13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Penggabungan Usaha
Pada dasarnya untuk dapat terus beradaptasi dengan perkembangan dalam dunia usaha seperti sekarang ini, perusahaan harus siap menunjukan kesanggupan dalam menghadapi persaingan bisnis yang kian ketatnya, mulai dari segi kualitas barang yang di produksi, variasi produknya serta dari segi pengaturan strategi penjualannya. Hal ini berguna bagi perusahaan dalam meningkatkan kinerja serta mampu mempertahankan keberadaannya ditengah pesaing perusahaan. Ketatnya persaingan dalam hal berbisnis, sering memunculkan tindakan yang diduga menjadi pemicu kerugian antar perusahaan. Para pelaku usaha mulai mencari solusi terbaik dimulai dengan melakukan kegiatan bisnis yang saling menguntungkan. Bentuk kerjasama yang saat ini lazim digunakan dikalangan pelaku usaha yaitu dengan adanya penggabungan usaha antara dua perusahaan atau lebih sejenis serta memiliki tujuan yang sama.
Menurut Surat Keputusan Ketua Bapepam No.52/PM/1997 mengenai penggabungan usaha atau peleburan usaha perusahaan publik atau emiten, penggabungan usaha diartikan sebagai: “Penggabungan usaha adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.” Sedangkan definisi menurut PSAK Nomor 22 didefinisikan sebagai:
14
“Bentuk penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain.” Dalam beberapa kondisi penggabungan usaha dinyatakan tidak lain adalah pengambilalihan. Menurut Payatama dan Setiawan (2004) dalam Gustina (2017)Merger berupa penggabungan usaha yang dilakukan oleh perusahaan dengan adanya pengambilalihan satu perusahaan atau lebih yang kemudian melakukan likuidasi pada perusahan yang telah diambil alih.
2.1.2 Merger
Dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.27 tahun 1998 menyatakan bahwa merger berupa peraturan hukum yang dilakukan oleh suatu perusahan atau lebih untuk bergabung dengan perusahaan lain yang telah ada selanjutnya perusahaan hasil merger tersebut dibubarkan. Menurut Payatama dan Setiawan (2004) dalam Gustina (2017)Merger berupa penggabungan usaha yang dilakukan oleh perusahaaan dengan melakukan pengambilalihan satu atau lebih perusahaan yang kemudian melakukan likuidasi pada perusahan yang telah diambil alih.
Gambar 2.1 Ilustrasi merger
Sumber : Bramatyo (2008) dalam Kuncoro (2015)
PT ABC Atau PT DEF
PT ABC PT DEF
15
2.1.3 Akuisisi
Akuisisi adalah penggabungan usaha yang dimana perusahaan yang telah memilih mengakuisisi perusahaan lain maka keduanya tetap beroperasi sebagai dua entitas perusahaan secara terpisah, namun tetap memiliki hubungan kekerabatan yang istimewa. Hubungan yang terjalin istimewa ini dinamakan hubungan induk dengan anak perusahaan (Halim, 2015). Akuisisi merupakan pengambilalihan perusahaan dibawah hukum, yang tidak menyebabkan hilangnya sebuah perusahaan. Perusahaan yang diambil alih maupun yang mengambil alih masing-masing tetap beroperasi dan melakukan kegiatannya. Dengan begitu akuisisi tidak akan berakhir dengan kerugian perusahaan, serta tidak adanya keharusan untuk pengganti hujan dengan tujuan khusus.
Gambar 2.2 Ilustrasi Akuisisi
Sumber : Bramatyo (2008) dalam Kuncoro (2015)
2.1.4 Motif merger dan akuisisi
Ada dua hal yang menjadi motif utama pada perusahaan ketika memutuskan untuk ikut dalam kegiatan merger dan akuisisi yang biasa disebut dengan motif ekonomi dan motif non ekonomi. Motif ekonomi digunakan peusahaan untuk kepentingan dalam peningkatan nilai perusahaan serta keberhasilan pemegang saham. Jika merger dan
PT ABC PT DEF
PT ABC
PT DEF
16
akuisisi tanpa adanya tujuan perusahaan dan hanya ambisi dari pelaku usaha atau manajemen disebut motif non-ekonomi (Moin, 2003) dalam Gustina (2017)
1. Motif Sinergi
Salah satu motif yang digunakan perusahaan ketika melakukan aktivitas merger dan akuisisi adalah mampu memperoleh sinergi. Sinergi yang baik terjadi jika setelah merger dan akuisisi nilai keseluruhan perusahaan menjadi lebih besar dibandingkan sebelum merger dan akuisisi dari jumlah nilai masing-masing perusahaan.
2. Motif ekonomi
Motif ini merupakan motif yang bertujuan untuk meningkatkan nilai secara keseluruhan ditinjau dari kinerja manajemen keuangan. Pengambilan keputusan dan aktivitas diarahkan untuk jangka panjang dengan harapannya perusahaan mampu mencapai peningkatan dalam nilai perusahaan secara keseluruhan.
3. Motif non-ekonomi
Motif ini ada ketika para pelaku usaha yang melakukan aktivitas merger dan akuisis tidak menempatkan kepentingan perusahaan untuk mencapai suatu tujuan ekonomi perusahaan, akan tetapi kegiatan tersebut dilakukan demi kepentingan yang sifatnya pribadi seperti ambisi para pelaku bisnis
4. Motif diversifikasi
Diversifikasi merupakan strategi pendukung perusahaan yang ingin melakukan pengembangan bisnis dengan melakukan kegiatan merger dan akuisisi. Dengan
17
mengamankan resiko operasional perusahaan ditengah persaingan antar bisnis.
Hal ini dapat berguna untuk menstabilkan laba perusahaan yang diperoleh.
2.1.5 Analisis Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan aspek penting perusahaan yang digunakan sebagi tolak ukur untuk melihat baik atau tidaknya keadaan keuangan pada perusahaan tersebut. Penilaian kinerja keuangan ini dilihat dari manajemen keuangannya menggunakan laporan keuangan yang terbit setiap satu periode berjalan. Analisa laporan keuangan menggunakan dua cara yaitu common size atau menggunakan rasio keuangan (Ross, et al., 2008) dalam (Stevanie & Mindosa, 2019). Laporan keuangan sangat berguna karena didalamnya terdapat informasi yang menggambarkan keadaan perusahaan didalamnya. Informasi yang didapat berhubungan dengan posisi keuangan serta nilai yang dicapai oleh perusahaan. Oleh sebab itu laporan keuangan yang memuat isi dari posisi keuangan didapat dari hasil suatu proses akuntansi dan dapat digunakan sebagai media untuk mengukur kinerja keuangan perusahaanMunawir (2000) dalam (Ira, 2017).
Analisis rasio keuangan merupakan sarana penting bagi pengukuran kinerja perusahaan dalam hal pengolahan keuangannya. Rasio juga dapat digunakan sebagai alat perbandingan sehingga hasilnya dapat menujukan hubungan berupa neraca serta laporan laba rugi suatu korporasi. Dalam hal ini rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas merupakan kunci dari sebuah penelitian yang digunakan untuk
18
melihat kinerja keuangan perusahaan. Menurut payamta (2001) dalam Gozali (2017) pada perusahaan yang memutuskan untuk melakukan merger dan akuisisi dapat dilihat kinerja keuangan perusahaan menggunakan rasio-rasio pada keuangan. Beberapa rasio keuangan yang diambil dalam penelitian ini yang digunakan sebagai indikator dari kinerja keuangan perusahaan adalah :
1. Current Ratio (CR)
Rasio ini digunakan oleh perusahaan dan peneliti untuk melihat apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya menggunakan aset lancar yang tersedia (Fransiscus, 2015).
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
2. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity ratio (DER) digunakan Untuk mengukur besarnya hutang dibanding dengan ekuitas yang telah dimiliki oleh perusahaan. Jika semakin besar, maka resiko keuangan yang akan dihadapi juga semakin besar (Martono, 2001) dalam (Nasir & Morina, 2018).
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
3. Total Assets Turnover (TATO)
Total Assets Turnover(TATO) adalah indikator dari rasio aktivitas dan digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui efektifitasasset dalam hal pendapatan
19
operasional yang dihasilkan dari semua kegiatan yang dilakukan perusahaan (Hasanah &Oktaviani, 2017).
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 =𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝐾𝑡𝑖𝑣𝑎
4. Return on Equity (ROE)
Merupakan salah satu indikator penting dalam rasio keuangan yang biasa digunakan sebagi alat untuk memperkirakan laba perusahaan yang akan diperoleh dari aktivitas investasi oleh pemegang saham. Jika tingkat pengembalian laba semakin tinggi, maka akan berdampak baik bagi perusahaan. (Munawir, 2001) dalam (Sodikin, 2016)
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
5. Return on Asset (ROA)
Rasio profitabiltas yang digunakan untuk menilai kemampuan dan kinerja keuangan perusahaan untuk menghasilkan laba dari seluruh penggunaan aktiva atau aset yang dimiliki. (Susana, 2016).
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 =𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
20
2.1 Penelitian Terdahulu
Berapa penelitian di Indonesia mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan diantaranya adalah yang dilakukan oleh Susana (2016) tentang analisis perbandingan kinerja keuangan sebelum dan sesudah diakuisisi tidak mengalami perbedaan secara signifikan. Secara keseluruhan maka kinerja keuangan sesudah akuisisi tidak memberikan dampak yang positif bagi perusahaan. Penelitian ini hanya menguji kinerja keuangan jangka pendek yaitu 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah melakukan merger dan akuisisi.
Gozali dan Panggabean (2017) meneliti tentang Merger dan Akuisisi, dampaknya pada likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan solvabilitas pada perusahaan yang tercantum dalam bursa efek Indonesia. Menunjukan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Namun pada rasio likuiditas dan solvabilitas menunjukan hasil bahwa tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara sebelum merger dan akuisisi.
Hariani(2017) yang meneliti reaksi pasar terhadap penggabungan usaha pada perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia. Menunjukan hasil bahwa pengumuman merger dan akuisisi menghasilkan return saham, return ekspetasi dan abnormal return yang signifikan pada periode di sekitar tanggal pengumuman. Hal ini dapat dilihat dari dihasilkannya return saham yang signifikan pada beberapa hari periode penelitian, namun return yang dihasilkan sangat kecil karena jumlah periode yanag signifikan hanya 9 hari. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa pemegang saham perusahaan akuisitor memperoleh tambahan kemakmuran dari aktivitas merger dan akuisisi, atau rata-rata return saham, return ekspektasi dan abnormal return positif diperoleh
21
pemegang saham perusahaan akuisitor diseputar tanggal pengumuman merger dan akuisisi.
Sodikin dan Sahroni (2016) tentang analisis kinerja keuangan dan kinerja pasar sebelum dan sesudah akuisisi pada PT Agung Podomoro Land, Tbk. Menunjukan hasil analisis dapat diketahui terdapat perbedaan pada kinerja pasar perusahaan yang diukur dengan harga saham satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah akuisisi tetapi tidak signifikan. Perbedaan tersebut dilihat dari meningkatnya harga saham pada enam bulan pertama sesudah akuisisi. Kemudian menggunakan ROA dan ROE peneliti tidak menemukan hasil yang memperlihatkan perbedaan yang signifikan yang artinya perusahaan belum memaksimalkan sinergi yang baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Gustina (2017) yang menganalisis hasil dari kinerja keuangan setelah perusahaan memutuskan untuk melakukan merger dan akuisisi, dari hasilnya memberikan bukti bahwa setelah perusahaan memutuskan untuk merger dan akuisisi terjadi sinergi dilihat dari hasil yang menunjukan bahwa adanya perbedaan yang signifikan setelah merger dan akuisisi.
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu No Peneliti, Tahun,
dan Judul Penelitian
Variabel yang digunakan
Alat Analisis
Hasil Penelitian
1.
Ade Nadhiatul Hasanah dan Trisna Maya Oktaviani (2017) Analisi Kinerja Keuangan dan Abnormal
NPM, EPS, TATO, CR, Debt Ratio, Abnormal Return saham
Kolmogorov -Smirnov test, Paired sample t- test
Hasilnya terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan sesudah dilakukannya akuisisi diukur dari rasio TATO, NPM & EPS.
22
ReturnSaham Sebelum dan Sesudah Akuisisi.
Akan tetapi tidak ditemukannya perbedaan yang signifikan terhadap rasio keuangan perusahaan sesudah melakukan merger dan akuisisi diukur dari rasio CR dan Debt Rasio, serta saham.
2.
Risna
Susana(2016) Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi pada Perusahaan Pengakuisisi
Rasio pada abnormalretur nLikuiditas (Current Ratio), Rasio Solvabilitas (Debt Assets Ratio), Rasio Profitabilitas (Return On Assets), Rasio Pasar (Price Earning Ratio)
uji paired sample t- test
Hasil penelitain menunjukan bahwa terlihat dari hasil current ratio, return on assets dan price earning ratio mengalami
perbedaan yang signifikan pasca
merger dan
akuisisi, sedangkan debt asset ratio tidak mengalami perbedaan secara signifikan.
3.
Dhita Hariani dan Br Tarigan, Romasi Luman Gaol (2017) Analisis Reaksi Pasar Terhadap Penggabungan Usaha pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia.
Return Realisasi, Return Ekspektasi, Abnormal return.
Analisis deskriptif, Uji
Normalitas, UjiOne Sample T- Test, Uji paired sampel t- test
Menunjukan hasil bahwa
pengumuman merger dan akuisisi menghasilkan return saham, return ekspetasi dan abnormal return yang signifikan signifikan pada periode di sekitar tanggal
pengumuman 4.
Stevanie dan Bonnie Mindosa (2019) Dampak Merger&Akuisisi Pada Kinerja Keuangan: Studi
Current Ratio, Net Profit Margin, Return on Asset, dan Debt to Equity.
Uji Wilcoxon, Paired sample t- test
Hasil penelitain menunjukan bahwa terlihat dari hasil dari rasio Net Profit marginmengalami perbedaan yang signifikan pasca
23
Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016
merger dan akuisisi, sedangkan Current Ratio, Return on Asset, dan Debt to Equity tidak mengalami
perbedaan secara signifikan.
2.2 Kerangka Penelitian
Merger dan akuisisi banyak terjadi pada perusahaan di berbagai sektor. Hal ini berguna sebagai upaya perusahaan untuk meningkatkan kualitas perusahaan sehingga diharapkan nilai dari aktivitasmerger dan akuisisi akan didapatkan kinerja keuangan perusahaan jauh lebih sehat dan baik dari sebelumnya. Perusahaan juga perlu memahami apakah proses merger dan akuisisi tersebut dapat mencapai sinergi yang baik dan berdampak positif bagi kinerja perusahaan khususnya kinerja keuangan. Hal ini dapat menjadi wadah informasi bagi perusahaan bahwa proses merger dan akuisisi antar perusahaan telah efektif sebagai salah satu strategi untuk bertahan dalam kondisi ekonomi saat ini. Lebih lanjut kinerja keuangan yang sinergis dapat diukur dengan rasio-rasio keuangan. Dalam penelitian ini kinerja keuangan perusahaan akan diukur dengan rasioTotal Asset Turnover(TATO),Current Rasio(CR),Debt to Equity(DER),Return on Equity (ROE), Return on Asset(ROA).
Sesudah Melakukan Merger dan Akuisisi Sebelum Melakukan
Merger dan akuisisi
24
Uji Beda
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran 2.3 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas maka dapat dirumuskan dan disusun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1 : Terdapat Perbedaan Current Ratio (CR) sebelum dan sesudah Merger dan Akuisisi
H2 : Terdapat perbedaan Debt to Equity Ratio (DER) sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H3 : Terdapat perbedaan Total Asset Turnover(TATO),sebelum dan sesudah Merger dan Akuisisi
H4 : Terdapat perbedaan Return On Equity (ROE) sebelum dan sesudah Merger dan Akuisisi
H5 : Terdapat perbedaan Return On Asset (ROA) sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Kinerja keuangan Perusahaan :Current Rasio (CR),Debt to Equity (DER), Total Asset Turnover(TATO), Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA).
Kinerja keuangan Perusahaan : Current Rasio (CR),Debt to Equity (DER),Total Asset Turnover (TATO),Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA).