dari satu orang. Yang mana, salah satu di antaranya adalah orang yang memiliki peran sebagai pengajar dan lain di antaranya adalah sebagai pembelajar. Hal tersebut juga terjadi pada orang-
orang yang melakukan pembelajaran secara mandiri, karena secara tidak langsung mereka juga menerima pengajaran yang disampaikan oleh orang-orang tertentu; melalui tayangan video tutorial misalnya.
Dalam konteks pembelajaran gitar, seorang pengajar secara sengaja menyampaikan sebuah pengetahuan ataupun pengalamannya dalam bermain gitar kepada pembelajar. Selanjutnya, pembelajar dapat menangkap sinyal atau menerima pengetahuan tersebut, lalu mempraktekannya. Dari sini terjadilah proses transfer ilmu yang di dalamnya juga terdapat proses transmisi kulturan yang dilakukan oleh pengajar kepada pembelajar.
Education transmits culture to younger generation and cultural transmission is the way of passing of learing knowledge, skills, attitudes and values from person to person, passing on culture to the next generation through teaching/learning (Aung 2019:11028)
(Pendidikan mentransmisikan budaya kepada generasi muda dan transmisi budaya adalah cara mewariskan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai dari orang ke orang, meneruskan budaya ke generasi berikutnya melalui pengajaran / pembelajaran.)
Aktivitas pembelajaran yang dilakukan guna mendapatkan pengetahuan maupun keterampilan juga menjadi salah satu cara dalam mentransmisikan sebuah budaya. Selain mendapatkah sebuah pengetahuan, terkadang sikap dan nilai pun ikut tertransmisikan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Dalam hal ini, sebuah pengetahuan tentang bagaimana cara bermain gitar ditransmisikan melalui proses belajar mengajar antara pengajar dan pembelajar, bukan diwariskan melalui gen.
Umumnya dalam proses pembelajaran gitar yang dilakukan oleh lembaga kursus maupun sekolah formal, hanya terpaku pada pembelajaran mengenai teori musik ataupun tentang bagaimana cara memainkan alat musik tersebut, dan berlatih
berulang-ulang akan hal itu. Sehinga seseorang mampu meminimalisir kesalahan dalam bermain gitar, baik itu pada saat tampil maupun tidak. Hal tersebut biasanya diterapkan pada semua tingkat atau jenjang, yakni mulai dari tingkat pemula, menengah, hingga mahir.
Adapun pembelajaran gitar yang dilakukan di lembaga formal seperti sekolah dasar, menengah maupun atas, pada umumnya hanya memberikan pengajaran dasar secara teoritis tentang bermusik atau hanya sekedar cara memainkan alat musik secara baik. Adapula materi-materi tambahan tentang penguasaan beberapa teknik gitar maupun lagu-lagu tertentu yang biasanya dilakukan dalam mata pelajaran kesenian di sekolah. Namun, pada kasus kelas gitar Sanggar Regenerasi, disamping melakukan pembelajaran mengenai gitar, para siswa sering kali mampu menghasilkan karya-karya musik berupa musik secara instrumental maupun sebuah lagu melalui pembelajaran gitar yang dilakukan.
Kreativitas dari siswa homeschooling sanggar Regenerasi muncul dan terasah melalui proses belajar mengajar atau pembelajaran gitar yang terjadi selama kelas berlangsung. Kreativitas yang dimaksud ialah kemampuan siswa homeschooling dalam menciptakan suatu karya- karya musik yang orisinil dan atau baru. Dalam hal ini mereka mampu membuat kombinasi-kombinasi baru melalui bahan, informasi atau elemen-elemen lain yang mereka dapatkan sebelumnya melalui pembelajaran gitar di dalam kelas. Sehingga, proses kreatif dari siswa homeschooling dalam menciptakan karya-karyanya terjadi melalui pembelajaran gitar tersebut.
Melalui penelitian ini, peneliti juga ingin menunjukan bahwa proses transmisi dan kreativitas diperlukan guna mempertahankan suatu kesenian musik. Bahkan bukan sekadar mempertahankan, dewasa ini berbagai macam bentuk kesenian terkhusus seni dikembangkan menjadi produk- produk lain yang bermakna. Suatu permainan musik akan selalu hidup jika ada proses transmisi dari satu orang ke orang lainnya, dalam hal ini melalui pembelajaran gitar. Juga, bahwa proses kreatif diperlukan untuk menghasilkan produk-produk atau
karya musik yang baru dari segala bentuk kreativitas yang muncul.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian mengenai pembelajaran gitar cukup sering ditemui. Namun, belum ada yang menindak lanjuti mengenai persoalan transimisi dan kaitannya dengan proses pembelajaran gitar.
Kebanyakan berfokus pada metode dan model yang digunakanya maupun dikembangkannya saja.
Termasuk kepada upaya-upaya kreativitas yang dibangun ataupun bagaimana proses kreatif tersebut dimunculkan. Dalam kaitannya dengan teori, metode, maupun aspek lain dari objek material dan objek formalnya, yang memiliki keterkaitan antar satu sama lain, maupun perbedaan yang signifikan dalam beberapa kajian dapat disimak pada hasil tinjauan kepustakaan oleh peneliti berikut.
Skripsi berjudul Metode Pengajaran Musik West Brother Music Studio Solo oleh Didik Wahyu Kurniawan memfokuskan kajiannya terhadap persoalan metode pengajaran musik di suatu tempat kursus musik di daerah Solo. Konsep metode pengajaran yang digunakan West Brother Music Studio dibagi menjadi tiga, antara lain ialah metode dasar, metode lanjutan, dan metode intermediate. Selaras dengan landasan teoritisnya, mengacu pada Jazuli yang menyebutkan bahwa pendidikan non formal memiliki metode pengajaran sendiri. Sehingga, konsep metode pengajaran di West Brother Music Studio Solo dijadikan oleh peneliti sebagai referensi dan pembanding terhadap sistem belajar mengajar di kelas gitar sanggar regenerasi. Selain itu pada skripsi Didik, proses pengajaran yang diambil sebagai contoh adalah proses pengajaran alat musik drum, sementara pada kasus peneliti ialah proses pembelajaran alat musik gitar. Adapun penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang juga digunakan dalam penelitian kelas gitar sanggar regenerasi, yang dalam prosesnya data primer diperoleh melalui tahapan wawancara mendalam dan observasi secara langsung, selanjutnya hasil dari pengolahan data dipaparkan secara deskriptif.
Skripsi berjudul Pengembangan Kreativitas Bermain Gitar Elektrik Melalui Blue Note Di Yox Guitar Course Magelang oleh Bahtiar Arbi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kreativitas bermain gitar elektrik dapat berkembang dengan mempelajari blue note, hal ini dikarenakan di dalam blue note mencakup materi tangga nada dan teknik git ar yang kompleks dalam perkembangan musik modern. Pada proses pembelajarannya, Yox Guitar Course memberi kebebasan kepada peserta kursus gitar tersebut dalam mengembangkan kreativitasnya pada kegiatan mengisi melodi suatu lagu. Selanjutnya, penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Dalam analisis dat a dilakukan dengan memperhatikan jenis data yang akan dianalisis yaitu memilih data, mendeskripsikan data hasil temuan dan penarikan kesimpulan hasil deskripsi. Subjek penelitian ditentukan secara purposive, di mana pengambilan sample dengan mengambil orang-orang yang dipilih oleh Arbi menurut ciri-ciri spesifik dan karakteristik tertentu. Sehingga pengajaran terkait blue note tersebut bisa dijadikan sebagai pembanding oleh peneliti terhadap kasus kelas gitar sanggar Regenerasi. Adapun kesamaan dalam objek materialnya yakni pada alat musik gitar.
Skripsi berjudul Model Pembelajaran Ansambel Gitar Kelas X di SMKN 2 Kasihan Bantul oleh Rangga Adi Saputra. Penelitian ini mengungkap tentang model pembelajaran ansambel gitar yang efektif dan efisien yang telah diterapkan pada siswa-siswa kelas awal di sekolah tersebut.
Sehingga menjadikan siswa pemain ansambel gitar yang handal dan layak tampil. Materi pembelajaran yang diberikan menyangkut lagu-lagu populer dan lagu-lagu lainnya. Adapun pembelajaran ansambel yang terdiri dari pembelajaran individu dan pembelajaran kelompok kecil. Pembelajaran ansambel dan pengayaan dapat menjadi referensi dan pembanding terkait sistem pembelajaran yang dilakukan di kelas gitar Sanggar Regenerasi. Metode penelitian yang digunakan untuk mengungkap model pembelajaran seperti apa yang diterapkan pada siswa sekolah tersebut, agaknya sedikit banyak menjadi tinjauan peneliti. Mengingat antar keduanya memiliki keterkaitan penelitian kualitatif deskriptif.
Al Kautsar, Ahmad Faisal. Mahir Bermain Gitar : Panduan Lengkap Belajar Gitar Secara Otodidak. Yogyakarta, 2016. Buku ini berisikan pengenalan, sejarah, pemahaman teoritis hingga hal- hal praktis. Pemahaman teoritis menyangkut pengertian umum tentang musik, sejarah alat musik gitar, jenis-jenis gitar, hingga istilah-istilah dalam gitar maupun notasi yang digunakan. Hal-hal praktis terkait cara memegang gitar yang baik, teknik dasar dalam bermain gitar, hingga belajar tentang chord- chord dalam permainan gitar.
Artikel penelitian mengenai Kreativitas Dalam Pembelajaran Musik oleh Herwin Yogo Wicaksono, dalam jurnal Cakrawala Pendidikan, Februari 2009, Th. XXVIII, No. 1. Memaparkan tentang dua metode yang digunakan dalam eksperimen pembelajaran musik pada siswa sekolah dasar untuk meningkatkan olah musik dan minat siswa terhadap musik. Kreativitas yang dimaksud adalah kebebasan untuk berimajinasi dan berekspresi dalam musik. Persamaan penelitian terletak pada isu tentang kreativitas dalam pembelajaran musik, namun penelitian Herwin merupakan penelitian eksperimen yang di dalamnya menggunakan kreativitas sebagai metode pembelajaran musik.
Skripsi berjudul Proses Kreatif Kelompok Musik Popradio : Studi Kasus Penciptaan dan Aransemen Lagu “Manusia Tak Sempurna” oleh Bayu Raditya Prabowo, tahun 2014. Dimulai dari ketertarikan akan prestasi kelompok Popradio yang menjuarai ajang lomba musik nasional, “LA Indiefest” pada tahun 2011 silam. Penelitian ini mengkaji mengenai salah satu produk kreatif dari kelompok musik popradio, yanki lagu “Manusia Tak Sempurna”. Tindakan dalam menciptakan lagu tersebut hingga tahap pembuatan aransemen dijelaskan melalui prespektif proses kreatif.
Spesifikasi penelitian tersebut menyangkut profil kelompok Popradio yang menyatakan karakteristik personal sebagai potensi kreatif, elemen-elemen lingkungan yang mempengaruhi kreativitas berkarya, proses, metode, dan mekanisme dalam membuat lagu. Adapun persamaan pada kasus proses kreatif Popradio ialah dalam mengungkap fenomena dari segi non musikal dan musikalnya. Namun isi dalam
skripsi diatas sangat berbeda dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Bayu lebih menekankan pada proses kreatif yang muncul dari latar belakang atau pengalaman dalam bermusik yang berbeda- beda. Sementara pada kasus kelas gitar sanggar regenerasi, proses kreatif dalam penciptaan musik muncul melalui pembelajaran gitar yang dilakukan antara pengajar dan pembelajar. Konsep teoritik yang digunakan dalam karya ilmiah diatas adalah konsep empat P. Miliki Rhodes dan dijadikan oleh peneliti untuk memperkaya wawasan teoritis dalam menganalisis bentuk kreativitas.
Skripsi berjudul Kreativitas Gaya Musikal Dalam Permainan Gitar (Studi Kasus: Gitaris Boby Budi Santosa) oleh Boy Sus Seno, tahun 2014. Mengulas tentang seorang Boby Budi Santoso dengan gaya permainan gitar terobosan barunya melalui eksperimen pada setiap permainan gitarnya. Juga, sebuah gaya tuning buatannya sendiri yang diberi nama crazy tune yang menambah nuansa baru dalam permainan gitar. Kajian ini berkaitan erat dengan konsep kompetensi musikal, gaya musikal dan proses kreatif. Dalam penelitian ini dijelaskan mengenai dunia kesenimanan Boby termasuk proses kesenimanan dan prestasi, konsep pemikiran dalam bermusik atau berkreativitas dan meliputi ketetarikan awal Boby terhadap gitar. Walau memiliki persamaan dalam objek materialnya yakni gitar dan proses kreatif atau kreativitas dalam permainan gitar, namun ranah kajian ilmiah oleh Bob Sus Seno menekankan pada gaya musikal yang menjadi terobosan baru dalam bermusik. Sedangkan, pada kasus kelas musik sanggar regenerasi, kajian yang ingin diteliti meliputi proses kreatif dalam menciptakan musik melalui pembelajaran gitar yang terjadi pada lebih satu orang yakni antara siswa homeschooling dengan mentor sanggar regenerasi.
3. METODE
Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian kualitatif karena data yang dipaparkan dan analisis yang digunakan bersifat deskriptif. Studi kasus dalam penelitian ini dijadikan sebagai metode atau strategi dalam melakukan penelitian.
Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi 2001:1). Lebih lanjut, (Arikunto 1998) mengemukakan bahwa metode studi kasus, sebagai salah satu jenis pendekatan deskriptif, adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit.
Sehingga, studi kasus ialah penelitian yang memusatkan perhatiannya pada satu objek tertentu yang diangkat sebagai sebuah kasus. Kasus yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai fenomena pembelajaran gitar di kelas gitar sanggar Regenerasi, yang dalam aktivitasnya seringkali menghasilkan karya musik.
Strategi pengamatan dan kajian memang hanya dilakukan dalam lingkup akt ivit as pembelajaran gitar di kelas gitar sanggar Regenerasi.
Namun, dimensi yang digali cukup luas. mencangkup beberapa aspek yang ikut mempengaruhi, di antaranya pelaku (mentor sanggar dan siswa homeschooling), lingkungan (teman dan orang tua siswa) maupun pengelola sanggar tersebut.
Metode ini sangat tepat digunakan dalam memahami fenomena tertentu di suatu tempat tertentu dan waktu yang tertentu pula. Seperti pada fenomena terkait proses kreatif penciptaan musik melalui pembelajaran gitar di kelas gitar sanggar Regenerasi. Melalui penelitian ini, sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing, dengan maksud untuk memahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya. Baik dari segi proses transmisi, pembelajaran dan kreativitas siswa homeschooling.
4. PEMBAHASAN
4.1 MENILIK SANGGAR REGENERASI DAN SISWA HOMESCHOOLING
Sanggar merupakan tempat berkumpulnya suatu massa atau orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama dalam suatu kegiatan tertentu.
Lebih jauh menurut (Iyus 1990:13) sanggar adalah wadah kegiatan dalam membantu dan menunjang keberhasilan dan penguasaan dalam bidang pengetahuan dan keterampilan.
Sanggar Regenerasi merupakan sanggar seni dibawah naungan PKBM Semesta Ilmu. Dalam sanggar seni kita dapat mempelajari berbagai tarian, musik, vokal, teater, seni ukir, lukis, dan lain-lainnya (Amelia 2013:13)
Sanggar Regenerasi menjadi salah satu wadah pengembangan minat dan bakat anak, terkhusus peserta didik PKBM Semesta Ilmu tersebut. Hampir seluruh peserta didik di Sanggar Regenerasi adalah siswa homeschooling PKBM Semesta Ilmu. Selain itu, kedua tempat ini juga memiliki kesinambungan terkait pendidikan berbasis sekolah rumah (homeschooling). Sebab, selain melakukan pembelajaran maupun praktik akademis, siswa homeschooling di PKBM tersebut dituntun untuk turut mengembangkan kemampuan non akademiknya dengan mengikuti berbagai aktivitas di Sanggar Regenerasi.
Gambar 1. Lokasi tempat PKBM Semesta Ilmu (Sumber: Dokumentasi Pengelola PKBM)
Sanggar Regenerasi sebagai ruang berkreasi dalam bidang seni dan musik telah membuka berbagai kelas, di antaranya:
“..Desain Grafis, Video Editing, Gitar Basic, Gitar Advance, Vokal, Seni Rupa Beginner, Seni Rupa Advance, Tari Tradisional, Tari Modern” (Wawancara virtual bersama ketua Sanggar Regenerasi, Aslam Ma’arij, 11 Juli 2021).
Sanggar Regenerasi berlokasi di lembaga pendidikan non-formal PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Semesta Ilmu, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 10, menyatakan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang sering disingkat sebagai PKBM sebagai salah satu satuan pendidikan nonformal.
Siswa homeschooling PKBM Semesta Ilmu merupakan peserta didik yang tidak menjalankan pendidikan secara formal seperti pendidikan sekolah dasar, menengah hingga atas.
Namun, peserta didik memilih untuk melakukan pendidikan secara non-formal (di luar sekolah atau biasa disebut dengan sekolah rumah) dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya.
Melalui kegiatan berbasis seni terkhusus musik, salah satunya pada kelas gitar sanggar regenerasi, para peserta didik dapat menggali, menyalurkan dan mengembangkan potensi, kemampuan dan keahliannya dibidang tersebut secara lebih mendalam. Oleh sebabnya, kelas gitar sanggar regenerasi dapat menjadi salah satu ruang pembelajaran non-akademik yang ada di tengah masyarakat kota Depok.
4.2 MODEL PEMBELAJARAN DI KELAS GITAR SANGGAR REGENERASI
Pembelajaran sendiri merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang berperan dalam menentukan keberhasilan belajar siswa.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai segala usaha atau proses belajar mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien (Bafadal 2005:11).
Dalam proses pembelajaran, mentor dan siswa merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.
Komponen lainnya yang tak kalah penting ialah materi pengajaran dan metode yang diterapkan.
Selain itu proses pembelajaran juga artikan sebagai
proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman and Rustaman 2001:461).
Pada Kelas Gitar Sanggar Regenerasi, pembelajaran gitar dilakukan oleh siswa homeschooling dalam rentang usia 13-18 dan seorang pengajar yang selanjutnya disebut mentor sanggar. Pembelajaran gitar dalam kelas gitar Sanggar Regenerasi dilakukan secara bertatap muka langsung di dalam sebuah ruangan kelas dengan jumlah siswa sebanyak tujuh peserta, seorang mentor, dan seorang pengawas kegiatan dari anggota kepengurusan sanggar itu sendiri.
Sejalan dengan proses kegiatan tersebut, pada kasus kelas gitar sanggar Regenerasi, proses pembelajaran dilakukan dengan cara berdiskusi, sehingga komunikasi dua arah tercipta antara mentor dengan siswa. Dari proses pembelajaran itu akan terjadi sebuah kegiatan timbal balik antara mentor sanggar dengan siswa dan menghasilkan perubahan- perubahan meliputi pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap dalam bermain gitar.
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pelajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Sehingga proses pembelajaran yang dilakukan merupakan terapan dari model-model pembelajaran tertentu yang berfungsi sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Nurulwati 2000:10).
Adapun melalui model pembelajaran yang diterapkan terdapat dimensi-dimensi yang dilalui oleh siswa. Mulai dari dimensi mengalami, secara spesifik siswa akan mendapatkan pengalaman mengenai pengetahuan maupun keterampilan dalam bermain gitar melalui pengajaran yang dilakukan oleh mentor sanggar. Dimensi lainnya ialah yang berhubungan dengan dimensi menciptakan yang di dalamnya meliputi proses pengolahan informasi atau pengetahuan yang didapatkan, lalu dikolaborasikan menjadi suatu hasil (karya) yang baru (orisinil).
Sebagai bentuk tolak ukur pembelajaran, metode penilaian juga diterapkan melalui ujian yang diadakan setiap triwulan. Penilaian ini seputar kecapakan dalam memainkan gitar, maupun pengetahuan teoritis berbagai macam tangga nada (scale), hingga persoalan teknik-teknik seputar progresi akor, strumming, fingering dan lainnya.
Dorongan untuk menciptakan sebuah karya musik yang berkelanjutan juga acap kali sebagai bahan pengujian. Walaupun karya tersebut tidak serta merta dinilai secara eksplisit. Namun, dapat menjadi motivasi untuk terus berkreasi.
Gambar 2. Kegiatan pembelajaran (sumber:
screenshoot Instagram @sanggar_regenerasi) 4.3 PROSES TRANSMISI PENGETAHUAN
Suatu usaha dalam menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman, untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan, biasa disebut sebagai transmisi budaya.
Dalam enkulturasi yang merupakan salah satu bentuk dari transmisi budaya, adalah proses di mana anak- anak muda belajar dan mengadopsi sikap dan tingkah laku dari lingkungan budaya mereka (Matsumoto, David 2008). Kebudayaan sendiri merupakan suatu hal yang kompleks dengan wujudnya yang beragam, adapun menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan adalah suatu kompleksitas dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan wujud benda-benda hasil karya manusia.
Proses pembelajaran gitar dimaknai dengan siswa homeschooling yang melakukan atau menerima pengetahuan melalui mentor, yang mana secara biologis adalah orang lain dan bukan diwariskan melalui gen (keturunan). Adapun dalam suatu pembelajaran gitar di kelas sanggar regenerasi terdapat suatu proses yang disebut sebagai transmisi budaya dan wujud dari transmisi budaya tersebut.
Dalam hal ini, pada proses pembelajarannya, mentor sanggar berusaha untuk menyampaikan (mentransmisikan) sejumlah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai kepada siswa homeschooling sanggar tersebut melalui pengajaran secara langsung (tatap muka), sehingga siswa dapat menangkap materi pembelajaran melalui tutur kata, gestur tubuh dan sikap mentor. Wujud karya nyata berupa karya musik yang dihasilkan merupakan salah satu hasil dari proses transmisi yang dilakukan secara terus menerus oleh mentor sanggar kepada siswa homeschooling, dengan kurun waktu tertentu.
Hal-hal yang ditransmisikan dapat berupa ide, gagasan, maupun praktik-praktik dan sikap dalam bermain gitar oleh mentor kepada siswa.
Dalam hal ini adalah hal-hal yang mencangkup materi pembelajaran gitar tersebut, meliputi pengenalan instrumen gitar, teknik-teknik bermain gitar, latihan kepekaan terhadap bunyi, hingga sikap-sikap dalam bermain gitar seperti cara memegang gitar, cara memetik dawai maupun penggunaan alat lain seperti pick gitar untuk melakukan teknik strumming dalam permainannya. Tak terkecuali hal-hal teoritis seperti teori musik juga disampaikan oleh mentor kepada siswa. Termasuk sikap dalam berbicara maupun nilai yang dimiliki mentor secara tidak sengaja akan ikut terbawa saat melakukan pengajaran. Kemudian para siswa pun mengadopsi cara-cara dalam bermain gitar, sikap, penilaian beserta tingkah laku mentor sanggar dalam melakukan pengajaran gitar di kelas tersebut, sehingga unsur-unsur ini dijadikan pegangan siswa, yang nantinya akan diteruskan atau ditransmisikan kembali kepada teman atau siswa satu tingkatan di bawahnya. Proses dan siklus ini terjadi pada sistem belajar mengajar di kelas gitar sanggar Regenerasi.
Oleh karenanya, apabila transmisi berjalan dengan baik, maka apa yang ditransmisikan dapat terus bertahan dan eksis dari waktu ke waktu.
Sebaliknya, transmisi yang tidak berjalan baik akan turut mempengaruhi hilangnya sesuatu yang tidak ditransmisikan secara semestinya itu. Intinya, dalam hal ini transmisi mendukung keberlangsungan pembelajaran kelas gitar Sanggar Regenerasi.
4.4 PROSES KREATIF SISWA HOMESCHOOLING
Pengertian kreativitas sendiri sangat beragam dan luas. Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya (Supriadi 2016:7). Sekaligus, Munandar (1995) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi, data atau elemen- elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat.
Adapun Munandar dalam bukunya Kreativitas dan Keterbakatan mengadopsi pendapat Rhodes dalam menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas. Rhodes menyimpulkan definisi kreativitas tersebut menjadi empat jenis yang disebut sebagai Four P’s of Creativity. Keempat P ini dirumuskan menjadi istilah Person, Process, Press dan Product. Hal ini menjadi sangat berkaitan satu sama lain, yakni dalam proses (Process) kreatif melibatkan pribadi (Person), dengan dorongan (Press) dari lingkungaan sehingga menghasilkan produk (Product) kreatif. Dalam hal ini proses penciptaan musik melibatkan pribadi dari diri tiap- tiap peserta didik kelas gitar tersebut, yakni bagaimana masing-masing dari mereka mampu menginterpretasikan segala bentuk dari pengalaman pembelajaran gitar yang telah dilakukan. Lalu dengan dorongan dari lingkungan sekitarnya, baik melalui mentor sanggar dalam pembelajaran gitar yang diterapkan maupun orang-orang terdekat seperti orang tua dan kerabat dekat siswa. Sehingga siswa mampu menghasilkan produk kreatif berupa karya musik baru.
Oleh sebabnya, peran orangtua disini cukup penting guna mendukung perkembangan pembelajaran anaknya di rumah. Contohnya, dengan selalu mendukung, memotivasi, hingga rajin mengingatkan sang anak untuk melakukan latihan menjadi salah satu penunjang adanya peningkatan dalam pembelajaran gitar.
Peran mentor selaku pengajar pun tak kalah pentingnya. Dalam menunjang peningkatan kemampuan siswa kelas gitar Sanggar Regenerasi, mentor melakukan kewajibannya dalam mengajarkan materi-materi baik mengenai organologi gitar hingga teknik-teknik dalam permainan gitar. Sebuah respon yang baik apabila peserta dapat menangkap dan mempraktikan pengetahuan tersebut. Tak berhenti sampai disitu, para mentor di sanggar tersebut kerap kali memberikan motivasi kepada seluruh peserta didik agar terus belajar dan berkarya.
Dukungan yang cukup besar juga diberikan hampir dari seluruh pengelola sanggar tersebut melalui upaya pengadaan sarana prasarana, salah satunya fasilitas berupa instrumen musik maupun seperangkat alat rekaman.
Gambar 3. Proses perekaman karya (Sumber:
Dokumentasi pengurus Sanggar Regenerasi) 4.5 PRODUK KREATIVITAS
Karya musik yang dihasilkan melalui proses kreatif selama di dalam kelas merupakan karya- karya yang sederhana namun sarat akan makna.
Dapat berupa instrumental maupun dengan tambahan lirik atau dalam kata lain sebagai sebuah lagu. Lirik yang digunakkan pun mengangkat tema tentang lingkungan sekitar, kehidupan sehari hari, motivasi diri, hingga proses bagaimana mudahnya mencipta nada-nada lewat gitar. Sifat artistik juga
melekat pada karya-karya yang dihasilkan oleh siswa melalui pembelajaran gitar yang dilakukan.
Berikut contoh lirik yang digunakan : Judul “Semangat Baru”
Intro : | F C Am G C | Verse :
|C F | Menciptakan nada-nada
|C Am. G | yang indah, adalah hal yang
|C | mudah
|Am. G. C | Malam hilang pagi datang,
|Am. G. C | semangat baru kan datang...
Pre Chorus :
|C. F. C | Ketika sang fajar datang,
|Am. G | menyinari semangat yg
|C | baru...
|Am. G. C | burung-burung berkicauan
|C. F | Ayam-ayam berkokok sangat
-|G | kencang
|Am. G. F | Suara yg selalu ku ingat...
Chorus :
|F | Petikan dan sentuhan nada-
| C. Am | nada yang indah, kan jadi
| G. C |
senyuman dunia yang indah
|F | Semangat dan senyumu
| C | selalu ku ingat...
|Am. G | Petikan nada sentuhan
|C | [~melodi]
Verse 2 :
|C. F. C | Pelajari dan pahami
|Am. G. C | Mainkan dan tunjukan
Pre Chorus :
|Am. G. C | Burung-burung berkicauan
| F | Ayam-ayan berkokok sangat
| G | kencang
|Am. G. F. G | Suara yg selalu ku ingat...
[Back to Chorus]
Interlude :
Lalalalalala.... Lalalalalala... Lalala (3x) Chorus 2 (OVERTUNES)
|G | Petikan dan sentuhan nada-
|D. Bm | nada yang indah, kan jadi
| A. D | senyuman dunia yang indah
|G. | Semangat dan senyumu
| D | selalu ku ingat...
|Bm. A | Petikan nada sentuhan
|D | [~melodi 2x]
|Bm. A | Petikan Nada Sentuhan
|D |
Susunan lirik dan akor diatas merupakan salah satu karya sederhana dari kelas gitar Sanggar Regenerasi. Karya bersama antar siswa ini tercipta atas dorongan daripada mentor ketika tengah memberikan sebuah projek. Lagu tersebut terinspirasi dari pengalaman belajar memetik gitar di kelas gitar Sanggar Regenerasi. Kompleksitas dari lagu yang diciptakan juga dapat terlihat dari susunan lagu diatas. Berbagai komponen bagian- bagian dalam sebuah lagu dapat terpenuhi. Seperti intro, verse, chorus, pre-chorus, hingga istilah overtunes yakni ketika sebuah nada dasar berpindah ke nada dasar yang lebih tinggi.
Adapun karya-karya lainnya dapat dinikmati melalui media sosial Instagram Sanggar Regenerasi.
Gambar 4. Pertunjukan karya dari salah satu siswa (sumber: screenshoot Instagram
@sanggar_regenerasi)
4.6 DAMPAK PEMBELAJARAN GITAR
“Pencapaiannya aku banyak walaupun orang-orang ngga tau .. Bisa buat lagu lebih dari 10 (buah).., pernah menang lomba dan manggung sama diefena (salah satu grup musik), ..bisa ngerti musik lebih dalam dan mengenal ciptaan Tuhan yg selalu menemani kita tiap hari yaitu bunyi” (ungkap salah seorang siswa kelas gitar Sanggar Regenerasi, Maulaya Azza Ghifari M., melalui wawancara virtual, 11 Juli 2021).
Penambahan pengetahuan tentunya di dapatkan melalui pembelajaran gitar ini. Berupa perubahan perilaku dan keterampilan daripada siswa secara gamblang dapat terlihat setelah mengikuti pembelajaran gitar dalam kurun waktu tertentu. Dari yang semula tidak pandai memainkan alat musik tersebut, menjadi mampu untuk memainkannya. Dari yang semula tidak mengetahui bahwa istilah kunci dan chord itu berbeda, menjadi memahami lebih jauh makna dari masing-masing istilah tersebut. Hal-hal lainnya yang tidak bisa dijelaskan satu persatu, merupakan salah satu dampak dari pembelajaran gitar. Bahkan hal-hal yang berkaitan dengan moralitas dan motivasi diri kerap ikut mengalami gejolak perkembangan, walau tidak meningkat secara signifikan.
5. SIMPULAN
Proses pembelajaran yang dilakukan ini merupakan segala upaya bersama antara mentor sanggar dengan siswa homeschooling sanggar Regenerasi untuk saling berbagi dan mengolah informasi. Dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi pembelajaran yang berkelanjutan. Oleh karenanya, proses pembelajaran yang dilakukan semestinya sejalan dengan proses transmisi, yang mana merupakan proses pengalihan pengetahuan ataupun informasi dari mentor kepada siswa homeschooling.
Puncak dari pembelajaran gitar ini ialah adanya
perubahan perilaku yang lebih baik, yakni berupa kemampuan siswa dalam bermain gitar. Hal tersebut juga tak lepas dari peranan orang tua dan dukungan dari lingkungan sekitar dalam memotivasi pembelajaran siswa. Adapun melalui proses pembelajaran gitar ini siswa dituntut untuk aktif dan kritis, sehingga kreatifitas siswa dapat muncul berdasarkan praktik dan pengalamannya. Maka tersebut dapat berdampak terhadap siswa dan mampu dikembangkan menjadi produk-produk kreativitas, dalam hal ini ialah karya musik dari siswa homeschooling Sanggar Regenerasi tersebut.
6. DAFTAR ACUAN
Adi Saputra, Rangga. 2019. “Model Pembelajaran Ansambel Gitar Kelas X di SMK N 2 Kasihan Bantul.” Thesis (Skripsi) Jurusan Pendidikan Seni Pertunjukan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia, Yogyakarta.
Al Kautsar, Ahmad Faisal. 2016. Mahir Bermain Gitar : Panduan Lengkap Belajar Gitar Secara Otodidak. Yogyakarta:
Genesis Learning.
Amelia, Nanik. 2013. “Pengelolaan Pembelajaran Rampak Bedug Di Sanggar Bale Seni Ciwasiat Pandeglang.” Universitas Pendidikan Indonesia.
Arbi, Bahtiar. 2015. “Pengembangan Kreativitas Bermain Gitar Elektrik Melalui Blue Note di Yox Guitar Course Magelang.” Skripsi S-1 Program Studi Pendidikan Seni Musik Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Aung, Ya Min. 2019. “How Culture Is Transmitted to Younger Generation in Myanmar Edu- cation.” International Journal of Ad-
vanced Research in Science, Engineer- ing and Technology 6(10):11027–37.
Bafadal, Ibrahim. 2005. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Hadari Nawawi, (2003) Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang. Komptitif, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Iyus, Rusliana. 1990. “Pendidikan Seni Tari.”
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Matsumoto, David, Linda Juang. 2008. Culture &
Psychology Fourth Edition. California:
Thompson Wadsworth.
Munandar, Utami. 1999. Kreativitas dan Keterbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nawawi, Hadari. 2001. “Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif.”
Nurulwati. 2000. Model-Model Pembelajaran.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Raditya Prabowo, Bayu. 2014. “Proses Kreatif Kelompok Musik Popradio Studi Kasus Penciptaan dan Aransemen Lagu
“Manusia Tak Sempurna”.” Skripsi S-1 Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia, Surakarta.
Rustaman, N. and A. Rustaman. 2001.
Keterampilan Bertanya Dalam Pembelajaran IPA Dalam Hand Out Bahan Pelatihan Guru-Guru IPA SLTP Se Kota Bandung Di PPG IPA. Jakarta:
Depdiknas.
Supriadi, Dedi. 2016. Kreativitas, Kebudayaan
\& Perkembangan Iptek. Alfafebeta.
Sus Seno, Boy. 2014. “Kreativitas Gaya Musikal Dalam Permainan Gitar Studi Kasus Gitaris Boby Budi Santosa.” Skripsi S-1 Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia, Surakarta.
Wahyu Kurniawan, Didik. 2013. “Metode Pengajaran Musik West Brother Music Studio Solo.” Skripsi S-1 Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia, Surakarta.
Yogo Wicaksono, Herwin. 2009. “Kreativitas Dalam Pembelajaran Musik,”
Cakrawala Pendidikan Th. XXVIII No. 1 (Februari 2009):1-12.
Narasumber:
Aslam Ma’arij (18 tahun), designer grafis/ketua sanggar/siswa homeschooling, Bogor Haaura Andini (17 tahun), pengurus sanggar/siswa
homeschooling, Kota Depok
Maulaya Azza Ghifari M. (17 tahun), gitaris/siswa homeschooling, Kota Depok
Rihlah Ibnu (28 tahun), mentor sanggar/pemusik, Kota Depok