• Tidak ada hasil yang ditemukan

Qardh Subordinasi Dalam Rangka Channeling Pihak Milenial Dengan Akad Wakalah Bil Ujrah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Qardh Subordinasi Dalam Rangka Channeling Pihak Milenial Dengan Akad Wakalah Bil Ujrah "

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Qardh Subordinasi Dalam Rangka Channeling Pihak Milenial Dengan Akad Wakalah Bil Ujrah

Briliana Marlita Pahlevi1, Muhammad Rijalus Sholihin2 STIE Widya Gama Lumajang

[email protected]

Abstrak

Di Era Revolusi industri 4.0 semakin banyak keberadaan lembaga keuangan yang menawarkan berbagai bentuk fasilitas pembiayaan untuk lebih memperluas penyediaan pembiayaan alternatif bagi dunia usaha dalam sistem perekonomian modern sangatlah dibutuhkan. Inovasi dari lembaga pembiayaan syariah akan menjadi penompang modal yang halal sesuai dengan prinsip syariah. Prinsip POJK Nomor 31/POJK.05/2014 disebutkan bahwa perusahaan pembiayaan syariah adalah perusahaan pembiayaan yang seluruh kegiatan usahanya melakukan pembiayaan syariah. Perusahaan syariah wajib memenuhi ketentuan Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan Syariah (BMPPS) kepada seluruh pihak terkait paling tinggi 50% (lima puluh persen) dari ekuitas perusahaan syariah. Lembaga pembiayaan syariah diperlukan guna mendukung dan memperkuat sistem keuangan nasional yang terdiversifikasi sehingga dapat memberikan alternatif yang lebih banyak bagi pengembangan sektor usaha.

Kata Kunci: Pembiayaan Syariah, Qardh, Wakalah Bil Ujrah

Abstract

In the era of Industrial Revolution 4.0 Is the more of the existence of financial institutions that offer various forms of financing facilities to further expand the provision of alternative financing for the business of the business in the modern economy system is needed. Innovation from the Sharia Financial Institution will be a poketing of halal capital in accordance with the sharia capital of the halal in accordance with the sharia capital of the sharia. The principle of sharia. The Pradj principle of the number of 314 / POJK.05 / 2014 is mentioned that the Sharia Financing Company is a company of financing whose entry activities are sharia. Finally the comprehension of the maximum limit of sharia (financing) to the whole majority of the 50% (fifty percent) of the equity company of sharia. Shariah finance institution is needed to support and strengthen the diligent national financial system so that it can provide more alternative to the development of the business sector.

Keywords: sharia financing, Qardh, Wakalah Bil Ujrah

PENDAHULUAN

Pembiayaan syariah adalah penyaluran pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Kegiatan pembiayaan syariah dapat dilakukan dengan menggunakan akad tunggal dan/atau gabungan akad dari berbagai akad setelah terlebih dahulu melaporkan setiap penggunaan akad tunggal dan/atau gabungan akad kepada OJK. Penggunaan gabungan akad dilakukan untuk “suatu kegiatan pembiayaan syariah tertentu” antara lain penggunaan gabungan akad jual beli (aqh al-bai), akad ijarah, dan akad keperantaraan (akad walkalah bil ujrah), akad ju’alah, atau (akad bai’ al-samsarah)

(2)

dengan tujuan untuk melakukan pembiayaan jasa usaha keperantaraan (wasathah) dalam bisnis properti.

Kegiatan pembiayaan syariah meliputi sejumlah pembiayaan yang terdiri dari sejumlah akad, sebegai berikut, Pembiayaan jual beli, pembiayaan investasi, dan pembiayaan jasa.

Perusahaan syariah wajib memenuhi ketentuan BMPPS kepada 1 (satu) konsumen yang bukan merupakan pihak terkait paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari ekuitas perusahaan syariah. Perusahaan syariah wajib memenuhi ketentuan BMPPS kepada 1 (satu) kelompok konsumen yang bukan pihak terkait paling tinggi 50% (lima puluh persen) dari ekuitas perusahaan syariah untuk pengadaan barang dan/atau jasa dalam rangka program pemerintah.

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan metode kualitatif berdasarkan kajian kepustakaan. Dan dalam pengolahan data metode yang digunakan adalah deskriptif analitik. Deskripsi yang dimaksud adalah memaparkan subjek, yaitu pengelolaan qardh dalam aktivitas pendanaan (channeling) dengan apa yang terkait pada pembahasan.

PEMBAHASAN

Definisi Pinjaman Qardh, menurut lampiran SEBI No. 10/31/DPbs huruf B angka VII b, Pinjaman Qardh adalah transaksi pinjam-meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. Akad Qardh adalah akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati.

Produk pembiayaan meliputi pola bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) bentuk pembiayaan investasi dan modal kerja, jual beli berbentuk dalam pembiayaan properti, sewa (ijarah) berbentuk sewa beli dan akuisisi asset serta pinjaman (qardh) berbentuk pembiayaan surat berharga. Dalam POJK Nomor 31/POJK.05/2014 disebutkan, Perusahaan pembiayaan syariah adalah perusahaan pembiayaan yang seluruh kegiatan uasahanya melaukan pembiayaan syariah dan berdasar pada prinsip syariah.

Perusahaan syariah dapat bekerja sama dengan pihak lain, yaitu bank, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, lembaga keuangan mikro, dan/atau perusahaan syariah melalui pembiayaan penerusan (channeling) dan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dilarang bertentangan dengan prinsip syariah. Pembiayaan penerusan (channeling) wajib dilakukan dengan akad walkalah bil ujrah.

Di era 4.0 yang berbasis digitalisasi banyak masyarakat atau kaum modern Islamic memanfaatkan teknologi akuntansi, perbankan, bisnis, yang dirasa semakin mudah banyak perusahaan yang memberikan pelayanan dengan inovasi yang baik, khususnya perusahaan pendanaan syariah, lembaga pendanaan syariah memberikan pelayanan pembiayaan penerusan yang berdasarkan prinsip syariah.

Dalam melakukan pembiayaan penerusan (channeling), perusahaan syariah dapat berlaku sebagai:

a. Selaku penyedia dana atau modal atau barang yaitu pihak yang mewakilkan kepada pihak lain.

b. Pihak yang menyalurkan (pengelola atau wakil) melalui kegiatan pembiayaan syariah, yaitu perusahaan syariah hanya bertindak sebagai pengelola dan memperoleh imbalan (ujrah) dari pengelola dana tersebut. Resiko yang timbul dari pembiayaan penerusan (channeling), berada pada pihak penyedia dana atau barang atau modal.

(3)

Dalam rangka milenialisasi perolehan pendanaan, perusahaan syariah dapat mengupayakan sumber pendanaan dari berbagai alternatif. Pendanaan perusahaan syariah wajib menggunakan alternatif akad mudharabah, mudharabah musytarakah, musyarakah, ijarah, qardh, dan akad pendanaan lainnya sesuai dengan prinsip syariah. Perusahaan syariah wajib melakukan kegiatan pendanaan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Banyak kelebihan penggunaan layanan pendanaan syariah, selain dari halal nya pendanaan ujrah yang diperoleh merupakan pendanaan yang berdasarkan pada prinsip syariah, di era milenial ini banyak pihak yang memanfaatkan pendanaan syariah karena dirasa lebih baik untuk kebutuhan modal yang diinginkan upaya sumber pendanaannya jelas dan terkontrol.

Menerima pendanaan dari lembaga pemerintah, bank, industri keuangan non bank, lembaga dan/atau badan usaha lain baik dari lembaga dan/atau badan usaha Indonesia maupun lembaga dan badan usaha asing. Menerima pinjaman (qardh) subordinasi dengan ketentuan paling singkat berjangka waktu 5 (lima) tahun dituangkan dalam bentuk perjanjian akta notariil antara perusahaan syariah dengan pemberi pinjaman, apabila terjadi likuidasi, hak tagih berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada.

Perusahaan syariah wajib memenuhi ketentuan generating ratio paling tinggi 10 (sepuluh) kali. Generating ratio harus diperoleh dari perbandingan antara jumlah pendanaan dengan selisih penjumlahan ekuitas dan pinjaman (qardh) subordinasi dengan penyertaan. Pinjaman (qardh) subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai pembagi dalam perhitungan generating ratio paling tinggi 50% (lima puluh persen) dari modal disetor.

Perusahaan syariah yang menerima pendanaan dalam valuta asing wajib melakukan lindung nilai secara penuh (full hedge). Lindung nilai secara penuh (full hedge) wajib dilaksanakan untuk pokok pendanaan atau pembiayaan, hasil investasi ataubagi hasil, margin, imbal jasa (ujrah) dan jangka waktu pembayaran.

Perusahaan pembiayaan syariah hanya dapat melakukan penyertaan langsung pada perusahaan di sektor jasa keuangan di Indonesia, dan perusahaan yang terkait dengan kegiatan perusahaan pembiayaan syariah. Jumlah seluruh penyertaan langsung perusahaan pembiayaan syariah pada perusahaan di sektor jasa keuangan di Indonesia paling tinggi 40% (empat puluh persen) dari jumlah ekuitas perusahaan pembiayaan syariah kepada entitas dalam 1 (satu) grup paling tinggi 10% (sepuluh persen) dari jumlah ekuitas perusahaan pembiayaan syariah.

Perusahaan pembiayaan syariah wajib memenuhi ketentuan jumlah penyertaan modal pada saat melakukan penyertaan.

Perjanjian pembiayaan syariah antara perusahaan syariah dengan konsumen wajib dibuat secara tertulis. Perjanjian pembiayaan syariah dalam kegiatan pembiayaan syariah wajib memenuhi ketentuan penyusunan perjanjian sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK mengenai perlindungan konsumen sektor jasa keuangan.

Perjanjian pembiayaan syariah yang dilakukan wajib memenuhi ketentuan, yaitu:

1. Objek yang terdapat dalam perjanjian pembiayaan syariah sesuai dengan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan.

2. Dilaksanakan tanpa unsur paksaan diantara para pihak ang ber akad atau bertransaksi.

Pada dasarnya perjanjian pembiayaan syariah yang telah disepakati oleh para pihak tidak dapat dibatalkan kecuali:

1. Tidak terpenuhinya kondisi hukum karena tidak memenuhi dua ketentuan diatas.

2. Para pihak setuju untuk menghentikannya.

Perjanjian pembiayaan syariah dalam pembiayaan syariah wajib paling sedikit memuat:

(4)

1. Judul perjanjian pembiayaan syariah yang menggambarkan jenis akad pembiayaan syariah yang digunakan

2. Nomor dan tanggal perjanjian syariah 3. Identitas para pihak

4. Objek perjanjian pembiayaan syariah (modal barang atau jasa) 5. Tujuan pembiayaan

6. Nilai objek perjanjian pembiyaan syariah (modal, barang atau jasa) 7. Mekanisme, cara pembayaran, dan besarnya

8. Jangka waktu pembiayaan syariah

9. Nisbah, margin, dan imbal jasa (ujrah) pembiayaan syariah

10. Rincian biaya-biaya terkait dengan pembiayaan syariah yang diberikan antara lain memuat: biaya survey, biaya asuransi, biaya provisi, biaya notaris

11. Mekanisme apabila terjadi perselisihan dan pemilihan tempat penyelesaian perselisihan

12. Ketentuan mengenai hak dan kewajiban para pihak

13. Ketentuan mengenai denda (ta’zir) atau ganti rugi (ta’widh)

Apabila perusahaan syariah melakukan pembiayaan jual beli untuk kendaraan bermotor perjanjian pembiayaan syariah wajib mencantumkan nilai uang muka.

Secara umum perusahaan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya dilarang menggunakan informasi yang tidak benar yang dapat merugikan kepentingan konsumen, kreditur, dan pemangku kepentingan termasuk OJK. Selain itu, perusahaan syariah dilarang melakukan sejumlah hal tertentu, yaitu antara lain:

a. Memberikan jaminan atas pemenuhan kewajiban pihak lain

b. Menghimpun dana secara langsung dari masyarakat berbentuk giro, tabungan atau bentuk lainnya

c. Melakukan tindakan yang menyebabkan atau memaksa lembaga keuangan lainnya yang berada dibawah pengawasan OJK menghindari peraturan perundang-undangan yang berlaku

d. Melakukan penyediaan dana secara tunai kepada konsumen

e. Menerbitkan surat sanggup bayar (promisorry note) kecuali sebagai jaminan atas pendanaan kepada pihak yang memberikan pendanaan.

KESIMPULAN

Dilihat dari mapping terhadap aturan qardh subordinasi dalam pembiayaan channeling pihak yang menyalurkan hanya bertindak sebagai pengelola dan memperoleh imbalan (ujrah) dari pengelolaan dana tersebut subordinasi yang dapat diperhitungkan sebagai pembagi dalam perhitungan paling tinggi 50% dari modal disetor. Dan juga Perusahaan pembiayaan harus mempunyai program kerja yang jelas, komprehensif, serta dilakukan pemantauan secara terus menerus, untuk mengetahui apakah program kerja dapat dilakukan sesuai dengan yang ditentukan dan apabila ada kendala bagaimana cara mencari solusinya sesuai dengan akad yang telah dilakukan oleh dua pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), edisi Keempat, hlm.297.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 12 No 1 Juli 2014. FIA UB. Russely

Jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Pembiayaan Murabahah, Bagi Hasil, dan Pinjaman Qardh .

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008)

(5)

Sholihin, Muhammad Rijalus. Mun’im, Abdul. (2019) Analisis penerapan dan sistem Bagi Hasil Akad Mudharabah Dalam Akuntansi Syariah. Jurnal Anvantage. Vol. 3 No. 1 Hal. 48-57

Murniati, W. (2018). Penambahan Jumlah Investasi pada Simulasi Perhitungan Profit Model Investasi Syariah Musyarakah. MUST: Journal of Mathematics Education, Science and Technology, 3(2), 223-239.

Soemitra , Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana 2018

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk pencapaian tujuan dan penyelenggaraan fungsi dan tugas IAP (Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia) sebagai organisasi profesi yang menjadi wadah tunggal

9/9/2021 Daftar Nilai Perkuliahan https://siakad.stikesrspadgs.ac.id/siakad/rep_nilaikuliah 1/2 YWBKH YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN "RSPAD GATOT