Rangkuman
Penyederhanaan
Kurikulum
Pelonggaran relaksasi pembelajaran, sehingga mulai di buka belajar di sekolah dengan pertimbangan tertentu.
Namun tetap mempertimbangan dan menjamin keselamatan dan harus mengikuti saran satgas di daerah masing masing
(Muhajir Efendi)
Dasar Kurikulum Darurat
Pemerintah mengeluarkan kurikulum darurat (dalam masa khusus) karena dalam kondisi
bencana, seperti pandemi Covid-19,
pembelajaran tidak dapat dilakukan secara normal, sehingga diperlukan relaksasi dan adaptasi pembelajaran. Penyederhanaan yang dilakukan dalam kurikulum darurat (dalam kondisi khusus) memastikan
kompetensi yang harus dicapai tetap
terpenuhi.
Dasar Kurikulum Darurat
Dasar hukum kebijakan ini adalah Keputusan Mendikbud Nomor 719/P/2020 dan mulai
berlaku pada tanggal 4 Agustus 2020
Opsi Kurikulum
Semua jenjang pendidikan dapat memilih opsi sebagai berikut:
1. tetap menggunakan kurikulum nasional;
2. menggunakan kurikulum darurat (dalam kondisi khusus); atau
3. melakukan penyederhanaan kurikulum secara
mandiri
Kurikulum dalam Kondisi Khusus
Bukan kurikulum baru. Kurikulum darurat (dalam kondisi khusus) merujuk pada KI dan KD yang dijabarkan dalam kurikulum yang berlaku. Analisis dan pemetaan KD dilakukan untuk mengidentifikasi KD yang esensial dan prasyarat, sehingga meskipun jumlah KD disederhanakan, kompetensi yang ingin dicapai tetap terpenuhi. Penggunaan kurikulum darurat (dalam
kondisi khusus) merupakan salah satu opsi yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk melaksanakan relaksasi dan adaptasi pembelajaran dalam kondisi khusus, seperti saat terjadi bencana. Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), kurikulum darurat (dalam kondisi khusus) merujuk kepada 6 aspek perkembangan anak secara holistik dan terpadu sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak.
Efek Negatif PJJ
• 1. Putus sekolah
• 2. Kesenjangan capaian belajar
• 3. Resiko stress siswa
Prinsip Pembukaan Sekolah
1. Kesehatan dan keselamatan
2. Tumbuh kembang peserta didik dan
kondisi psikososial
Perluasan pembelajaran tatap muka
1.Zona hijau dan kuning memperbolehkan tatap muka, tapi tidak memaksakan, persetujuan pemda, kanwil, komite, kepala, bahkan jika orang tua tidak mau maka tetap tidak bisa memaksa utk
masuk sekolah
2.Zona merah dan orange tetap di larang
3.SMA, SMP, SD. Sederajat boleh utk zona hijau, kuning tapi paud tidak buka dulu, baru 2 bln ketentuan ini, setelah masa transisi
4.SMK, PT utk harus praktik boleh melakukan di sekolah utk semua zona, sedangkan teori tetap PJJ
5.Pendidikan dasar dan menengah mak 18 siswa per kelas dg jarak 1,5 m, protokol kesehatan. OR, kumpul di kantin tdk boleh.
6.Apabila terindikasi dalam kondisi tidak aman atau resiko daerah berubah, satuan pendidikan wajib di tutup kembali