PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Siswa yang mengalami kesulitan belajar banyak ditemukan di SD Negeri 1 Lempuyangan Yogyakarta, namun perlakuan yang diberikan kurang maksimal sehingga prestasi belajar cenderung rendah dan sulit ditingkatkan.
Pembatasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
KAJIAN TEORI
Anak Berkesulitan Belajar
Klasifikasi anak berkebutuhan belajar kemudian dilakukan untuk memudahkan pembelajaran mengenai anak berkebutuhan belajar berdasarkan kelompoknya. Secara umum menurut Mulyono Abdurrahman (2003:11), anak dengan ketidakmampuan belajar dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu; Seperti halnya anak berkebutuhan lainnya, anak berkebutuhan khusus juga mempunyai ciri-ciri khusus yang memudahkan dalam mengidentifikasi anak berkebutuhan belajar.
Anak dengan ketidakmampuan belajar akan mengalami kesulitan dalam merencanakan kegiatannya karena mereka tidak mengenali atau menyadari kemampuan yang dimilikinya, atau bahkan menyadarinya, serta tidak mampu merancang mekanisme yang efektif dalam melaksanakan suatu kegiatan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa pada anak yang mengalami kesulitan membaca, nampaknya terdapat defisit dalam pemrosesan fonologis yang mendasari kesulitan belajar.
Membaca Permulaan
Menurut Wardani (1995:56), kemampuan membaca awal adalah kemampuan membaca awal yang harus dikuasai anak, dan dalam pendidikan formal diperoleh siswa yang duduk di kelas. Anak dapat dikatakan mampu membaca sejak awal apabila mampu mengenal dan mengucapkan simbol atau huruf, kata sederhana, dan kalimat sederhana dengan benar dan akurat. Rukayah mengatakan, seorang anak atau siswa dikatakan mempunyai kemampuan membaca permulaan apabila mampu membaca dengan pengucapan dan intonasi yang jelas, benar dan wajar, serta lancar membaca dan memperhatikan tanda baca.
Tujuan membaca dini juga dikemukakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu agar siswa dapat membaca kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan akurat. Faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan membaca awal anak antara lain motivasi, minat, serta kematangan sosial, emosional, dan adaptif.
Pembelajaran Kontekstual
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan membaca awal dengan membaca kata pola KVKV dan kata pola VKVK. Berikut penyajian data hasil pengukuran tahap baseline mengenai kemampuan membaca awal subjek. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini adalah grafik skor pemahaman bacaan awal pada tahap pondasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan keterampilan membaca awal anak berkebutuhan belajar di kelas 1 SD. Peningkatan kemampuan membaca awal pada mata pelajaran dapat diketahui dengan membandingkan skor yang diperoleh pada fase baseline dan fase intervensi. Pada fase baseline (A), skor kemampuan membaca awal subjek meningkat 5 level (+5) kemudian meningkat 10 level (+10) pada fase intervensi (B).
“Efektivitas pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan kemampuan membaca awal anak berkesulitan belajar membaca di kelas 1 SD Negeri Lempuyangan 1 Yogyakarta”.
Kerangka Pikir
Hipotesis penelitian
Pembelajaran konvensional masih belum mampu meningkatkan keterampilan membaca awal subjek dalam penelitian ini yaitu anak yang mengalami kesulitan belajar membaca di kelas 1 SD Negeri 1 Lempuyangan. Pemilihan gambar dan kata disesuaikan dengan pengetahuan subjek, sehingga diharapkan dapat memudahkan pemahaman subjek terhadap konsep membaca dan meningkatkan keterampilan membaca awal. Terdapat peningkatan kemampuan membaca awal dan penggunaan pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan membaca awal pada anak yang mengalami kesulitan belajar membaca.
Jenis Penelitian
- Pendekatan Penelitian
- Desain Penelitian
Penelitian subjek tunggal atau SSR mengacu pada strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan perilaku subjek individu. Dalam hal ini peneliti akan mengetahui efektivitas penggunaan metode belajar mengajar kontekstual untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada anak yang mengalami kesulitan belajar membaca. Pada kondisi sebelum pengobatan atau sebelum pengobatan (fase baseline), kemudian kondisi saat mendapat pengobatan (fase intervensi).
Fase baseline merupakan pengukuran untuk memberikan gambaran kemampuan awal subjek sebelum diberikan perlakuan, yang kemudian digunakan sebagai dasar pengukuran atau perbandingan dalam menilai efektivitas perlakuan yang diberikan. Dalam bukunya Nana Syaodih Sukmadinata menjelaskan bahwa desain eksperimen subjek tunggal mempunyai tiga varian desain, yaitu desain A-B, desain A-B-A, dan desain ganda. Hal ini diperkuat dengan pendapat Syaiful Bahri yang mengatakan bahwa salah satu ciri pembelajaran adalah perubahan pembelajaran bersifat permanen, sehingga tidak perlu mengulangi kondisi awal.
Mengukur dan mengumpulkan data pada kondisi baseline (A) secara terus menerus minimal tiga atau lima kali hingga arah dan level trend menjadi stabil; Mengukur dan mengumpulkan data mengenai kondisi intervensi (B) selama periode waktu tertentu hingga tingkat dan tren data menjadi stabil; Fase intervensi merupakan gambaran keadaan kemampuan siswa selama diberikan perlakuan atau intervensi berulang. Intervensi tersebut menggunakan pembelajaran kontekstual secara iteratif hingga diperoleh data yang stabil.
Tempat dan Waktu Penelitian
- Tempat Penelitian
- Waktu Penelitian
Hubungan yang baik antara peneliti dan subjek juga diperlukan untuk memperoleh hasil yang diharapkan.Kondisi yang ada dibuat senyaman mungkin sehingga tercipta interaksi yang menyenangkan antara peneliti dan subjek.
Populasi dan Sampel Penelitian
Rendahnya prestasi seorang anak bukan karena anak tersebut kurang memahami pelajaran, melainkan karena ia kesulitan dalam membaca.
Definisi Operasional Variabel
- Anak Berkesulitan belajar Membaca
- Kemampuan Membaca Permulaan
Tes ini dilakukan empat kali pada fase baseline dan enam kali pada fase intervensi. Berikut tabel dan grafik yang menunjukkan nilai tes membaca awal yang diperoleh dengan menggunakan pembelajaran kontekstual pada tahap intervensi. Berikut ringkasan representasi hasil analisis pada kondisi fase baseline dan intervensi.
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Perhitungan persentase tumpang tindih Batas atas pada fase dasar (BA) 81 Batas bawah pada fase dasar (BB) 69 Penilaian pada fase intervensi yang ada (B).
Teknik Analisis Data
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Subyek Penelitian
Menurut Juang Sunanto, cara menghitung persentase tumpang tindih adalah dengan membandingkan skor pada tahap intervensi dengan rentang data pada tahap baseline.
Deskripsi Data Hasil Penellitian
Analisis Data
Skor ini diperoleh dari hasil tes membaca awal yang diberikan pada setiap tahap. Pada penelitian ini fase dasar dilakukan sebanyak empat kali, sehingga panjang kondisi fase dasar = 4. b) Tendensi Terarah. Kriteria tren stabilitas adalah 15%, hanya saja tren stabilitas juga dipengaruhi oleh rentang stabilitas, batas atas data, dan batas bawah data.
Oleh karena itu, perolehan data pada tahap dasar dapat dikatakan stabil karena 100% data yang diperoleh berada dalam kisaran tersebut. Perbandingan intervensi dan kondisi awal (B/A). Banyaknya variabel yang berubah pada kedua fase = 1 2) Perubahan arah dan pengaruhnya. Perubahan level analisis antar kondisi dilakukan dengan menghitung selisih skor pertemuan terakhir pada fase baseline (75) dengan skor pertemuan pertama pada fase intervensi (85), selisihnya (+) 10 poin. ditemukan.
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan skor yang menandakan adanya peningkatan kemampuan membaca awal subjek. Hasil yang diperoleh adalah tingkat overlap sebesar 0% yang menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan memberikan dampak terhadap kemampuan membaca awal subjek.
Hasil Uji Hipotesis
Pembahasan
Pada fase baseline, subjek menunjukkan peningkatan, dengan skor 70 pada pertemuan pertama fase baseline, skor 75 pada pertemuan kedua, skor 80 pada pertemuan ketiga, dan menurun dengan skor 75 pada pertemuan ketiga. pertemuan keempat. Kemudian pada tahap intervensi, pada saat dilaksanakan pembelajaran kontekstual, subjek mengalami peningkatan yang signifikan yaitu skor 85 pada pertemuan pertama tahap intervensi, skor 85 pada pertemuan kedua, skor 95 pada pertemuan ketiga. , mengalami sedikit penurunan dengan skor 90 pada event keempat dan kelima, dan kembali mengalami peningkatan dengan skor 95 pada event keenam. Berdasarkan hasil analisis data pada kondisi pada fase baseline diperoleh hasil bahwa estimasi arah tren dan penelusuran data pada fase ini menunjukkan adanya peningkatan, hasil analisis data pada kondisi mengenai estimasi tren arah dan penelusuran data pada fase intervensi fase juga menunjukkan peningkatan.
Hasil analisis antar kondisi pada fase baseline menunjukkan perubahan arah dan efek menunjukkan peningkatan, dan pada fase intervensi tren arah dan efek menunjukkan peningkatan. Perubahan tren stabilitas tersebut menunjukkan bahwa data dari fase baseline hingga fase intervensi berada dalam keadaan stabil hingga stabil. Selain itu, mata pelajarannya juga ramah anak sehingga kolaborasi mudah terbentuk dan memudahkan proses pembelajaran dan penelitian.
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran kontekstual memberikan pengaruh positif terhadap keterampilan membaca awal subjek. Hal ini didukung dengan data perolehan skor, data observasi pelaksanaan pembelajaran kontekstual pada tahap intervensi dan hasil analisis data. Konsep ini juga berlaku sebaliknya, dimana pengalaman sehari-hari siswa (mata pelajaran) dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilannya.
Dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual, peran guru hanya sebagai perantara, bukan sebagai sumber belajar utama atau sumber informasi utama. Teori ini sesuai dengan hasil yang ditunjukkan subjek, dimana nilai tes yang diperoleh subjek setelah mendapat intervensi menggunakan pembelajaran kontekstual mengalami peningkatan skor yang signifikan dan memperoleh skor yang cukup tinggi. Subjek juga lebih antusias dan menunjukkan minat karena proses pembelajaran menggunakan media yang berisi kata-kata yang sudah mereka ketahui, sehingga subjek lebih mudah menyelesaikan proses pembelajaran dan menyerapnya, sehingga pada saat tes dilaksanakan subjek dapat mendapatkan hasil yang cukup memuaskan.
Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan membaca awal anak kesulitan belajar membaca kelas 1 SD N 1 Lempuyangan. Peningkatan level tersebut didukung dengan diperolehnya tingkat tumpang tindih sebesar 0% yang menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual efektif dalam meningkatkan keterampilan membaca awal. Penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan keterampilan membaca awal diharapkan dapat menjadi alternatif model pengajaran ketika guru menghadapi kasus serupa di kemudian hari.
Efektivitas penggunaan metode phonics untuk meningkatkan kemampuan membaca awal anak kesulitan membaca kelas 1 SD inklusi. Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Menggunakan Metode Analisis Kaca pada Siswa Tunarungu Kelas IV SD di SLB Marsudi Putra 1 Bantul. Siswa tidak membalik arah huruf atau suku kata ke arah kiri-kanan (misalnya: jago-goja).
Namun setelah subjek melakukan kesalahan membaca, saat membaca kata tersebut subjek tampak berhati-hati dan melirik ke arah peneliti. Subjek melakukan kesalahan pada kesempatan pertama, kemudian berhasil pada kesempatan kedua setelah diminta membaca setiap suku kata dan menggabungkannya secara perlahan. Langkah selanjutnya subjek diminta mencocokkan kata pada kartu dengan kartu yang sudah ada, tanpa melihat contoh pada kartu kata.
Kemudian peneliti mentransformasikan huruf-huruf tersebut dan membentuknya menjadi kata-kata dengan pola KVKV dan VKVK, dan subjek diminta untuk membacanya. Contoh: dari huruf-huruf yang membentuk kata “harimau”, peneliti dapat membentuk kata “hama”, “haru”. Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi selama pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual, telah melalui uji validitas dan dapat digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini.
SIMPULAN DAN SARAN
Saran