• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rangkuman PPW sementara

N/A
N/A
soto madiun

Academic year: 2025

Membagikan "Rangkuman PPW sementara"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Nama: Syafira Regi Purnomo NIM : H0221109

Kelas : B

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 13 TAHUN 2017 YANG MENGATUR TENTANG PELESTARIAN GENETIKA KOPI ARABIKA TIPIKA

TORAJA

Peraturan ini dibuat dengan menimbang bahwa inisiatif penting dalam menjaga keberlangsungan sifat genetika kopu Arabika tipika Toraja dan keaslian warisan budaya serta alam daerah Toraja Utara selain itu, belum adanya Peraturan Daerah yang menjadi dasar hukum pelestarian genetika kopi Arabika Tipika Toraja. Dalam review ini, akan dibahas secara menyeluruh mengenai konteks, tujuan, isi, serta dampak dari peraturan daerah tersebut.

BAB 1 Ketentuan umum :

Bagian BAB 1 terdiri dari Pasal 1 yang menjelaskan mengenai beberapa pengertian seperti, Dewan Perwakilan Daerah, Pemerintah Desa, genetika, sertifikasi benih, sertifikasi mutu benih, varietas, pasca panen kopi, Perkebunan, kelompok tani, penyuluhan, pendamping, dan Pemerintah Daerah dengan pengertian Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah otonom. Mutu Kopi merupakan mutu kopi sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Benih adalah hasil perkembangbiakan secara generatif maupun vegetatif yang akan digunakan untuk memperbanyak tanaman atau untuk usaha tani. Induk benih adalah suatu individu pohon yang memiliki syarat- syarat sebagai pohon penghasil benih.

BAB II Asas, Tujuan, dan Ruang lingkup:

Bagian kesatu asas dalam Pasal 2 mengenai pelestarian genetika Kopi Arabika diselenggarakan berdasarkan asas manfaat, partisipatif, terpadu, adil, transparan. Bagian kedua berisi tujuan pada Pasal 3 mengenai tujuan pelestarian genetika untuk melindungi dan melestarikan Genetika Kopi Arabika Tipika Toraja, menjamin kepastian harga, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani Kopi Arabika Tipika Toraja; dan membina dan memberdayakan kelompok

(2)

tani Kopi Arabika Tipika Toraja. Pasal 4 berisikan bahwa penyelenggaraan dilakukan secara menyeluruh dalam satu sistem pengelolaan dari hulu sampai hilir. Bagian ketiga Ruang Lingkup pada Pasal 5 bahwa ruang lingkup Peraturan Daerah meliputi varietas yang dikembangkan, sertifikasi produk, promosi dan pemasaran, pendanaan, pemberdayaan masyarakat, sanksi administrasi.

Bab III Varietas yang Dikembangkan

Bagian kesatu umum, membahas pada Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10.

Bagian kesatu umum Pasal 6 berisikan bahwa varietas kopi yang dibudidayakan adalah varietas Kopi Arabika Tipika Toraja. Bagian Kedua Penggunaan Benih Bermutu dalam Pasal 7 menyampaikan bahwa benih yang digunakan berasal dari genetika mutu tinggi, diperoleh dari tegakan khusus sebagai sumber benih yang memenuhi semuaa persyaratan. Bagian Ketiga Teknologi Budaya pada Pasal 8 bahwa bibit yang berkualitas diperoleh dari pembibitan standar dan memenuhi persyaratan, bibit yang sudah cukup umur dan memenuhi persyaratan dipindahkan ke areal penanaman. Lubang tanam dibuat 60x60x60 cm diisi dengan pupuk kandang secukupnya.

Pemangkasan dilakukan atas petunjuk penyuluh yang bertugas. Bagian Keempat Budidaya Organik pada Pasal 9 berisikan budidaya organik seluruhnya menggunakan bahan organik dari pupuk, pengendali hama untuk mengembangkan setiap kelompok petani kopi arabika. Bagian Kelima Pemanenan pada Pasal 10 berisikan bahwa panen buah kopi dilakukan pada buah yang benar-benar matang, buah yang siap panen berwarna merah tua, dikumpulkan pada tempat khusus dan diberi perlakuan untuk meningkatkan kualitas biji kopi seperti fermentasi, pengupasan kulit lunak, pengeringan, pengupasan kulit tanduk dll.

BAB IV Promosi dan Pemasaran

Penjelasan pada Pasal 11 mengenai peningkatan promosi dan pemasaran kopi Arabika Tipika Toraja maka dibentuk satu lembaga khusus promosi dan pemasaran yang dilengkapi dengan fasilitas promosi dan pemasaran oleh pemerintah daerah dengan ketentuan struktur dan susunan keanggotaan kmbaga Promosi dan Pemasaran Kopi Arabika Tipika Toraja ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Bagian Kesatu Umum dalam Pasal 12 berisi mengenai pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan kelompok tani, pelatihan, penyuluh, pendampingan, teknologi dan modal usaha. Bagian Kedua Pembentukan Kelompok Tani pada Pasal 13 bahwa pembentukan

(3)

kelompok tani kopi dilakukan pada setiap lembang atau gabungan lembang dalam kawasan pelestarial genetika Kopi Arabika Tipika Toraja. Koperasi kelompok tani difasilitasi oleh Pemerintah Daerah untuk memperoleh bantuan dana baik dari APBD Kabupaten dan/atau APBD Provinsi dan/atau APBN atau sumber keuangan lainnya yang tidak mengikat. Bagian Ketiga Pelatihan pada Pasal 14 berisikan bahwa pelatihan meliputi kemampuan dalam pemanenan, teknologi pengupasan kulit lunak, dan pengupasan kulit keras dan pengeringan, serta peningkatan kemampuan dalam pengenalan teknologi pengolahan, pengepakan, dan pengangkutan. Bagian Keempat Penyuluhan dalam Pasal 15 bahwa penyuluhan kelompok tani meliputi biologi tanaman Kopi Arabika Tipika Toraja, pengendalian hama dan penyakit tanaman Kopi Arabika Tipika Toraja, dan teknologi pemanenan. Penyuluhan kelompok industri rumah pengolahan Kopi Arabika Tipika Toraja meliputi pengenalan teknologi pengolahan, kualitas produk olahan dan pengepakan.

Penyuluhan diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas yang mengurusi Kopi Arabika. Bagian Kelima Pendampiangan dalam Pasal 16 bahwa pendampingan dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas yalg mengurusi Kopi Arabika. Tenaga pendamping adalah tenaga terdidik yang dilatih khusus sebagai tenaga pendamping. Bagian Keenam Teknologi, Teknologi pada Pasal 17 berisikan bahwa dimanfaatkan untuk meningkatkan efesiensi dan mutu kopi. Bagian Ketujuh Modal Usaha pada Pasal 18 berisikan bahwa modal usaha diberikan kepada kelompok tani dan kelompok industri rumah pengolahan kopi bersumber dari APBD, dan atau APBD Provinsi dan atau APBN dan sumber dana lainnya yang sah dan tidak mengikat dan jumlahnya ditetapkan melalui keputusan bupati.

BAB V Sanksi Administratif

Dijelaskan pada Pasal 19 mengenai sanksi administrative berupa teguran lisan, teguran tertulis dan atau pencabutan sementara izin. Ketentuan lebih lanjut ditetapkan dengan peraturan Bupati.

BAB VI Pendanaan

Pendanaan pada Pasal 20 mengenai pelestarian genetika Kopi Arabika Tipika Toraja berasal dari APBD dan sumber dana lainnya yang sah dan tidak mengikat.

BAB VII Ketentuan Penutup

(4)

Penutup pada Pasal 21 bahwa peraturan Bupati sebagai pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan sejak Peraturan Daerah ini diundangkan. Pasal 22

“Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal ditetapkan agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam l,embaran Daerah Kabupaten Toraja Utara”.

Kesimpulan

Peraturan Daerah Kabupaten Toraja Utara Nomor 13 Tahun 2017 tentang Pelestarian Genetika Kopi Arabika Tipika Toraja merupakan langkah yang sangat positif dalam upaya menjaga keberlangsungan kopi Arabika Tipika Toraja sebagai salah satu produk unggulan daerah tersebut.

Dengan implementasi yang baik dan dukungan dari berbagai pihak terkait, diharapkan regulasi ini dapat memberikan dampak yang signifikan dalam menjaga keberlanjutan ekosistem dan budaya lokal Toraja Utara. Selain itu, perlu adanya monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap implementasi peraturan ini guna memastikan pencapaian tujuan pelestarian genetika kopi Arabika Tipika Toraja yang optimal.

Referensi

Dokumen terkait

Mengacu pada ketentuan Pasal 22D Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ayat (1) berbunyi, “Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan

bahwa sesuai ketentuan Pasal 114 ayat (5) Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 1 Tahun 2019 tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009 bab 1 pasal 1 bagian ketentuan umum menjelaskan bahwa kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

Ketentuan pasal 45 ayat (1) huruf c dan ketentuan pasal 63 Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 1 Tahun 2018 tentang Tata Tertib

bahwa ketentuan Pasal 199 ayat (5) dan Pasal 268 ayat (5) Undang Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Pengertian Praktik Pengalaman Lapangan ada dalam Bab I ketentuan umum pasal 1 yang menjelaskan bahwa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler

bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 72 ayat (4) Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib Dewan

bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 142 ayat (3) Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan