• Tidak ada hasil yang ditemukan

This study uses a qualitative approach to determine the android-based asynchronous learning model in Islamic religious education (PAI) learning at Nurul Anwar Islamic Middle School Pasuruan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "This study uses a qualitative approach to determine the android-based asynchronous learning model in Islamic religious education (PAI) learning at Nurul Anwar Islamic Middle School Pasuruan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 12 (2), 2022, 101-112 DOI: 10.33367/ji.v12i2.2795 E-ISSN: 2685-4155; P-ISSN: 1979-2050

.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 Fleksibilitas Asynchronous Learning Berbasis Android sebagai Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama

Muhammad Farikhin,1* Asep Saepul Hamdani,2 Irma Soraya,3

1,2,3

UIN Sunan Ampel Surabaya, Indonesia

1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]

Received: 2022-07-03 Revised: 2022-07-20 Approved: 2022-07-30

*) Corresponding Author Copyright ©2022 Authors

Abstract

The COVID-19 pandemic, for the past two years, has significantly impacted the world of education. Educational institutions carry out various innovations in the learning process. Innovations in this learning model can still be applied in normal times, such as face-to-face learning. This study uses a qualitative approach to determine the android-based asynchronous learning model in Islamic religious education (PAI) learning at Nurul Anwar Islamic Middle School Pasuruan. Data collection techniques using interviews with subject teachers and students and observation. The study results explain that asynchronous learning based on android WhatsApp at Islamic Junior High School (SMP Islam) Nurul Anwar Pasuruan can be appropriately implemented because it is supported by each student's gadget facilities and positive responses to student activity during the learning process. Asynchronous learning as an optional supplement and a complement to face-to-face learning help PAI teachers distribute materials or assignments that students can access through their respective gadgets and WhatsApp applications. Teachers feel that with this asynchronous learning, PAI learning becomes more effective.

Keywords: Android, Asynchronous Learning, PAI Learning.

Abstrak

Pandemi COVID-19 selama dua tahun kemarin memberi dampak yang besar bagi dunia pendidikan. Lembaga pendidikan melakukan berbagai inovasi dalam proses pembelajaran. Inovasi dalam model pembelajaran tersebut masih dapat diterapkan di masa normal seperti pembelajaran tatap muka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui model pembelajaran asynchronous berbasis android pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Anwar Pasuruan. Teknik pengumpulan data yaitu melalui wawancara dengan guru mata pelajaran PAI dan peserta didik serta observasi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa asynchronous learning berbasis android Whatsapp di SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan dapat dilaksanakan dengan baik karena didukung oleh fasilitas gadget yang dimiliki peserta didik, serta respon positif dan keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran. Asynchronous learning menjadi suplemen yang sifatnya opsional dan pelengkap dari pembelajaran tatap muka yang sangat membantu guru PAI dalam membagikan materi ataupun tugas yang bisa diakses peserta didik melalui perangkat gadget dan aplikasi Whatsapp masing-masing. Guru merasa dengan adanya asynchronous learning ini pembelajaran PAI menjadi lebih efektif.

Kata Kunci: Android, Asynchronous Learning, Pembelajaran PAI.

(2)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022 Pendahuluan

Selama dua tahun lebih semua negara di dunia dilanda pandemi COVID-19.

Penyebaran COVID-19 mempengaruhi seluruh aspek termasuk dalam bidang pendidikan. Dampak yang ditimbulkan pada aktivitas pendidikan dan pembelajaran mengharuskan lembaga-lembaga pendidikan di setiap jenjang dapat beradaptasi dan melakukan terobosan inovatif dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Salah satu inovasinya adalah dengan melaksanakan kegiataan pembelajaran online atau dalam jaringan (daring)dengan memanfaatkan e-learning.

Selain pengaruh pandemi COVID-19, faktor lain yang melatarbelakangi pemanfaatan e-learning adalah fleksibilitas waktu dan tempat. Dalam segi waktu, e- learning berakibat pada durasi kegiatan belajar menjadi lebih sedikit (efisien) dan juga mampu mengurangi biaya (ekonomis). Dalam aktivitas pembelajaran konvensional mengharuskan guru dan peserta didik datang ke sekolah dan bertemu langsung di dalam kelas pada saat bersamaan, maka lain halnya dengan kegiatan e-learning yang memungkinkan fleksibilitas waktu dan tempat.

Fleksibilitas memberi kemudahan bagi peserta didik untuk mengakses dan mendapatkan materi pembelajaran yang dibutuhkan sehingga proses pembelajaran dapat mereka terlaksana kapan dan di mana saja. Selain itu, peserta didik bisa saling bertukar informasi dengan teman-temannya melalui fitur-fitur yang tersedia. Peserta didik juga dapat menjangkau materi pembelajaran secara berulang-ulang setiap saat sehingga semakin kuat pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari. Hal tersebut menjadikan materi pembelajaran menjadi lebih beragam dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.1

Kemajuan teknologi telah menggerakkan guru dan peserta didik untuk menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Bentuk pemanfaatan teknologi informasi yang bisa diterapkan di sekolah menengah pertama adalah sarana virtual classroom yang memanfaatkan koneksi internet melalui sistem pembelajaran online (e-learning). Pendekatan ini dinamakan pendekatan asynchronous learning atau disebut dengan pembelajaran asinkron. Asynchronous learning adalah proses pembelajaran yang tidak mengharuskan peserta didik untuk melakukan pembelajaran daring secara bersamaan, misalnya dapat dilaksanakan saat peserta didik atau guru

1 Wiwin Hartanto, “Penggunaan E-Learning Sebagai Media Pembelajaran,” Jurnal Pendidikan Ekonomi 10, no. 1 (2016): 7.

(3)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022

sedang offline (tidak aktif).2 Selain itu, Rahmatiah, dkk menemukan bahwa bahwa asynchronous learning dengan media aplikasi Whatsapp terbukti efektif membantu proses pembelajaran. Asynchronous learning dengan media Whatsapp mempermudah guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.3

SMP Islam Nurul Anwar adalah salah satu sekolah di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur yang menjadikan model pembelajaran asynchronous learning sebagai pilihan model pembelajaran alternatif. Berkaitan dengan pembolehan pembelajaran tatap muka langsung sejak bulan Juli 2022. Model ini menjadi pendukung dalam proses pembelajaran langsung di dalam kelas (classroom instruction) yakni sebagai suplemen atau pilihan, pelengkap, atau pengganti.4

Sistem pembelajaran asynchronous learning pada pelajaran PAI yang diterapkan di SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan memanfaatkan aplikasi Whatsapp. Kompetensi pendidik juga menjadi prasyarat dalam optimalisasi media pembelajaran untuk menunjang sistem pembelajaran asynchronous.5 Guru PAI membagikan materi yang akan dipelajari melalui Whatsapp grup kelas. Peserta didik diharuskan mempelajari terlebih dahulu materi tersebut. Selain itu, guru PAI dapat memberi penugasan ke peserta didik di luar jam pembelajaran. Guru dapat melakukan komunikasi dan controlling terhadap peserta didik. Guru mengoptimalkan pembelajaran dengan sebaik mungkin untuk memberikan pengalaman belajar yang berkualitas untuk menjadikan peserta didik kreatif, mandiri, dan aktif mengikuti proses pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi. Guru profesional harusnya mempelajari situasi pembelajaran jarak jauh semacam ini supaya kondisi belajar mengajar yang menyenangkan, menarik, dan memotivasi peserta didik.6

Penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Jenis media pada model pembelajaran asynchronous learning yang diimplementasikan di SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan dengan menggunakan Whatsapp yang belum ada pada penelitian sebelumnya. Selain itu, fokus penelitian pada mata pelajaran pendidikan

2 N.K Sutriyanti, Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin (Jakarta: Yayasan Ahmad Cendekia Indonesia, 2020).

3 Dewi Sri Rahmatiah dkk, “Efektivitas Pembelajaran Daring Dengan Metode Asynchronous Learning Di UPT SPF SMP Negeri 53 Makassar,” Jurnal Konsepsi 10, no. 2 (2021): 43–51.

4 Observasi di SMP Islam Nurul Anwar pada bulan Mei 2022

5 Bakhoh Jatmiko, “Pelatihan Optimalisasi Media Pembelajaran Daring Untuk Menunjang Synchronous Dan Asynchronous Learning System,” International Journal of Community Service Learning 6, no. 1 (2022): 23.

6 Hasriadi, “Model Pembelajaran Jarak Jauh Pendidikan Agama Islam Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi,” Jurnal Konsepsi 11, no. 1 (2022): 87.

(4)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022 agama Islam dengan mengambil objek penelitian peserta didik pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP).

Pembahasan ini penting untuk diteliti karena penelitian mengenai model pembelajaran asynchronous learning yang diterapkan di sekolah masih belum maksimal. Oleh karena itu, peneliti memfokuskan penelitian ini pada penerapan model asynchronous learning pada pembelajaran PAI yang bertujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang penerapan model asynchronous learning pada pembelajaran PAI yang diterapkan di SMP Islam Nurul Anwar.

Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif guna mengungkap dan mempelajari penerapan model pembelajaran asynchronous learning dengan menggunakan android sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran PAI. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi untuk menggali informasi terkait pelaksanaan model pembelajaran asynchronous learning ini.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Nurul Anwar, beralamat di Jalan Soekarno Hatta No. 8-9 Tunggaan II Desa Kraton Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Sumber data primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada guru dan 27 peserta didik sebagai subjek penelitian. Adapun data sekunder digunakan peneliti untuk mendukung data informasi primer yang telah diperoleh yaitu buku, jurnal, hasil penelitian, bahan pustaka dan sumber lain yang relevan. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan model interaktif yang dikembangkan oleh Miles, Huberman, dan Saldaña, yang terdiri dari tahap kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Selama pengumpulan data dan analisis data membentuk sebuah proses siklus yang berkaitan bergerak di antara tahapan tersebut antara lain dengan memilah-milah hasil transkip wawancara dengan memfokuskan pada fokus penelitian, penyajian data dilakukan dengan cara mengorganisasikan data, menyatukan dan menarik kesimpulan untuk keberlanjutan penelitian sampai menemukan data jenuh.7 Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan dalam penelitian dan triangulasi.

7 Matthew B. Miles, A. Michael Huberman, and Johnny Saldana, “Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook,” 4th ed. (Arizona State University: SAGE Publications, 2019), 104.

(5)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022 Hasil dan Pembahasan

Penerapan Asynchronous Learning pada Pembelajaran PAI di SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan

Secara konseptual model asynchronous learning juga disebut sebagai e-learning.

Asynchronous Learning merupakan proses pembelajaran daring dengan membagikan bahan ajar dan penyelesaian tugas secara tidak langsung. Pembelajaran asynchronous merupakan pembelajaran yang dilakukan secara mandiri dan bebas waktu. Artinya peserta didik dapat mengakses bahan ajar yang telah diberikan oleh guru pada waktu yang mereka kehendaki sendiri. Model pembelajaran yang mengutamakan peserta didik secara bebas dalam segi waktu, tempat, isi materi, gaya belajar, jenis evaluasi, kolaborasi antar teman atau mandiri.8 Model pembelajaran itu memang dilakukan dengan mandiri di waktu yang berbeda. Seperti contoh yang dapat dilakukan oleh peserta didik misalnya saat adanya forum diskusi kelas secara online, mereka dapat memposting komentar atau pendapatnya dan peserta didik lain dan mengomentari postingan tersebut di waktu yang berbeda.9 Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Effendi dan Hartono sebagaimana dikutip oleh Darmawan bahwa asynchronous learning merupakan pembelajaran secara mandiri di waktu yang berbeda antara pengajar dan peserta didik.10

Peran pendidik di sini menjadi sentral dalam mencukupi pembelajaran peserta didik. Inovasi-inovasi dari pendidik menentukan dampak pembelajaran yang lebih positif. Peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran lebih baik apabila mempunyai kemampuan dasar dan kedisiplinan tinggi secara rutin. Peserta didik membutuhkan peran orang lain terutama orang tua untuk membimbing, mendampingi, dan mengawasi anak dalam pembelajaran asynchronous learning.11

Kegiatan pembelajaran SMP Islam Nurul Anwar dilaksanakan dengan sebelumnya berkoordinasi dengan pengawas sekolah, komite sekolah, dan warga sekolah. Adapun beban belajar mata pelajaran PAI yaitu sebanyak tiga jam pelajaran setiap minggunya dengan durasi 40 menit tiap jam pelajaran. Menurut pernyataan dari

8 I Wayan Gede Narayana, “Analisis Terhadap Hasil Penggunaan Metode Pembelajaran Synchronous Dan Asynchronous,” Seminar Nasional Teknologi Informasi Dan Multimedia 4, no. 1 (2016): 140.

9 Amin Mahmud, Wawancara dengan guru PAI Kelas VII SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan, Mei 7, 2022.

10 Erlan Darmawan, “Implementasi Model Pembelajaran Asynchronous Dalam Perancangan Aplikasi Simulasi Panduan Pecinta Alam,” Jurnal Cloud Information 3, no. 2 (2018): 14.

11 Siswanto, M. Abdul Rohman Kartanagara, and Su-Chuan Liu, “Pengaruh Penerapan Asynchronous Learning Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar,” Jurnal Kependidikan: Penelitian Inovasi Pembelajaran 5, no. 1 (2021): 76.

(6)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022 guru mata pelajaran PAI, pelaksanaan model pembelajaran asynchronous learning di SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan dapat dilaksanakan karena semua peserta didik kelas VII mempunyai gadget dan sudah terinstal aplikasi Whatsapp. Semua nomor Whatsapp peserta didik ditambahkan pada grup Whatsapp kelas oleh guru terlebih dahulu. Setelah itu guru dapat memberitahukan peserta didik untuk terlebih dulu mempelajari materi pelajaran yang sudah dibagikan di Whatsapp pada malam harinya dengan membaca materi pelajaran sebelum mereka mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka pada pagi harinya.12

Dengan demikian, peserta didik mendapat gambaran tentang materi pelajaran yang akan dipelajari sebelum mereka datang ke sekolah untuk pembelajaran tatap muka langsung di kelas. Terdapat dua aktivitas pembelajaran yang terjadi, yakni outdoor learning dan indoor learning. Maka dari itu, pembelajaran asynchronous learning juga bisa disebut sebagai bagian dari flipped classroom yang menekankan peserta didik harus memiliki pengetahuan materi sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas secara langsung maupun secara online dengan menggunakan aplikasi virtual conference.13 Dampak kedua aktivitas belajar tersebut dalam mata pelajaran PAI di SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan dapat mendorong anak-anak untuk mandiri belajar dan lebih aktif serta terbiasa mengumpulkan informasi lewat berbagai bahan belajar.

Selain itu, juga dapat menghemat waktu karena tidak secara khusus untuk kegiatan pembelajaran.14

Selain itu, guru PAI juga menambahkan pembelajaran asynchronous learning PAI dengan cara memberikan penugasan secara mandiri kepada anak-anak. Penugasan dapat diberikan dalam berbagai bentuk, misalnya anak-anak diperintahkan untuk membaca materi yang sudah dibagikan melalui Whatsapp grup kelas, latihan soal-soal yang ada di buku LKS, latihan menyalin ayat-ayat Al-Qur’an, menonton video praktik ibadah, dan masih banyak yang lainnya. Selain itu, guru juga bisa mengunggah tugas di Whatsapp grup dan peserta didik mengerjakan secara mandiri di rumah. Tugas yang diunggah di Whatsapp grup dapat berupa bentuk pdf dari materi yang terdapat di buku pegangan peserta didik maupun materi bahan ajar yang telah dibuat oleh guru sendiri.

12 Amin Mahmud, Wawancara dengan guru PAI Kelas VII SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan, Mei 7, 2022

13 Edi Nurhidin, “Implementasi Model Pembelajaran Kelas Terbalik Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Islam Terpadu,” Eduprof : Islamic Education Journal 2, no. 2 (2020): 64.

14 Amin Mahmud, Wawancara dengan guru PAI Kelas VII SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan, Mei 7, 2022.

(7)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022

Salah satu peserta didik kelas VII SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan mengatakan bahwa mereka diwajibkan men-download materi sendiri yang sudah dibagikan lewat grup Whatsapp dan menyelesaikan penugasan yang diberikan oleh guru. Kemudian tugas tersebut diserahkan pada waktu yang sudah ditentukan, juga bisa dikumpulkan di kelas pada saat pembelajaran tatap muka berlangsung.15

Penggunaan Whatsapp untuk Asynchronous Learning pada Pembelajaran PAI Whatsapp merupakan aplikasi media sosial popular yang mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari. Selain dapat mengirim pesan, Whatsapp juga dapat mengirim file berupa dokumen, foto dan video. Fitur-fitur yang terdapat di Whatsapp memungkinkan menyimpan dokumen berupa excel, word, ppt maupun pdf. Siswa dapat mengirim materi dengan cara meneruskan pesan, sehingga memudahkan mereka berbagi dengan teman lain. Selain itu, pengguna juga dapat melakukan panggilan video kepada sesama pengguna, namun terbatas hanya dengan beberapa pengguna saja yang dapat bertemu langsung melalui panggilan video WhatsApp.16

Aplikasi WhatsApp sendiri sebagai sarana pembelajaran memiliki beberapa kelebihan antara lain tidak perlu log in terlebih dahulu untuk menggunakannya jika nomer handphone sudah terdaftar. Pengguna dapat langsung terhubung dengan pengguna Whatsapp lainnya, berbagi lokasi , mengirim dan meneruskan pesan kepada orang banyak (broadcast). Kelebihan Whatsapp adalah tidak terlalu banyak memakan kuota internet. Guru dapat mengobrol dengan peserta didik dan mengajukan pertanyaan dengan random. Melalui fitur info pada Whatsapp membuat guru bisa melihat siapa saja yang sudah membaca pesan dan siapa saja yang tidak aktif. Guru dapat mengirimkan materi berupa dokumen, foto, audio atau video sebagai bahan belajar peserta didik.

Guru dan peserta didik memungkinkan melihat dan mengulang materi pembelajaran melalui ponsel dengan mudah.17

Di SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan, penerapan asynchronous learning dengan menggunakan aplikasi WhatsApp digunakan untuk pengiriman tugas kepada guru mata pelajaran PAI yang bisa dilakukan dengan mengunggahnya pada grup Whatsapp pada

15 Ainul Yaqin, Wawancara dengan siswa Kelas VII SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan, Mei 9, 2022.

16 Hasriadi, “Model Pembelajaran Jarak Jauh Pendidikan Agama Islam Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi”, 93.

17 Satriyo Pambudi and Fauzi, “Synchronous & Asynchronous Learning Dalam Perkuliahan Fikih Wudu Masa Pendemi Covid-19 Di UNAIC,” Jurnal Ilmiah Mandala Education (JIME) 8, no. 1 (2022): 950.

(8)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022 waktu yang telah ditentukan.18 Grup Whatsapp menjadi keharusan bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran asynchronous learning sebagai sarana komunikasi pembelajaran meliputi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk memberikan kemudahan dan peluang yang baik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Model pembelajaran asynchronous learning dengan menggunakan grup Whatsapp ini dilaksanakan di SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan melalui beberapa tahapan. Pertama, guru membuat grup Whatsapp kelas dan menambahkan nomor kontak masing-masing anak dalam satu kelas untuk bergabung dengan grup. Setelah semua peserta didik bergabung ke dalam grup Whatsapp, guru membagikan materi atau tugas melalui grup Whatsapp tersebut. Selanjutnya, guru menjelaskan tujuan penggunaan grup Whatsapp dalam topik yang diajarkan. Peserta didik diharapkan untuk memahami dan menggunakannya sesuai dengan tujuan belajarnya serta selalu menjaga etika bahasa dan mengirimkan informasi. Setiap peserta didik yang sudah tergabung dalam grup Whatsapp dapat memberi tahu teman lain yang belum bergabung agar mereka bisa mengikuti informasi yang diberikan guru.

Bentuk kegiatan yang disampaikan oleh guru mata pelajaran PAI SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan mengenai belajar mandiri adalah memberi tugas di akhir pembelajaran tatap muka di sekolah. Misalnya guru meminta peserta didik untuk menemukan ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan tema, selanjutnya mereka diminta untuk menuliskan hukum bacaan tajwidnya. Peserta didik mengerjakan tugas tersebut di rumah kemudian dikumpulkan lewat gurp Whatsapp atau dikumpulkan pada pembelajaran tatap muka selanjutnya. Langkah-langkah pembelajaran seperti itu dapat memaksimalkan pembelajaran baik di rumah maupun di sekolah.19 Pembelajaran asynchronous menekankan pada kemandirian belajar dalam mengerjakan tugas karena penjelasan materi sudah didapatkan pada saat tatap muka.20 Dengan demikian, peserta didik juga dapat mengirimkan balasan, pertanyaan, dan berdiskusi dengan teman sekelas atau kelas lain.

18 Satriyo Pambudi and Fauzi, “Synchronous & Asynchronous Learning Dalam Perkuliahan Fikih Wudu Masa Pendemi Covid-19 Di UNAIC,” Jurnal Ilmiah Mandala Education (JIME) 8, no. 1 (2022): 954.

19 Amin Mahmud, Wawancara dengan guru PAI Kelas VII SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan, Mei 7, 2022.

20 Narayana, “Analisis Terhadap Hasil Penggunaan Metode Pembelajaran Synchronous Dan Asynchronous.”141.

(9)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022

Hambatan-hambatan Asynchronous Learning pada Pembelajaran PAI

Guru PAI SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan mengakui bahwa pembelajaran asynchronous pasti mempunyai beberapa hambatan selama kegiatan belajar berlangsung. Terdapat faktor-faktor yang mengakibatkan hambatan itu terjadi, sehingga peserta didik menjadi kurang bersemangat belajar. Apalagi jika ada tugas rumah yang harus diselesaikan, guru tidak dapat memantau secara langsung pekerjaan anak didiknya. Hambatan yang sering dihadapi kebanyakan adalah buruknya sinyal internet dan terbatasnya kuota internet.21 Hambatan lainya adalah kurangnya interaksi secara langsung antara peserta didik dan guru. Hal ini disebabkan tidak sempurnanya komunikasi yang mengarah pada elemen non verbal dalam interaksi keduanya.22

Hambatan lain yang dihadapi mengenai asynchronous learning adalah peserta didik malas membuka grup Whatsapp kelas. Selain itu, pada saat asynchronous learning mengakibatkan kurang efektifnya komunikasi antara guru dan peserta didik. Hal itu disebabkan karena infomasi yang diberikan oleh guru bersifat broadcast. Namun hal itu bisa diatasi dengan komunikasi yang lebih intens antara peserta didik dengan guru dengan menggunakan obrolan pribadi (personal chat) secara langsung. Hal itu bisa digunakan menjadi sarana pengumpulan tugas atau sebagai media untuk bertanya langsung apabila terdapat materi yang kurang dimengerti oleh peserta didik. Seperti yang dipaparkan oleh Pratiwi Kartika Sari pada penelitiannya bahwa meskipun pembelajaran asynchronous fleksibel namun tetap memiliki keterbasan.23

Sejalan dengan yang disampaikan guru PAI bahwa semua materi yang diberikan kepada anak lewat Whatsapp itu sudah sesuai dengan buku paket dan LKS. Namun apabila ada tambahan materi lain yang mengharuskan penjelasan secara langsung (face to face) terutama mengeani materi pelajaran yang membutuhkan praktik seperti merawat jenazah, tata cara bersuci, dan lainnya tidak bisa diberi penugasan asynchronous learning. Namun peserta didik diarahkan untuk mempelajari terlebih dahulu dengan melihat contoh-contoh praktik di Youtube tentang tata cara bersuci dan merawat jenazah. Namun yang menjadi kelemahannya adalah guru tidak bisa memantau pekerjaaan anak apakah mereka benar-benar melakukannya atau tidak.

21 Amin Mahmud, Wawancara dengan guru PAI Kelas VII SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan, Mei 7, 2022.

22 Suhairi and Jumara Santi, “Model Manajemen Pembelajaran Blended Learning Pada Masa Pandemi Covid-19,” Syntax Literate ; Jurnal Ilmiah Indonesia 6, no. 4 (April 20, 2021): 1979.

23 Pratiwi Kartika Sari and Ratna Dewi Kartikasari, “Penerapan Asynchronous Learning Menggunakan Media,” Abdi Masyarakat 1, no. 1 (2021): 12.

(10)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022 Dengan demikian, pembelajaran PAI harus mengikuti kemajuan teknologi dan memanfaatkan kesempatan dengan terus melakukan inovasi pembelajaran. Terlebih jika dilihat dari sisi penerapannya, persepsi akan pembelajaran PAI yang terkesan masih bersifat monoton, klasik, konvensional, kaku, terpaku pada buku teks bacaan, dan kurang inovatif memanfaatkan perkembangan teknologi.24 Pembelajaran menjadi cenderung membosankan dan harus diubah menjadi pembelajaran yang lebih interaktif sesuai kebutuhan peserta didik. Pembelajaran PAI harus berimplikasi dan memanfaatkan pembelajaran daring (online learning) guna menciptakan pembelajaran yang efektif, interaktif, dan sesuai dengan tantangan dan tuntutan jaman. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya pembaharuan dalam segi model pembelajaran pada pembelajaran PAI.25

Penekanan model pembelajaraan asynchronous yaitu untuk menciptakan forum diskusi yang baik menjadi aspek yang paling penting. Adapun guru dan peserta didik menjadi pihak yang terlibat dalam pembelajaran asynchronous mandiri. Pemilihan literatur yang tepat dan baik oleh instruktur atau guru menjadi komponen yang diperlukan untuk membuat diskusi yang baik dalam pendekatan pembelajaran asynchronous.26 Pernyataan di atas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Khoiruddin, dkk yang memaparkan bahwa walaupun pembelajaran daring sudah memakai teknologi yang canggih, namun jika tidak ada interaksi langsung antara guru dan peserta didik maka hasilnya tidak maksimal.27

Fleksibilitas penerapan asynchronous learning ada yang positif dan negatif.

Asynchronous learning merupakan suatu inovasi dan variasi pembelajaran yang menjadikan suatu pembelajaran itu menjadi lebih menarik dan efektif. Harapannya adalah agar peserta didik menjadi lebih termotivasi memperoleh ilmu dari gurunya dan lebih mudah mencerrna materi pelajaran yang disampaikan. Sehingga tujuan pembelajaran tidak hanya sekadar menyampaikan materi pembelajaran namun juga

24 Siti Rohmaturrosyidah Ratnawati and Wilis Werdiningsih, “Pemanfaatan E-Learning Sebagai Inovasi Media Pembelajaran PAI Di Era Revolusi Industri 4.0,” Belajea; Jurnal Pendidikan Islam 5, no. 2 (2020): 202.

25 Mahmudah and Luthfi Yasykur, “Implikasi Pembelajaran Daring (Online Learning) Pada Pembelajaran PAI,” AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan Dan Keislaman 8, no. 2 (2022): 2.

26 Martin A. Andresen, “Asynchronous Discussion Forums: Success Factors, Outcomes, Assessments, and Limitations,” Educational Technology and Society 12, no. 1 (2019): 250.

27 M. Arif Khoiruddin and Sutiani Sutiani, “Efektivitas Model Pembelajaran Blended Learning Pada Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Di Madrasah Ibtidaiyah,” Intelektual: Jurnal Pendidikan Dan Studi Keislaman 12, no. 1 (2022): 96.

(11)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022

tersampaikannya setiap makna dari pengetahuan yang bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari oleh peserta didik di SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan.

Kesimpulan

Penggunaan model asynchronous learning di SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan pada pembelajaran PAI bisa terlaksana karena semua peserta didik memiliki gadget dan aplikasi whatsapp. Hasil penelitian di SMP Islam Nurul Anwar Pasuruan menjelaskan bahwa penerapan pembelajaran secara asynchronous learning bisa dilakukan pada waktu dan tempat yang berbeda antara guru dan peserta didik. Model pembelajaran ini mengutamakan untuk peserta didik supaya bisa mandiri selama belajar. Terdapat beberapa hambatan dalam penerapan pembelajaran asynchronous antara lain cukup sulitnya guru dalam memantau peserta didik secara langsung ketika belajar mandiri.

Sedangkan kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik adalah susah sinyal, banyaknya pemakaian kuota internet, dan kesulitan peserta didik dalam memahami pelajaran yang diberikan oleh guru.

Referensi

Andresen, Martin A. "Asynchronous Discussion Forums: Success Factors, Outcomes, Assessments, and Limitations." Educational Technology and Society 12, no. 1 (2019): 249–57. https://www.jstor.org/stable/jeductechsoci.12.1.249.

Darmawan, Erlan. “Implementasi Model Pembelajaran Asynchronous Dalam Perancangan Aplikasi Simulasi Panduan Pecinta Alam.” Jurnal Cloud Information

3, no. 2 (2018): 13–19.

https://journal.uniku.ac.id/index.php/cloudinformation/article/view/1303/0.

Hartanto, Wiwin. “Penggunaan E-Learning Sebagai Media Pembelajaran.” Jurnal

Pendidikan Ekonomi 10, no. 1 (2018): 1–18.

https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPE/article/view/3438.

Hasriadi. “Model Pembelajaran Jarak Jauh Pendidikan Agama Islam Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi.” Jurnal Konsepsi 11, no. 1 (2022): 85–97.

https://www.p3i.my.id/index.php/konsepsi/article/view/174/173.

Jatmiko, Bakhoh. “Pelatihan Optimalisasi Media Pembelajaran Daring Untuk Menunjang Synchronous Dan Asynchronous Learning System.” International Journal of Community Service Learning 6, no. 1 (2022): 20–29.

https://doi.org/10.23887/ijcsl.v6i1.43367.

Khoiruddin, M. Arif, and Sutiani Sutiani. “Efektivitas Model Pembelajaran Blended Learning Pada Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Di Madrasah Ibtidaiyah.”

Intelektual: Jurnal Pendidikan Dan Studi Keislaman 12, no. 1 (2022): 88–100.

https://doi.org/10.33367/jiv12i1.2444.

Mahmudah, and Luthfi Yasykur. “Implikasi Pembelajaran Daring (Online Learning)

(12)

Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol. 12 (2), 2022 Pada Pembelajaran PAI.” AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan Dan Keislaman 8, no. 2 (2022): 1–11. https://doi.org/10.53627/jam.v8i2.4512.

Miles, Matthew B., A. Michael Huberman, and Johnny Saldana. "Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook," 4th ed., 104. Arizona State University: SAGE Publications, 2019.

Narayana, I Wayan Gede. “Analisis Terhadap Hasil Penggunaan Metode Pembelajaran Synchronous Dan Asynchronous.” Seminar Nasional Teknologi Informasi Dan

Multimedia 4, no. 1 (2016): 139–44.

https://ojs.amikom.ac.id/index.php/semnasteknomedia/article/view/1255.

Nurhidin, Edi. “Implementasi Model Pembelajaran Kelas Terbalik Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Islam Terpadu.” Eduprof : Islamic Education Journal 2, no. 2 (2020): 61–76. https://doi.org/10.30736/kuttab.v1i1.95.

Pambudi, Satriyo, and Fauzi. "Synchronous & Asynchronous Learning Dalam Perkuliahan Fikih Wudu Masa Pendemi Covid-19 Di UNAIC." Jurnal Ilmiah Mandala Education (JIME) 8, no. 1 (2022): 950–57.

http://dx.doi.org/10.36312/jime.v8i1.2920.

Rahmatiah, Dewi Sri, and dkk. “Efektivitas Pembelajaran Daring Dengan Metode Asynchronous Learning Di UPT SPF SMP Negeri 53 Makassar.” Jurnal Konsepsi 10, no. 2 (2021): 43–51. https://p3i.my.id/index.php/konsepsi.

Ratnawati, Siti Rohmaturrosyidah, and Wilis Werdiningsih. “Pemanfaatan E-Learning Sebagai Inovasi Media Pembelajaran PAI Di Era Revolusi Industri 4.0.” Belajea;

Jurnal Pendidikan Islam 5, no. 2 (2020): 199.

https://doi.org/10.29240/belajea.v5i2.1429.

Sari, Pratiwi Kartika, and Ratna Dewi Kartikasari. “Penerapan Asynchronous Learning Menggunakan Media.” Abdi Masyarakat 1, no. 1 (2021): 11–18.

https://doi.org/10.56301/awal.v4i1.122.

Siswanto, M. Abdul Rohman Kartanagara, and Su-Chuan Liu. “Pengaruh Penerapan Asynchronous Learning Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar.” Jurnal Kependidikan: Penelitian Inovasi Pembelajaran 5, no. 1 (2021): 74–84.

https://doi.org/10.21831/jk.v5i1.39420.

Suhairi, and Jumara Santi. “Model Manajemen Pembelajaran Blended Learning Pada Masa Pandemi Covid-19.” Syntax Literate ; Jurnal Ilmiah Indonesia 6, no. 4 (April 20, 2021): 1977–96. https://doi.org/10.36418/SYNTAX-LITERATE.V6I4.2472.

Sutriyanti, N.K. Menyemai Benih Dharma Perspektif Multidisiplin. Jakarta: Yayasan Ahmad Cendekia Indonesia, 2020.

Referensi

Dokumen terkait