Penguatan sistem perencanaan dan tata kelola untuk meningkatkan penerapan hasil penelitian bagi industri dan masyarakat. Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menerbitkan Prosiding Seminar Nasional dengan tema “Penguatan Sistem Perencanaan dan Tata Kelola untuk Meningkatkan Penerapan Hasil Penelitian Bagi Industri dan Masyarakat”. Prosedur ini merupakan kumpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa, guru dan peneliti dan dipresentasikan pada Seminar Nasional Hasil Penelitian Pascasarjana pada tanggal 21 November 2017.
Makalah yang dimaksud merupakan makalah Keynote Speaker yang terdiri dari Litbangda Bappeda Provinsi Jawa Tengah, Balai Penelitian Lingkungan Hidup Pertanian (Balingtan), Kementerian Pertanian, Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI), Kementerian Perindustrian, dan Doktor Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro). Makalah peserta seminar yang termasuk dalam makalah dikelompokkan menjadi 5 (lima) topik seminar, yaitu: 1. Prosedur Hasil – Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas dan dapat diterapkan di bidang industri.
Akhir kata, tim perumus mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan berharap sumbangsih karya ilmiah, pemikiran dan temuan penelitian yang telah disampaikan dapat membawa kemajuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 190-194 STRUKTUR KOMUNITAS MIKROARTHROPODA TANAH PADA TANAH PERTANIAN INORGANIK DAN ORGANIK DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG.
KEDOKTERAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT (Kedokteran, Keperawatan, Gizi Dan Kesehatan Masyarakat)
SOSIAL HUMANIORA (Ekonomi, Fisipol, Hukum, Bahasa, Sejarah) PENGARUH ORIENTASI ETIKA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL DENGAN
PEMAKALAH UTAMA
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TERAPAN UNTUK PENGUATAN INDUSTRI KECIL DAN MIKRO (IKM)
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN
PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN INDUSTRI HIJAU
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DOMESTIK YANG BERKELANJUTAN DI KOTA SEMARANG
TOPIK : AGRO – INDUSTRI (Agribisnis, Pertanian, Peternakan,
Kandungan hara pupuk organik Pupuk merupakan salah satu unsur
Pupuk organik yang digunakan pada penelitian adalah pupuk organik berbahan dasar jerami dan pupuk kandang yang diperoleh dari kotoran sapi. Sedangkan kadar air minimal terdapat pada pupuk kandang, karena pupuk kandang sudah cukup kering yang disimpan oleh petani setempat. Pupuk kandang mempunyai kadar pH paling tinggi diatas baku mutu pupuk padat, dan pupuk organik dari jerami lapuk mempunyai kadar paling rendah yaitu masih dalam batas baku mutu pupuk organik padat.
Tingginya nilai tersebut dimungkinkan karena jerami yang lapuk berasal dari sebagian lahan sawah, sehingga kandungan P terakumulasi. Sedangkan pupuk kandang segar dengan nilai terendah (0,09%) diperoleh dari lahan sawah yang hanya menggunakan sedikit pupuk anorganik. Kedua nilai tersebut masih dibawah baku mutu pupuk organik padat menurut Kementerian Pertanian No: 70/Permentan/SR.
Pertumbuhan tanaman padi
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan membandingkan estimasi PPH rumah tangga petani yang melakukan diversifikasi dan non-diversifikasi kegiatan pertanian, serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi estimasi PPH rumah tangga petani. Nilai PPH kedua rumah tangga tersebut tidak berbeda secara signifikan, namun skor PPH rumah tangga petani yang melakukan diversifikasi usahatani lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak melakukan diversifikasi usaha. Analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa pendapatan, pendidikan ibu, pengetahuan pola makan ibu dan tingkat diversifikasi usahatani mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap skor PPH.
Kesimpulannya menunjukkan bahwa peran diversifikasi pertanian mampu meningkatkan hasil PPH dan perlu memperhatikan beberapa variabel yang dapat mempengaruhi hasil PPH. Peningkatan hasil PPH dapat dilakukan dengan sistem diversifikasi pertanian sebagai penyumbang penyediaan pangan dan peningkatan pendapatan petani. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil PPH diuji dengan menggunakan Uji Simultan (Uji F) dan Uji Parsial (Uji T) melalui persamaan regresi linier berganda.
Perbedaan skor PPH rumah tangga pada diversifikasi pertanian dan non pertanian dapat diuji dengan uji Independent Sample t-test. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa skor pola pangan harapan (PPH) rumah tangga petani dengan diversifikasi usaha tani dan non diversifikasi usahatani belum mencapai skor PPH ideal. Sebab, perolehan skor PPH dipengaruhi oleh pencapaian kontribusi masing-masing kelompok pangan rumah tangga.
Hasil uji t independen menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan skor PPH rumah tangga petani yang melakukan diversifikasi pertanian dan diversifikasi nonpertanian berdasarkan t-skor sebesar -3,773. Tidak terdapat perbedaan karena selisih skor PPH kedua rumah tangga relatif kecil, meskipun skor PPH rumah tangga pertanian yang terdiversifikasi pertanian lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga yang melakukan diversifikasi PPH non-pertanian. Koefisien regresi pendapatan sebesar 1,519 artinya jika pendapatan bertambah satu satuan maka skor PPH akan meningkat sebesar 1,519.
Koefisien regresi pengetahuan gizi sebesar 2,728, hal ini dapat diartikan bahwa setiap peningkatan satu satuan pengetahuan gizi maka skor PPH akan meningkat sebesar 2,728. Pengetahuan gizi ibu berkaitan dengan skor PPH yang dilihat dari salah satu pilar gizi seimbang dengan mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan berkualitas. Nilai rata-rata PPH dengan tingkat diversifikasi pertanian rendah atau tidak ada diversifikasi pertanian adalah 37,83; rata-rata skor PPH yang memiliki tingkat diversifikasi sedang sebesar 47,38; dan rata-rata yang mempunyai tingkat diversifikasi tinggi sebesar 47,97.
Kepulauan Tanimbar yang berada di Kabupaten Maluku Tenggara Bagian Barat (MTB) termasuk dalam kawasan ekoregion Laut Banda dan berada di jalur perairan yang menghubungkan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia sehingga menjadi jalur migrasi penting bagi beberapa megafauna laut seperti paus, penyu. , lumba-lumba dan lain-lain [1]. Jumlah Rumah Tangga Nelayan (RTP) mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir, terutama pada nelayan tidak bermotor (Gambar 1), sedangkan jumlah armada penangkapan ikan tidak mengalami fluktuasi baik terhadap jumlah perahu tidak bermotor, tempel maupun bermotor. perahu (Gambar 2). .
Produksi Ikan (Ton)
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan petani (Arifin dkk, 2012)[7]. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung daun binahong (Anredera cordifolia) pada pakan burung puyuh (Coturnix-Coturnix Japonica) terhadap kadar hematologi darah (leukosit, limfosit dan heterofil). Bahan pakan yang digunakan adalah jagung kuning, dedak padi, bungkil kedelai, PMM, MCP, CaCO3 dan tepung daun binahong.
Penambahan tepung daun binahong pada ransum puyuh diharapkan dapat menjaga kesehatan ternak yang terlihat dari munculnya hematologi darah. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung daun binahong sebanyak 6% tidak menurunkan leukosit pada burung puyuh. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung daun binahong pada ransum tidak mempengaruhi persentase heterofil darah, sehingga kesehatan burung puyuh tidak terganggu.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan tepung daun binahong pada hematologi darah tidak memberikan hasil yang berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol. Pada bulan April hingga Juni 2017, uji coba lapangan dilakukan pada perkebunan bawang merah di Desa Bangsri, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, untuk mengetahui potensi mikroba konsorsium dalam pendegradasi residu klorpirifos. Yang bersangkutan melakukan penyemprotan tanaman bawang merah setiap 2-3 hari sekali (sekitar 20-25 kali pemakaian) selama masa tanam bawang merah.
Bawang merah merupakan tanaman berumur pendek, mudah terserang serangan OPT, resiko gagal panen tinggi dan padat modal. Untuk mengurangi risiko ulat bulu menyerang tanaman bawang merah, petani menyemprotnya dengan insektisida klorpirifos. Penelitian dilakukan di sentra produksi bawang merah di wilayah Desa Bangsri, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes pada bulan April hingga Juni 2017.
Perlakuan mikroba konsorsium sebanyak 4 L/ha efektif menurunkan residu klorpirifos pada sampel tanah lahan bawang merah di Brebes. Mikroba konsorsium mampu mereduksi residu klorpirifos pada sampel bawang merah sebesar 86,30% dibandingkan dengan metode petani (perbandingan 1) dan sebesar 30,93%. Melawan penyakit bercak ungu yang disebabkan oleh Alternaria Porri Howard (Dothideomycetes: Pleosporaceae) pada tanaman bawang merah.
TOPIK : SAINS
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah spesies OPT pada lahan sawah organik pada masa tanam padi lebih sedikit dibandingkan pada masa tanam tanaman. Jumlah jenis OPT pada lahan sawah organik pada masa tanam padi antara 1 sampai 4 jenis, sedangkan pada masa tanam palawi antara 5 sampai 11 jenis. Jumlah spesies OPT pada lahan sawah anorganik pada masa tanam padi (2-5 spesies) relatif sama dengan jumlah spesies pada masa tanam palawi (2-6 spesies).
Pada masa tanam padi, jumlah individu OPT pada sawah organik berkisar antara 5-10 individu, sedangkan pada masa tanam gabah berkisar antara 5-21 individu. Sebaliknya, jumlah individu hama pada sawah anorganik jauh lebih tinggi pada musim tanam padi dibandingkan pada musim tanam tanaman. Jumlah musuh alami individu pada lahan sawah organik dan anorganik nampaknya lebih tinggi pada musim tanam padi dibandingkan pada musim tanam tanaman.
Pada lahan sawah organik pada masa tanam padi jumlah individu musuh alami bervariasi antara 31-55 individu sedangkan pada masa tanam gandum bervariasi hanya 0-1 individu. Indeks keanekaragaman musuh alami pada lahan sawah organik pada masa tanam padi berkisar antara 1,49 hingga 1,68, lebih tinggi dibandingkan dengan indeks keanekaragaman musuh alami pada masa tanam yaitu sebesar 0. Indeks kemerataan (Tabel 2) musuh alami pada sawah organik pada masa tanam padi berkisar antara 1,49 hingga 1,68. sawah organik pada masa tanam padi berkisar merata) sedangkan pada musim tanam tanaman indeks musuh alaminya sebesar 0.
Secara umum karakteristik ekologi musuh alami pada musim tanam padi lebih tinggi dibandingkan pada musim tanam. Karakter jumlah jenis dan jumlah individu musuh alami pada musim tanam padi lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman palawija baik di sawah organik maupun anorganik. Karakteristik ekologi OPT pada lahan sawah organik pada masa tanam padi relatif lebih kecil dibandingkan pada masa tanam.
Indeks keanekaragaman dan kemerataan hama pada masa tanam padi relatif sama dengan indeks tanaman palawija baik di sawah organik maupun anorganik. Karakteristik ekologi musuh alami pada musim tanam padi lebih tinggi dibandingkan pada musim tanam. Karakteristik jumlah jenis, jumlah individu, indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan musuh alami pada musim tanam padi lebih tinggi dibandingkan musim tanam palawija baik pada lahan sawah organik maupun anorganik.