Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Desember 2021 pISSN 2685-0303
197
Reboisasi Sumber Mata Air Labieng Berbasis Masyarakat Lokal
Savitri, Irfan Farizy, Fariz Al Fattah, Muhammad Rizal, Fizatulzahra, Nita Fitria
Universitas Abulyatama, Jl. Blang Bintang Lama Km. 8,5 Lampoh Keude Kuta Baro-Aceh Besar
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
Gampong Saree Aceh is one of the villages in the Lembah Seulawah sub-district, Aceh Besar District. The Labieng spring is the only spring in Gampong Saree Aceh. This water source is used by the people of Gampong Saree Aceh for daily needs and as a source of irrigation. The main problem faced by the people of Gampong Saree Aceh is the decrease in water discharge due to rampant illegal logging for agricultural land around the springs, especially at the foot of Mount Seulawah Agam. Based on this condition, reforestation is needed around Mount Seulawah which aims to restore the function of the forest. Petai, Jackfruit and Mahogany tree seedlings were chosen because when these trees are big they have strong roots. Besides being able to preserve the natural resources that already exist in the forest, it also has economic value from the harvest of petai and jackfruit. The results of this community empowerment activity are: 1) Increasing community participation in water resources conservation; 2) Increase public environmental awareness to preserve water resources; 3) reduce the effects of air pollution and global warming.
Keywords: Seulawah Agam, water source conservation, reforestation
ABSTRAK
Gampong Saree Aceh merupakan salah satu Gampong yang berada di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar . Mata air Labieng adalah satu-satunya sumber mata air yang ada di Gampong Saree Aceh. Sumber air ini dimanfaatkan masyarakat Gampong Saree Aceh untuk kebutuhan sehari-hari dan sebagai sumber irigasi. Permasalahan utama yang dihadapi masyarakat Gampong Saree Aceh adalah menurunnya debit air akibat maraknya penebangan liar untuk lahan pertanian disekitar sumber mata air, terutama dikawasan kaki Gunung Seulawah Agam.
Berdasarkan kondisi ini dibutuhkan r e b o i s a s i d i s e k i t a r g u n u n g S e u l a w a h y a n g b e r t u j u a n u n t u k m e n g e m b a l i k a n f u n g s i h u t a n . Bibit pohon Petai, Nangka dan Mahoni dipilih karena jika pohon ini sudah besar memiliki perakaran yang kuat. Selain d a p a t m e l e s t a r i k a n s u m b e r d a y a a l a m y a n g s u d a h a d a d i h u t a n , juga memiliki nilai ekonomis dari hasil panen buah petai dan nangka. Hasil dari kegiatan pemberdayaan masyarakat ini yaitu: 1) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam konservasi sumber daya air; 2) Meningkatkan kesadaran lingkungan masyarakat untuk menjaga kelestarian sumber daya air; 3) mengurangi efek polusi udara dan pemanasan global.
198
Kata Kunci: seulawah agam, konservasi sumber air, Reboisasi,
PENDAHULUAN
Sumber daya alam yang paling utama dibutuhkan makhluk hidup adalah air. Air merupakan kebutuhan makhluk hidup yang paling hakiki, termasuk manusia, tanaman dan hewan. Oleh sebab itu air perlu ditata pengelolaannnya agar memberikan manfaat bagi
rakyatnya. Dalam jaringan distribusi air, diperlukan suatu sistem yang terkoordinasi, baik antara para pelaku maupun pembuat kebijakan di sektor perairan, dan jaminan perolehan air yang cukup.
Sumber daya air merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk keberlanjutan kehidupan makhluk hidup terutama manusia. Keberadaan air dapat berperan multiguna, dapat digunakan sebagai air minum dan MCK (mandi, cuci, kakus), mengairi lahan pertanian, dan ekonomi. Maka diperlukan adanya suatu pengelolaan terhadap sumber daya air agar keberadaannya tetap bermanfaat dan berkelanjutan untuk kepentingan jangka panjang.
Masyarakat memanfaatkan potensi sumber air yang dimiliki yaitu sumber air Labieng. Sumber air ini terletak di sebelah utara Gampong Saree Aceh Kecamatan Lembah Seulawah . Sumber air Labieng terletak pada ketinggian 450 m dpl. Sumber air Labieng tidak hanya dimanfaatkan masyarakat, tetapi masyarakat di beberapa Kemukiman Saree di Kecamatan Lembah Seulawah. Sumber air Labieng berada di kaki Gunung Seulawah Agam yang merupakan kawasan konservasi.
Di sekitar sumber air Labieng merupakan lahan pertanian milik masyarakat sekitar. Lahan pertanian ini ditanami ubi jalar yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Alasan petani menanam ubi jalar karena harga jual mahal dan dekat dengan sumber air, sehingga lebih mudah untuk irigasi.
Berdasarkan kondisi di lapangan, maka masyarakat petani di sekitar sumber air Labieng diberdayakan dengan menanam pohon. Penanaman pohon dengan perakaran yang kuat dan masih memiliki nilai ekonomis tinggi.
Sumber air Labieng terbukti mampu memberikan manfaat besar masyarakat Gampong Saree Aceh di Kecamatan Lembah Seulawah memanfaatkan sumber air ini untuk pemenuhan kebutuhan air sehari-hari. Maka dari itu pelestarian sumber air sangat penting dilakukan dengan penanaman pohon.
Permasalahan
Berdasarkan kondisi di lapangan, maka permasalahan yang terjadi sebagai berikut.
Pohon Mahoni di sekitar sumber air Labieng mulai berkurang.
Di sekitar sumber air Labieng merupakan lahan pertanian milik masyarakat sekitar yang ditanami ubi jalar. Ubi jalar ini tidak memiliki perakaran kuat, sehingga jika terjadi hujan lebat pada lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 40o maka berpotensi longsor.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Desember 2021 pISSN 2685-0303
199 Tujuan Kegiatan
Tujuan pelaksanaan reboisasi sebagai berikut:
1. Untuk mencegah pengurangan populasi pohon mahoni di sumber air labing dilakukan kegiatan reboisasi.
2. Untuk mencegah longsor di lahan pertanian masyarakat yang berada di sekitar sumber mata air labieng dilakukan penataan dan penanaman tanaman yang memiliki perakaran yang kuat seperti petai, mahoni dan nangka.
METODE PELAKSANAAN
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan reboisasi ini adalah pendampingan dengan prakek langsung dengan didampingi perangkat desa, penanaman pohon mahoni di lahan petani yang berada di sekitar sumber air.
Kegiatan awal yang dilakukan yakni pertemuan dengan petani ubi jalar.
Pertemuan ini bertujuan untuk memberitahukan maksud dan tujuan penghijauan yang akan dilakukan. Berikut ini langkah-langkah pelaksanaan kegiatan berdasarkan permasalahan yang terjadi.
Tabel 1. Permasalahan dan Solusi No Permasalahan Metode
pelaksanaan Langkah langkah Partisipasi 1. Pohon
mahoni di sekitar sumber air Labieng mulai berkurang
Observasi langsung ke sumber air dan lahan sekitarnya
1. Pencarian
informasi pemilik lahan di sekitar sumber air 2. Membuat
kesepakatan dengan petani pemilik lahan di sekitar sumber air untuk kegiatan penanaman pohon
Kesediaan petani untuk menanami lahan pertanian dengan tanaman pohon yang mimiliki perakaran yang kuat, salah satu bibit yang ditanam adalah pohon mahoni
200
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Hasil dari kegiatan reboisasi sebagai beikut.
1. meningkatan tingkat kesadaran lingkungan petani di sekitar sumber air Labieng melalui kegiatan reboisasi.
2. Konservasi sumber daya air melalui reboisasi kembali lahan sekitar sumber air Labieng dengan melakukan tanam mahoni, petai dan nangka.
PEMBAHASAN
Sumber air Labieng merupakan satu-satunya sumber air yang ada di Gampong Saree Aceh. Sumber air ini dimanfaatkan masyarakat Gampong Saree Aceh untuk kebutuhan hidup sehari- hari dan juga sebagai sumber irigasi pada lahan pertanian. Gampong-Gampong lain di Kecamaan Lembah Seulawah juga mengambil air dari sumber Labieng untuk kebutuhan sehari - hari dan dimanfaatkan juga sebagai sumber irigasi.
Gambar 1 Kondisi lahan pertanian di sekitar sumber air 2. Lahan
pertanian yang terlalu gundul tidak baik sehingga diperlukan reboisasi
1. Diskusi
2. Pendampingan Kegiatan
tanam pohon
1. Koordinasi dengan petani ubi untuk menentukan tanaman yang bisa ditanam pada lahan pertanian milik petani yang masih memiliki nilai ekonomis tinggi bagi petani.
2. Kegiatan
penanaman pohon di lahan sekitar sumber air
1. Petani mengikuti diskusi dan pendampingan
penanaman pohon.
2. Petani memberikan lahan yang seharusnya ditanami pohon dengan perakaran kuat
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Desember 2021 pISSN 2685-0303
201 Berdasarkan gambar 1 di atas diketahui bahwa masih ada beberapa lokasi sekitar sumber air yang tidak ada tanamannya. Kondisi lahan yang seperti ini mengancam keberadaan debit pada sumber air akan berkurang karena jumlah pohon yang menjadi media resapan air hujan ke dalam tanah berkurang.
Kondisi lahan lain yaitu lahan pertanian yang tepat berada di samping sumber air tidak ada tanaman pohon dengan perakaran kuat. Lahan pertanian hanya ditumbuhi rumput.Lahan pertanian ini berada pada kemiringan lereng lebih dari 40o. Seharusnya lahan ini ditumbuhi pohon dengan perakaran yang kuat, sehingga pada saat musim hujan tanah tidak longsor dan bisa menjadi media resapan air ke dalam tanah.
Gambar 2 Vegetasi Penutup Lahan di Samping Sumber Air Labieng Sumber air Labieng dimanfaatkan masyarakat sekitar dengan penampungan dan dialirkan melalui pipa-pipa yang tersambung ke rumah-rumah.
Air sumber yang tidak dipenampungan akan mengalir melalui Sungai yang ada di bawah sumber air. Selanjutnya air sungai inilah yang dimanfaatkan untuk irigasi lahan pertanian.
Gambar 3 penampungan Air dan Saluran Pipa
202
Berdasarkan kondisi sumber air Labieng dilakukan reboisasi di sekitar sumber mata air untuk berpartisipasi dalam upaya konservasi sumber daya air. Petani yang memiliki lahan tepat di samping sumber harus menanami lahan dengan tanaman yang perakarannya kuat. Penentuan bibit pohon yang akan ditanam tidak serta merta ditentukan oleh pengabdi, tetapi melalui diskusi dengan petani. Hasil diskusi yaitu penanaman bibit dengan perakaran kuat dan masih memberikan nilai ekonomis bagi petani. Bibit yang ditentukan yaitu Petai, mahoni dan nagka.
Gambar 4. Penyerahan Bibit Petai, Mahoni dan nangka
Kesediaan petani agar lahannya bisa ditanami pohon untuk mencegah longsor dan sebagai resapan air hujan merupakan wujud peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kondisi alam. Petani menyadari bahwa lahan pertanian yang mereka miliki berada di sekitar sumber air, sehingga petani juga harus ikut berpartisipasi menjaga kelestarian sumber daya air.
Kegiatan tanam pohon selain sebagai wujud reboisasi di sekitar sumber air Labieng, juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya mengelola sumber daya air yang dilakukan secara bijak dengan memperhatikan manfaat yang didapat serta mempertahankan komponen penyusunnya agar dapat dinikmati di masa mendatang. Tujuan ini sesuai dengan pengelolaan sumber daya air berkelanjutan. Pengelolaan sumber daya air berkelanjutan mengacu pada tiga dimensi yaitu keberlanjutan pada dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Berikut ini manfaat keberlanjutan dari kegiatan penghijauan di sumber air Labieng
PENUTUP Simpulan
Kesimpulan dari kegiatan reboisasi di sekitar mata air Labieng ini sebagai berikut.
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam konservasi sumber daya air.
2. Meningkatkan kesadaran lingkungan masyarakat untuk menjaga kelestarian sumber daya air.
3. Menambah jumlah pohon tegakan dengan perakaran kuat di lahan sekitar sumber air.
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Desember 2021 pISSN 2685-0303
203 DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I W Sandi., 2006. Study of Monitoring Land Use Cahanges and Erosion in the Highland of Bali. Ph..D. Thesis Graduate School of Science and Technoloy,
CHIBA University, Japan
Arsyad, S., 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB Press, Bogor
Asdak, C., 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penerbit Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Bank Dunia, 1993, Rumput Vetiver. Pagar Hidup Penahan Erosi. Terjemahan Yayasan Ekoturin – East Proverty Project Bali – Indonesia.
Cusack, V., 1999, Bamboo World. The Growing and Use of Clumping Bamboos.
Kangaroo Press NSW – Australia.
Darmadi, 1995. Dasar-dasar Pengelolaan DAS. Balai Teknologi Pengelolaan DAS, Badan Litbang Kehutanan, Bahan Alih Teknologi Stasiun Pengamat Arus Sungai II,
Surakarta.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999. Informasi Teknik Rehabilitasi dan Konservasi Tanah. Pusat Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan, Jakarta.
Departemen Kehutanan, 1994. Pedoman Penyusunan Pola Rahabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rahabilitasi Lahan, Jakarta.
Departemen Kehutanan, 1998. Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rahabilitasi Lahan, Jakarta.
Departemen Kehutanan, 2006. Peta Lahan Kritis Wilayah Propinsi Bali. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Unda Anyar, Denpasar.
Dinas Kehutanan, 2002. Statistik Dinas Kehutanan Propinsi Bali Tahun 2002.
Denpasar.