• Tidak ada hasil yang ditemukan

RED FLAGS AND FRAUD PREVENTION ON RURAL BANKS

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "RED FLAGS AND FRAUD PREVENTION ON RURAL BANKS"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

Bendera merah adalah gejala yang mungkin mengindikasikan risiko salah saji yang disengaja yang lebih tinggi dalam laporan keuangan. Pernyataan tentang standar auditing no. 99, berdasarkan konsep segitiga penipuan, mengharuskan auditor eksternal untuk menggunakan 42 bendera merah saat mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan. Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas penggunaan red flags berdasarkan Fraud Triangle dalam deteksi penipuan (Albrecht dan Romney, 1986; Pincus, 1989; Heiman-Hoffman et al., 1996; Moyes et al., 2006; Omar , 2011; Rustiarini dan Novitasari, 2014).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektivitas red flags dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan bank, khususnya BPR. Pernyataan Standar Auditing No. 99 mengharuskan auditor eksternal untuk menggunakan 42 bendera merah saat mendeteksi kecurangan pelaporan keuangan (Moyes et al., 2006). Bahkan individu yang menjalankan profesi yang sama, yaitu auditor internal dan auditor eksternal, memiliki persepsi yang berbeda tentang keefektifan red flags.

Sebelum kasus Enron, adanya tanda bahaya dalam pelaksanaan audit bukanlah masalah besar, seperti yang dikemukakan beberapa temuan penelitian sebelumnya. Sejak kasus Enron, hasil penelitian yang bertentangan telah muncul yang menunjukkan pentingnya bendera merah dalam deteksi penipuan. Pernyataan ini seolah mengingatkan profesi audit untuk tetap menggunakan red flag list dalam menjalankan tugasnya.

Beberapa peneliti lain (Hegazy dan Kassem, 2010; Moyes et al., 2006) juga mengklaim bahwa red flag efektif untuk mendeteksi kecurangan.

METODOLOGI

Selain berbagai ketentuan tersebut, pada triwulan I tahun 2016 telah diterbitkan kajian Risk Based Supervision of BPRs (RBS). Kajian ini dilakukan untuk mengembangkan metode pengawasan BPR yang efektif dan efisien agar tumbuh dengan baik dan memberikan kontribusi bagi perekonomian umat, khususnya di wilayah dimana BPR tersebut berada. Dalam rangka peningkatan Capacity Building Pengawas BPR, juga dilakukan sosialisasi pada triwulan I tahun 2016 mengenai perubahan sistem pengawasan BPR dari pengawasan BPR berbasis kepatuhan menjadi pengawasan berbasis risiko.

Kegiatan ini merupakan langkah awal untuk memperkenalkan pengawasan BPR berbasis risiko kepada pengawas BPR, mengingat perubahan ini memerlukan perubahan paradigma pengawasan dari berbasis kepatuhan menjadi berbasis risiko, serta memperkenalkan tahapan-tahapan yang nantinya harus dilakukan oleh pengawas. . dalam penerapan siklus pengawasan berbasis risiko (OJK, 2016). Pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk mengetahui persepsi staf SKAI atau Internal Audit PE terhadap efektifitas red flags untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan BPR, serta mengidentifikasi upaya yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kecurangan. Mengingat peran yang diamanatkan dari SKAI atau staf PE Audit Internal memiliki fungsi yang sama dengan auditor internal, maka untuk selanjutnya penelitian ini akan menggunakan istilah auditor internal untuk menggantikan istilah staf SKAI atau PE Audit Internal.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Perbarindo Bali tahun 2016 terdapat 138 BPR yang tersebar di 9 (sembilan) kabupaten dan kota di Bali. Jumlah auditor internal yang bersedia mengisi kuesioner adalah 101 orang dari 86 BPR. Indikator yang digunakan sesuai dengan Pernyataan Standar Audit No. 99, yang diadaptasi dari penelitian Moyes (2006) dan Omar (2011), dan telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.

Responden diminta untuk menilai efektivitas red flags dalam mendeteksi kecurangan menggunakan skala empat poin, 1 = sangat tidak efektif, 2 = tidak efektif, 3 = efektif, dan 4 = sangat efektif. Bagian keempat berisi daftar langkah-langkah pencegahan penipuan sesuai dengan Lampiran SAS 99 "Program dan kontrol manajemen anti-penipuan, pedoman untuk membantu dalam pencegahan, pencegahan, dan deteksi penipuan". Responden diminta menilai keefektifan tindakan pencegahan ini menggunakan skala empat poin, 1 = sangat tidak efektif, 2 = tidak efektif, 3 = efektif, dan 4 = sangat efektif.

Penelitian ini menggunakan nilai mean (rata-rata) keseluruhan untuk setiap kelompok red flags, yang diperkirakan berdasarkan persepsi auditor internal. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis dampak karakteristik demografi auditor eksternal terhadap persepsi efektivitas red flags dalam pendeteksian kecurangan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik demografi responden yang diukur berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, masa kerja, pengalaman deteksi fraud dan kehadiran pelatihan atau seminar, sedangkan variabel independennya adalah efektivitas red flags dalam deteksi tipuan.

HASIL DAN ANALISIS

  • Rincian Pengembalian Kuesioner
  • Karakteristik Responden
  • Persepsi atas Efektivitas Red Flags
  • Tindakan Pencegahan Kecurangan

Tahap pertama dalam analisis kuesioner adalah menentukan karakteristik auditor internal yang ditinjau dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, masa kerja, pengalaman deteksi kecurangan dan keikutsertaan auditor internal dalam pelatihan atau seminar deteksi kecurangan. Tahap selanjutnya adalah menentukan persepsi auditor internal mengenai keefektifan penggunaan red flags dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Persepsi auditor internal dalam menentukan efektivitas red flag tentunya tidak terlepas dari pengaruh karakteristik demografi auditor internal.

Demografi seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, masa kerja, pengalaman mendeteksi kecurangan dalam perikatan audit, serta kegiatan seminar pelatihan terkait deteksi kecurangan yang diikuti akan membentuk kompetensi auditor internal sehingga dapat melakukan tugas deteksi dengan baik. Hasil pengujian juga membuktikan bahwa persepsi auditor internal dipengaruhi oleh pendidikan, masa kerja, pengalaman pendeteksian kecurangan, dan pelatihan. Namun demikian, dua karakteristik lain seperti jenis kelamin dan usia tidak mempengaruhi persepsi auditor internal terhadap efektivitas red flags dalam mendeteksi kecurangan di perbankan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin auditor internal tidak berpengaruh terhadap persepsi efektivitas red flags dalam mendeteksi kecurangan. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa setiap auditor internal harus memiliki sikap konservatif, skeptis dan investigatif untuk memastikan bahwa kecurangan tidak terjadi di perusahaan. Karakteristik demografi mandat auditor internal berpengaruh terhadap persepsi efektivitas red flags, hal ini mendukung hasil penelitian Hegazy dan Kassem (2010) yang menemukan bahwa mandat auditor berpengaruh terhadap deteksi kecurangan menggunakan red flags. .

Masa kerja yang panjang juga akan memungkinkan auditor internal mengembangkan potensinya sendiri melalui prosesnya sendiri. Jika hal ini dikaitkan dengan persepsi auditor terhadap efektivitas red flags dalam deteksi kecurangan, masa kerja auditor internal yang lebih lama tentunya akan lebih efektif dalam mengidentifikasi red flags yang digunakan dalam deteksi kecurangan. Mengenai karakteristik demografi pengalaman deteksi kecurangan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman adalah variabel yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap persepsi auditor internal terhadap efektivitas bendera merah.

Hasil pengujian akhir faktor demografi auditor internal menunjukkan bahwa keikutsertaan dalam pelatihan berpengaruh terhadap persepsi auditor terhadap efektivitas red flags. Kecurangan merupakan hal yang tidak sering terjadi di perusahaan, sehingga auditor internal akan jarang mendeteksi kecurangan dalam pembukuan. Beberapa penelitian sebelumnya mendukung anggapan bahwa pelatihan dapat membantu auditor internal mengidentifikasi efektivitas red flags (Nieschwietz et al., 2000; Bierstaker et al., 2012).

Auditor internal harus memantau sistem pengendalian internal perusahaan, mengidentifikasi proses, pengendalian dan prosedur lain yang diperlukan untuk mengurangi risiko yang teridentifikasi. Tidak tertutup kemungkinan pimpinan BPR akan memudahkan auditor internal untuk mengikuti sertifikasi terkait CFE (Certified Fraud Examiner).

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Red Flags as Indicators of Financial Statement Fraud: Investors' and Lenders' Perspectives. Malaysian internal and external auditors' perceptions of the effectiveness of fraud detection red flags. Occupational Demographic Factors Affecting Iranian Auditors' Perceptions of the Effectiveness of Red Flags in Fraud Detection.

Manajemen/dan/atau direksi sebagai pemangku kepentingan keuangan yang dominan di perusahaan (P/I) Lebih mampu memenuhi kewajiban untuk memenuhi pembayaran utang (P/I). Tingkat pertumbuhan pendapatan yang tidak realistis atau tren ekspektasi manajemen disajikan sebagai terlalu optimis (P/I) Manajemen dan/atau dewan direksi secara pribadi bersedia untuk menjamin hutang perusahaan (P/I) yang material Berulang kali menghasilkan arus kas negatif atau tidak dapat menghasilkan positif arus kas pada pelaporan laba (P/I). Adanya posisi keuangan yang kuat mendominasi industri keuangan, memungkinkan perusahaan untuk mengatur kondisi yang mengakibatkan transaksi yang tidak wajar (O).

Aset, kewajiban, pendapatan, biaya dinilai berdasarkan perkiraan yang tidak realistis (O) Akses kontrol yang tidak memadai atas catatan komputer (O). Terdapat transaksi yang signifikan, tidak biasa atau dengan kompleksitas tinggi (O) Sistem pengendalian manajemen yang tidak memadai (O). Pembagian tugas yang tidak memadai dan prosedur inspeksi independen (O) Sistem otorisasi dan persetujuan transaksi (O) yang tidak memadai.

Manajemen dikendalikan oleh satu orang atau sekelompok kecil dalam perusahaan tanpa kendali yang jelas (O) Keinginan manajemen yang berlebihan untuk mempertahankan atau meningkatkan laba perusahaan (R) Ketidakmampuan manajemen untuk memperbaiki kondisi pelaporan secara tepat waktu (R). Komitmen Manajemen kepada Pihak Ketiga untuk Mencapai Estimasi yang Tidak Realistis (R) Manajemen menempatkan kendala formal atau informal pada auditor (R). Orang tersebut memiliki kemampuan untuk memahami dan memanfaatkan kelemahan pengendalian internal (C) Seseorang dengan kepribadian yang sangat persuasif (mampu mempengaruhi) (C).

Referensi

Dokumen terkait

Distribution of time Time Behavior of antenatal care visit Total P value Complete Incomplete Hurry 36 47% 4 5% 40 52% 0.302 Long 25 32% 12 16% 37 48% Total 61 79% 16 21% 77 100%