• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: reformasi pendidikan Islam, corak pendidikan Islam, dan lembaga pendidikan Islam di Indonesia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Kata kunci: reformasi pendidikan Islam, corak pendidikan Islam, dan lembaga pendidikan Islam di Indonesia"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Kajian reformasi pendidikan Islam awal abad 20 memiliki jangkauan yang luas, maka dalam artikel ini kajian difokuskan pada Indonesia, sehingga pembahasan lebih terarah tanpa mengabaikan latar belakang atau setting reformasi pendidikan Islam awal abad 20 di Indonesia. . Berdasarkan anggapan bahwa pembaharuan pendidikan Islam bersumber dari upaya pembaharuan pemikiran Islam, maka pembaharuan atau pembaharuan pendidikan Islam dapat diartikan sebagai pembaharuan pemikiran yang dilakukan dalam lingkup pemikiran dan praktek pendidikan Islam. Latar belakang reformasi pendidikan Islam di Indonesia Faktor-faktor yang melatarbelakangi reformasi pendidikan Islam secara garis besar dapat dikategorikan menjadi kondisi internal dunia pendidikan Islam dan kondisi intelektual dan eksternal serta hubungan kontak antara Islam dan Barat.

12 Haidar Putra Daulay, A History of the Growth of Islamic Education Reform in Indonesia, (Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2009), hal. 15 Haidar Putra Daulay, A History of the Growth of Islamic Education Reform in Indonesia, (Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2009), hal. Namun dalam waktu yang singkat, yakni pada tahun 1938, Sultan Mahmud II segera memprakarsai renovasi pendidikan Islam dengan memperkenalkan sekolah Rusydiyyah yang sepenuhnya mengadopsi sistem pendidikan Eropa.

Selain itu, pada tahun 1846, Sultan al-Majid mengeluarkan peraturan yang memisahkan pendidikan Islam dari pendidikan umum, madrasah berada di bawah yurisdiksi Syekh al-Islam, sedangkan sekolah umum menjadi tanggung jawab langsung pemerintah. Tujuan pendidikan Islam adalah untuk menjembatani kesenjangan antara pendidikan Islam tradisional, yang anti-Inggris, dan pendidikan sekuler, yang tidak mengajarkan agama. 21 Zainal Abidin, Faktor dan Latar Belakang Pembaharuan Pendidikan Islam, dalam Sejarah Tumbuh dan Berkembangnya Lembaga Pendidikan Islam Klasik, (ed) Armai Arief, (Bandung: Angkasa, 2004), hlm.

Pendidikan kolonial bersifat sekuler yang tidak mengajarkan ilmu agama, sedangkan lembaga pendidikan Islam sebaliknya yaitu tidak mengajarkan ilmu umum.

Corak Pendidikan Islam di Indonesia pada Masa Awal Hingga Sebelum Kemerdekaan

215 Lembaga pendidikan bagi umat Islam adalah pesantren, pekarangan, dayah, dan surau, yang menekankan mata pelajaran agama yang bersumber dari kitab-kitab klasik. Melihat kondisi tersebut, para tokoh muslim berusaha melaksanakan reformasi di bidang pendidikan.23 Para reformis di Indonesia lebih memperhatikan situasi politik negaranya sendiri dibandingkan negara-negara Islam lain atau masyarakat dunia Islam pada umumnya.24. Sementara itu, lembaga pendidikan Islam lebih menekankan pada pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi ketaatan beragama.

Pembagian dunia pendidikan menjadi dua corak yang sangat berbeda tentunya tidak akan menguntungkan pembangunan bangsa Indonesia dan untuk masa yang akan datang, bahkan akan merugikan umat Islam itu sendiri. Di satu sisi pengetahuan tentang perkembangan dunia luar dan teknologi dianggap perlu, namun di sisi lain juga diperlukan wawasan keagamaan.27 Dalam hal ini, para pendidik atau ulama Islam menyadari bahwa sistem pendidikan tradisional sudah tidak sesuai lagi untuk iklim waktu itu. waktu. Oleh karena itu, dirasakan pentingnya memberikan pendidikan reguler di lembaga pendidikan modern, seperti madrasah atau sekolah Islam.

Hal ini dinilai sebagai jalan menuju kemajuan dunia pendidikan, yakni melalui reformasi madrasah, memasukkan ilmu pengetahuan umum ke dalam kurikulum dan memperbaharui metode pengajaran, sehingga muncul tokoh-tokoh reformis di Indonesia dan mendirikan sekolah-sekolah Islam. Misalnya dapat dikatakan bahwa selain dua bentuk pendidikan sebelumnya, juga terdapat bentuk pendidikan ketiga yang merupakan sintesis dari gaya lama dan baru. 27 Maswardi, Pola dan Kebijakan Pendidikan Islam di Nusantara Pada Masa Awal Hingga Pra Kemerdekaan; Kasus kebijakan politik kolonial Belanda terhadap gerakan reformasi pendidikan Islam di Indonesia, dalam sejarah pendidikan Islam; Menelusuri Sejarah Pendidikan dari Zaman Nabi hingga Indonesia, (ed.), Samsul Nizar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hal.299.

Reformasi Pendidikan Islam di Indonesia

Dilihat dari latar belakang sebagian kehidupan masyarakat, dapat diduga bahwa perkembangan baru Islam di Indonesia sedikit banyak dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran yang berasal dari luar Indonesia. Steenbrink, menyebutkan beberapa faktor pendorong reformasi pendidikan Islam di Indonesia pada awal abad XX, yaitu:32 1. Penggerak kedua adalah sifat perlawanan nasional terhadap penguasa kolonial Belanda, karena kebijakan sistem pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial diciptakan hanya untuk mendukung sistem birokrasi mereka. Memperkokoh Eksistensi Penjajahan 33 Pada masa penjajahan, sesuai dengan misi penjajahan, pendidikan Islam begitu terabaikan. 34 Bahkan, pemerintah kolonial telah mengeluarkan peraturan yang membatasi bahkan mematikan sekolah-sekolah tertentu, termasuk madrasah, dengan mengeluarkan ordonantie wilde schoolen ordonantie tahun 1933 yang terkenal itu.35 Hal ini karena kolonialisme pada awal abad ke-20 memperkenalkan kebijakan baru di bentuk politik etis, yang di satu sisi menguntungkan sebagian masyarakat adat karena pemerintah kolonial ikut andil.

38 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Hidayakarya, 1979), hlm. 63, dalam Haidar Putra Daulay, A History of the Growth of Islamic Education Renewal in Indonesia, (Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2009), hal. Alquran dan Hadits.40 Oleh karena itu, masuknya gagasan-gagasan reformasi pemikiran Islam ke Indonesia sangat mempengaruhi terwujudnya reformasi pendidikan Islam. Secara umum, kurikulum lembaga pendidikan Islam dari tahun 1900 hingga 1930 mencakup ilmu-ilmu; Bahasa Arab dengan tata bahasa, fikih, akidah, akhlak dan pendidikannya.

42 Haidar Putra Daulay, A History of the Growth of Islamic Education Reform in Indonesia, (Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2009), hal. 43 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada Zaman Klasik dan Abad Pertengahan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 44 Haidar Putra Daulay, A History of the Growth of Islamic Education Reform in Indonesia, (Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2009), hal.

Islam Normal (Kuliah Mu'allimin Islamiyah) didirikan oleh Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) di Padang pada tanggal 1 April 1931 dan dipimpin oleh Mahmud Yunus. Menurut Mahmud Yunus, modernisasi pendidikan Islam di Indonesia dimulai pada tahun 1931 ketika lembaga pendidikan Islam Indonesia memasuki warna baru. Pembaharuan atau reformasi pendidikan Islam Indonesia diprakarsai oleh alumni yang belajar di negara-negara Timur Tengah, khususnya Mekkah.

47 Haidar Putra Daulay, The Growth History of Islamic Education Renewal in Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hal.Misalnya, Madrasah tersebut adalah: Perguruan Tinggi Pendidikan didirikan pada tahun 1934, Perguruan Tinggi Mubalighin/Mubalighat, Perguruan Tinggi Muallimat Islamiyan didirikan Pada tanggal 1 Februari 1940 Diana College didirikan, Perguruan Tinggi Ulum, Kuliah Syariah, Perguruan Tinggi Islam Nasional dan Perguruan Tinggi Islam Modern. Reformasi pendidikan Islam di Indonesia dimulai pada awal abad ke-20. Reformasi pendidikan Islam berkonsentrasi pada dua hal yaitu sistem pendidikan dan yang lainnya adalah pada mata pelajaran.

Lembaga Pendidikan Islam pada Masa Reformasi

Berdasarkan fakta tersebut, gerakan reformis Muslim yang mendapatkan momentumnya sejak awal abad ke-20 berpendapat bahwa reformasi sistem pendidikan Islam perlu dilakukan untuk dapat meresponnya. Bentuk pertama dapat dilihat dari munculnya sekolah Adabiyah yang didirikan oleh Abdullah Ahmad di Padang pada tahun 1909, dan sekolah model Belanda (tapi met de Qur'an) yang didirikan oleh organisasi Muhammadiyah. Adapun bentuk yang kedua dibuktikan dengan munculnya “Mazhab Diniyya” oleh Zainuddin Labay al-Yanusi, atau madrasah yang didirikan oleh al-Jami’atul al-Khairiyyah dan madrasah yang didirikan oleh organisasi al-Irsyad.

Sistem pendidikan yang klasik dilengkapi dengan manajemen pendidikan yang masih sederhana (termasuk kurikulum, evaluasi, rasio/keseimbangan mata pelajaran). Secara kelembagaan, khususnya dalam konteks Indonesia, pembahasan tentang pendidikan Islam sebenarnya lebih banyak diwarnai oleh model pendidikan berupa pesantren, sekolah Islam, dan madrasah.53 Nampaknya keberadaan lembaga pendidikan Islam lainnya setelah abad ke-20 menggeser fungsi pendidikannya atau berubah menjadi pesantren dan madrasah. 52 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Di Tengah Tantangan Milenium III, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm.

Namun demikian, modernisasi atau reformasi pendidikan Islam ini tidak serta merta menghilangkan peran surau dan pesantren tradisional yang hanya mengajarkan ilmu agama. Masuknya gagasan pembaharuan dalam pemikiran pendidikan Islam di Indonesia menginspirasi para pembaharu untuk mengadopsi nama madrasah sebagai nama lembaga pendidikan Islam yang didorong dengan semangat baru, yang populer setelah awal abad ke-20. 54 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm.

55 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. Didirikan oleh Syekh Abdul Karim Amrullah pada tahun 1921 di Padang Panjang, Bukittinggi, Padang Japang, Sungayang dan Maninjau. 58 Maswardi, Pola dan Kebijakan Pendidikan Islam di Nusantara Pada Masa Awal Hingga Pra Kemerdekaan; Kasus kebijakan politik kolonial Belanda terhadap gerakan reformasi pendidikan Islam di Indonesia, dalam sejarah pendidikan Islam;.

Namun, Thawalib menampilkan diri sebagai lembaga pendidikan agama modern dengan menggunakan referensi yang tidak jauh berbeda dengan lembaga pendidikan Islam lainnya. Madrasah-madrasah tersebut di atas memelopori berdirinya madrasah-madrasah lain di berbagai daerah lain untuk mereformasi pendidikan Islam di Indonesia. 59Abasri, Sejarah dan Dinamika Lembaga Pendidikan Islam di Nusantara: Surau, Meunasah, Pesantren dan Madrasah, dalam Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Sejarah Pendidikan dari Era Nabi hingga Indonesia, (ed.), Samsul Nizar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm.

Berbeda dengan lembaga pendidikan Islam tradisional lainnya, pesantren mampu eksis menghadapi modernisasi, baik menghadapi tantangan sistem pendidikan Belanda maupun sistem pendidikan Islam modern yang datang dari kaum reformis. Pesantren yang pertama kali menerapkan gagasan reformasi pendidikan adalah Pesantren Mambaul Ulum di Surakarta yang didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono pada tahun 1906, yang memasukkan bacaan aksara latin, aljabar dan aritmatika dalam kurikulumnya.

Kesimpulan

Abasri, Sejarah dan Dinamika Lembaga Pendidikan Islam di Nusantara: Surau, Meunasah, Pesantren dan Madrasah, dalam Samsul Nizar (ed.), 2007, Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Sejarah Pendidikan dari Zaman Nabi hingga Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Abidin, Zainal, Faktor dan Latar Belakang Pembaharuan Pendidikan Islam, dalam Armai Arief (ad.), 2004, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik, Bandung: Angkasa. Azra, Azyumardi, 2012, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Maswardi, Pola dan Kebijakan Pendidikan Islam di Nusantara Pada Masa Awal Hingga Pra Kemerdekaan; Kasus Kebijakan Politik Kolonial Belanda terhadap Gerakan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, dalam Samsul Nizar (ed.), 2007, Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Sejarah Pendidikan dari Era Nabi hingga Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Rijadi memimpin tentara Indonesia di Surakarta pada masa perang kemerdekaan melawan Belanda yang ingin kembali menjajah