• Tidak ada hasil yang ditemukan

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN MENERAPKAN APLIKASI TRANSKULTURAL NURSING SEPANJANG DAUR KEHIDUPAN MANUSIA

N/A
N/A
Elly Arnovi

Academic year: 2024

Membagikan "PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN MENERAPKAN APLIKASI TRANSKULTURAL NURSING SEPANJANG DAUR KEHIDUPAN MANUSIA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MAKALAH

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN MENERAPKAN APLIKASI TRANSKULTURAL NURSING

SEPANJANG DAUR KEHIDUPAN MANUSIA

DISUSUN OLEH:

Kelompok 10 / Kelas 3A

1. Samhana Fitria (1130022035) 2. Fitria Novianti (1130022048) 3. Sri Wulandari (1130022067) 4. Elly Arnovi Ibrahim M. (1130022075) 5. Rezza Nur Amalia Baitin (1130022146)

DOSEN FASILITATOR:

Ratna Yunita Sari, S.Kep.Ns., M.Tr.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2023

(2)

ii KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan yang berjudul “Menerapkan Aplikasi Transkultural Nursing Sepanjang Daur Kehidupan Manusia dalam Pemberian Asuhan Keperawatan yang Peka Budaya Kepada Pasien” dapat selesai seperti waktu yang telah direncanakan.

Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran berbagai pihak yang memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung atau tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dosen fasilitator mata kuliah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan, Ibu

Ratna Yunita Sari, S.Kep.Ns., M.Tr.Kep.

2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kami sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah ini dapat kami selesaikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik yang tulus dan ikhlas kepada semua pihak yang kami sebutkan di atas. Tak ada gading yang tak patah, untuk itu kami pun menyadari bahwa makalah yang telah kami susun masih memiliki banyak kelemahan baik dari segi teknis maupun non teknis.

Untuk itu penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada seluruh pihak, agar dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Apabila dalam makalah ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan di hati pembaca, mohon dimaafkan.

Penyusun sangat berharap agar makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa.

Surabaya, 21 Desember 2023

Penyusun Kelompok 10 / Kelas 3A

(3)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

BAB IPENDAHULUAN ... 5

1.1 Latar Belakang... 5

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan ... 6

1.4 Manfaat ... 6

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Pengertian Keperawatan Transkultural ... 7

2.2 Konsep Keperawatan Transkultural ... 7

2.3 Proses Keperawatan Transkultural ... 8

2.3.1 Pengkajian ... 8

2.3.2 Diagnosa ... 10

2.3.3 Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan Transkultural ... 10

2.3.4 Evaluasi ... 11

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN ... 12

3.1 Pengkajian ... 13

3.2 Diagnosa Keperawatan ... 15

3.3 Intervensi Keperawatan ... 15

3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ... 16

BAB IVPENUTUP ... 20

4.1 Kesimpulan ... 20

4.2 Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(4)

iv DAFTAR TABEL

Tabel 1 Intervensi Keperawatan... 15

Tabel 2 Implementasi dan Evaluasi Hari ke-1 ... 16

Tabel 3 Implementasi dan Evaluasi Hari ke-2 ... 18

Tabel 4 Implementasi dan Evaluasi Hari ke-3 ... 19

(5)

5 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transkultural Nursing adalah suatu konsep yang mengacu pada aspek

perawatan kesehatan yang mencerminkan keberagaman budaya dan etnis dari pasien dan keluarganya. Konsep ini mencakup pemahaman dan penghargaan terhadap perbedaan dalam nilai, keyakinan, adat istiadat, dan praktik kesehatan yang berbeda di antara kelompok budaya yang berbeda. Dalam praktik keperawatan, transkultural nursing membutuhkan kepekaan dan kesadaran terhadap budaya pasien, serta kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan dan pemahaman tentang budaya tersebut ke dalam perawatan kesehatan yang efektif. Hal ini melibatkan pengumpulan informasi tentang kepercayaan, nilai, dan praktik kesehatan yang khas dari kelompok budaya tertentu, serta kemampuan untuk merancang rencana perawatan yang mempertimbangkan faktor budaya.

Dalam konteks globalisasi, transkultural nursing menjadi semakin penting karena semakin banyak pasien dari latar belakang budaya yang berbeda mencari perawatan kesehatan di luar negeri atau dari tenaga kesehatan yang berasal dari budaya yang berbeda. Pendekatan keperawatan transkultural mempertimbangkan faktor budaya, agama, bahasa, dan norma yang berbeda yang dapat mempengaruhi pengalaman kesehatan dan perawatan pasien. Konsep ini mengakui bahwa pasien dari latar belakang budaya yang berbeda mungkin memiliki kebutuhan yang berbeda dalam pengobatan dan perawatan kesehatan, dan perawat perlu memahami perbedaan-perbedaan ini untuk memberikan perawatan yang efektif. Pendekatan keperawatan transkultural juga menekankan pentingnya kesadaran diri dan refleksi pada perawat, untuk memahami dan mengakui bagaimana pengalaman pribadi dan budaya mereka sendiri dapat mempengaruhi interaksi dengan pasien dari budaya yang berbeda. Tujuan dari pendekatan keperawatan transkultural adalah untuk mempromosikan perawatan yang lebih responsif dan inklusif, yang mengakui dan menghargai perbedaan budaya pasien, sehingga meningkatkan kualitas perawatan kesehatan dan sebagai petugas kesehatan harus mampu memahami budaya masyarakat yang dilayaninya (Hanafi et al., 2023).

(6)

6 1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari keperawatan transkultural?

2. Apa saja konsep keperawatan transkultural?

3. Bagaimana proses asuhan keperawatan transkultural?

4. Bagaimana penerapan aplikasi transkultural nursing sepanjang daur kehidupan manusia dalam pemberian asuhan keperawatan yang peka budaya kepada pasien?

1.3 Tujuan

A. Tujuan Umum

Untuk memahami penerapan aplikasi transkultural nursing sepanjang daur kehidupan manusia dalam pemberian asuhan keperawatan yang peka budaya kepada pasien. Dan untuk melaksanakan tugas mata kuliah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan.

B. Tujuan Khusus

1. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai pengertian keperawatan transkultural.

2. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai konsep keperawatan transkultural.

3. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai proses asuhan keperawatan transkultural.

4. Dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai penerapan aplikasi transkultural nursing sepanjang daur kehidupan manusia dalam pemberian asuhan keperawatan yang peka budaya kepada pasien.

1.4 Manfaat

1. Bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki khususnya mengenai penerapan aplikasi transkultural nursing sepanjang daur kehidupan manusia dalam pemberian asuhan keperawatan yang peka budaya kepada pasien.

2. Dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan bagi pembaca.

(7)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keperawatan Transkultural

Transkultural Nursing atau Keperawatan Transkultural adalah suatu area

atau wilayah keilmuan budaya pada proses belajar dan praktik keperawatan berbasis pada kebudayaan atau kultur dengan memandang perbedaan dan kesamaan di antara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan. Fungsinya untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia. Tujuan dari keperawatan transkultural adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan pemahaman keperawatan transkultural untuk meningkatkan kebudayaan yang spesifik dalam pemberian asuhan keperawatan (Dewi Murdiyanti Prihatin Putri, 2019).

2.2 Konsep Keperawatan Transkultural

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya adalah pikiran, akal budi, adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sulit diubah.

Transkultural mengandung arti lintas budaya dimana budaya yang satu dapat mempengaruhi budaya yang lain. Budaya merupakan salah satu perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Pola kehidupan yang berlangsung lama, diulang terus menerus merupakan internalisasi dari nilai- nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter pola pikir, pola interaksi perilaku yang memiliki pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan.

Keperawatan transkultural merupakan area baru yang akhir-akhir ini sedang ditekankan pentingnya budaya terhadap pelayanan keperawatan. Aplikasi teori dalam keperawatan transkultural mengharapkan adanya kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan budaya. Perbedaan budaya memberikan pengaruh dalam pemberian asuhan keperawatan yang menuntut pada kemungkinan variasi pendekatan dengan menghargai nilai budaya individu. Oleh karena itu diharapkan perawat memiliki pengetahuan dan praktik yang berdasarkan budaya secara konsep maupun dalam praktik keperawatan (Dewi Murdiyanti Prihatin Putri, 2019).

(8)

8 2.3 Proses Keperawatan Transkultural

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data guna mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu (Putri, 2018):

1. Faktor teknologi (tecnological factors)

Faktor teknologi yang dimaksud dalam konteks ini merujuk pada kemajuan teknologi kesehatan yang memberikan kemampuan kepada individu untuk memilih atau mendapatkan solusi terhadap berbagai masalah yang muncul dalam kesehatannya. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugasnya, seorang perawat perlu melakukan pengkajian terhadap berbagai aspek, seperti persepsi sehat sakit klien, kebiasaan dalam mencari pengobatan atau mengatasi masalah kesehatan, alasan di balik pemilihan pengobatan alternatif oleh klien, serta pandangan klien terhadap penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam menangani tantangan kesehatan yang sedang dihadapi saat ini.

2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

Agama dan keyakinan klien menjadi titik tolak yang mengakibatkan pandangan menjadi amat realistis bagi para pemeluknya. Agama menjadi tuntunan dalam membuat penilaian kebaikan, keburukan, serta benar dan salah dalam kehidupan klien di atas segalanya. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan, dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)

Mencakup hubungan sosial yang terbangun di lingkungan klien berada serta kebiasaan yang dilakukan. Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor seperti nama lengkap, nama panggilan, umur, tempat tinggal, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan disepakati dalam suatu masyarakat tertentu, menjadi sebuah kebiasaan, kepercayaan, simbol, dengan

(9)

9 ciri tertentu yang dapat dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Nilai budaya digunakan untuk dasar perilaku dan tanggapan tentang apa yang sedang terjadi. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang memiliki sifat mengikat pada golongan tertentu dalam masyarakat. Perawat perlu mengkaji posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.

5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors) Kebijakan dan peraturan yang berlaku merupakan segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya berhubungan dengan kehadiran negara melalui peraturan perundangan yang menjadi dasar pelaksanaan pelayanan. Perawat pada tahap ini perlu mengkaji peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan kebijakan KB, JAMKESMAS, ASKESKIN.

6. Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit menggunakan berbagai sumber daya material yang mereka miliki untuk mendukung pengobatan dan mempercepat proses penyembuhan. Perawat perlu mengkaji sejumlah faktor ekonomi yang melibatkan pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota. Dalam merencanakan perawatan, perawat harus memahami situasi ekonomi klien untuk memastikan bahwa aspek keuangan tidak menjadi hambatan dalam pemulihan klien (Nurseha et al., 2023).

7. Faktor pendidikan (educational factors)

Latar belakang pendidikan klien dan keluarga berpengaruh pada pemahaman klien terhadap kondisi kesehatannya. Tingkat pendidikan yang tinggi biasanya didukung oleh bukti ilmiah sehingga memperkuat keyakinan klien.

Kemampuan beradaptasi klien terhadap budaya kesehatan dapat dipengaruhi oleh riwayat pendidikan mereka. Penting untuk mengkaji tingkat pendidikan, jenis pendidikan, dan kemampuan belajar mandiri anggota keluarga dalam memahami dan mencegah pengulangan pengalaman sakit.

(10)

10 2.3.2 Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan.

Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu: gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini (Nurseha et al., 2023).

2.3.3 Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan Transkultural

Dikutip dari Putri (2018), perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transkultural merupakan kesatuan poses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan.

Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat untuk menangani pasien. Pelaksanaan adalah ativitas/tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya pasien saat memberikan perlakuan terhadap pasien.

Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural, yaitu mempertahankan budaya yang dimiliki pasien bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya pasien bila budaya pasien kurang menguntungkan kesehatan dan mengubah budaya pasien bila budaya yang dimilikinya bertentangan dengan kesehatan.

a. Cultural care preservation/maintence/mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.

1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan perawatan bayi.

2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan klien.

3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat.

b. Cultural careaccomodation/negotiation/negoisasi budaya

Pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan.

1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien 2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

(11)

11 3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negoisasi dimana kesepakatan

berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.

c. Cultural care repartening/reconstruction/restrukturisasi budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.

1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya.

2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok.

3) Gunakan pihak ketiga bila perlu.

4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua.

5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.

Keberhasilan perencanaan dan pelaksanaan keperawatan transkultural terjadi jika perawat dan pasien mencoba memahami budaya masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan meperkaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya pasien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan pasien akan terganggu.

2.3.4 Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan keluarga tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya pasien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki pasien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya keluarga.

Upaya untuk memahami tindakan pembahasan ini, mahasiswa dapat mempelajari beberapa contoh kasus pada uraian berikutnya. Disarankan mahasiswa juga dapat melakukan praktik Keperawatan transkultural di beberapa komunitas sosial yang ada disekitar kampus atau tempat tinggal untuk memperkaya pengetahuan dan pengalaman praktik (Handayani et al., 2020).

(12)

12 BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Tn. Budi, seorang petani berusia 48 tahun di desa kecil di Jawa, menjalani kehidupan sehari-hari yang erat kaitannya dengan aktivitas pertanian dan kearifan lokal. Dengan latar belakang pendidikan formal hingga tingkat sekolah menengah pertama, Tn. Budi menghabiskan waktu di sawah, menanam padi sebagai mata pencahariannya. Keluarganya, yang terdiri dari Tn. Budi, Ny. Ningsih, dan dua anak laki-lakinya yang masih bersekolah di tingkat SD, hidup dalam lingkungan desa yang kental dengan nilai-nilai kearifan lokal Jawa.

Namun, belakangan ini, Tn. Budi sering mengalami gatal-gatal pada kulitnya di bagian tangan dan kaki, terutama setelah bekerja di sawah. Keluhan ini telah berlangsung selama beberapa minggu dan semakin mengganggu aktivitas sehari-hari. Hal ini membuatnya merasa tidak nyaman dan ingin segera menemukan solusi. Mengingat latar belakang budayanya yang kental dengan kearifan lokal, Tn.

Budi cenderung mencari solusi yang sesuai dengan keyakinan dan tradisi Jawa.

Sebagai upaya pertama, Tn. Budi mencoba mengatasi gatal-gatal tersebut dengan metode tradisional yang diajarkan oleh orang tuanya. Salah satu metode yang ia gunakan adalah dengan memakan daging bakar tokek. Meskipun ia sudah mencoba beberapa solusi tradisional, gatal-gatal tersebut masih terus muncul. Maka dari itu, Ny. Ningsih memutuskan untuk mencari bantuan dari tenaga kesehatan.

Saat berkonsultasi, Tn. Budi menyatakan bahwa selain memakan daging bakar tokek, dia juga sempat mengoles bagian tubuhnya yang gatal dengan odol dan mengonsumsi ramuan tradisional tertentu yang diyakini dapat membantu membersihkan darah dan meredakan gatal-gatal. Setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD: 130/90 mmHg, N: 80x/menit, S: 36ºC, RR: 20x/

menit. Pada pemeriksaan integumen ditemukan kulit terasa panas dan kering, kulit tampak kemerahan, terdapat ruam di area tangan dan kaki, dan terdapat bekas lecet dan koreng akibat garukan.

(13)

13 3.1 Pengkajian

3.1.1 Faktor Teknologi

Meskipun Tn. Budi memiliki latar belakang kearifan lokal dan cenderung mencari solusi sesuai dengan tradisi Jawa, ketidakmampuan metode tradisional untuk mengatasi gatal-gatal yang dialaminya mendorongnya mencari bantuan dari tenaga kesehatan dan memanfaatkan perkembangan teknologi di bidang kesehatan guna mencapai penyelesaian yang lebih optimal terhadap masalah kesehatan yang dihadapi.

3.1.2 Faktor Kepercayaan

Faktor kepercayaan dapat dikaji ketika Tn. Budi cenderung mengandalkan metode tradisional yang dipengaruhi oleh keyakinan dan tradisi Jawa. Hal ini mencerminkan kekentalan pengaruh agama dan filosofi lokal dalam pengambilan keputusan kesehatan Tn. Budi, di mana keyakinan tradisional masih dianggap relevan dalam mengatasi masalah kesehatan pribadinya.

3.1.3 Faktor Kekeluargaan dan Sosial

Nama : Tn. Budi

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Dewasa

Profesi : Petani

Pendidikan : SMP

Suku : Jawa

Tipe Keluarga : Kepala keluarga, memiliki seorang istri, dan 2 anak.

Pengambil keputusan : Ny. Ningsih, sebagai istri Tn. Budi

Tn. B

An. Y An. A

Keterangan:

: Tinggal serumah : Perempuan : Laki-laki Ny. N

(14)

14 Kebiasaan keluarga Tn. Budi adalah apabila salah satu keluarga terkena penyakit akan mengandalkan pengetahuan turun-temurun dari orang tua dan mencoba solusi tradisional sebagai upaya pertama.

3.1.4 Nilai-nilai Budaya, Kepercayaan, dan Gaya Hidup

Faktor ini dapat dikaji berdasarkan nilai budaya dan kepercayaan yang diyakini oleh keluarga Tn. Budi. Nilai budaya dan kepercayaan yang dianut oleh keluarga tersebut terlihat sangat kental dilihat dari kehidupan sehari- hari mereka yang aktif berpartisipasi dalam upacara adat setempat. Ketika menghadapi masalah kesehatan, keluarga tersebut cenderung mencari solusi yang sesuai dengan keyakinan.

3.1.5 Faktor Kebijakan dan Peraturan

Faktor ini dapat dikaji berdasarkan peraturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat sekitar. Dapat dilihat bahwa ada kecenderungan Tn.

Budi untuk mencari solusi terlebih dahulu dalam ranah tradisional, yang mencerminkan kuatnya pengaruh budaya dan kearifan lokal di daerahnya.

3.1.6 Faktor Ekonomi

Ekonomi keluarga tergolong cukup dikarenakan suami atau Tn. Budi sebagai kepala rumah tangga dan tulang punggung keluarga bekerja sebagai petani di sawah miliknya sendiri yang diwariskan oleh kedua orang tuanya dan Ny. Ningsih sebagai istri dari Tn. Budi memiliki penghasilan tambahan dari membuka toko sembako sederhana di rumahnya.

3.1.7 Faktor Pendidikan

Latar belakang pendidikan Tn. B dan Ny. N hanya lulusan sekolah menengah pertama hal ini sangat mempengaruhi perilaku mereka terkait kesehatan yang berhubungan dengan adat yang dimilikinya.

(15)

15 3.2 Diagnosa Keperawatan

Gangguan integritas kulit b.d. bahan kimia iritatif d.d. kulit terasa panas dan kering, kulit tampak kemerahan, terdapat ruam di area tangan dan kaki, dan terdapat bekas lecet dan koreng akibat garukan.

(SDKI, 2017)

3.3 Intervensi Keperawatan Tabel 1 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0129)

Gangguan integritas kulit b.d. bahan kimia iritatif d.d. kulit terasa panas dan kering, kulit tampak kemerahan, terdapat ruam di area tangan dan kaki, dan terdapat bekas lecet dan koreng akibat garukan.

Luaran Utama:

Integritas Kulit dan Jaringan (L.14125)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan integritas kulit dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil:

1) Hidrasi meningkat (5).

2) Kemerahan menurun (5).

3) Jaringan parut menurun (5).

4) Sensasi membaik (5).

5) Tekstur membaik (5).

Intervensi Pendukung:

Edukasi Perawatan Diri (I.12420)

Observasi

1) Identifikasi pengetahuan tentang perawatan diri.

2) Identifikasi kemampuan membaca, status kognitif, psikologis, tingkat kecemasan dan budaya.

3) Identifikasi masalah dan hambatan perawatan diri yang dialami.

4) Identifikasi metode pembelajaran yang sesuai (mis.

diskusi, tanya jawab, penggunaan alat bantu audio atau visual, lisan, tulisan).

Terapeutik

1) Rencanakan strategi edukasi, termasuk tujuan yang realistis.

(16)

16 2) Jadwalkan waktu dan intensitas pembelajaran

sesuai penyakit.

3) Sediakan lingkungan yang kondusif pembelajaran optimal (mis. di ruang kelas atau ruang terapi yang kosong).

4) Ciptakan edukasi interaktif untuk memicu partisipasi aktif selama edukasi.

Edukasi

1) Ajarkan perawatan diri, praktik perawatan diri, dan aktivitas kehidupan sehari-hari.

2) Anjurkan mendemonstrasikan praktik perawatan diri sesuai kemampuan.

3) Anjurkan mengulang kembali informasi edukasi tentang perawatan mandiri.

(SLKI, 2019) (SIKI, 2018) 3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 2 Implementasi dan Evaluasi Hari ke-1

No. Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi

1. Senin,

18 November 2023

13.00 - Mengidentifikasi pengetahuan tentang perawatan diri.

- Mengidentifikasi kemampuan membaca, status kognitif, psikologis, tingkat kecemasan dan budaya.

Senin, 18 November 2023 pukul 18.00

S (Subjective):

Klien mengatakan bahwa gatal-gatal pada kulitnya masih terasa, ia juga mengungkapkan bahwa terdapat beberapa kebingungan terkait

(17)

17 13.50

15.10

15.20

- Mengidentifikasi masalah dan hambatan perawatan diri yang dialami.

- Mengidentifikasi metode pembelajaran yang sesuai (mis. diskusi, tanya jawab, penggunaan alat bantu audio atau visual, lisan, tulisan).

- Merencanakan strategi edukasi, termasuk tujuan yang realistis.

- Menjadwalkan waktu dan intensitas pembelajaran sesuai penyakit.

- Menyediakan lingkungan yang kondusif pembelajaran optimal (mis. di ruang kelas atau ruang terapi yang kosong).

- Menciptakan edukasi interaktif untuk memicu partisipasi aktif selama edukasi.

- Mengajarkan perawatan diri, praktik perawatan diri, dan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti penyebab dan cara penanganan dermatitis.

- Menganjurkan mendesmostrasikan praktik perawatan diri sesuai kemampuan.

- Menganjurkan mengulang kembali informasi edukasi tentang perawatan mandiri.

prosedur perawatan yang diberikan dan masih merasa tidak nyaman.

O (Objective):

- Kulit klien masih terasa panas dan kering.

- Kemerahan pada kulit tampak masih ada.

- Ruam di area tangan dan kaki masih terlihat.

- Tidak ada perubahan signifikan pada jaringan parut atau lecet akibat garukan.

A (Assessment):

Masalah gangguan integritas kulit belum teratasi.

P (Plan):

Intervensi dilanjutkan.

(18)

18 Tabel 3 Implementasi dan Evaluasi Hari ke-2

No. Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi

1. Selasa,

19 November 2023

08.00

08.15

09.00

09.20

- Mengidentifikasi masalah dan hambatan perawatan diri yang dialami.

- Mengidentifikasi metode pembelajaran yang sesuai.

- Merencanakan strategi edukasi.

- Menjadwalkan waktu dan intensitas pembelajaran sesuai penyakit.

- Menyediakan lingkungan yang kondusif pembelajaran optimal.

- Menciptakan edukasi interaktif untuk memicu partisipasi aktif selama edukasi.

- Mengajarkan perawatan diri, praktik perawatan diri, dan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti cara menjaga kebersihan kulit.

- Menganjurkan mendesmostrasikan praktik perawatan diri sesuai kemampuan.

- Menganjurkan mengulang kembali informasi edukasi tentang perawatan mandiri.

Selasa, 19 November 2023 pukul 18.00

S (Subjective):

Klien mengatakan bahwa gatal-gatal pada kulitnya masih dirasakan meskipun ada sedikit penurunan intensitas. Klien merasa sedikit lebih nyaman dan lega.

O (Objective):

- Kulit klien sudah tidak sepanas dan sekering sebelumnya.

- Ada sedikit penurunan kemerahan pada kulit, meskipun masih terlihat.

- Ruam di area tangan dan kaki sedikit memudar.

- Tidak terlihat perubahan signifikan pada jaringan parut pada bekas lecet dan koreng.

A (Assessment):

Masalah gangguan integritas kulit teratasi sebagian.

P (Plan):

Intervensi dilanjutkan.

(19)

19 Tabel 4 Implementasi dan Evaluasi Hari ke-3

No. Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi

1. Rabu,

20 November 2023

08.00

08.15

09.00

09.20

- Mengidentifikasi masalah dan hambatan perawatan diri yang dialami.

- Mengidentifikasi metode pembelajaran yang sesuai.

- Merencanakan strategi edukasi.

- Menjadwalkan waktu dan intensitas pembelajaran sesuai penyakit.

- Menyediakan lingkungan yang kondusif pembelajaran optimal.

- Menciptakan edukasi interaktif untuk memicu partisipasi aktif selama edukasi.

- Mengajarkan perawatan diri, praktik perawatan diri, dan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti langkah-langah pencegahan dermatitis.

- Menganjurkan mendesmostrasikan praktik perawatan diri sesuai kemampuan.

- Menganjurkan mengulang kembali informasi edukasi tentang perawatan mandiri.

Rabu, 20 November 2023 pukul 18.00

S (Subjective):

Klien mengatakan bahwa keluhan gatal-gatal pada kulitnya sudah tidak dirasakan lagi dan ia merasa jauh lebih nyaman dari sebelumnya.

Klien juga menyampaikan bahwa metode edukasi yang dilakukan oleh perawat terasa efektif dan membantunya dalam memahami perawatan diri yang diperlukan untuk mengatasi gatal-gatal pada kulitnya.

O (Objective):

- Kulit klien terasa lebih halus dan tidak terasa panas dan kering lagi.

- Kemerahan dan ruam di kulit hilang.

- Beberapa bekas lecet dan koreng tampak memudar.

A (Assessment):

Masalah gangguan integritas kulit teratasi.

P (Plan):

Intervensi dihentikan.

(20)

20 BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penerapan aplikasi transkultural nursing sepanjang daur kehidupan manusia menjadi suatu keharusan yang tak terelakkan dalam dunia perawatan kesehatan yang semakin global. Pentingnya pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan norma-norma yang memengaruhi pengalaman kesehatan individu dari berbagai kelompok etnis menjadi kunci keberhasilan dalam memberikan perawatan yang berkualitas.

Seiring dengan perubahan demografi dan mobilitas global, perawat perlu memiliki keterampilan transkultural yang kuat untuk memastikan bahwa setiap individu menerima perawatan yang sensitif terhadap keberagaman budaya. Proses ini tidak hanya relevan dalam konteks penyakit atau kondisi kesehatan tertentu, tetapi juga penting di setiap tahap kehidupan, mulai dari bayi hingga lanjut usia.

Dalam menanggapi tantangan dan peluang yang dihadapi oleh perawat dalam menerapkan konsep transkultural nursing, penting untuk membangun kolaborasi yang erat antara tenaga kesehatan, peneliti, dan masyarakat untuk terus meningkatkan pemahaman tentang aspek-aspek budaya yang memengaruhi perawatan kesehatan. Hanya dengan pendekatan yang holistik dan inklusif, kita dapat menciptakan lingkungan perawatan yang mendukung keberagaman dan memberikan pelayanan kesehatan yang adil dan efektif bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang budaya mereka.

4.2 Saran

Kolaborasi antara perawat, ahli kesehatan masyarakat, dan pakar budaya untuk merancang pendekatan holistik dalam memberikan perawatan kesehatan itu sangatlah penting. Dengan memanfaatkan teknologi untuk memfasilitasi komunikasi lintas budaya dan memberikan informasi kesehatan yang mudah diakses bagi individu dari berbagai latar belakang. Perawat perlu mensosialisasikan pentingnya keterlibatan pasien dalam perawatan mereka sendiri dengan memahami dan menghormati nilai-nilai budaya yang mungkin mempengaruhi keputusan

(21)

21 kesehatan mereka. Implementasikan pula program mentorship di antara perawat berpengalaman dan yang baru bergabung untuk mentransfer pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan transkultural nursing.

(22)

22 DAFTAR PUSTAKA

Dewi Murdiyanti Prihatin Putri, M. N. (2019). Keperawatan Transkultural:

Pengetahuan dan Praktik berdasarkan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Hanafi, W., Susanto, A., Tatto, F., Lembang, D., Yulianti, N. R., Syarif, I., Aji, R., Rianita, M., & Sinaga, E. (2023). Hollistic & transkultural nursing.

Handayani, T., Hadi, M., Haryanto, R., & Notoatmojo, N. (2020). Pengaruh Pendekatan Asuhan Keperawatan Sunrise Model Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah, 16(1), 44–54.

https://doi.org/10.31101/jkk.624

Nurseha, Masnun, Wahyuningsih, Pesak, E., Normawati, A. T., Raule, J. H., &

Runtu, L. G. (2023). Bunga Rampai Keperawatan Transkultural. In PT. PENA PERSADA KERTA UTAMA (Number 15018).

Putri, D. M. P. (2018). Keperawatan Transkultural Pengetahuan dan Praktik Berdasarkan Budaya. In Keperawatan Transkultural (bll 285–287).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi I). Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (E. 1 (red); E). Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Referensi

Dokumen terkait