• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELEVANSI NILAI FEMINISME DALAM NOVEL BUNDA KISAH CINTA 2 KODI SEBAGAI BAHAN AJAR

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "RELEVANSI NILAI FEMINISME DALAM NOVEL BUNDA KISAH CINTA 2 KODI SEBAGAI BAHAN AJAR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

12

RELEVANSI NILAI FEMINISME DALAM NOVEL BUNDA KISAH CINTA 2 KODI SEBAGAI BAHAN AJAR

1Nurul Hasanah 2Deasy Aditya Damayanti 3Agus Hamdani

Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Institut Pendidikan Indonesia

1[email protected];

2[email protected];

3[email protected];

Artikel diterima: 20-03-2023; Artikel direvisi: 20-05-2023; Artikel diterbitkan: 15-06-2023

Abstract

The background of this study is the lack of relevant teaching materials that contain feminine values, especially the level of junior high school education class VIII in Indonesian Language subjects. Thus, students lack the understanding of feminism contained in literary works, especially novels. Basically, readers only see in terms of their dominance such as religious values, social values, moral values, etc. even though apart from these values there are still values of feminism contained in the novel. Based on this, the author examines the value of feminism in the novel BUNDA Cinta 2 Kodi by Asma Nadia. The method used in this study is a qualitative descriptive method. The data collection techniques used are library study techniques, analysis techniques and documentation techniques. Research results can be concluded that there are four aspects of the value of feminism: (1) marginalization consisting of two indicators, among which there are individuals who question the opposition to women's positions and there are storylines that describe a woman's physical limitations, (2) The subordination consists of three indicators: the person who questions the degree of a woman, the plot that describes the degree of a woman and the setting that shows the degree of a woman, (3) The stereotype consists of two indicators: a storyline describing a woman's occupational position and a character discussing a woman's occupational position, and a character discussing a woman's occupational position. (4) Violence consists of two indicators: a storyline describing physical and psychic violence against women and a character describing physical and psychic violence against women.

Keywords: value, teaching materials, feminism

I. Pendahuluan

Cerita dalam novel biasanya diawali dari kejadian atau peristiwa terpenting yang dialami tokoh dalam cerita, yang kemudian akan mengubah nasib dalam hidupnya. Jadi, para tokoh dan watak tokoh pun lebih berkembang sampai mengalami perubahan nasib. Penggambaran latar lebih detail, bersamaan dengan perjalanan waktu terjadi perubahan-perubahan hingga konflik terselesaikan.

Orientasi pengajaran novel tidak jauh dengan pengajaran fiksi pada umumnya yaitu menitik beratkan pada tingkat apresiasi (Hidayat, Hamdani, & Suherman, 2022).

(2)

13

Salah satu bentuk apresiasi sastra yaitu analisis suatu novel. Kegiatan mengapresiasi sastra dapat dilakukan dengan cara membaca suatu karya sastra dan memahami makna yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Novel dapat dipahami dengan cara pengkajian. Salah satu pengkajian atau analisis tersebut yaitu analisis nilai feminism (Nurlatifah, Hasim, & Nurwahidah, 2022).

Feminisme merupakan salah satu kajian yang ada dalam sastra. Ketertarikan penulis terhadap feminisme yang menjadi alasan utama mengapa novel ini dikaji dengan feminisme. Di dalamnya, feminisme banyak sekali membahas mengenai perempuan yang ditindas, perempuan yang mampu bangkit sendiri, perempun yang terkucilkan, atau lain sebagainya yang berhubungan dengan perempuan (Jatnika, Nurjamin, & Haryadi, 2022).

Secara etimologi feminis berasal dari kata femme (women), berarti perempuan yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan sebagai kelas sosial. Dalam pengertian yang lebih luas, feminis adalah gerakan wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya (Alawi, Nurwahidah, &

Damayanti, 2022).

Sekaitan dengan peneletian yang dilakukan penulis tidak semata-mata mengkaji novel dengan kajian feminisme hanya karena ketertarikannya terhadap feminisme, disini penulis melihat banyak keterkaitan antara novel yang penulis pilih dengan kajian feminisme. Penulis juga melihat mahasiswa yang belum mengetahui tentang pengkajian sastra lebih dalam. Oleh karena itu, penulis bermaksud mengkaji feminisme yang diharapkan akan menambah pengetahuan penulis terhadap pengkajian feminisme, serta memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai teori pengkajian sastra terutama feminisme.

Alasan dipilihnya novel BUNDA Kisah Cinta 2 Kodi karya Asma Nadia karena novel ini merupakan salah satu karya Best Seller dan merupakan novel karya anak bangsa, yakni seorang perempuan hebat yang memulai karirnya di dunia kepenulisan sejak muda di dunia kepenulisan, dan juga novel ini mengisahkan tentang kehidupan perempuan, berkesesuaian dengan teori atau judul yang diambil dalam penelitian ini. Asma nadia merupakan penulis perempuan terkenal dan memiliki banyak karya, sebagian dari karyanya banyak yang mendapatkan penghargaan bahkan banyak dari novel-novelnya yang di filmkan, salah satunya novel BUNDA Kisah Cinta 2 Kodi ini. Selain dari novel tersebut karya-karya lain yang dibuatnya selalu melejit di pasaran. Beliau juga merupakan motivator perempuan yang selalu menginspirasi banyak perempuan, khususnya di Indonesia. Kiprahnya di dunia sastra memang sudah tidak di ragukan lagi. Adapun materi akan dikaji dalam penelitian ini yaitu nilai feminisme yang terdapat dalam novel.

Novel BUNDA Kisah Cinta 2 Kodi selain memiliki alur yang menarik juga mengisahkan tentang pergulatan batin tokoh utama perempuan yang menentang kebiasaan atau tradisi di lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, novel ini menyajikan bentuk feminisme yaitu keinginan sang tokoh perempuan yang ingin berkarier seluas-luasnya. Tingkah laku para tokoh serta percakapan antar tokoh yang ada didalamnya mengandung nilai-nilai yang dapat menjadi panduan hidup pembaca sehari-hari. Di samping itu melihat permasalahan kehidupan yang ada

(3)

14

dalam novel tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan juga dijadikan bahan ajar pada pembelajaran sastra di sekolah.

Bahan ajar merupakan seperangkat materi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran, pernyataan ini sesuai dengan pendapat Depdiknas (dalam Abidin, 2015:33) menyatakan bahwa “Bahan ajar dapat diartikan sebagai seperangkat fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan generalisasi yang dirancang secara khusus untuk memudahkan pembelajaran”.

Bentuk bahan ajar terbagi menjadi dua, yaitu bahan ajar tulisan dan lisan.

Bahan ajar dalam bentuk tulisan yaitu materi yang harus dipelajari untuk mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar, sedangkan bahan ajar dalam bentuk lisan yaitu praktik yang harus dipelajari untuk mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar.

Oleh sebab itu, bahan ajar yang dipilih guru untuk dipelajari siswa hendaknya benar-benar menunjang tercapainya kompetensi inti dan kompetensi dasar yang diharapkan. Seperti yang tercantum pada KD 3.18 Menelaah unsur menarik buku fiksi atau nonfiksi. Dengan adanya bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran tersebut, sebagai salah satu upaya untuk menambah wawasan dan juga salah satu upaya untuk membentuk karakter adanya kesadaran persamaan hak antara perempuan dan laki-laki.

II. Metode

Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini, karena metode tersebut merupakan metode yang paling relevan untuk mengkaji feminisme yang terdapat dalam novel dan karya sastra pada umumnya. Metode deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran (deskriptif) yang sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta yang ada.

Keberhasilan metode penelitian ditunjang oleh teknik-teknik peneltian sebagai alat guna mengumpulkan data penelitian. Teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik telaah pustaka, teknik analisis, dan teknik pengolahan data.

1. Teknik Telaah Pustaka

Teknik telaah pustaka dilakukan dengan cara mencari informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai teori-teori yang diterapkan dalam penelitian.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam teknik ini ada buku-buku sumber yang berhubungan dengan penelitian.

2. Teknik Analisis

Teknik analisis dilakukan dengan cara menganalisis atau mengkaji feminisme dalam novel BUNDA Kisah Cinta 2 Kodi Karya Asma Nadia kemudian mengaitkannya dengan pisau kaji yang sudah dipilih, yakni teori feminisme. Instrumen penelitiannya berupa buku tentang feminisme, dll.

3. Teknik Dokumentasi

Teknik studi dokumentasi digunakan dalam penelitian ini yaitu mencari data mengenai hal-hal berupa catatan. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai masalah yang sedang diteliti. Instrumen yang digunakan dalam teknik ini berupa novel BUNDA Kisah Cinta 2 Kodi Karya Asma Nadia, terdapat 366 halaman.

(4)

15 II. Hasil dan Pembahasan

Kedudukan perempuan dalam lingkungan keluarga seringkali ditempatkan pada sektor domestik untuk melayani anggota keluarga laki-laki sedangkan laki- laki ditempatkan pada sektor publik. Masyarakat menempatkan perempuan sebagai anggota masyarakat nomor dua setelah laki-laki serta tidak memiliki hak yang setara dengan laki-laki. Dalam hal ekonomi, khususnya perempuan pribumi, tidak mendapat kesempatan berkarier dan bisnis karena tidak adanya undang- undang atau hukum yang melindungi dan memberikan kesempatan berwirausaha bagi mereka.Beberapa pernyataan tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini.

“Anak perempuan tidak perlu kuliah jauh-jauh,” potong papa, “baliknya ke dapur juga. Hanya anak lelaki papa yang kuliah di luar negeri!”

“Tapi aku akan cari beasiswa, Pa.” Mata si bungsu berkilat. Menahan air mata. Papa bergeming.(Nadia, 2017:88-89).

Dilihat dari kutipan di atas terdapat tokoh yang mempersoalkan tentang pertentangan kedudukan perempuan. Terdapat persoalan bahwa perempuan seperti kartika tidak diizinkan untuk kuliah jauh-jauh seperti kakak-kakaknya yang selalu di banggakan oleh Papanya. Karena Papanya beranggapan bahwa perempuan nantinya akan kembali ke dapur juga.

Selain itu hal senada juga tergambar dalam deskripsi kutipan sebagai berikut.

“Kami bisa kehilangan kamu, selamanya Kartika. Sekarang aku mengerti kenapa banyak suami yang keberatan ketika istri mereka bekerja atau membangun karier.”(Nadia, 2017:301).

Dilihat dari kutipan di atas terdapat tokoh yang mempersoalkan tentang pertentangan kedudukan perempuan yaitu Farid yang takut kehilangan Kartika dikarenakan Kartika yang sibuk dengan karier sehingga lupa dengan anak-anak dan suaminya.

Selain itu hal senada juga tergambar dalam deskripsi kutipan sebagai berikut.

“Lihat prestasi kakak-kakakmu!”

“Contoh mereka. Juara kelas!”(Nadia, 2017:84).

Dilihat dari kutipan di atas terdapat tokoh yang mempersoalkan tentang pertentangan kedudukan perempuan yaitu Bagja yang selalu membanggakan anak

laki-laki mereka ketimbang anak perempuannya.

Dalam berbagai peristiwa, setiap perlombaan si bungsu selalu menjadi model kegagalan bahkan ketika dia berhasil mencapai peringkat ketika di kelas, Papa cuma berkomentar.

“Yang namanya juara Cuma nomor satu, kamu harus tiru kakakmu!”

Saat dia kemudian menjadi juara pertama di kelas, Papa masih juga belum puas.

“Kakakmu juara umum, bukan Cuma di kelas.

Jelaslah ia bukan anak kebanggan Papa.(Nadia, 2017:84-85).

Dilihat dari kutipan di atas jelaslah terdapat perbedaan perlakukan antara anak perempuan dan laki-laki, anak laki-laki yang selalu dibanggakan oleh

(5)

16

Papanya sedangkan anak perempuan yang selalu dijadikan model kegagalan.

2) Terdapat Alur Cerita yang Menggambarkan Keterbatasan Fisik Seorang Perempuan

Ketidakseimbangan antara peran laki-laki dan perempuan dapat dilihat dari masih adanya anggapan bahwa perempuan memiliki keterbatasan dari segi fisik dan mental, yang kemudian berpengaruh pada segi pembagian peran dan perlakuan dalam masyarakat, karena anggapan adanya keterbatasan tersebut maka perempuan dianggap tidak layak menempati posisi tertentu. Berdasarkan uraian di atas dapat dibuktikan dengan kutipan novel sebagai berikut.

“Menurut neurolog, ada saraf tulang belakang yang putus, sehingga bayi tidak bisa tumbuh kembang dengan normal. Suci bisa mendengar dan merespons jika diajak bicara. Pun tersenyum serta menerbitkan tawa. Namun sama sekali tidak mampu bicara kecuali mengeluarkan suara-suara tak jelas dari mulut.”

(Nadia, 2017:73).

Dilihat dari kutipan di atas terdapat alur cerita yang menggambarkan keterbatasan fisik seorang perempuan yang bernama Suci, sehingga Suci tidak dapat tumbuh berkembang dengan normal.

Selain itu hal senada juga tergambar dalam deskripsi kutipan sebagai berikut.

“Kekuatan terkuras keletihan bertahun, lambat laun terakumulasi.

Membuat perempuan itu suatu hari tersungkur. Aryani jatuh sakit. Mulai mengalami gangguan kesehatan yang aneh.” (Nadia, 2107:112).

Dilihat dari kutipan di atas terdapat alur cerita yang menggambarkan keterbatasan fisik seorang perempuan bernama Aryani yang mengalami gangguan kesehatan yang aneh sehingga mengakibatkan perempuan itu suatu hari tersungkar.

Keterbatasan fisik yang disampaikan dalam novel juga terdeskripsikan secara jelas melalui contoh kutipan sebagai berikut.

“Kartika mengambur ke dada suaminya. Mata farid berkaca-kaca menyaksikan bidadari kecilnya terbaring dengan selang oksigen melekat di hidung, serta jarum infus yang menancap di tangan. Mata dengan kelopak sedikit membengkak itu masih tertutup rapat.” (Nadia, 2017:310).

Dilihat dari kutipan di atas terdapat alur cerita yang menggambarkan keterbatasan fisik seorang perempuan yang sedang terbaring dengan selang oksigen melekat di hidungnya. Keterbatasan tersebut membuat bidadari kecil Kartika tidak dapat merasakan keindahan di masa kecilnya seperti anak-anak yang lainnya.

Selain itu hal senada juga tergambar dalam deskripsi kutipan sebagai berikut.

“Di ruang perawatan intensif hanya ada dua pasien, Emerald dan bayi penderita hydrocephalus dengan kepala membesar, yang sengaja ditinggal karena orangtua tak sanggup merawat.” (Nadia, 2017:311).

Dilihat dari kutipan di atas terdapat alur cerita yang menggambarkan keterbatasan fisik seorang perempuan yaitu bayi yang menderita hydrocephalus dengan kepala membesar, yang sengaja ditinggal karena orangtua tak sanggup merawatnya.

Selain itu hal senada juga tergambar dalam deskripsi kutipan sebagai

(6)

17 berikut.

“Kenyataannya setahun penuh, Suci tidak mengalami kemajuan, Tubuhnya membesar, tapi kemampuan motorik dan kecerdasan seperti berjalan di tempat.

Sebatas tersenyum, tertawa, dan mengeluarkan bunyi-bunyi sembarang”.

“Untuk makan harus disuapi, ke toilet harus di gendong setiap hari. Tidak hanya setahun pertama, melainkan hingga tahun-tahun berikutnya”(Nadia, 2017:

70).

Dilihat dari kutipan di atas terdapat alur cerita yang menggambarkan keterbatasan fisik seorang perempuan yang bernama Suci. Keterbatsan fisik tersebut sudah dialaminya sejak ia lahir, dan tidak mengalami kemajuan seperti bayi yang lainnya.

Selain itu hal senada juga tergambar dalam deskripsi kutipan sebagai berikut.

“Ia ingat betapa banyak orangtua yang lalai terhadap buah hati karena begitu sibuk mencari uang. Apakah Kartika salah satunya? Mungkin ini cara Alloh menegur.”

“Putri seorang teman, daya tangkapnya menjadi lemah karena sang pengasuh, yang didapat dari yayasan penyalur, mencekoki obat tidur setiap hari agar tidak cerewet. Pantas saja selalu terlihat tenang ketika dijaga baby sitter saat suami istri bekerja. Semua terkuak ketika sang anak tumbuh dengan kecerdasan terganggu.” (Nadia, 2017:306).

Dilihat dari kutipan di atas terdapat alur cerita yang menggambarkan keterbatasan fisik seorang anak perempuan yang daya tangkapnya lemah dikarenakan dicekoki obat tidur oleh pengasuhnya. Sehingga membuat dia tumbuh dengan dengan kecerdasan terganggu.

Suatu bahan pembelajaran yang baik memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri yang melekat pada bahan ajar merupakan ciri khas terlepas dari bahan pembelajaran tersebut baik dan pembelajaran tidak baik. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusanan bahan ajar atau materi pembelajaran. Seperti yang dikemukakan Depdiknas (Abidin,2012:33) menyatakan bahwa “Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pengembangan bahan ajar meliputi prinsip relevansi, konsistensi dan kecukupan”. Berikut penjelasan lebih rincinya.

1. Prinsip Relevansi

Pemilihan bahan ajar haruslah sesuai dengan karakter peserta didik . kaitan tersebut memengaruhi kesuksesan pembelajaran. Abidin (2012:33) menjelaskan

“prinsip relevansi artinya keterkaitan materi. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian KI dan KD.

Cara termudah ialah dengan pencapaian tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.” Dengan prinsip dasar ini, guru akan mengetahui apakah materi yang hendak diajarkan tersebut materi fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap atau aspek psikomotorik sehingga pada gilirannya guru terhindar dari kesalahan pemilihan jenis materi yang tidak relevan dengan pencapaian KI dan KD.

2. Prinsip Konsistensi

Konsistensi materi bahan ajar mempengaruhi apabila pada tujuan dari

(7)

18

pembelajaran. Menurut Abidin (2012:33) menjelaskan “Prinsip konsistensi artinya keajegan. Artinya ada kesesuaian (jumlah/banyaknya) antara kompetensi dan bahan ajar; jika kompetensi dasar yang ingin dibelajarkan mencakup keempat keterampilan berbahasa, bahan yang dipilih/dikembangkan juga mencakup keempat hal itu.”

Bahan ajar yang konsisten, maka akan mempermudah pula terwujudnya tujuan dari pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik terhadap tujuan yang harus dikuasai oleh peserta didik karena dengan konsistensinya bahan ajar digunakan dalam pembelajaran, siswa akan lebih mudah memahami dan mengerti tentang pembelajaran tersebut.

3. Prinsip Kecukupan

Kebutuhan siswa dalam melaksanakan pembelajaran dikendalikan oleh standar kompetensi atau kompetensi dasar. Maka bahan ajar sudah sepatutnya berpacu pada prinsip kecukupan. Menurut Abidin (2012:33)“Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.” Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai KI dan KD. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

Hasil penelitian ini didapatkan dari data yang berupa nilai-nilai feminisme dalam novel BUNDA Kisah Cinta 2 Kodi Karya Asma Nadia.Novel selain bersifat untuk menghibur, novel juga dapat pula dijadikan sebagai bahan ajar membaca karya sastra di sekolah. Dalam proses belajar mengajar di sekolah diperlukan bahan ajar dan alat bantu sebagai alat untuk mempermudah siswa dalam memahami pembelajaran. Bahan ajar merupakan salah satu penunjang dalam proses pembelajaran untuk keberhasilan dalam belajar. Diperlukan kesesuaian antara nilai moral dan nilai sosial dengan kriteria pemilihan bahan ajar yang terdiri dari prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.

IV. Kesimpulan

Sejalan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah disampaikan, maka hasil penelitian nilai feminisme dalam novel BUNDA Kisah Cinta 2 Kodi Karya Asma Nadia disimpulkan bahwa terdapat empat aspek nilai feminisme yaitu, (1) marginalisasi yang terdiri dari dua indikator diantaranya terdapat tokoh yang mempersoalkan tentang pertentangan kedudukan perempuan dan terdapat alur cerita yang menggambarkan keterbatasan fisik seorang perempuan, (2) subordinasi yang terdiri dari tiga indikator yakni terdapat tokoh yang mempersoalkan derajat seorang perempuan, terdapat alur yang menggambarkan derajat seorang perempuan dan terdapat setting yang menunjukan derajat seorang perempuan, (3) stereotype yang terdiri dari dua indikator yakni terdapat alur cerita yang menggambarkan posisi pekerjaan seorang perempuan dan terdapat tokoh yang memperbincangkan posisi pekerjaan seorang perempuan, (4) kekerasan yang terdiri dari dua indikator yakni terdapat alur cerita yang menggambarkan kekerasan secara fisik dan psikis terhadap perempuan dan terdapat tokoh yang menggambarkan kekerasan secara fisik dan psikis terhadap perempuan.

(8)

19

Keempat nilai feminisme yang terkandung dalam novel BUNDA Kisah Cinta 2 Kodi Karya Asma Nadia layak dijadikan sebagai bahan ajar sastra di sekolah, khusunya pada jenjang SMP kelas VIII. Hal tersebut dilihat dari kriteria bahan ajar yang memenuhi tiga aspek yaitu relevansi, konsistensi dan kecukupan.

V. Daftar Pustaka

Abidin, Yunus, 2016. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter.

Bandung: Refika Aditama.

Alawi, A., Nurwahidah, L. S., & Damayanti, D. A. (2022). EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PENGGUNAAN TANDA BACA DI KELAS VI SDN 2 CIUDIAN SINGAJAYA KABUPATEN GARUT TAHUN PELAJARAN 2022- 2023. Lingua Sastra, 2(2), 49-55.

Aminuddin, 2014. Pengantar presiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Emzir, 2015. Teori dan Pengajaran Sastra Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Endaswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Jakarta: Caps.

Fakih, Mansour. 2016. Analisis Gender& Transformasi Sosial. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Hidayat, H., Hamdani, A., & Suherman, E. (2022). POSISI WANITA DIBALIK BERITA (Analisis Wacana Kritis Sara Mills Marjinalisasi Wanita dalam Berita Online Pelecehan Karyawati di RS Solo). Lingua Sastra, 2(2), 56-67.

Ismawati, Esti. 2013. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Ombak.

Jatnika, R., Nurjamin, A., & Haryadi, A. M. (2022). PENGGUNAAN MEDIA VISUAL DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS VI SDN KARANGANYAR I TAHUN AJARAN 2022/2023. Lingua Sastra, 2(2), 68-80.

Nadia, Asma. 2017. BUNDA Kisah Cinta 2 Kodi. Depok: Asma Nadia Publishing House.

Nazir, Moh. 2013. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2017. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurlatifah, L., Hasim, A., & Nurwahidah, L. S. (2022). EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM PEMBELAJARAN KALIMAT KORELATIF. Lingua Sastra, 2(2), 81-86.

Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suharto, Sugihastuti. 2016. Kritik sastra Feminis Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung Alfabeta.

Sehandi, Yohanes. 2014. Mengenal 25 Teori Sastra. Yogyakarta: Ombak.

Tarigan, H. G. 2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Wiyatmi. 2010. Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

Referensi

Dokumen terkait

Miller (2014) dan Mathews (2016) menyatakan bahwa modal sosial berpotensi untuk dikembangkan oleh kelompok orang yang beraktivitas di perpustakaan karena: 1) di dalam