Rindu Yang Konyol
Pagi pun tiba tanpa perantara, membawa luka baru yang tak mampu menutup luka lama.
Aku termenung dibawah pohon tua yang jiwanya tertinggal di dedaunan yang mulai memerah.
Mataku terpaku kepadanya, kepada setiap helai daun yang tampak termenung juga.
Warna merah yang mengingatkanku pada rona pipimu saat tersenyum malu akan perbincangan kita.
Bibir ku terangkat sedikit, berusaha tersenyum walau meski itu sakit.
Otak ku memproses dan membentuk sebuah gambaran wajah yang tak asing pastinya.
Tentu, itu kamu.
Entah ada rasa yang menggenang didalam kubangan luka didalam hati.
Mungkin itu yang disebut rindu, lebih tepatnya rindu yang konyol.
Bisa dibilang, hanya aku yang merindu, merindu sosok yang belum tentu rindu juga adanya.
Mungkin juga , ini rindu konyol yang membawa luka.
Satu-satunya harapan ku, bahwa rindu ini akan sampai kepadamu.
Meski nyatanya, masih jauh dari apa yang diharapkan.
Tapi, apa salahnya berharap ? walau itu tak berguna.