• Tidak ada hasil yang ditemukan

realisasi kesantunan berbahasa dalam ranah keluarga sopir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "realisasi kesantunan berbahasa dalam ranah keluarga sopir"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Oleh karena itu, etika berbahasa dalam masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang rukun dan nyaman. Berdasarkan pengamatan penulis (di lingkungan keluarga pengemudi angkutan umum (pete-pete)) bahwa dalam hal kesantunan masyarakat Makassar saat ini nampaknya terdapat fenomena penggunaan bentuk bahasa yang santun. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti etika berbahasa di kalangan pengemudi angkutan umum dalam ranah keluarga yang merupakan sesuatu yang tidak enak didengar.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana kesantunan berbahasa pengemudi angkutan umum (pete-pete) dalam ranah keluarga?”. Untuk memperoleh gambaran dan menjelaskan kesantunan berbahasa di kalangan pengemudi angkutan umum (pete-pete) dalam ranah keluarga. Memberikan masukan kesantunan berbahasa kepada pengemudi angkutan umum (pete-pete) di lingkungan keluarga, guna memudahkan komunikasi dalam tindak tutur santun berbahasa.

Berkontribusi dalam pengembangan teori sosiolinguistik dan juga untuk membantu penelitian lebih lanjut terkait kesantunan berbahasa. Ardianto (2014) “Bahasa Sopan Di Kalangan Remaja Di Desa Kalipancur Kecamatan Bojong Daerah Pekalongan Kajian Sosiolinguistik” Moh Ardianto menyimpulkan bahwa masyarakat dikatakan mempunyai budi pekerti yang tinggi apabila mempunyai sikap berbahasa yang lancar dan santun dalam menghadapinya. Kesantunan berbahasa dapat dilakukan dengan cara penutur mematuhi prinsip-prinsip kesantunan berbahasa yang berlaku dalam masyarakat pengguna bahasa tersebut.

Penelitian analisis kesantunan berbahasa di kalangan pengemudi angkutan umum ranah keluarga ini menganalisis penyimpangan dan kepatuhan terhadap prinsip kesantunan berbahasa dalam berkomunikasi dalam ranah keluarga. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan merekam percakapan santun bahasa pengemudi angkutan umum (pete-pete) dalam dunia keluarga, teknik menyimak dari percakapan sehari-hari. Peneliti mengelompokkan data berdasarkan prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan pengemudi angkutan umum saat berinteraksi dengan keluarga lalu dianalisis dan disimpulkan.

Dalam percakapan sebagian anggota keluarga, seperti halnya percakapan ibu dan anak, terdapat unsur pendidikan yang kuat dalam bahasa tersebut, misalnya maksim apresiasi. Sesuai dengan jenis penelitian yang telah dilakukan, maka hasil penelitian ini merupakan hasil deskriptif yang menjelaskan secara kritis bentuk-bentuk kesantunan berbahasa dalam ranah keluarga pengemudi angkutan umum, yang terdiri dari (1) apresiasi yang maksimal, 2 ) simpati yang maksimal, (3) kemurahan hati yang maksimal, (4) kesederhanaan/kesopanan yang maksimal. Bahasa sopan di Jl. Bontoduri 4 Makassar yang khusus disampaikan oleh masyarakat Jeneponto mengandung unsur kesantunan berbahasa dan sesuai dengan prinsip kesantunan berbahasa.

Prinsip kesantunan berbahasa konsisten dengan maksim kemurahan hati, maksim kesederhanaan, maksim hormat, maksim persetujuan/kesesuaian, dan maksim simpati. Selanjutnya skala kesantunan berbahasa terdapat pada tuturan yang diucapkan masyarakat Jeneponto menurut lima ukuran kesantunan berbahasa yang didasarkan pada masing-masing maksim interpersonal, kelima skala tersebut adalah a) skala kerugian dan keuntungan, b) skala pilihan c) skala ketidaklangsungan. , d) skala kewenangan dan e) skala jarak sosial. Penulis berharap dengan penelitian penulis mengenai kesantunan berbahasa dapat membangkitkan minat penulis lain untuk melakukan penelitian.

Prinsip kesantunan berbahasa menurut para ahli hendaknya dikenalkan kepada peneliti agar tidak terfokus pada prinsip kesantunan berbahasa menurut Leech.

Rumusan Masalah

Tujuan penelitian

Manfaat Penelitian

Rahardi berkata, dengan maksim kemurahan hati atau maksim kemurahan hati, penutur diharapkan dapat menghormati orang lain. Rasa hormat kepada orang lain akan timbul apabila orang dapat mengurangkan keuntungan untuk diri mereka sendiri dan memaksimumkan keuntungan untuk orang lain. Dengan maksim kedermawanan atau maksim kemurahan hati, penutur diharapkan menghormati orang lain.

Ini adalah keuntungan saya." Ibu B meremehkan pujian dirinya dengan mengatakan, "Wow, saya akan gugup." Ibu : “Oh iya, rapi banget kelihatannya, Bu.” Dari cerita tersebut, seorang ibu memuji dan mengungkapkan dengan tegas dan jelas kepada anaknya bahwa ia telah membersihkan kamar. Lalu ibu: “bawa dia tidur di dalam, buatkan susu lalu dia akan tidur”, ibu: “taruh dia di dalam”. , anak : “Aku ambil susu dulu.” Maksim simpati, misal : ibu : “katakanlah sebentar lagi kamu akan lupa, disana di baskom”, anak : “sudah selesai”, dari percakapan tersebut seorang ibu menyuruh anak melakukan sesuatu dan anak pun melakukan apa yang diperintahkan.

Misalnya, maksim kesederhanaan: anak: “orang kulit hitam”, ibu: “Elle sama seperti orang kulit putih mana pun dia mengkritik, pakai cermin dulu baru kemudian. Anak: “Bu, besok datang ke sekolah dan minta guru untuk mengambil gambarku.” lapor!”, Ibu : “Malu ya”. Dari percakapan tersebut, seorang ibu tidak merespon sesuai keinginan anaknya dengan menjawab “Tentu saja” kata ibu tersebut untuk mengurangi pujian pada dirinya sendiri dengan mengatakan “maluku ya”. Selanjutnya percakapan yang kedua adalah percakapan antara ibu dan anak perempuannya.Anak “Tadi aku yang mengerjakan kamar” maksudnya adalah anak yang baru bersih-bersih menceritakan kepada ibunya bahwa dia baru saja terbantu dengan pekerjaan ibunya.

Sebab orang yang antipati terhadap orang lain dianggap tidak menghargai orang lain. Dari percakapan di atas, penutur dan lawan bicaranya berusaha menghargai orang lain dengan cara meminimalkan keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dan hal ini termasuk dalam maksim kemurahan hati. Tuturan di atas termasuk maksim kemurahan hati, karena penutur dan mitra tutur berusaha menghargai orang lain dan mengurangi kelebihan diri sendiri. Selain itu, tuturan di atas enak didengar dan tidak mengandung unsur kritik.

Percakapan antar saudara supir angkot.. ibu : elle itu seperti orang kulit putih, siapapun dia yang mengkritik, pakai cermin dulu sebelum mengkritik, lihat dulu wajahmu sendiri.. anak : jadi kalau kamu tidak suka.. Ibu : jadi kamu tidak menyukai siapa pun, jangan asal berbuat apa-apa, mencela orang kulit hitam. Penulis berharap dapat dimudahkan untuk melakukan penelitian langsung di lapangan sehingga data yang diperoleh mudah diperoleh dan masyarakat yang akan diteliti mengetahui bahwa penelitian kesantunan berbahasa dalam lingkungan sosial memegang peranan penting dalam terciptanya sebuah penelitian. masyarakat yang aman dan damai. Deskripsi Naskah Kesantunan Berbahasa Kesantunan Positif Naskah Pragmatis Rousseau Kajian Strategi Samar Lontara Sulapa Appa Wajah Positif, (online), 07 Juni 2014.

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

Kajian Pustaka

  • Penelitian yang Relevan
  • Pengertian Kesantunan
  • Pengertian Kesantunan Berbahasa
  • Penggolongan Prinsip Kesantunan Berbahasa
  • Ciri- Ciri Kesantunan Berbahasa
  • Peranan Anggota Keluarga
  • Hubungan dalam Keluarga

Jenis Penelitian

Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan dan mendeskripsikan apa yang dialami subjek. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, sehingga dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Hal ini disebabkan penerapan metode kualitatif (Moleong.

Lokasi Penelitian

Populasi dan sampel

Waktu Penelitian

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

Dari percakapan tersebut, seorang perempuan memberi isyarat bahwa dinding kamarnya basah sehingga suaminya segera mengambil tindakan dengan memperbaiki atap. Dari percakapan tersebut sang laki-laki memberikan isyarat kepada istrinya agar istrinya merasa simpati dan segera memberinya air minum dan istrinya pun segera mengerti dan membelikan es batu untuk diberikan kepada suaminya. Percakapan yang kedua antara ayah dan anak, pada percakapan ini sang ayah bertanya kepada anaknya “Mengapa demikian?”.

Dari percakapan kedua ini, yang termasuk dalam maksim simpati antara penutur dan lawan bicaranya, terdapat unsur memaksimalkan rasa saling simpati antara satu pihak dengan pihak lainnya. Kemudian laki-laki itu menjawab “sebentar”, ketika mendengar pertanyaan istrinya, laki-laki itu menjawab pertanyaan perempuan itu dengan berkata sebentar, yang berarti lemari yang dipesan akan tiba, tapi mungkin tidak sampai sore hari. Dari percakapan tersebut pula muncul sikap saling memaksimalkan simpati antar partisipan, sehingga termasuk dalam maksim simpati.

Ketika sang istri mendengar keluh kesah suaminya, ia langsung berdiri dan berkata “tunggu sebentar, saya akan membeli es batu dulu” sambil bergegas dari tempat duduk untuk membeli es batu karena suaminya haus. Percakapan ini terjadi saat keduanya sedang melihat-lihat kilometer listrik yang baru dipasang di balkon wisma. Percakapan yang kedua adalah antara seorang istri dengan seorang suami, dalam percakapan ini sang istri ingin membeli sesuatu, namun karena uang di dompetnya hanya tersisa sedikit, ia mengadu kepada suaminya dan berkata “oh, uangku hanya punya sedikit”. di dompetku".

Mendengar hal itu, pria itu langsung berkata: "Ya, gunakan uang saya juga... baiklah, saya akan mengambilnya sebentar lagi." Di sini sang suami mengerti apa yang dimaksud istrinya jika memang dia meminta uang, demikian katanya. , sebentar lagi aku ambil." Percakapan ini terjadi ketika anak tersebut meminta kepada ibunya untuk hadir di sekolah "Bu, besok datanglah ke sekolah dan suruh guru untuk mengambilkan kartuku!" Lalu sang ibu menjawab "malu-maluku Di Sini'." Tuturan yang disampaikan seorang anak kepada ibunya di atas mengandung maksim kerendahan hati.

Percakapan pertama antara istri dan suami, percakapan ini terjadi saat mereka mengetahui konsumsi listrik di kilometer rumah tempat mereka kost. Dari tuturan di atas, penutur mengembangkan keserasian timbal balik antara penutur dan mitra tutur, dan hal ini termasuk dalam maksim persetujuan/kesesuaian. Percakapan kedua antara ibu dan anak. Percakapan ini terjadi ketika ada yang bertanya tentang seseorang dan ibu ini menjawab “orang tersebut tidak ada karena sudah lulus”, artinya dia memberitahukan bahwa orang tersebut sudah tidak ada lagi karena pendidikannya telah selesai, sehingga orang tersebut telah tiada.

Dari percakapan di atas, para partisipan tutur membangun keserasian timbal balik antara penutur dengan penutur dan mitra tutur dan hal ini termasuk dalam maksim kesepakatan/kesesuaian. Percakapan ini terjadi saat musim hujan dan dinding kamar mereka basah karena atapnya bocor sehingga membuat dinding basah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan

Hasil Penelitian

  • Maksim Penghargaan
  • Maksim Kesimpatian
  • Maksim Kedermawanan
  • Maksim Kesederhanaan/Kerendahan Hati
  • Maksim Permufakatan/Kecocokan
  • Maksim Kebijaksanaan

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Saran

Ibu: tiga atau lima, mungkin sebanyak itu Anak: Saya tidak tahu tentang pacar Feisal Ibu: Saya tahu tentang pacar Feisal Anak: berkulit hitam. Wanita: Wah, Ros tidak tahu nasinya dipakai apa atau apa, karena dia belum pernah terlihat memasak. Anak : Innie, kamu tau Adede manggil siapa smaki, ada berapa lusin? Ibu : tiga, lima ji, cetakan yoka.

Wanita: Saya sudah sebulan tidak menggunakannya, lalu saya ingin menggunakannya lagi. Wanita: Wah, saya tidak tahu kalau Ros itu pakai rice cooker atau apa. Anda belum pernah terlihat memasak.

Referensi

Dokumen terkait

masalah ini, bagaimana pasangan suami istri karier bisa mewujudkan keluarga yang harmonis meskipu keduanya sibuk bekerja, bagaimana cara pasangan suami istri karier