• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR TAHUN 2020-2024 REVISI 1

N/A
N/A
Kaia

Academic year: 2024

Membagikan "RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR TAHUN 2020-2024 REVISI 1 "

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

KEPUTUSAN DIREKTUR PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

NOMOR : HK. 02.03/6/ 203 /2022 TENTANG

RENCANA AKSI KEGIATAN

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR TAHUN 2020-2024 REVISI 1

DIREKTUR PENCEGAHAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR, Menimbang : a.

b.

bahwa sebagai penjabaran dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 perlu disusun Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) 2020-2024 yang disesuaikan dengan kebutuhan percepatan program pembangunan kesehatan, penyelenggaraan transformasi sektor kesehatan, serta perubahan struktur organisasi dan tata kerja Kementerian Kesehatan;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020- 2024;

Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5036);

(4)

5. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 59);

6. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);

7. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 663) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 6 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 635);

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 9142);

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 156);

10. Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR TENTANG RENCANA AKSI KEGIATAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (P2PTM) TAHUN 2020-2024 DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR REVISI 1

KESATU : Rencana Aksi Kegiatan Direktorat P2PTM tahun 2020-2024 merupakan Dokumen perencanaan Kegiatan PPTM selama lima tahun yang berisikan upaya yang akan dilakukan Direktorat P2PTM untuk mencapai indikator kegiatan dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam kurun waktu 5 tahun (2020-20242).

KEDUA : Rencana Aksi Kegiatan Direktorat P2PTM tahun 2020-2024 digunakan sebagai salah satu pedoman bagi seluruh pelaksana Kegiatan P2PTM dalam menyusun Kegiatan

(5)

KETIGA : Rencana Aksi Kegiatan Direktorat P2PTM tahun 2020-2024 digunakan sebagai salah satu pedoman bagi seluruh pelaksana kegiatan PPTM dalam penyusunan perencanaan tahunan (RKAKL).

KEEMPAT : Rencana Aksi Kegiatan Direktorat P2PTM Tahun 2020-2024 digunakan sebagai salah satu pedoman penilaian laporan Kinerja Unit Kerja Dit.P2PTM.

KELIMA: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan akan dilakukan perbaikan seperlunya

Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : Juli 2022 Plh. Direktur P2PTM

dr. Elvieda Sariwati, M. Epid NIP. 197601202002122002

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT –Tuhan yang Maha Esa – atas berkat dan karunia Nya penyusunan buku Rencana Aksi Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (RAK P2PTM) 2015-2019 Revisi I telah dapat diselesaikan.

RAK-P2PTM 2015-2019 Revisi I ini merupakan penjabaran dari RPJMN 2015-2019 Bidang Kesehatan dan Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019 dengan mengacu pada Global NCD Action Plan dan South East Asia Regional Action Plan on NCDs. Dengan demikian, RAK P2PTM 2015-2019 Revisi I ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi Kementerian Kesehatan dan Kementerian/Lembaga lain juga bagi pemerintah daerah dalam menyusun kegiatan pencegahan dan pengendalian PTM, khususnya PTM utama.

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan buku ini. Diharapkan RAK P2PTM dapat dijadikan acuan dalam menurunkan beban penyakit tidak menular, khususnya terkait dengan faktor risiko utama, yaitu konsumsi produk tembakau, diet tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi alkohol berbahaya.

Semoga dokumen ini dapat mendorong perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular yang lebih berkualitas di tingkat nasional dan daerah dalam upaya mewujudkan penurunan angka kesakitan dan kematian serta beban ekonomi akibat penyakit tidak menular di Indonesia.

Pada Tanggal : Juli 2022 Plh. Direktur P2PTM

dr. Elvieda Sariwati, M. Epid NIP. 197601202002122002

(7)

DAFTAR ISI

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL ... 1

KATA PENGANTAR ... 4

DAFTAR ISI ... 5

BAB I. PENDAHULUAN ... 6

A. KONDISI UMUM ... 6

B. POTENSI DAN TANTANGAN ... 9

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ... 14

BAB II. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI ... 16

BAB III. RENCANA AKSI KEGIATAN ... 20

A. KERANGKA LOGIS ... 20

B. RENCANA KEGIATAN ... 22

C. KERANGKA KELEMBAGAAN ... 25

D. KERANGKA REGULASI ... 26

E. KERANGKA PENDANAAN ... 31

BAB V. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PENGENDALIAN PELAPORAN ... 33

BAB IV. PENUTUP ... 34

LAMPIRAN 1. Matrik Rencana Kinerja dan Pendanaan ... 35

(8)

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR TENTANG PERUBAHAN ATAS RENCANA AKSI KEGIATAN DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (P2PTM) TAHUN 2020-2024

RENCANA AKSI KEGIATAN DIREKTORAT P2PTM TAHUN 2020-2024 BAB I PENDAHULUAN

A. Kondisi Umum

Dengan adanya kebutuhan percepatan program pembangunan kesehatan, penyelenggaraan transformasi sektor kesehatan, serta perubahan struktur organisasi dan tata kerja Kementerian Kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan no 5 tahun 2022 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian Kesehatan, maka disusun Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2022 tentang perubahan atas peraturan menteri kesehatan nomor 21 tahun 2020 tentang rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2020-2024.

Revisi RAK 2022 – 2024 dilakukan sebagai penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat selaras dengan kebijakan dan arah strategi Kementerian Kesehatan terkini.

Pada tingkat global, 70 persen penyebab kematian di dunia adalah akibat PTM.

Kematian akibat PTM seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes, diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, dimana peningkatan terbesar (80%) akan terjadi di negara-negara berpenghasilan menengah dan miskin. Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena PTM, naik 9 juta jiwa dari 38 juta jiwa pada saat ini. Pada negara- negara berpenghasilan menengah dan miskin PTM akan bertanggung jawab terhadap tiga kali dari tahun hidup yang hilang akibat disabilitas (Disability adjusted life years=DALYs) dan hampir lima kali dari kematian penyakit menular, maternal, perinatal dan masalah nutrisi. (WHO, 2018).

Indonesia mengalami peningkatan beban akibat PTM. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan menunjukkan prevalensi PTM mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain

(9)

kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. Prevalensi kanker naik dari 1,4% (Riskesdas 2013) menjadi 1,8%; prevalensi stroke naik dari 7% menjadi 10,9%; dan penyakit ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%.

Berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5%; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%. Kenaikan prevalensi PTM ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur. Sejak tahun 2013 prevalensi merokok pada remaja (10-18 tahun) terus meningkat, yaitu 7,2%

(Riskesdas 2013), 8,8% (Sirkesnas 2016) dan 9,1% (Riskesdas 2018). Demikian juga proporsi aktivitas fisik kurang juga naik dari 26,1% menjadi 33,5% dan 0,8%

mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan. Tren ini juga diikuti dengan peningkatan penduduk di Indonesia yang cenderung memiliki berat badan lebih (overweight) atau bahkan obesitas dari tahun ke tahun (Overweight: 8,6% di tahun 2007 menjadi 13,6% di tahun 2018; obese: 10,5% di tahun 2007, menjadi 21,8%

di tahun 2018). Sementara itu, juga tercatat lebih dari 95,5% masyarakat Indonesia yang berusia lebih dari 5 tahun mengkonsumi kurang dari 5 porsi buah dan sayur dalam sehari.

Data death rate PTM dari IHME 2019, akibat Penyakit kardiovaskular 251.09 per 100.000 penduduk, Kanker 88.46 per 100.000 penduduk, DM dan PGK 57.42 per 100.000 penduduk dan Penyakit Paru Kronis 38.9 per 100.000 penduduk.

Litbangkes Kemenkes merilis data terbaru dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2019 menunjukkan bahwa 40,6% pelajar di Indonesia (usia 13-15 tahun), 2 dari 3 anak laki-laki, dan hampir 1 dari 5 anak perempuan sudah pernah menggunakan produk tembakau: 19,2% pelajar saat ini merokok dan di antara jumlah tersebut, 60,6% bahkan tidak dicegah ketika membeli rokok karena usia mereka, dan dua pertiga dari mereka dapat membeli rokok secara eceran. Data GYTS juga menunjukkan hampir 7 dari 10 pelajar melihat iklan atau promosi rokok di televisi atau tempat penjualan dalam 30 hari terakhir, dan sepertiga pelajar merasa pernah melihat iklan di internet atau media sosial.

Berdasarkan Globocan 2018 yang bersumber dari Registrasi Kanker Nasional, Kanker payudara merupakan kanker terbanyak di Indonesia saat ini dengan insidens rate sebesar 42.1 per 100.000 penduduk dengan angka kematian

(10)

insidence rate sebesar 23.4 per 100.000. Data RS Kanker Dharmais dari tahun 2010-2013 menunjukan bahwa penyakit kanker terbanyak di RS Kanker Dharmais adalah kanker payudara, serviks, paru, 4 ovarium, rektum, tiroid, usus besar, hepatoma, dan nasofaring, dan jumlah kasus baru serta jumlah kematian akibat kanker tersebut terus meningkat. Berdasarkan riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2018 menyebutkan angka prevalensi penyakit kanker di Indonesia sebesar 1,79 per 1000 penduduk.

Prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker yang tertinggi di Provinsi D.I.

Yogyakarta, yaitu sebesar 4,86‰.

Berdasarkan data dari World Report of vision tahun 2019, saat ini di seluruh dunia terdapat sektara 2,2 miliar orang yang mengalami gangguan penglihatan.

Dari seluruh orang dengan gangguan penglihatan, hampir setengahnya, atau sekitar 1 miliar orang, merupakan gangguan penglihatan yang dapat dihindari, baik dicegah maupun diobati. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi kebutaan pada penduduk dengan usia ≥6 tahun di Indonesia mencapai 0,4%. Sekitar 80% dari para penyandang gangguan penglihatan dan kebutaan dapat dicegah atau diobati. Oleh karena itu, upaya promotif-preventif sangat penting untuk dilakukan.

Berdasarkan data WHO tahun 2018, 466 juta penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran dan 34 juta diantaranya adalah anak-anak. Di sisi lain diperkirakan 1,1 miliar anak muda (berusia 12-35 tahun) berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat paparan kebisingan. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa penduduk Indonesia usia 5 tahun keatas mengalami gangguan pendengaran 2,6%, ketulian 0,09%, sumbatan serumen 18,8%, dan sekret di liang telinga 2,4%.

Saat ini baik dunia maupun Indonesia sedang mengalami pandemi Covid 19.

Berdasarkan data yang diperoleh sampai dengan tanggal per 31 Agustus 2020 diketahui bahwa jumlah penderita COVID-19 di dunia sebanyak 25,3 juta jiwa dengan jumlah kematian mecapai 850.064 jiwa, sedangkan di Indonesia jumlah kasus COVID-19 sebanyak 174.796 dengan jumlah kematian sebanyak 7.417 jiwa. Berdasarkan data dari beberapa negara yang merawat pasien Covid 19, disebutkan bahwa PTM merupakan komorbid yang banyak diderita dan memperburuk dampak dari covid 19. Hal ini disebabkan antara lain adalah karena

(11)

kerusakan organ tubuh pada penyandang PTM sehingga rawan terinfeksi meningkatkan komplikasi berat pada penyandang penyakit jantung, kemoterapi dan radioterapi yang berdampak pada menurunnya sistem imunitas tubuh penyandang kanker dan peningkatan reseptor ACE 2 pada penyandang hipertensi dan diabetes.

B. Potensi dan Tantangan

Penetapan strategi penanggulangan PTM sebagai- mana tercantum pada buku Rencana Pencegahan dan Penanggulangan PTM tahun 2015-2019, meliputi: memperkuat aspek legal penanggulangan PTM, meningkatkan surveilans epidemiologi PTM, meningkatkan deteksi dini faktor risiko PTM, meningkatkan media komunikasi, informasi, dan edukasi penanggulangan PTM, meningkatkan kualitas penanganan kasus PTM, meningkatkan kemitraan dan peran serta aktif masyarakat dalam penanggulangan PTM, dan meningkatkan replikasi program penanggulangan penyakit tidak menular melalui Indikator pembangunan utama yang terkait dengan PTM. Sebagian besar target tidak tercapai, tetapi beberapa peningkatan dalam cakupan program terintegrasi PTM yang patut dipertahankan.

Kecenderungan peningkatan PTM yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir ini di tingkat global juga terjadi di Indonesia baik angka kesakitan (morbiditas) maupun angka kematiannya (mortalitas). Penyebab kematian terkait PTM yang dikembangkan oleh WHO menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi di negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia yaitu sebesar 37%. Lebih dari 80% kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dan diabetes serta 90% dari kematian akibat penyakit paru obstruktif kronik terjadi di negara-negara berpendapatan menengah ke bawah.

(12)

Tabel 1. Prevalensi PTM di Indonesia berdasarkan disparitas antar provinsi (Riskesdas 2018)

PTM

Kelompok

Umur Prevalensi

Prevalensi Paling

Rendah Provinsi Paling

Tinggi Provinsi Hipertensi ≥ 18 34.1% 22,2% Papua 44.1% Kalimantan

Selatan Diabetes

Mellitus*

≥ 15 2,0% 0.9% NTT 3.4% DKI Jakarta

Asma

Semua

Umur 2.4% 1,0% Sumatera

Utara 4,5%

DI Yogyakarta

Kanker

Semua

Umur 1,8% 0,9% NTB 4,9%

DI Yogyakarta Stroke ≥ 15 10,9% 4,1% Papua 14,7% Kalimantan

Timur Penyakit

Jantung ≥ 15 1,5% 0,7% NTT 2.2%

Kalimantan Utara

*Diagnosis Diabetes berdasarkan diagnosis dokter tahun 2013-2018. Prevalensi Diabetes menurut Konsensus Perkeni (Perkumpulan Endokrinologist Indonesia) adalah 10.9% pada usia >= 15 tahun di tahun 2015.

Direktorat P2PTM telah menyusun beberapa regulasi dan NSPK terkait P2PTM di Indonesia, mensinergikan program P2PTM dengan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan keluarga, BPJS Kesehatan dan mengembangkan UKBM melalui Posbindu PTM serta melakukan penguatan system pelayanan kesehatan melalui Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM di FKTP.

Pengembangan program P2PTM dilakukan dengan koordinasi dan kolaborasi multisektor serta melibatkan pemerintah daerah dalam pelaksanaannya.

(13)

Ø Indikator yang menjadi permasalahan yang sebagian besar target tidak tercapai sebagai berikut:

1. Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR):

a. Belum semua Kementerian dan Lembaga yang memiliki komitmen untuk mengendalikan konsumsi produk tembakau

b) Kegiatan advokasi dan sosialisasi di daerah dalam pengendalian konsumsi Tembakau pada kabupaten/ kota belum optimal

c) Belum semua sekolah mengetahui dan menerapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no 64 tahun 2015

d) Belum optimalnya koordinasi antara lintas program dan lintas sektor di tingkat kabupaten/ kota dalam upaya pengendalian konsumsi rokok.

e) Daerah yang memiliki kebijakan KTR di daerah masih terbatasnya jumlahnya, dan penerapan kebijakan di daerah yang telah memiliki kebijakan KTR belum optimal

f) Belum ada atau lemahnya sanksi dan penegakan hukum dalam implementasi KTR

g) Sistem pencatatan pelaporan melalui surveilans berbasis web PTM belum optimal

h) Penganggaran daerah yang belum optimal dalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan terkait pengendalian konsumsi rokok

i) Masih rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahaya konsumsi rokok

j) Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat untuk penegakan KTR di 7 tatanan

k) Penetapan dan implementasi kebijakan KTR belum menjadi prioritas daerah

l) Implementasi Peraturan Daerah (Perda) KTR yang belum optimal.

m) Belum semua kab/kota memiliki satuan tugas (satgas) KTR dalam penegakkan.

n) Belum ada pemberian sanksi yang tegas bagi pelanggar KTR.

o) Monitoring dan evaluasi KTR belum optimal karena keterbatasan anggaran

(14)

2. Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu (PANDU PTM):

a) Kurangnya SDM dan anggaran karena difokuskan pada kegiatan penanggulangan Pandemi Covid-19 dan kegiatan vaksinasi b) Kurangnya media KIE

c) Perlu panduan pelaksanaan Pandu PTM secara telemedicine, beserta dasar hukum dan aturannya

d) Tidak semua puskesmas mempunyai pedoman Pandu

e) Perlu sosialisasi tentang alur pandu PTM yang menyesuaikan keadaan dan kondisi puskesmas masing-masing

f) Banyaknya sistem pelaporan yang harus diisi dan tidak saling terintegrasi

3. Persentase penyandang hipertensi yang tekanan darahnya terkendali di puskesmas/FKTP

a. Indikator baru ditetapkan pada semester 2 tahun 2022 dan baru disosialisasikan pada trimester akhir tahun 2022, sehingga pemerintah daerah perlu waktu untuk menyiapkan perencanaan anggaran dan kegiatan untuk pencapaian indikator di tahun 2023.

b. Sistem pencatatan dan pelaporan untuk indikator ini masih menunggu tahapan pengembangan Indonesia Health Services oleh DTO, sistem surveilans saat ini belum bisa mengakomodir penghitungan indikator secara otomatis

c. Capaian indikator baru bisa dihitung dalam kurun waktu 1 tahun sesuai dengan definisi operasional

d. Sistem pencatatan dan pelaporan yang melibatkan FKTP lainnya direncanakan pengembangan interoperabilitasnya pada pertengahan tahun 2023, sedangkan pengembangan sistem capor bagi FKTP lainnya yang belum memiliki Sistem Capor secara elektronik baru dikembangkan tahun 2024

e. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan modifikasi gaya

(15)

hidup dan patuh menjalani pengobatan secara rutin

f. Belum optimalnya pengawasan ketersediaan obat-obatan hipertensi di Puskesmas/FKTP

g. Rendahnya capaian deteksi dini hipertensi pada Usia produktif dan usia lansia sesuai SPM Bidang kesehatan Kab/kota sehingga penemuan kasus hipertensi belum optimal di masyarakat

h. Sistem notifikasi dan pemantauan pengobatan bagi penderita hipertensi belum dikembangkan melalui Citizens Health Application.

i. Terbatasnya jumlah dan kapasitas tenaga kesehatan dalam melakukan intervensi pengendalian faktor risiko terutama kemampuan komunikasi antar personal

j. Belum optimalnya pemanfaatan Program Prolanis dan Program Rujuk Balik Hipertensi di Puskesmas/FKTP

k. Belum optimalnya keterlibatan pemerintah daerah dan multisektor dalam pengendalian hipertensi di Indonesia

4. Persentase penyandang diabetes melitus yang gula darahnya terkendali di puskesmas/FKTP

a. Sosialisasi Indikator baru terlaksana di triwulan 3 b. Rendahnya penemuan kasus diabetes melitus karena:

- Capaian deteksi dini belum optimal

- Masih kurangnya komitmen pemerintah daerah untuk mencukupi kebutuhan dalam tata lakasana penanganan diabetes melitus secara terkendali

- Penanggung jawab program merangkap banyak kegiatan (multiprogram)

c. Sistem pencatatan dan pelaporan yang ada saat ini belum mengakomodir indikator penyandang diabetes melitus yang gula darahnya terkendali di puskesmas/FKTP

d. Cakupan pelayanan kesehatan bagi penderita DM belum optimal akibat rendahnya kepatuhan berobat penderita DM

e. Sistem notifikasi melalui Citizen Health Application (CHA) dan pemantauan pengobatan bagi penderita diabetes melitus belum

(16)

f. Capaian indikator baru bisa dihitung dalam kurun waktu 1 tahun sesuai dengan definisi operasional

g. Belum optimalnya pemanfaatan Program Prolanis dan Program Rujuk Balik Diabetes Melitus di Puskesmas/FKTP

h. Belum optimalnya kapasitas tenaga kesehatan dalam melakukan intervensi pengendalian faktor risiko dan tatalaksana terutama kemampuan komunikasi antar personal

i. Belum optimalnya keterlibatan multisektor dalam pengendalian Diabetes Melitus di Indonesia

5. Persentase penduduk sesuai kelompok usia yang dilakukan skrining PTM prioritas

- Jumlah nakes pemeriksa yang masih belum mencukupi - Mutasi nakes pemeriksa yang cepat

- Kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini masih kurang - Sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan deteksi dini masih

kurang

- Beban kerja nakes yang banyak (multiprogram)

- Komitmen pemerintah daerah belum optimal baik dari segi pembiayaan maupun kebijakan.

- Kurangnya upaya inovasi dalam mengejar sasaran target, salah satunya upaya jemput bola untuk mengejar sasaran di tempat kerja.

- Belum semua FKTP mampu laksana.

- Promosi kesehatan belum maksimal (belum masif)

6. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pelayanan Upaya Berhenti Merokok(UBM)

- Jumlah tenaga kesehatan terlatih UBM di kab/kota masih sangat terbatas.

- Kendala aturan yang ditetapkan dalam pelatihan terakreditasi yang membatasi 30 orang peserta dalam pelatihan sehingga memerlukan waktu lama untuk menambah jumlah tenaga kesehatan terlatih UBM C. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, bahwa

(17)

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi, dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Dit.PPTM menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang surveilans, deteksi dini, pengendalian faktor risiko, dan koordinasi upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang surveilans, deteksi dini, pengendalian faktor risiko, dan koordinasi upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang surveilans, deteksi dini, pengendalian faktor risiko, dan koordinasi upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular;

d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang surveilans, deteksi dini, pengendalian faktor risiko, dan koordinasi upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular;

e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan f. pelaksanaan urusan administrasi Direktorat.

(18)

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI

A. Visi dan Misi 1. Visi

Dalam rangka mencapai terwujudnya Visi Presiden yakni: “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong”, maka telah ditetapkan 9 (sembilan) Misi Presiden 2020-2024, yakni: Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia, Penguatan Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri dan Berdaya Saing, Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan, Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan, Kemajuan Budaya yang Mencerminkan Kepribadian Bangsa, Penegakan Sistem Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat, dan Terpercaya, Perlindungan bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh Warga, Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih, Efektif, dan Terpercaya dan Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan.

Guna mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia, termasuk penguatan struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing, Kementerian Kesehatan telah menjabarkan Misi Presiden Tahun 2020-2024, melalui Menurunkan angka kematian ibu dan bayi, Menurunkan angka stunting pada balita, Memperbaiki pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional dan Meningkatkan kemandirian dan penggunaan produk farmasi dan alat kesehatan dalam negeri.

Visi Direktorat P2PTM yaitu: “Mewujudkan Masyarakat menikmati status kesehatan, kesejahteraan, dan kualitas hidup tertinggi yang dapat dicapai pada semua usia, bebas dari PTM yang dapat dicegah, kecacatan yang dapat dihindari, dan kematian dini”.

2. Misi

Untuk melindungi masyarakat dari risiko PTM dan meningkatkan derajat kesehatan, kesintasan, dan kualitas hidup masyarakat dengan cara:

1. Meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular

2. Menurunkan faktor risiko bersama penyakit tidak menular

(19)

3. Menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit tidak menular

4. Menurunkan beban sosio-ekonomi akibat penyakit tidak menular

B. Tujuan Strategis

Tujuan pencegahan dan pengendalian PTM yaitu Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular secara berhasil- guna dan berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya 100%

C. Sasaran Strategis

Sasaran kegiatan pengendalian penyakit tidak menular adalah Meningkatnya jumlah kabupaten/ kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM; Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang melakukan Pengendalian faktor risiko PTM.

D. Indikator Kinerja

Indikator Kinerja Kinerja (IKK) Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang merupakan program dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular yaitu sebagai berikut:

1. Persentase penduduk sesuai kelompok usia yang dilakukan skrining PTM prioritas sebesar 90% pada akhir tahun 2024, dengan strategi pencapaian berikut:

2. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pelayanan terpadu (Pandu) PTM di ≥ 80% puskesmas sebesar 514 pada akhir tahun 2024, dengan strategi pencapaian berikut:

3. Persentase penyandang hipertensi yang tekanan darahnya terkendali di puskesmas/FKTP sebesar 90% pada akhir tahun 2024

4. Persentase penyandang diabetes melitus yang tekanan darahnya terkendali di puskesmas/FKTP sebesar 90% pada akhir tahun 2024

5. Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok sebesar 514 pada akhir tahun 2024

(20)

sebesar 350 pada akhir tahun 2024 E. Arah Kebijakan dan Strategi

1. Arah kebijakan

Arah kebijakan dan strategi kegiatan Direktorat P2PTM adalah mendukung kebijakan dan strategi Ditjen P2P dan Kementerian Kesehatan yang didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi ditetapkan arah kebijakan Direktorat P2PTM sebagai berikut:

1. Penguatan deteksi dini dan faktor risiko PTM

2. Penguatan kapasitas dan pengembangan Sumber Daya manusia 3. Penguatan sinergisme, kolaborasi dan integrasi program

4. Perluasan pemanfaatan teknologi tepat guna 5. Promosi Kesehatan dan Penurunan Faktor Risiko

2. Strategi

Melihat semakin mengkhawatirkannya faktor risiko penyakit tidak menular, khususnya faktor metabolik dan faktor perilaku, maka diperlukan upaya-upaya strategis diantaranya peningkatan upaya promotif dan preventif serta edukasi kepada masyarakat terkait pencegahan faktor risiko, peningkatan skrining dan deteksi dini PTM di semua puskesmas, jejaring dan jaringannya (pendekatan PIS-PK), penguatan upaya pemberdayaan masyarakat terkait pengendalian penyakit tidak menular (penguatan posbindu, pos UKK), perbaikan mutu pelayanan melalui penguatan pelayanan kesehatan primer sebagai garda depan (gate keeper) dan sistem rujukan antara FKTP dan FKRTL dan peningkatan aksi multisektoral terkait Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).

Direktorat P2PTM telah menetapkan tujuan strategis yang mendukung strategi program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2020 - 2024 serta mengacu pada strategi Kementerian Kesehatan yang kemudian dijabarkan melalui strategi aksi kegiatan sebagai berikut:

a. Perluasan cakupan deteksi dini penyakit dan faktor risiko b. Peningkatan respon kejadian penyakit dan faktor risiko

c. Peningkatan inovasi dalam deteksi dini dan respon penyakit dan factor risiko

(21)

d. Peningkatan komunikasi dan advokasi e. Penguatan akuntabilitas

f. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia g. Kerjasama lintas sektor dan program

(22)

BAB III

RENCANA AKSI KEGIATAN A. Kerangka Logis

Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular secara berhasil- guna dan berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya 100%

TUJUAN

SASARAN

Meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular

Menurunkan faktor risiko bersama penyakit tidak menular

Menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit tidak menular

Menurunkan beban sosio-ekonomi akibat penyakit tidak menular MISI

INDIKATOR

Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang melakukan Pengendalian faktor risiko PTM

Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pelayanan terpadu (Pandu) PTM di ≥ 80% puskesmas

Persentase penyandang hipertensi yang tekanan darahnya terkendali di puskesmas/FKTP

Persentase penyandang diabetes melitus yang guladarahnya terkendali di puskesmas/FKTP

Jumlah kabupaten/kota yang

menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pelayanan Upaya Berhenti Merokok Mewujudkan Masyarakat menikmati status kesehatan, kesejahteraan, dan kualitas hidup tertinggi yang dapat dicapai pada semua usia, bebas dari PTM yang dapat dicegah, kecacatan yang dapat dihindari, dan kematian dini

VISI

Meningkatnya jumlah kabupaten/

kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM

Persentase penduduk sesuai

kelompok usia yang dilakukan skrining PTM prioritas

(23)

Indikator Kinerja Kegiatan yang telah ditetapkan sebagaimana dalam bagan di atas merupakan penjabaran dari Indikator Kinerja Program Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebagai berikut:

Persentase penduduk sesuai kelompok usia yang

dilakukan skrining PTM prioritas

Tidak meningkatnya prevalensi obesitas pada penduduk usia >

18 tahun

Menurunnya persentase merokok penduduk usia 10-18

tahun Jumlah kabupaten/kota

yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM

Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pengendalian faktor risiko

Meningkatnya jumlah kabupaten/ kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM

Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang melakukan Pengendalian faktor risiko PTM

1. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pelayanan terpadu (Pandu) PTM di ≥ 80%

2. Persentase penyandang hipertensi yang tekanan darahnya terkendali di puskesmas/FKTP 3. Persentase penyandang

diabetes melitus yang guladarahnya terkendali di puskesmas/FKTP

4. Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

5. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan

pelayanan Upaya Berhenti SASARAN PROGRAM DAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM

SASARAN KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN

(24)

B. Rencana Kegiatan

Dalam rangka menjamin tercapainya tujuan strategis, sasaran strategis, dan indikator sasaran strategis, maka ditetapkan sasaran program, Indikator Kinerja Program, Sasaran Kegiatan, dan Indikator Kinerja Kegiatan Rencana Aksi kegiatan 2020-2024.

Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai target indikator yang telah di tetapkan dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat P2PTM adalah:

1) Persentase penduduk sesuai kelompok usia yang dilakukan skrining PTM prioritas sebanyak 90% di akhir tahun 2024.

a. Promosi Kesehatan

b. Pengembangan dan penguatan Surveilans dan ASIK c. Pengembangan dan peningkatan kapasitas SDM

- Orientasi Deteksi dini PTM bagi kader dan nakes d. Pemenuhan kebutuhan alat dan BMHP deteksi dini e. Bimbingan Teknis

f. Monitoring dan Evaluasi

2) Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebanyak 514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.

a. Advokasi Perda KTR

b. RAN Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok bagi Kesehatan c. Bimbingan Teknis dan Monev Implementasi KTR

3) Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pelayanan Upaya Berhenti Merokok sebanyak 350 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.

a. Pengembangan layanan Quitline dengan mHealth b. Advokasi Lintas K/L tentang KTR

c. Sosialisasi Juknis UBM di FKTP

d. Pengembangan dan peningkatan kapasitas SDM

4) kabupaten/kota yang melakukan pelayanan terpadu (Pandu) PTM di ≥ 80%

puskesmas sebanyak 514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.

a. Agent of Change bagi K/L, Perguruan Tinggi, Ormas, Org peduli sehat dan Perusahaan

(25)

b. Pengembangan dan penguatan PANDU PTM di FKTP c. RAN Pengendalian Gula Garam dan Lemak

d. Pengembangan dan penguatan Surveilans dan SI PTM e. Pengembangan dan peningkatan kapasitas SDM

5) Persentase penyandang hipertensi yang tekanan darahnya terkendali di puskesmas/FKTP sebanyak 90 % di akhir tahun 2024.

a. Melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah daerah tentang indicator baru sesuai Permenkes No. 13 Tahun 2022,agar masuk dalam perencanaan daerah

b. Mendorong tersedianya sistem pencatatan dan pelaporan HIS yang mengakomodir hasil pencapaian indicator hipertensi terkendali

c. Melakukan evaluasi hasil capaian indicator dan Analisa terhadap definisi operasional indikator untuk menilai kemampuan pelaksanaan pencapaian indicator per tahun.

d. Mendorong tersedianya sistem pencatatan dan pelaporan yang melibatkan FKTP lainnya melalui advokasi dan sosialisasi, bimbingan teknis dan monev sesuai lokus pengembangan yang ditetapkan.

e. Melakukan koordinasi dengan lintas program, lintas sector dan Pemerintah daerah dalam melakukan kampanye kesehatan, edukasi dan pemberdayaan masyarakat untuk melakukan pendampingan bagi penyandang hipertensi dalam memodifikasi gaya hidup dan meningkatan kepatuhan pengobatan secara rutin.

f. Melakukan pemantauan ketersediaan obat-obatan hipertensi di Puskesmas/FKTP melalui koordinasi dengan lintas program dan Pemerintah Daerah.

g. Melakukan advokasi kepada Pemerintah daerah terkait upaya peningkatan capaian deteksi dini dan penemuan kasus hipertensi serta kewajiban pemenuhan pelayanan penderita Hipertensi sesuai SPM bidang Kesehatan.

h. Mendorong tersediannya sistem notifikasi penderita hipertensi melalui

(26)

Citizens Health Application (CHA)

i. Melakukan orientasi, workshop atau pelatihan untuk peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam melakukan intervensi faktor risiko hipertensi agar terkendali

j. Melakukan edukasi dan diseminasi informasi tentang pengendalian hipertensi melalui media sosial, media cetak dan elektronik yang bekerjasama dengan unit kerja Promosi Kesehatan di Pusat maupun di Daerah serta multisektor terkait.

l. Mendorong akselerasi dan inovasi dalam pemanfaatan program Prolanis dan Program Rujuk Balik melalui Kerjasama dengan BPJS Kesehatan serta sosialisasi kepada masyarakat, tenaga kesehatan dan Pemerintah Daerah.

m. Melakukan penguatan jejaring pengendalian hipertensi dengan melibatkan pemerintah daerah dan multisektor dalam pembangunan berwawasan kesehatan dan pencapaian SPM bidang kesehatan.

6) Persentase penyandang diabetes melitus yang gula darahnya terkendali di puskesmas/FKTP sebanyak 90 % di akhir tahun 2024.

a. Pengadaan posbindu kit dan BMHP gula darah yang dialokasikan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) pada lokus terpilih

b. Menyediakan posbindu kit dan BMHP gula darah untuk kegiatan deteksi dini di Kementerian/Lembaga

c. Mendorong tatalaksana kasus DM pasca deteksi dini melalui program DD ASN Kementerian/Lembaga

d. Memperkuat pilar ketiga dalam program kampus sehat (layanan kesehatan) sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan deteksi dini melalui tatalakasana kasus DM

e. Memperkuat upaya penemuan kasus DM melalui peningkatan deteksi dini dengan dukungan dana dekonsentrasi

f. Peningkatan kapasitas SDM melalui ToT, pelatihan dan orientasi tata

(27)

laksana diabetes melitus tipe 2 secara komprehensif bagi dokter di FKTP g. Bimbingan teknis, Monitoring dan Evaluasi secara berkala

h. Memperkuat kemitraan dengan lintas sektor dalam rangka memperkuat promosi kesehatan seputar DM melalui Tanya GENDIS

C. Kerangka Kelembagaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, bahwa Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi, dan pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Dit.PPTM menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang surveilans, deteksi dini, pengendalian faktor risiko, dan koordinasi upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular;

b. pelaksanaan kebijakan di bidang surveilans, deteksi dini, pengendalian faktor risiko, dan koordinasi upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang surveilans, deteksi dini, pengendalian faktor risiko, dan koordinasi upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular;

d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang surveilans, deteksi dini, pengendalian faktor risiko, dan koordinasi upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular;

e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan f. pelaksanaan urusan administrasi Direktorat.

Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular terdiri atas :

1. Tim Kerja Penyakit Paru Kronik Dan Gangguan Imunologi;

2. Tim Kerja Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah;

(28)

3. Tim Kerja Penyakit Kanker Dan Kelainan Darah;

4. Tim Kerja Penyakit Diabetes Mellitus Dan Gangguan Metabolic 5. Tim Kerja Gangguan Indera Dan Fungsional

6. Subbag Administrasi Umum

D. Kerangka Regulasi

Agar pelaksanaan program dan kegiatan dapat berjalan dengan baik maka perlu didukung dengan regulasi yang memadai. Perubahan dan penyusunan regulasi disesuaikan dengan tantangan global, regional dan nasional. Kerangka regulasi diarahkan untuk: 1) penyediaan regulasi dari turunan Undang-Undang yang terkait dengan kesehatan; 2) meningkatkan pemerataan sumber daya manusia kesehatan;

3) pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan; 4) peningkatan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan berwawasasn kesehatan; 5) penguatan kemandirian obat dan alkes; 6) penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional yang lebih bermutu; 7) penguatan peran pemerintah di era desentralisasi; dan 8) peningkatan pembiayaan kesehatan. Kerangka regulasi yang akan disusun antara lain adalah perumusan peraturan pemerintah, peraturan presiden, dan peraturan menteri yang terkait, termasuk dalam rangka menciptakan sinkronisasi, integrasi penyelenggaraan pembangunan kesehatan antara pusat dan daerah.

Landasan hukum yang menjadi dasar pelaksanaan program P2PTM antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi

(29)

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5542);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 184, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5570);

6. Peraturan Pemerintah 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan

7. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193);

8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta PesanKesehatan untuk Pangan olahan dan Pangan Siap Saji

9. Peraturan Menteri Kesehatan 40 tahun 2013 tentang peta jalan pengendalian dampak konsumsi rokok bagi kesehatan

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Surveilans Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1113);

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

12. Peraturan Menteri Kesehatan No. 63 tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan menteri kesehatan No. 30 tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan olahan dan Pangan Siap Saji

13. Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)

14. Peraturan Menteri Kesehatan No.50 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penaganan Benturan Kepentingan Dengan Industri Tembakau di Lingkungan Kementerian Kesehatan

15. Permenkes No. 56 tahun 2017 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

(30)

Kesehatan No.28 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan Dan Informasi Kesehatan Pada Kemasan Produk Tembakau 16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis

Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;

17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;

18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024;

19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Gangguan Pendengaran;

20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 tahun 2022 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.

21. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.854/MENKES/SK/IX/2009 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

22. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/394/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Strok

23. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/603/2020 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa

24. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/4634/2021 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Hipertensi Dewasa

25. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/4613/2021 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Hipertensi Pada Anak

26. Permenkes 63 tahun 2015 tentang pencantuman informasi kandungan

(31)

Gula garam lemak

27. Permenkes 34 tahun 2015 tentang penanggulangan kanker payudara dan kanker leher rahim

28. Permenkes 71 tahun 2015 tentang penanggulangan PTM

E. Kerangka Pendanaan

Untuk mencapai sasaran kegiatan sebagai tersebut di atas, perlu adanya pendanaan yang bersumber dari rupiah murni (APBN), pinjaman dan / atau hibah luar negeri (PHLN) seperti WHO dan UNION, selain itu juga perlu dukungan pendanaan dari pemerintah daerah sebagai upaya untuk meningkatkan pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular. Untuk mendukung upaya kesehatan di daerah, direktorat penyakit tidak menular memberikan anggaran melalui dana DAK dan dana dekonsentrasi

Pendanaan Bersumber APBN Tahun 2020-2024

No Nama Satker Alokasi

2022 2023 2024

DDDD

Direktorat P2PTM 108.164 141.736 172.894

(32)

BAB IV

PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PENGENDALIAN PROGRAM

A. Pemantauan

Pemantauan pelaksanaan program Direktorat P2PTM dilakukan secara berkala (bulanan/triwulan/semester/tahunan) menggunakan instrumen berupa formulir monitoring evaluasi P2PTM terpadu, Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM), dashboard Aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK), dashboard monev KTR, e monev DJA, e monev Bappenas, dan e performance.

B. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan untuk menilai pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan melalui indikator sbb:

No Indikator Definisi

operasional Cara perhitungan

Target 2022 2023 2024

1. Jumlah kabupaten/kot a yang melakukan pelayanan Upaya Berhenti Merokok

Jumlah

kabupaten/kota yang memiliki lebih dari 40%

puskesmas yang menyelenggarak an Layanan Upaya Berhenti Merokok

Jumlah kumulatif kabupaten/kota

dengan lebih dari 40%

Puskesmas yang menyelenggarakan Layanan Upaya Berhenti Merokok

175 275 350

2. Jumlah Kab/kota yang

menerapkan kawasan tanpa rokok (KTR)

Jumlah

kabupaten/kota yang memiliki Peraturan Daerah tentang

Kawasan Tanpa Rokok dan atau menerapkan Kawasan Tanpa

Jumlah kumulatif kabupaten/kota memiliki Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok dan atau terdapat lebih dari 40%

1. tatanan yang memenuhi indikator

424 474 514

(33)

Rokok dilebih dari 40%

tatanan.

Penerapan KTR (3 dari 7 tatanan)

3. Persentase penduduk sesuai kelompok usia yang dilakukan skrining PTM prioritas

Persentase penduduk sesuai kelompok

sasaran yang mendapatkan skrining PTM Prioritas yaitu Hipertensi, DM, Obesitas,

Stroke, Jantung, PPOK, Kanker Payudara, Kanker Leher Rahim, Katarak dan Kelainan Refraksi, Tuli Kongenital, dan Otitis Media Supurative Kronis (OMSK)

Rerata persentase yang dihitung dengan cara : menjumlahkan persentase masing- masing skrining dibagi dengan 9.

Persentase masing- masing skrining dihitung dengan jumlah sasaran yang mendapatkan skrining (Hipertensi, DM, Obesitas, Stroke, Jantung, PPOK, Kanker Payudara, Kanker Leher Rahim, Kelainan

Refraksi, dan/atau Otitis Media Supurative Kronis (OMSK) dalam 1 tahun dibagi jumlah sasaran masing- masing jenis skrining dikali 100.

Rerata persentase yang dihitung dengan cara : menjumlahkan persentase masing- masing skrining dibagi dengan 9

45 70 90

4. Jumlah Kab/Kota yang melakukan pelayanan terpadu (Pandu) PTM

Persentase kabupaten/kota yang minimal 80%

puskesmasnya melaksanakan Pelayanan

Jumlah

kabupaten/kota yang minimal 80%

puskesmasnya melaksanakan Pelayanan Terpadu PTM (PANDU PTM)

308 411 514

(34)

Puskesmas (PANDU PTM)

5. Persentase penyandang hipertensi yang tekanan darahnya terkendali di puskesmas/F KTP

Hipertensi terkendali jika tekanan darah Sistole

<140mmHg dan diastole <90 mmHg

Jumlah penyandang hipertensi yang tekanan sistol dan diastol turun dari pemeriksaan sebelumnya dalam kurun waktu 1 tahun minimal 3

kali (3 bulan) dibagi seluruh penyandang hipertensi dikali 100

43 63 90

6. Persentase penyandang diabetes melitus yang gula

darahnya terkendali ddipuskesmas/F

KTP

Persentase peyandang diabetes melitus yang gula darah puasa < 126 mg/dl atau gula darah 2 jam pp nya < 200 mg/dl sebanyak minimal 3 kali (3 bulan) atau HbA1c <7%

minimal 1 kali dalam kurun waktu 1 tahun

Jumlah penyandang diabetes melitus yang gula darah puasa

<126

mg/dl atau gula darah 2 jam pp nya <200 mg/dl sebanyak minimal 3

kali (3 bulan) atau HbA1c <7% minimal 1 kali dalam kurun waktu 1

tahun dibagi jumlah seluruh penyandang diabetes melitus dikali 100

36 58 90

C. Pengendalian

1. Merumuskan strategi pencapaian indikator kabupaten/kota yang melakukan pengendalian faktor risiko PTM

2. Mengarahkan pelaksanaan strategi pencapaian indikator kabupaten/kota yang melakukan pengendalian faktor risiko PTM

3. Mengarahkan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam pencapaian indikator kabupaten/kota yang melakukan pengendalian faktor risiko PTM

4. Mengarahkan bimbingan teknis dan supervisi dalam pencapaian indikator kabupaten/kota yang melakukan pengendalian faktor risiko PTM

(35)

5. Mengarahkan pemanatauan, evaluasi dan pelaporan dalam pencapaian indikator kabupaten/kota yang melakukan pengendalian faktor risiko PTM

(36)

BAB IV P E N U T U P

Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Direktorat P2PTM Tahun 2022-2024 ini disusun untuk menjadi acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian upaya Direktorat P2PTM dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Dengan demikian, Bidang/

seksi di Direktorat P2PTM mempunyai target kinerja yang telah disusun dan akan dievaluasi pada pertengahan periode (2022) dan akhir periode 5 tahun (2024) sesuai ketentuan yang berlaku.

Penyusunan dokumen ini melibatkan semua Bidang/ seksi di Direktorat P2PTM Oleh karena itu kepada semua pihak yang telah berkontribusi disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Diharapkan melalui penyusunan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Direktorat P2PTM upaya dukungan manajemen memberikan kontribusi yang bermakna dalam Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menukar dan pembangunan kesehatan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan akibat penyakit serta pencapaian sasaran program berdasarkan komitmen nasional dan internasional.

Apabila di kemudian hari diperlukan adanya perubahan pada dokumen ini, maka akan dilakukan penyempurnaan sebagaimana mestinya.

(37)

Matriks Indikator Kinerja Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2020-2021

2020 2021 2020 2021

221.600 244.700

1Jumlah kabupaten/kota yang melakukan deteksi

dini faktor risiko PTM ≥ 80% populasi usia ≥ 15 tahun 17

52 129

2Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan Kawasan

Tanpa Rokok (KTR) 238 324 374

3Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan

layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM) 50 50 100

4Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pelayanan

terpadu (Pandu) PTM di ≥ 80% puskesmas N/A

103 205

5Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan

deteksi dini gangguan indera pada ≥ 40% populasi N/A 155 206 6Jumlah kabupaten/kota yang melakukan deteksi

dini penyakit kanker di ≥ 80% populasi usia 30-50 tahun

N/A 283 309

Baseline Target Alokasi (dalam juta rupiah) a.

Kegiatan:

Pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM)

Program/ Kegiatan Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator

menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular

(38)

2022 2023 2024 2022 2023 2024

34 Provinsi 108.164 141.736 172.894

1Persentase penduduk sesuai kelompok usia yang dilakukan skrining

PTM prioritas 40 70 90

1Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pelayanan terpadu (Pandu)

PTM di ≥ 80% puskesmas 308 411 514

2Persentase penyandang hipertensi yang tekanan darahnya terkendali

di puskesmas/FKTP 43 63 90

3Persentase penyandang diabetes melitus yang gula darahnya

terkendali di puskesmas/FKTP 36 58 90

4Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok

(KTR) 424 474 514

5Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pelayanan Upaya Berhenti

Merokok 175 275 350

MATRIKS INDIKATOR KINERJA RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN 2022-2024

Program/ Kegiatan Lokasi Target Alokasi (dalam juta rupiah)

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator Sasaran Kegiatan: Meningkatnya jumlah kabupaten/ kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM

Sasaran Kegiatan: Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang melakukan Pengendalian faktor risiko PTM

Kegiatan: Pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM)

a.

b.

(39)
(40)

Gambar

Tabel 1. Prevalensi PTM di Indonesia berdasarkan disparitas antar provinsi  (Riskesdas 2018)

Referensi

Dokumen terkait