• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING - Multisite ITB - Institut Teknologi Bandung

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PROSIDING - Multisite ITB - Institut Teknologi Bandung"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

Oleh karena itu, industri maritim sangat membutuhkan TNI Angkatan Laut dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak kedaulatan, keamanan dan hukum di laut guna menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun kenyataannya, negara ini seolah tak berdaya memanfaatkan potensi tersebut karena industri maritim sudah ketinggalan zaman. Pada Seminar Nasional Ikatan Maritim Indonesia (IMI), kami membahas isu utama, yaitu bagaimana upaya kita mengembangkan industri maritim untuk mendukung sistem pertahanan nasional di laut.

Melalui tulisan ini saya bermaksud menjelaskan bahwa jika bangsa Indonesia ingin maju, maka tingkatkan pembangunan industri maritim. Untuk membangun industri maritim, kita perlu mengubah pola pikir bangsa dari pola agraris kontinental menjadi maritim. Sebelum membahas permasalahan di atas, mari kita ulas dulu secara singkat pasang surut kejayaan maritim bangsa Indonesia.

Kejayaan maritim bangsa Indonesia mengalami pasang surut sepanjang sejarahnya, dan tentunya kita bisa belajar memahami substansi yang secara periodik menentukan kejayaan dan kemunduran arah maritim bangsa Indonesia.

Portugis

Kedudukan Belanda di Maluku diperkuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602 dan sejak itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku. Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, kepala operasi VOC, perdagangan cengkeh di Maluku berada di bawah kendali penuh VOC selama hampir 350 tahun.

Belanda

Perubahan nilai sosial masyarakat Indonesia yang semula bercirikan maritim menjadi pertanian kontinental hingga saat ini ditandai dengan karakter masyarakatnya bahkan masyarakat Indonesia tidak lagi mengklaim laut sebagai pemersatu, tetapi dipandang sebagai pembatas antara pulau dan daratan.

Inggris

Selama tiga setengah abad bangsa Eropa menjajah Indonesia ternyata mampu melenyapkan pusat pusat kekuatan bangsa, yaitu faktor psikologis demografis yang berciri maritim. Memang, era pascakolonial yang dimulai saat Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 hingga kini belum mampu sepenuhnya mengembalikan demografi psikologis bangsa yang telah diselewengkan oleh penjajah, meski sudah ada pemikiran dan upaya ke arah itu. Namun persediaan di darat semakin menipis karena pada umumnya sifatnya tidak dapat diperbaharui, sehingga secara logis dan wajar akan terjadi perubahan orientasi bangsa Indonesia kembali ke sektor maritim.

Mengubah arah pembangunan Indonesia ke pendekatan maritim sangat penting dan perlu. Kawasan laut harus dikelola secara profesional dan proporsional, serta harus selalu diarahkan pada kepentingan fundamental rakyat Indonesia di laut. Oleh karena itu, diperlukan upaya rehabilitasi yang tidak mudah, terutama untuk mengembalikan psikologi demografis bangsa Indonesia agar kembali menjadi bangsa yang berciri bahari.

Deklarasi Djuanda tahun 1957

Meskipun merupakan gambaran dari aspek sejarah kemaritiman bangsa Indonesia, namun dapat dikatakan bahwa semangat dan semangat kemaritiman mengalami penurunan yang berujung pada penurunan kekuatan maritim secara signifikan. Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957 yang kemudian menjadi kepanjangan dari Unclos 82 memberikan negara Indonesia wilayah laut yang sangat luas yaitu 5,9 juta km², yaitu dua pertiga dari seluruh wilayah Indonesia. Di dalam kawasan laut terdapat sekitar 17.499 danau dan dikelilingi oleh garis pantai sepanjang 81.000 km, yang merupakan garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada.

Oleh karena itu, beberapa ahli berpendapat bahwa Deklarasi Djuanda sebenarnya merupakan salah satu dari tiga pilar utama untuk membangun persatuan dan kesatuan negara dan bangsa Indonesia, yaitu: pertama, kesatuan spiritual yang tertuang dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928; kedua, kesatuan negara dalam Republik Indonesia yang diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945; dan ketiga, kesatuan wilayah (darat, laut dan udara) yang dideklarasikan oleh Perdana Menteri Djuanda pada tanggal 13 Desember 1957.

Unclos’82

Hal ini terjadi karena industri maritim Indonesia tidak dikelola dengan baik, sehingga tidak ada negara yang tidak menyukai dan menghormati Indonesia sebagai negara maritim. Situasi ini semakin diperumit dengan fakta bahwa beberapa perusahaan pelayaran domestik masih harus melakukan bisnis melalui Singapura. Selain itu, persoalannya, lahan yang digunakan industri perkapalan, khususnya galangan kapal besar, berada di wilayah kerja pelabuhan, dan hak pengelolaan lahan (HPL) dikuasai PT Pelindo.

Kebijakan perbankan atau lembaga keuangan di Indonesia yang sebagian besar keuntungannya berasal dari investasi dana di sertifikat Bank Indonesia (SBI), kurang mendukung pembiayaan industri maritim. Masalah klasifikasi industri maritim di tangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan penguasaan Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan, sistem klasifikasi Indonesia memperburuk industri maritim Indonesia. Sebab, mereka menilai klasifikasi yang dikeluarkan PT BKI merupakan “pesan kosong” yang diragukan industri maritim global.

Jika industri maritim Indonesia ingin berkembang dan siap bersaing dengan industri sejenis, maka semua pemangku kepentingan, khususnya Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan, harus membuka mata dan tidak terpengaruh oleh para pelobi yang mewakili pihak-pihak yang mencari keuntungan, tanpa memikirkan nasib bangsa.

Sistem Pertahanan Negara di Laut

Ketahanan Laut Nusantara harus berpijak pada nilai-nilai Pancasila sebagai landasan Idiil, artinya penyelenggaraan Bela Laut Nusantara harus memperhatikan pandangan hidup bangsa Indonesia, mengenai perang dan damai, serta pertahanan negara. Pertahanan Maritim Nusantara berorientasi pada konsep Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya Pertahanan Maritim Nusantara harus mampu mensinergikan seluruh kemampuan dan mengintegrasikan kekuatan nasional. Pertahanan Maritim Nusantara harus berorientasi pada konsep negara-bangsa, artinya Pertahanan Maritim Nusantara harus mengutamakan asas satu wilayah.

Dalam konteks ini, bentuk pertahanan laut kepulauan yang paling ideal adalah pertahanan sirkular (perlindungan seluruh nusantara). Pertahanan maritim nusantara harus berpedoman pada empat prinsip ketahanan nasional, yaitu: prinsip kemakmuran dan keamanan, prinsip integrasi menyeluruh atau integrasi menyeluruh, prinsip wawasan ke dalam dan ke luar, dan prinsip kekeluargaan. Wawasan internal mengandung arti bahwa pertahanan maritim nusantara ditujukan untuk mencegah dan meniadakan berbagai bentuk ancaman di dalam negeri.

Sedangkan melihat ke luar berarti bahwa pertahanan maritim nusantara ditujukan untuk mengantisipasi dan menghadapi berbagai bentuk ancaman dari luar.

Industri Maritim Menunjang Sistem Pertahanan Negara di Laut

Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui dampak pembuangan limbah terhadap parameter fisik air laut di Perairan Senunu. Upwelling di perairan Selat Sunda dan selatan Jawa dianggap penting dan berperan dalam fenomena Indian Ocean Dipole (IOD). Pertambahan Jawa ke selatan ini mengendalikan variasi suhu permukaan laut (SST) Samudera Hindia tropis tenggara (TIO) pada skala musiman dan antar tahunan, yang selanjutnya mempengaruhi iklim setempat (Pengaturan Pelaksanaan untuk Program Penelitian, 2011).

Rahmawati (2004) melakukan penelitian pada bulan Desember 2001 tentang karakteristik massa air dan arus geostropik di perairan selatan Jawa Barat. Suhu permukaan di selatan Jawa Barat pada musim barat berkisar antara 28°C hingga 30°C (lihat pembesaran profil vertikal pada Gambar 3a.1 di sebelah kanan). Seperti di selatan Jawa Barat, lapisan homogen tidak terlihat di bagian timur Samudra Hindia.

Kajian karakteristik massa air dan arus geostropik di perairan selatan Jawa Barat pada bulan Desember 2001. Di Laut Banda pH air laut lebih tinggi pada musim barat dibandingkan pada musim timur. Pemantauan kadar logam berat pada air laut dan sedimen di perairan Pulau Bacan, Maluku Utara.

Variabilitas area peningkatan intensitas yang kuat dalam perubahan kejadian ENSO dan IOD di perairan selatan Jawa hingga perairan Timor. Permulaan upwelling di perairan selatan Jawa hingga Timor biasanya terjadi pada bulan Juni dan berakhir pada bulan Oktober. Hal ini mengindikasikan bahwa zona pertumbuhan selatan Jawa hingga Timor lebih dipengaruhi oleh nilai IOD dibandingkan ENSO.

Permulaan upwelling intensif yang kuat di perairan selatan Jawa hingga Sumbawa biasanya terjadi pada bulan Juni dan berakhir pada bulan Oktober. Perubahan pola ENSO dan IOD mempengaruhi variabilitas luasan upwelling yang terjadi di perairan selatan Jawa hingga Timor, namun IOD positif ternyata lebih besar pengaruhnya terhadap variabilitas luasan upwelling yang terjadi. Identifikasi upwelling berdasarkan sebaran vertikal suhu, sigma-t dan arus di selatan Jawa hingga Nusa Tenggara barat.

Salah satu perairan di Indonesia yang teridentifikasi sebagai tempat upwelling adalah perairan selatan Jawa hingga Nusa Tenggara Barat (NTB). Menurut Purba (2007), lokasi upwelling yang paling intensif pada musim Tenggara adalah di selatan Jawa Timur. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa wilayah selatan Jawa Timur merupakan wilayah yang memiliki intensitas upwelling yang tinggi.

Gambar 1. Perbandingan jarak dan massa dari matahari dan bulan  (Sumber: NOAA, 2005)
Gambar 1. Perbandingan jarak dan massa dari matahari dan bulan (Sumber: NOAA, 2005)

PERSEMBAHAN OSEANOGRAFI ITB UNTUK INDONESIA

POSEIDON ITB 2012

  • Kegiatan penyuluhan mitigasi bencana Tsunami di SDN 1,2, dan 3 Batukaras
  • Kegiatan pawai POSEIDON ITB 2012
  • Kegiatan pameran POSEIDON ITB 2012
  • Kegiatan seminar POSEIDON ITB 2012
  • Kegiatan penutupan rangkaian acara POSEIDON ITB 2012

Selain itu, Indonesia juga merupakan daerah pertemuan antara 3 lempeng aktif utama, yaitu lempeng Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Lokasi yang sangat strategis ini memastikan bahwa wilayah perairan Indonesia mengandung sumber daya alam hayati, nonhayati, serta potensi bencana laut yang sangat tinggi. Melalui rangkaian acara POSEIDON ITB 2012, Himpunan Mahasiswa Oseanografi ITB memperkenalkan peran ilmu kelautan dalam menjawab tantangan besar lautan Indonesia.

Mengusung tema 'Ilmu Kelautan untuk Masa Depan Indonesia', POSEIDON ITB 2012 menghadirkan 3 rangkaian acara utama yaitu pengabdian masyarakat, seminar dan pameran. KKN POSEIDON ITB 2012 dilaksanakan di SDN 1, 2, dan 3 Batukaras, Jawa Barat pada tanggal 20 Juni 2012. Sosialisasi ini menjelaskan asal mula terbentuknya tsunami, tanda-tanda tsunami, serta langkah-langkah pencegahan yang harus dilakukan ketika bencana tsunami akan terjadi.

Setelah sukses dengan acara pengabdian kepada masyarakat, POSEIDON ITB 2012 akan menyelenggarakan seminar dan pameran nasional pada tanggal 1 November 2012 di Aula Barat dan Aula Timur Institut Teknologi Bandung. Seminar nasional dengan tema besar “Pengembangan Ilmu dan Teknologi Kelautan Menuju Negara Maritim Sebagai Investasi Masa Depan Indonesia”. Selain itu, akan diadakan sesi diskusi panel oleh Prof. Dr.Safwan Hadi, M.Si.(Guru Besar Oseanografi ITB), Dr.Sudirman Saad, M.Hum (Dirjen KP3K-KKP), Prof.Dr.Indra Jaya, M.Sc (Dekan FPIK-IPB), dan Laksamana TNI Hetung Dinas Penerangan Suro Napati.

Diskusi panel ini akan membahas lebih lanjut peran ilmu kelautan dalam menjawab tantangan Indonesia ke depan. Diharapkan melalui sesi ini hasil penelitian kelautan dapat disampaikan langsung kepada publik. Pameran ini akan menghadirkan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang kelautan seperti T-Files yang bergerak di industri pembuatan turbin arus laut untuk pembangkit listrik, beberapa himpunan mahasiswa yang menampilkan hasil kreasinya seperti Keluarga Mahasiswa Teknik Kelautan (KMKL ITB) dengan prototype pembangkit listrik tenaga ombak laut, Keramba Jaring Apung, Unit Selam Bahari ITB, dll.

Melalui pameran ini, diharapkan masyarakat mendapatkan lebih banyak informasi tentang kawasan laut dan elemen-elemen yang berperan aktif dalam penelitian dan pengembangan. Catatan: Pemotongan pita pembukaan pameran Turbin Arus Laut oleh alumni Program Studi Oseanografi ITB.

Gambar

Gambar 5. Verifikasi prediksi pasut di Bekapai dengan data asli (1-29 Januari 2010)
Gambar 2. Penetapan batas wilayah penempatan tailing  (Sumber: Environmental Affairs Departement PTNNT)
Gambar 3. a. Sensor pada Idronaut ocean seven 320Plus WOCE- CTD, b. Go Flo  (Sumber : Manual Idronaut ocean seven 320Plus WOCE- CTD)
Gambar 4. a. Diagram alir pemantauan profil kolom air laut,    b. Diagram alir pemantauan kualitas air laut
+7

Referensi

Dokumen terkait

Testing criteria: Ho is accepted if t-count is higher than t-table, which means that Numbered Head Together did not have any effect on the Learning outcomes of 7 th grade students